Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)


PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

BAB. ii
KONDISI FISIK SOSIAL DAN
LInGKUNGAN lokasi

2.1 Daerah sTUDI

2.1.1 Letak Administratif dan Geografis

Berdasarkan letak administratifnya lokasi survai penyusunan Rencana Satuan Kawasan


Pengembangan (RSKP) ini berada di SKP A, Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan,
Kecamatan Bacan Barat Utara dan Kecamatan Bacan Barat, Kabupaten Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara, dengan luas areal studi 5.359,42 Ha. Selanjutnya secara
fisik lokasi survai RSKP SKP. A ini dibatasi oleh :

 Sebelah Utara : Teluk Yaba dan KPB


 Sebelah Selatan : Kawasan HPT dan HL (Hutan Lindung )
 Sebelah Barat : SKP .B dan wilayah Desa Kasubibi serta Desa Indari
 Sebelah Timur : Wilayah Desa Kusubibi dan Indari serta Kawasan HPK

Menurut letak astronomisnya lokasi survai RSKP, SKP A Kawasan Pulau Bacan ini
berada pada :
127°20'43,298"E - 127°27'4,399"E Bujur Timur dan
0°21'32,583"S - 0°28'19,622"S Lintang Selatan

Bab II - 1
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 2.1.2. Aksesibilitas dan Pencapaian Lokasi

Aksesibilitas dan pencapaian menuju lokasi survey SKP.A Kawasan Transmigrasi


Pulau Bacan dapat ditempuh dengan route sebagai berikut ; dari Jakarta menuju Ke
Kota Ternate menggunakan pesawat udara dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Dari
Ternate perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan moda transportasi laut (Kapal
Laut) menuju Kota Labuha (Ibukota Kabupaten Halmahera Selatan) dengan waktu
tempuh sekitar 7,5 jam, atau mengguanakan pesawat udara dengan waktu tempuh
sekitar 45 menit . Pada saat survey, pesawat udara reguler yang melayani rute
penerbangan Ternate – Labuha, hanya ada setiap satu pekan sekali (setiap hari selasa)

Selanjutnya dari Kota Labuha menuju Desa Jujame ditempuh selama 2,5 jam
menggunakan Speedboat, atau menggunakan kendaraan roda empat ke Desa Yaba
(Ibukota Kecamatan Bacan Barat Utara) selama kurang lebih 4 jam. Dari Yaba,
perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Perahu Bermotor selama 30 menit meuju
Desa Jujame (lokasi survey). Secara rinci aksesibilitas dan pencapaian menuju lokasi
survei RSKP SKP A disajikan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Pencapaian dan Aksesibilitas Menuju Lokasi Survai SKP. A

Jarak Waktu Prasarana Sarana


No Route Keterangan Biaya
( km ) ( jam) Transportasi Angkutan

Jakarta – Ternate (via Pesawat ±Rp.


1 - 3,5 Udara Reguler
Makassar) Udara 1.500.000
Kota Ternate – Reguler/
Pesawat ±Rp.
Kab Halmahera Selatan ± 160 0,5 Udara 1x
Udara 600.000
(Kota Labuha) Seminggu
2 Kota Ternate –
Kab Halmahera Selatan Kapal Reguler/ ±Rp.
± 190 8-9 Laut
(Kota Labuha) Laut Setiap Hari 150.000
Via Pelabuhan Kupal
Kota Labuha – Desa Yaba Reguler/ ±Rp.
3 ± 70 7 Darat Mobil
(Kec. Bacan Barat Utara) Setiap Hari 100.000
Desa Yaba – Desa Jojame Reguler/ ±Rp.
4 ± 10 4 Laut Perahu
(Pusat SKP) Setiap Hari 20.000
Desa Jojame – Area Survei Jalan
5 ± 12 5 Darat - -
Terjauh Kaki
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tim 2021

Bab II - 2
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Bab II - 3
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.1. Peta Orientasi


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.1.3. Delineasi Kawasan

Delinasi Kawasan SKP.A merupakan satu dari 4 SKP yang membagi Kawasan
Transmigrasi Pulau Bacan di Kabupaten Halmahera Selatan. Luas areal SKP. A adalah
5.359,42 Ha. Areal ini terletak di wilayah Kecamatan Bacan Barat Utara dan Bacan
Barat. Poligon batas delineasi diikatkan pada patok BM.0 yang dipasang di dalam areal
survai SKP A, dengan cara interpolasi karena belum dilakukan pengukuran Tata Batas
HPL.

Tabel 2.2 Pembagian SKP di Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan


LUAS
SKP KECAMATAN PUSAT SKP
Ha %
Kec. Bacan Barat
SKP A Desa Jojame 5,359.42 31.27
Kec. Bacan Barat Utara
SKP B Kec. Bacan Barat Desa Indari 6,007.02 35.05
Kec. Bacan Barat Utara
SKP C - 5,188.33 30.27
Kec. Bacan Barat Timur
KPB Kec. Bacan Barat Utara Desa Yaba 584.56 3.41
TOTAL 17,139.33 100.00
Sumber : Hasil studi RKT Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan

2.1.4. Regional Konteks

a. Aksesibilitas Eksternal Kabupaten Halmahera Selatan

Aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.


Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang sangat dominan di Kabupaten
Halmahera Selatan adalah sarana dan prasarana transportasi darat dan laut . Hal ini
dikarenakan kondisi geografis dari Kabupaten Halmahera Selatan yang berupa
kepulauan yang banyak menggunakan jasa pelayaran laut, juga memiliki ruas jalan
yang relatif baik. Sarana transportasi udara saat ini tersedia di Labuha Halmahera
Selatan dengan frekwensi penerbangan 1 minggu sekali. Dengan demikian
pergerakan manusia menjadi aspek yang dominan, selain pergerakan barang, dengan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

menggunakan sarana dan prasarana transportasi laut.

b. Pusat-Pusat Pertumbuhan di Sekitar dan di dalam Kabupaten Halmahera

Selatan

Dalam konteks interregional Pusat-pusat pertumbuhan di sekitar Kabupaten


Halmahera Selatan dikategorikan menjadi beberapa Pusat Kegiatan Nasional dan
Pusat Kegiatan Wilayah. Pusat Kegiatan nasional adalah Kota Ternate dan Pusat
Kegiatan Wilayah adalah kota Labuha. Kota Ternate sebagai kota orde I di Provinsi
Maluku Utara menjadi orientasi pengembangan dari kota-kota orde II yaitu kota
Labuha. Sedangkan antara kota-kota orde II akan saling berinteraksi secara timbal
balik terutama untuk memenuhi supply-demand produk-produk yang dibutuhkan.

Dalam konteks intra-regional maka pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten


Halmahera Selatan dikategorikan menjadi Pusat Kegiatan Wilyah (PKW) yaitu kota
Labuha dan pusat-pusat kegiatan lokal yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan. Disekitar kawasan survey, Konstelasi pusat-pusat kegiatan
dibentuk oleh kota-kota kecamatan dan Pusat-pusat yang ditetapkan sebagai pusat
WPT yaitu Bacan Barat Utara dan pusat-pusat SKP, maka secara hirarkis pusat-pusat
PKL, akan berorientai ke pusat pengembangan Labuha . Sedangkan pusat-pusat SKP
di Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan akan berorientasi ke kota yang memiliki orde
diatasnya yaitu kota Jojame yang merupan Pusat Kegiatan Lokal.

c. Peluang Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Rencana pembangunan dan pengembangan Kawasan Transmigrasi di Kabupaten


Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara, merupakan bagian integral dari arah
kebijakan dan strategi ketransmigrasian. Untuk pengembangan dan pembangunannya
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat yang dikaitkan dengan
pembangunan sektor perikanan, perkebunan dan peternakan. Kebijakan ini terkait
dengan upaya peningkatan/pemulihan potensi dan fungsi hutan produksi sebagai
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

penentu sistem kehidupan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis bagi
kemakmuran rakyat dengan pertimbangan program Transmigrasi Umum (TU) dengan
pola tanaman pangan lahan kering diharapkan dapat lebih berperan dalam mendukung
ketahanan pangan dan kecukupan papan. Keterkaitan antara lokasi transmigrasi dengan
pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan yang ada merupakan faktor penting dalam
memacu pertumbuhan lokasi transmigrasi.
Keterkaitan tersebut merupakan akses dari mobilitas barang, jasa dan manusia antara
pusat pelayanan dan pertumbuhan dengan satuan permukiman baru. Pusat-pusat
penyelenggara di sekitar lokasi studi yaitu Labuha (PKL II) relatif sedang berkembang.
Pusat pertumbuhan yang cukup baik adalah Kota Jojame (PKL III). Oleh karena
semakin baik akses lokasi ke Jojame merupakan faktor pendorong bagi perkembangan
lokasi permukiman tersebut. Faktor lain seperti pembinaan transmigrasi dalam
mengelola usaha taninya juga cukup efektif dalam memacu perkembangan
permukiman.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.2. Peta Regional Konteks


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.2. Kondisi klimatologi

Seperti Halnya di wilayah Indonesia Bagian Timur, iklim di Kabupaten Halmahera


Selatan termasuk ke dalam iklim tropis dengan dua musim, yakni musim hujan dan
musim kemarau dimana musim kemarau lebih panjang dari musim hujan. Karakteristik
iklim wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, beriklim tropis dengan curah hujan rata-
rata antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm. Curah hujan ini hampir merata di Pulau
Bacan dan sekitarnya, Pulau Obi dan sekitarnya serta Halmahera bagian Selatan.
Berdasarkan tingkat curah hujan 1250 –3250 mm/tahun dengan sebaran curah hujan di
mayoritas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 2250 mm/tahun dan curah
hujan tertinggi yaitu 3250 mm/tahun terjadi di dataran tinggi di Kec. Obi, Kec. Obi
Timur dan Kec. Obi Selatan.
Kondisi hidrologi (kondisi air permukaan dan air tanah) Kabupaten Halmahera Selatan
dipengaruhi oleh iklim, curah hujan sertakeberadaan sungai dan danau. Berdasarkan
keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah teridentifikasi, Kabupaten
Halmahera Selatan memiliki 151 DAS dan 5 buah danau (dengan 4 danau besar yang
terdapat di Kec. Gane Timur, Kec. Batan Timur dan Kec. Obi).
Sementara kondisi hidrogeologi di Kabupaten Halmahera Selatan dibagi atas beberapa
tipologi kondisi hidrogeologi yaitu berdasarkan tipologi produktifitas aquifernya yang
terdiri atas
 Produktif. Setempat, akuifer produktif (Akuifer dengan keterusan beragam;
umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah; debit
mata air umumnya < 10 l/det)
 Produktif rendah setempat. Akuifer dengan produktivitas rendah setempat
berarti (Umumnya keterusan sangat rendah) setempat air tanah dangkal dalam
jumlah yang terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah atau pada zona pelapukan
 Produktif sedang. Akuifer produksi sedang (Aliran air tanah terbatas padazona
celahan, rekahan, & saluran pelarutan. Debit sumur & mata air beragam dalam
kisaran besar. Debit mata air terbesar mencapai 100 l/det)
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Setempat produktif sedang. Setempat akuifer dengan produktivitas sedang


(Akuifer tidak menerus, tipis, dan rendah keterusannya, muka air tanah umumnya
dangkal, debit sumur umumnya < 5 l/det)
 Tidak produktif dangkal. Daerah air tanah langka atau tak berarti
Berdasarkan kondisi produktifitas aquifernya, Kabupaten Halmahera Selatan sebagian
besar wilayahnya memiliki produktifitas aquifer rendah setempat. Wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan ang memiliki produktifitas aquifer tinggi terdapat di Pulau Makian.

Klasifikasi iklim merupakan suatu metode untuk memperoleh efisiensi informasi iklim
dalam bentuk umum. Sistim klasifikasi iklim yang digunakan khususnya dalam
keperluan praktis penentuan lahan pertanian tanaman pangan adalah zona iklim
Oldeman serta zona iklim Scmidt Fergusson. Dalam perencanaan permukiman
transmigrasi berbagai informasi mengenai kondisi hidrologi sangat diperlukan antara
lain menyangkut iklim, keadaan aliran sungai, daerah-daerah banjir, potensi air tanah
dan potensi curah hujan. Ketersediaan air dari berbagai sumber sangat berpengaruh
terhadap perkembangan suatupermukiman transmigrasi. Dalam usaha memenuhi
kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari dan kegiatan lainnya, air yang digunakan
biasanya memanfaatkan air yang terdapat dalam proses siklus/ daur hidrologi berupa air
tanah, air permukaan, dan air hujan. Air konvensional ini dipengaruhi oleh daur
hidrologi yang bersifat alamiah maupun yang dipengaruhi tindakan manusia.

2.2.1. Iklim

Iklim merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berpengaruh langsung terhadap
potensi sumber daya lahan yang sangat diperlukan dalam suatu perencanaan
pengembangan wilayah. Penelaahan faktor iklim dilakukan untuk menilai kelayakan
calon lokasi dalam kaitannya dengan pola pengembangan pertanian, ketersediaan
sumber air serta waktu pembukaan lahan dan pembangunan perumahan transmigrasi.
Unsur-unsur iklim yang ditelaah meliputi curah hujan, hari hujan, temperatur udara,
kecepatan angin, persentase penyinaran matahari dan kelembaban udara. Pada
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

perencanaan kawasan pemukiman yang didalamnya terdapat kawasan pertanian,


informasi rinci mengenai iklim sangat diperlukan. Pentingnya informasi iklim ini
berkaitan dengan rencana kegiatan pertanian seperti kecukupan air tanaman,
perencanaan pola tanam dan kecocokan tanaman yang akan dibudidayakan. Dengan
adanya perencanaan yang tepat ini diharapkan produktifitas pertanian bisa optimal
seperti yang diharapkan. Iklim adalah keseluruhan gejala dan peristiwa cuaca yang
terjadi secara berulang di suatu tempat. Walaupun perilaku iklim ini sulit diprediksi
untuk menentukan sifatnya dan tidak dapat dikendalikan, namun dari pengamatan
parameter iklim dalam waktu yang panjang dapat dijadikan dasar peramalan untuk
memprediksi keadaan iklim di masa yang akan datang. Beberapa unsur iklim dapat
berpengaruh secara langsung dan nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Beberapa parameter iklim yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
tanaman adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan penyinaran matahari.

Parameter tersebut adalah penentu kebutuhan air untuk evapotranspirasi tanaman.


Sedangkan dari parameter curah hujan akan dapat mengetahui kecukupan air bagi
tanaman maupun bagi kehidupan manusia. Parameter iklim yang perlu dianalisis adalah
suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas penyinaran matahari, dan
curah hujan.

Data iklim diperoleh dari stasiun pengamat iklim terdekat yakni Stasiun Meteorologi
Bandara Oesman Sadik di Labuha (00° 38' 14" LS ; 127° 30' 07" BT dan 19,20
meter dari permukaan laut) yang berjarak sekitar 170 km dari lokasi studi dengan
jangka waktu pengamatan selama 5 tahun terakhir. Data iklim tersebut selengkapnya
terdapat pada Tabel berikut.

Tabel 2.3. Data Klimatologi Daerah Studi SKP A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan
Bulan
No Unsur Iklim
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des Jumlah Rata-2
1 Curah Hujan (mm) 313 297 186 246 120 62 99 41 173 182 231 352 2.302 192
2 Hari Hujan 10 15 13 12 14 7 8 6 11 10 8 11 125 10
3 Suhu (0 C) 26,2 26,3 26,7 26,7 26,9 26,7 26,4 26,3 27,1 27,0 26,5 26,6 - 26,6
Kelembaban Udara
4 92 89 89 91 91 91 90 85 83 86 88 87 - 88,5
(%)
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kecepatan Angin
5 8,3 9,5 8,1 7,3 8,2 7,2 9,3 10,0 9,2 7,6 8,2 8,3 - 8,4
(Km/Jam)
Penyinaran
6 45,8 41,0 39,3 48,3 44,1 59,1 57,3 44,4 58,0 51,1 47,9 54,3 - 49,2
Matahari (%)
Sumber : Hasil Analisis Data Iklim Tim RSKP, 2021

2.2.2. Karakteristik Iklim

Berdasarkan hasil pencatatan iklim dari BKMG Stasiun Stasiun Meteorologi Bandara
Oesman Sadik di Labuha jangka waktu pengamatan selama 5 tahun terakhir, diperoleh
gambaran karakteristik iklim sebagai berikut di bawah ini:
Curah hujan
Jumlah total curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.302 mm/tahun dengan rata-
rata bulanan 192 mm/tahun. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus
sebesar 41 mm/tahun dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 352
mm/tahun.
Temperatur
Temperature udara rata-rata bulanan sebesar 26,60C, dan kisaran perbedaan temperature
dalam satu tahun sangat kecil yaitu berkisar antara 0.7 0C, artinya akan menjamin
bahwa berbagai jenis tanaman yang tumbuh dengan baik pada daerah tropis. Dengan
demikian maka akan tumbuh baik pula di kawasan studi, sehingga pengembangan
pertanian tanaman pangan di kawasan studi tidak terganggu sama sekali, karena limitasi
(factor pembatas suhu) berkisar antara 200C - 350C.
Kelembaban Udara Relative
Kelembaban udara relative berkisar antara 83% (bulan September) hingga 92% (bulan
Januari), dan rata-rata bulanan sebesar 88,5%. Kisaran kelembaban udara yang tidak
terlalu besar tersebut, kaitannya dengan pengembangan tanaman pangan adalah sangat
baik, karena factor pembatas (mengganggu pertumbuhan tanaman) kelembaban udara
adalah > 90%.
Kecepatan Angin
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kecepatan angin berkisar antara 7,2 km/jam hingga 10,0 km/jam, dan rata-rata sebear
8,4 km/jam. Kecepatan angin terkecil terjadi pada bulan Juni sebesar 7,2 km/jam, dan
terbesar pada bulan Agustus sebesar 10 km/jam.
Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari rata-rata bulanan sebesar 49,2 %, dengan penyinaran matahari
maksimal terjadi pada bulan Juni sebesar 59,1 %, dan penyinaran matahari minimal
terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 39,3 %. Pada tingkat penyinaran matahari
seperti yang terjadi di kawasan studi, semua tanaman yang tumbuh baik di daerah tropis
akan tumbuh sempurna di kawasan studi

Tabel. 2.4. Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson


Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
A <14.3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika
B 14.3 - 33.3 Daerah basah, hutan hujan tropika
Daerah agak basah, huta rimba, daun gugur pada musim
C 33.3 - 60.0
kemarau
D 60.0 - 100.0 Daerah sedang, hutan musim
E 100.0 - 167.0 Daerah agak kering, hutan safana
F 167.0 - 300.0 Daerah kering, hutan safana
G 300.0 - 700.0 Daerah sangat kering, padang ilalang
H >700.0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang
Sumber : Yusmur (2003)

Sedangkan Oldeman (1975) mengklasifikasikan zona iklim dalam hubungannya dengan


pertumbuhan tanaman yang didasarkan atas periode bulan basah (bulan) dengan curah
hujan > 200 mm) dan bulan kering (bulan dengan curah hujan < 100 mm) berturut-turut.

Tabel 2.5. Zona Agroklimat Utama Berdasarkan Klasifikasi Oldeman


Tipe Utama Jumlah bulan basah berturut-turut
A 9
B 7–9
C 5–6
D 3–4
E <3
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sub Divisi Jumlah bulan kering berturut-turut


1 <2
2 2–3
3 4–6
4 >6
Sumber : Oldeman (1957) dalam Prastowo (2010)

Berdasarkan Zona Agroklimat Oldeman (1975), lokasi survai SKP. A termasuk dalam
Zone D 2 dengan ciri-ciri : bulan basah berturut-turut antara 3 - 4 bulan dan bulan
keringnya berlangsung selama 2-3 bulan.

Gambar 2.3 Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

= Zone Iklim Lokasi Studi D2

Tabel 2.6. Penjabaran Tipe Agroklimat Menurut Oldeman

Tipe Agroklimat Penjelasan

Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada umumnya
A1, A2 kerapatan fluks radiasi surya rendah sepanjang tahun.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal musim tanam yang
B1 baik. Produksi tinggi bila panen pada kemarau.
Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan musim
B2 kering yang pendek cukup untuk tanamn palawija.

C1 Tanaman padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun.


Setahun hanya dapat satu kali padi dan penanaman palawija yang kedua harus
C2, C3, C4 hati-hati jangan jatuh pada bulan kering.
Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena
D1 fluks radiasi tinggi. Waktu tanam palawija cukup.
Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun, tergantung pada
D2, D3, D4 adanya persediaan air irigasi.
Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija,
E itupun tergantung adanya hujan.

Sumber : Oldeman (1957) dalam Prastowo (2010)

2.2.2. Neraca Air

Neraca air secara umum menggambarkan tinggi rendahnya fuktuasi air yang tersimpan
dalam tanah yang ada di lokasi studi, yaitu curah hujan yang jatuh di permukaan tanah
melalui proses infiltrasi dan hilangnya air melalui proses evapotranspirasi pada
permukaan tanah. Curah hujan yang menjadi sumber air tanah merupakan curah hujan
efektif yang besarnya 75 % dari curah hujan rata-rata (FAO, 1977), dengan asumsi
bahwa curah hujan yang jatuh sebagian masuk ke dalam tanah berupa infiltrasi dan
sebagian lagi mengalir berupa aliran permukaan (run off). Nilai evapotranspirasi untuk
daerah studi dihitung dari data-data iklim dengan menggunakan metode Penman dengan
persamaan sebagai berikut:

Eto = C [W.Rn + (1-W) . f(U) . (ca-cd)]

dimana:
Eto = Laju Evapotranspirasi Potensial
C = Faktor koreksi yang besarnya tergantung kepada radiasi,
kelembaban, dan kecepatan angin
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

W = faktor pembobot yang berhubungan dengan radiasi


Rn = Radiasi netto
f(U)= Fungsi kecepatan angin
ca = Tekanan uap jenuh
cd = Tekanan uap yang merupakan fungsi suhu

Lokasi studi merupakan sebuah daratan dimana kebutuhan air tanaman berasal dari
curah hujan yang disimpan didalam tanah, karena itu unsur iklim yang paling
berpengaruh pada lokasi tersebut untuk kegiatan usahatani adalah curah hujan. Fluktuasi
curah hujan tersebut sangat berpengaruh terhadap neraca air. Dengan mengetahui
neraca air sangat berguna untuk menyusun pola tanam dalam pengembangan usahatani.

- Analisa Ketersediaan Air Untuk Budidaya Tanaman Pertanian


Neraca air secara umum menggambarkan tinggi rendahnya fluktuasi air yang tersimpan
dalam tanah yang ada di lokasi studi, yaitu curah hujan yang jatuh di permukaan tanah
melalui proses infiltrasi dan hilangnya air melalui proses evapotranspirasi. Curah hujan
yang menjadi sumber air tanah merupakan curah hujan efektif yang besarnya 80 % dari
curah hujan rata-rata (FAO, 1977), dengan asumsi bahwa curah hujan yang jatuh
sebagian masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi dan sebagian lagi mengalir berupa
aliran permukaan (run off).

Tabel 2.7. Perhitungan Neraca Air Tanah di Lokasi SKP. A Kawasan Pulau Bacan
ETo (Evapotranspirasi potensial) Curah Hujan Curah Hujan Surplus/
Bulan (mm) Re80 (mm) Defisit
mm/bln mm/hari
Januari 175,16 5,65 313 214 38,84
Februari 201,57 7,20 297 254 52,43
Maret 142,36 4,59 246 207 64,64
April 109,48 3,65 120 231 121,52
Mei 61,46 1,98 62 111 49,54
Juni 19,41 0,65 99 52 32,59
Juli 11,11 0,36 41 26 14,89
Agustus 8,82 0,28 173 14 5,18
September 8,52 0,28 182 16 7,48
Oktober 14,76 0,48 231 34 19,24
November 17,15 0,57 78 62 44,85
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Desember 33,08 1,07 352 135 101,92


Sumber : Hasil Perhitungan dan Olahan Data Tim 2021

Perhitungan neraca air tanaman dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai


evapotranspirasi aktual (Eto) dan curah hujan peluang 80%. Nilai Eto diperoleh dari
hasil penggadaan nilai Etp dengan faktor koefisien tanaman (kc) yang harganya
tergantung dari jenis tanaman dan lamanya masa pertumbuhan (growing period). Nilai
koefisien kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman diolah dari Hargraves dalam
Wiramihatja (1974), sebagaimana terlihat pada Tabel berikut

Tabel 2.8. Nilai Koefisien Tanaman (Kc) Berbagai Jenis Tanaman di Lokasi Studi
Nilai Koefisien Tanaman (Kc)
No Bulan Kacang Buah-
Padi Palawija Jagung Kedelai Sayuran Coklat
    Tanah buahan
1,1
1 Januari 0,50 0,35 0,70 0,65 0,50 0,70 0,40
0
1,1
2 Februari 0,50 0,35 0,70 0,65 0,50 0,80 0,42
5
0
1,0 ,
3 Maret 0,80 1,05 1,00 1,00 0,75 0,81
0 9
5
0,9
4 April 1,05 0,55 0,45 0,55 0,80 0,85 0,68
5
1,1
5 Mei 0,80 0,35 0,70 0,65 0,50 0,70 0,44
0
1,1
6 Juni 0,80 0,35 0,70 0,65 0,50 0,80 0,49
5
1,0
7 Juli 0,50 1,05 1,00 1,00 0,95 0,75 0,93
0
0,9
8 Agustus 0,50 0,55 0,45 0,55 0,80 0,85 0,78
5
9 September 1,1 0,80 0,35 0,70 0,65 0,50 0,70 0,37
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

0
1,1
10 Oktober 0,00 0,35 0,70 0,65 0,50 0,60 0,36
5
0
1,0 ,
11 Nopember 0,80 1,05 1,00 1,00 0,75 0,63
0 9
5
0,9
12 Desember 0,80 0,55 0,45 0,55 0,80 0,85 0,70
5
Sumber : Hasil Perhitungan dan Olahan Data Tim , 2021

Neraca Air Beberapa Tanaman di Lokasi Studi SKP. A Kawasan Pulau Bacan

Untuk menduga kebutuhan air tanaman budidaya dialkukan perhitungan neraca air,
perhitungan neraca air masing-masing tanaman ditentukan oleh nilai evapotranspirasi
potensial pada nilai koefisien masing-masing tanaman (nilai Kc). Hasil dari penilaian
neraca air pada beberapa jenis tanaman menunjukkan bahwa neraca air masih surplus
untuk semua jenis tanaman setiap bulan. Hasil penilaian neraca air terdapat pada Tabel
dibawah.

Tabel 2.9 Neraca Air Untuk Tanaman Padi, Palawija, Jagung, Kedelai di Lokasi Studi
CH(Re80 Padi Palawija Jagung Kedelai
N ETo
Bulan ) ETc Neraca ETc Neraca ETc Neraca ETc Neraca
o (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 Januari 214 175,16 192,68 21,32 87,58 126,42 61,31 152,69 122,61 91,39
2 Februari 254 201,57 231,81 22,19 100,79 153,22 70,55 183,45 141,10 112,90
3 Maret 207 142,36 142,36 64,64 113,89 93,11 149,48 57,52 142,36 64,64
4 April 231 109,48 104,01 126,99 114,95 116,05 60,21 170,79 49,27 181,73
5 Mei 111 61,46 67,61 43,39 49,17 61,83 21,51 89,49 43,02 67,98
6 Juni 52 19,41 22,32 29,68 15,53 36,47 6,79 45,21 13,59 38,41
7 Juli 26 11,11 11,11 14,89 5,56 20,45 11,67 14,33 11,11 14,89
8 Agustus 14 8,82 8,38 5,62 4,41 9,59 4,85 9,15 3,97 10,03
9 September 16 8,52 9,37 6,63 6,82 9,18 2,98 13,02 5,96 10,04
10 Oktober 34 14,76 16,97 17,03 0,00 34,00 5,17 28,83 10,33 23,67
11 Nopember 62 17,15 17,15 44,85 13,72 48,28 18,01 43,99 17,15 44,85
12 Desember 135 33,08 31,43 103,57 26,46 108,54 18,19 116,81 14,89 120,11
Sumber : Hasil Perhitungan dan Olahan Data Tim Tahun , 2021

Tabel 2.10 Neraca Air Untuk Tanaman tahunan dan Tanaman Perkebunan di Lokasi
CH(Re80 Kacang Tanah Sayuran Kelapa Buah-buahan
N ETo
Bulan ) ETc Neraca ETc Neraca ETc Neraca ETc Neraca
o (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 Januari 214 175,16 113,85 38,84 87,58 126,42 122,61 91,39 70,06 143,94
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2 52,43 153,22 92,74 169,34


Februari 254 201,57 131,02 100,79 161,26 84,66
3 64,64 71,76 100,23 91,69
Maret 207 142,36 142,36 135,24 106,77 115,31
4 121,52 143,42 137,94 156,55
April 231 109,48 60,21 87,58 93,06 74,45
5 49,54 80,27 67,98 83,96
Mei 111 61,46 39,95 30,73 43,02 27,04
6 32,59 42,30 36,47 42,49
Juni 52 19,41 12,62 9,71 15,53 9,51
7 14,89 15,45 17,67 15,67
Juli 26 11,11 11,11 10,55 8,33 10,33
8 5,18 6,94 6,50 7,12
Agustus 14 8,82 4,85 7,06 7,50 6,88
9 7,48 11,74 10,04 12,85
September 16 8,52 5,54 4,26 5,96 3,15
10 19,24 26,62 25,14 28,69
Oktober 34 14,76 9,59 7,38 8,86 5,31
11 44,85 45,71 49,14 51,20
Nopember 62 17,15 17,15 16,29 12,86 10,80
12 101,92 108,54 106,88 111,84
Desember 135 33,08 18,19 26,46 28,12 23,16
Sumber : Hasil Perhitungan dan Olahan Data Tim , 2021

2.2.3. Sumber daya Air


Analisa hidrologi atau sumber daya air pada studi ini lebih ditekankan pada penyediaan
air bersih dan penyediaan air untuk keperluan pertanian. Pembahasan dalam bagian ini
meliputi potensi air sungai, air tanah dangkal, mata air, daerah genangan, dan
kemungkinan adanya banjir.

Potensi sumberdaya air yang ada di lokasi survey adalah sungai dan potensi sumber
daya air bersih adalah mata air dan air sungai . Terdapat dua sungai yang terdapat di
lokasi survey SKP. A , sedangkan sumber air bersih lainnya yang bisa diperoleh dan
dipakai oleh msyarakat di sekitar Kecamatan Bacan Barat Utara adalah air dari mata air
dengan kualitas air yang baik untuk dikonsumsi.

2.2.3 1. Sub Daerah Aliran Sungai


Karakteristik sungai-sungai yang ada di lokasi studi yaitu sungai Kabur dan Sungai
Keputusan. Karakteristik sungai tersebut pada alirannya dipengaruhi oleh musim hujan
dan kemarau, pada saat musim hujan aliran sungai tersebut cukup besar sedangkan pada
musim kemarau alirannya menjadi berkurang tapi tidak pernah kecil . Deskripsi
selengkapnya terdapat pada tabel dibawah.

Tabel 2.11 Karakteristik Sungai di Lokasi Studi RSKP SKP. A


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Lebar Lebar Kedalaman


Debit Aliran
No Nama Sungai Antar Aliran Air Aliran Air Keterangan
(m3/jam)
Tebing (m) (m) (m)

Jernih tidak berbau dan


1 Sungai Kabur 7- 8 3- 4 1,5 7,5 tidak berasa, jarak dari
lokasi ke calon
pemukiman sekitar 1 km

2 Sungai Keputusan 8 -10 6-8 2,5 10,2

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan Tim RSKP , thn 2021


Keterangan : - Pengamatan dilakukan pada saat musim kemarau,

2.2.3.2. Air Tanah


Air tanah adalah sumber air bersih yang baik karena kaya akan mineral, sumber air tanah
biasa dieksploitasi melalui sumur yang dibuat terutama sumur gali yang merupakan salah
satu potensi sumber air tanah yang baik. Dilokasi survey dengan kondisi topografi yang
cukup tinggi dengan variasi kemiringan lahan yang terjal tidak ditemukan air dari
sumur gali ( air tanah dangkal), hal ini diperkuat dari informasi masyarakat sekitar
lokasi yang menyatakan bahwa kedalaman air sumur rata rata di atas 20 m . Rincian
hasil pengamatan sumur gali bisa dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.12 Hasil Pengamatan Sumur Gali di Lokasi Studi RSKP SKP. A
Kedalaman Recovery Debit
No Sumur Uji Luas m2 Keterangan
air (m) Air (m/jam) (liter/det

1,0 7, 0 0 0 Tidak di temukan air


1 Sumur Uji I sampai kedalaman 7 m
1,0 7, 5 0 0 Tidak di temukan air
2 Sumur Uji II sampai kedalaman 7 m
- Sumber : Hasil pengamatan lapang tim RSKP SKP. B , thn 2021

2.2.4. Sumber Air Bersih

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, sumber air bersih di lokasi
studi SKP. A dapat diperoleh dari Mata air dan air sungai . Jumlah air tersedia dari
sumur yang diteliti cukup banyak tersedia dan kualitas air yang ada cukup baik dengan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

indikasi air berwarna bening, tidak berbau, tidak berasa (tawar) dan pH air 6,5 – 7,0,
sumber air bersih tersebut satu sumur dapat mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan 2
KK transmigran yang terdiri dari 8 jiwa (4 jiwa per KK) dengan kebutuhan 60
liter/hari/jiwa. Gambaran umum karakteristik mata air yang ada di lokasi studi
disajikan pada tabel berikut

Tabel 2.13 Gambaran umum Mata air di Lokasi Studi RSKP SKP. B
No Jenis Debit Keterangan

Jernih, tidak berasa dan tidak berbau.


1 Mata Air Jojame 2,5 Liter/Detik
Jarak ke Calon Permukiman SP Baru 1,0 km
Sumber : Hasil pengamatan lapang tim RSKP SKP.A , thn 2021

2.2.5 Perkiraaan Kebutuhan Air di Lokasi Studi


Air akan sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup dan aktivitas manusia, kebutuhan air
domestik dihitung  berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan air
perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan (Yulistiyanto dan Kironoto,2008).
Standar kebutuhan air domestik adalah dari Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002.

Tabel 2.14 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan
Jumlah Penduduk.
Jumlah Kebutuhan Air
Jumlah Penduduk Jenis Kota
(liter/orang/hari)
>2.000.000 Metropolitan >210
1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210
500.000-1.000.000 Besar 120-150
100.000-500.000 Besar 100-150
20.000-100.000 Sedang 90-100
3.000-20.000 Kecil 60-100
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan dan Irigasi
Bappenas. 2006.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 2.15 Standar Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga


Kebutuhan Normal Kebutuhan Minimum
No Jenis Pemakaian
(Lt/Orang/Hari) (Lt/Orang/Hari)
1 Minum + Masak 6 6
2 Mencuci Piring 4 4
3 Mandi 20 10
4 Mencuci Pakaian dll 30 20
Jumlah 60 40
Sumber : Dirjen Cipta Karya, Dep. PU, 1991

2.2.6 Kualitas Air

Penelitian kualitas air dilakukan terhadap sifat-sifat yang terkandung dalam air yang
dapat menimbulkan gangguan metabolisme tubuh melalui sifat fisik, kimia dan biologi.
Adapun hasil analisis laboratorium terhadap sampel sumur masyarakat serta sampel
sumur uji dapat dilihat pada tabel berikut.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 2.16 Analisis Kualitas Contoh air di Lokasi Studi RSKP SKP. A
Kadar Maksimum yang
Mata air
diperbolehkan
No Parameter Satuan Sungai Kabur Jojame
Air Minum Air Bersih
I. Fisika
Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tdk berbau Tdk berbau
Rasa - Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna Unit PtCo Maks 50 Maks 50 0,15 1,75
Kekeruhan Skala NTU 5 25 1,02 1,20
TDS Mg/L 1.500 1.500 145 400
II Kimia
Besi Mg/L 0,3 1,0 0,07 0,09
Kesadahan (CaCO3) Mg/L 500 500 160 252

Nitrat+sbg N Mg/L 10 10 0,90 3,50


Nitrit+sbg N Mg/L 1,0 1,0 0,004 0,004
pH 6,5 - 8,5 6,5 - 9,0 7,20 7,26
Sulfat Mg/L 250 400 10,20 14,90
Raksa Mg/L 10 10 - -
Sumber : Hasil Analisa lab fisika dan kimia air , BBIA kementrian Perindustrian, 2021

Secara keseluruhan hasil analisis laboratorium pada contoh air tersebut apabila
dibandingkan dengan standar mutu air bersih dan air minum, maka Mata air Jojame
serta Sampel air sungai Kabur di Lokasi SKP. A memenuhi syarat kualitas sebagai
air minum maupun air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/
Menkes/ SK/ VII/2010 tentang kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

2.2.7. Rekomendasi Penggunaan Air Bersih


Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa rekomendasi air bersih untuk air minum di
lokasi studi adalah mata air untuk itu perlu dibuat bak penampungan air melalui
pipanisasi
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.12. Peta Sumber Daya Air


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.3 Geologi, geomorfologi dan sistem lahan

Gambaran umum mengenai kondisi geologi, jenis batuan di wilayah Kabupaten


Halmahera Selatan mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, dimana terdiri dari
batuan beku, sedimentdan metamorf, karakteristik dan perebaran batuannya tertentu
sesuai dengan daerah pembentukannya seperti: batuan beku di sebagian Pulau Makian
sebagai hasil dari erupsi Gunung KieBesi, Batuan Sedimen di Pulau Kayoa, Batuan
Residual di sebagian Pulau Obi serta Batuan Skiss Metamorfdi sebagian Pulau Bacan
dan sebagainya. Tekstur tanah adalah perbandingan ukuran partikel-partikel kandungan
tanah antara debu, tanah liat dan pasir dari satu contoh tanah.

Tekstur berpengaruh langsung terhadap unsur hara, drainase dan kepekaan terhadap
erosi. Juga sangat berpengaruh terhadap pengelolaan tanah dan pertumbuhan tanaman
terutama dalam hal mengatur kandungan udara dalam rongga tanah, persediaan dan
kecepatan peresapan air di daerah tersebut, dimana hal itu sangat berperan dalam mudah
tidaknya lapisan tanah diolah. Definisi tekstur dapat diartikan secara kualitatif dan
kuantitatif.

Secara Kualitatif, yaitu menggambarkan halus, sedang dan kasar sedangkan secara
kuantitatif tekstur ini menggambarkan susunan relatif berat fraksi-fraksi yaitu pasir,
debu dan tanah liat.Berdasarkan data struktur geologi, wilayah Kabupaten Halmahera
Selatan tersusun atas 20 jenis batuan yang dapat dilihat pada tabel berikut

2.3.1 Geologi dan Geomorfologi

Salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah adalah bahan
induk, dimana bahan induk tersebut berpengaruh erat terhadap sifat kimia dan fisika
tanah. Berdasarkan Peta Geologi, Lembar Bacan ( 2515) skala 1 : 250.000 lokasi
Perencanaan terdiri dari dua formasi batuan seperti di uraiakan pada tabel berikut :
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 2.17 Sebaran Formasi Batuan dan Baan Induk di lokasi Perencanaan SKP. A
LUAS
KODE NAMA FORMASI LITOLOGI
HA %

Breksi Gunung Api dan Lava


Bacan
Tomb Formasi Bacan Andesit; bersisipan batu pasir 4.634,00 89,89
Formation
dan batu lempung

Batu Gamping dan Batu


Tmr Formasi Ruta Ruta Formation 725,42 10,11
Gamping Pasiran

TOTAL 5.359,42 100,00

Sumber : Peta Geologi lembar Bacan ( 2515) Tahun 1993

Menurut geomorfologinya secara umum lokasi Perencanaan menempati dataran datar


hingga bergunung dengan kemiringan lahan 0 – 3 % sampai > 40 % , pada ketinggian
10 - 250 m dari permukaan laut (dpl).

2.3.2 Sistim Lahan

Sistem lahan dapat digunakan  untuk  menilai potensi fisik laHan sebagai pendekatan
pada tahap awal untuk membantu perencanaan pengembangan lebih lanjut suatu
wilayah. Berdasarkan Peta Sistim Lahan (RePPPorT,1987) lembar Bacan ( 2515),
lokasi Perencanaan termasuk kedalam sistim lahan :

 Mariam (MRM), yaitu Gabungan dataran dan kipas aluvial, kemiringan laHan
0 – 3 %, relief 3 – 10 m, lebar puncak 0 m dan lebar lembah 0 m, bahan induk
Aluvium marin estuarin; aluvium sungai-sungai muda; aluvium endapan bahan
kipas. Jenis tanah yang muncul Tropaquepts; Eutropepts; Tropudalfs.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Gunung Selo ( GSO) yaitu Punggung gunung di atas vulkanik sedang hingga
basa kemiringan laHan 16 – 40 %, relief 51 – 300 m, lebar puncak > 50 m dan
lebar lembah 100 – 300 m . Andesit;basalt;diorit; gabro Jenis tanah yang mencul
Dystropepts; Eutropepts

Tabel 2.18 Sebaran Formasi Batuan dan BaHan Induk di lokasi Perencanaan SKP.A
LUAS
SIMBO DESKRIPS JENIS
SISTEM NAMA BAHAN INDUK
L I UMUM TANAH
HA %

Aluvium marin
Gabungan estuarin; aluvium Tropaquepts;
Dataran
MRM Mariam dataran dan sungai-sungai muda; Eutropepts; 452,42 4,81
Aluvial
kipas aluvial aluvium endapan Tropudalfs
bahan kipas
Punggung
gunung di
Gunung atas Andesit;basalt;diorit Dystropepts;
GSO Pegunungan 4.907,00 95,19
Silo vulkanik ; gabro Eutropepts
sedang
hingga basa

JUMLAH 5.359,42 100.00

Sumber : Peta Sistim Lahan ( RePPPorT ) lembar Bacan ( 2515) Tahun 1993
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.13. Peta geologi


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.14. Peta Sistem Lahan


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.4 TOPOGRAFI

Secara umum tujuan dari pemetaan topografi adalah untuk mengetahui detil-detil alam
yang ada. Data tersebut adalah posisi horisontal dan vertikal, kemiringan lahan dan tata
guna lahan. Hasil dari pengukuran topografi di gunakan sebagai acuan dalam
pembuatan peta tematik lainnya. Secara garis besar pekerjaan pengukuran topografi
meliputi penentuan titik ikat, pengukuran base line, pengukuran rintisan per-500 m,
pengamatan matahari dan perhitungan, serta penggambaran. Berdasarkan morfologi
lahannya, lokasi survai RSKP SKP. A / WPT Pulau Bacan mempunyai bentuk wilayah
datar ( 0 - 3 %) hingga bergunung ( > 40 %).

Data sekunder yang digunakan antara lain : Peta RKT Kawasan Pulau Bacan Tahun
2014, Peta Kawasan Hutan Prov. Maluku Utara No SK. 7875/MENLHK-
PHPL/KPHP/HPL.0/12/2020, Peta Rupa Bumi Indonesia Digital Lembar Ngahi (2515-
62) Maluku, BIG 2019, Skala 1 : 50.000, Peta Batas Administrasi BPS, Tahun 2013
serta Peta Geologi dan Sistem Lahan lembar Bacan (2515)

2.4.1 Pengukuran Kemiringan Lahan


Berdasarkan hasil pengukuran lapangan lokasi survai Kawasan Transmigrasi Pulau
Bacan SKP. A mempunyai variasi kelas kemiringan lahan , dari lahan datar (0-3%)
hingga lahan bergunung ( > 40%). Gambaran kondisi dan klasifikasi kelas kemiringan
lahan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.19. Kondisi Kemiringan Lahan di lokasi Survai SKP. A Kawasan Pulau
Bacan
TABEL KEMIRINGAN LAHAN SKP A
SIMBO KELAS LUAS
BENTUK LAHAN
L KEMIRINGAN LAHAN HA %

A 0–3% Datar 127,62 2,38


B 4–8% Landai 1.235,77 23,06
C 9 – 15% Bergelombang 769,87 14,36
D 16 – 25 % Agak Berbukit 566,94 10,58
E 25 – 40% Berbukit 1.926,79 35,95
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

F >40 % Bergunung 732,42 13,67


TOTAL 5.359,42 100,00
Sumber: Hasil Penelitian Lapang Tahun 2021

2.4.2 Pengukuran Jalur Base Line

Tujuan dari pengukuran jalur base line adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi
topografi yang akan direncanakan serta untuk memperoleh data yang lebih akurat untuk
penentuan rencana calon satuan permukiman (SP) serta sebagai dasar perencanaan calon
permukiman dan fasilitas umum. Daftar koordinat patok BL dan BM hasil pengukuran
dan pemasangan di lapangan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.20. Koordinat Titik BM dan BL di Lokasi Survai SKP. A kawaan Pulau Bacan
TITIK KOORDINAT PATOK DI SKP A
Koordinat Geografis Koordinat UTM Zona 52 S
Elevasi
Patok BT LS X Y (m)
(d° m' s.ss") (d° m' s.ss") (mT) (mU)
BM 0 127°25'42.004" 0°24'24.877" 325.132 9.955.001 1
BM 1 127°25'25.967" 0°23'56.716" 324.580 9.955.842 1
BM 2 127°24'48.123" 0°24'11.202" 323.416 9.955.432 237
BM 3 127°24'9.037" 0°25'2.954" 322.219 9.953.806 337
BM 4 127°23'31.596" 0°25'59.261" 321.081 9.952.115 287
BM 5 127°22'52.098" 0°26'51.427" 319.858 9.950.508 350
BM 6 127°22'33.582" 0°27'19.994" 319.296 9.949.656 287
BL 1 127°25'21.854" 0°23'59.614" 324.480 9.955.785 2
BL 2 127°24'21.795" 0°24'30.659" 322.628 9.954.809 412
BL 3 127°23'51.344" 0°25'32.764" 321.667 9.952.932 301
BL 4 127°23'11.435" 0°26'24.93" 320.443 9.951.337 325
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang Tahun 2020
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar Kegiatan Survai Topografi dan Kemiringan Lahan di SKP. A


Kawasan Pulau Bacan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.15. Peta KONTUR


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.5. SUMBERDAYA LAHAN

2.5.1. Klasifikasi Tanah


Klasifikasi tanah dilakukan untuk menentukan sebaran macam tanah yang ada di lokasi
survai. Pedoman yang digunakan dalam pengklasifikasian tanah adalah kriteria
Klasifikasi Tanah Nasional (BBSDLP, 2014) serta padanannya berdasarkan kriteria
FAO/UNESCO (1985) dan kriteria Keys to Soil Taxonomy 12th Edition (Soil Survai
Staff, 2014). Macam tanah yang dijumpai di areal survai RSKP Kawasan
Transmigrasi Pulau Bacan SKP A adalah : Kambisol Eutrik, Podsolik Haplik dan
Podsolik Kromik. Pengklasifikasian macam tanah di lokasi survai dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 2.21. Klasifikasi Macam Tanah di Lokasi Survai SKP. A Kawasan Pulau Bacan
Padanan Klasifikasi Tanah
No
BBSDLP (2014) Soil Survai Staff (2014) FAO/UNESCO (1985)

1 Kambisol Eutrik Typic Dystrudepts Eutric Cambisols


2 Podsolik Haplik Typic Hapludults Haplic Acrisols
3 Podsolik Kromik Typic Hapludults Kromic Acrisols
Sumber : Hasil Survai Lapangan, 2021

2.5.2. Deskripsi Tanah


Tanah yang dijumpai di areal survei RSKP Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan SKP A
adalah jenis tanah Kambisol dan Podsolik. Jenis-jenis tanah tersebut terdiri dari
beberapa macam tanah, yaitu : Kambisol Eutrik Podsolik Haplik dan Podsolik
Kromik

Kambisol
Kambisol adalah jenis tanah yang mempunyai horison B kambik tanpa atau dengan
horison A okrik, umbrik atau molik, tanpa memperlihatkan gejala hidromorfik di dalam
penampang 50 cm dari permukaan. Di lapangan jenis tanah kambisol ini hanya satu
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

macam pada tingkat macam kambisol yang dijumpai di lapangan yaitu Kambisol
Eutrik

Kambisol Eutrik adalah Kambisol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc)
sekurang-kurangnya pada beberapa bagian dari horison B. Di lapangan macam tanah
Kambisol Eutrik ini memiliki solum dalam ( 75 -100 cm). Warna matriks pada
lapisan atas coklat kekelabuan sangat gelap (10 YR 3/2); tekstur lempung berdebu;
struktur granular halus; konsistensi gembur (lembab), agak plastis (basah); perakaran
kasar banyak; pH 5.5 (masam); batas bergelombang, nyata. Sedangkan pada lapisan
bawah warna tanah hingga coklat kekuningan gelap (10 YR ¾); tekstur lempung
berliat;struktur gumpal, kasar, sedang; konsistensi teguh (lembab), plastis (basah);
perakaran halus sedang; pH 4,5 (masam). Macam tanah ini berdasarkan kriteria
Klasifikasi Tanah Nasional (BBSDLP, 2014) adalah Kambisol Eutrik dan padanannya
berdasarkan kriteria FAO (1985) adalah Eutric Cambisols. Sedangkan berdasarkan
criteria Keys to Taxonomy (Soil Survai Staff, 2014), tanah ini dikelompokkan kedalam
Typic Dystrudepts.

Podsolik (P)
Podsolik Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik) dan kejenuhan basa
kurang dari 50 %, tidak mempunyai horison albik. Podsolik memiliki ciri antara lain :
adanya perkembangan struktur tanah yang sudah lanjut, adanya adanya horison
pencucian (eluviasi) dan penimbunan (iluviasi) liat yang cukup kuat. Penyebarannya
dijumpai pada lahan dengan drainase baik dan sedang hingga cepat. Relief bervariasi
dari datar hingga bergelombang, Di Areal survei, Podsolik berkembang dari bahan
induk batu liat atau batu pasir, berdrainase baik hingga sedang dengan rejim
kelembaban tanah udik. Pada areal survey SKP. A dijumpai 2 jenis tanah Podsolik
yaitu Podsolik Haplik (Ph)dan Podsolik Kromik (Pc), Padanannya berdasarkan
Kriteria FAO (1985) adalah Haplic Acrisols, Chromic Acrisols, Sedangkan
berdasarkan criteria Keys to Taxonomy (Soil Surveys Staff, 2014), tanah ini
dikelompokkan kedalam Typic Hapludults
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Podsolik Haplik (Pi)


Di lapangan, macam tanah Podsolik Haplik ini mempunyai solum tanah dalam ( 75 -
100 cm). Warna tanah pada lapisan atas Coklat gelap (10YR 4/2) lempung liat berdebu
; struktur gumpal membulat, halus, sedang; konsistensi gembur (lembab), agak lekat,
agak plastis (basah); perakaran halus sedang; pH 5.0; batas baur, rata. Sedangkan pada
lapisan bawah warna tanah berkisar dari Coklat gelap kekuning-kuningan (10YR 4/6
hingga Coklat kekuningan (10YR 5/6) liat berdebu; struktur gumpal bersudut, sedang,
konsistensi sangat teguh (lembab), lekat, plastis (basah); tidak ada perakaran; pH 4.5;
Padanannya berdasarkan kriteria FAO (1985) adalah Haplic Acrisols. Sedangkan
berdasarkan kriteria Keys to Taxonomy 12th Edition (Soil Surveys Staff, 2014), tanah
ini dikelompokkan kedalam Typic Hapludults.

Podsolik Kromik (Pc)


Di lapangan macam tanah Podsolik Kromik ini pada lapisan atas memiliki warna Coklat
kekuningan (10YR 5/6) lempung liat berdebu; struktur gumpal, halus, sedang;
konsistensi gembur (lembab), agak lekat, agak plastis (basah); perakaran halus sedang;
pH 5.2; batas baur, rata. Pada lapisan bawah memiliki warna Merah kekuningan (5YR
5/8) liat berpasir; struktur gumpal bersudut, sedang, sedang; konsistensi sangat teguh
(lembab), sangat lekat, sangat plastis (basah); tidak ada perakaran; pH 4.5 Padanannya
berdasarkan kriteria FAO (1985) adalah Chromic Acrisols. Sedangkan berdasarkan
kriteria Keys to Taxonomy 12th Edition (Soil Surveys Staff, 2014), tanah ini
dikelompokkan kedalam Typic Hapludults.

2.5.3 Satuan Peta Lahan

Klasifikasi Satuan Peta Lahan didasarkan atas keragaman bahan induk, satuan lahan,
macam tanah, sifat penciri tanah: tekstur tanah, drainase tanah, reaksi tanah, kedalaman
efektif, Dimana dari beberapa pertimbangan tersebut di atas dihasilkan 7 ( tujuh )
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Satuan Peta Lahan. Adapun uraian dari masing-masing Satuan Peta Lahan yang terdapat
di lokasi survai SKP A diuraikan pada Tabel berikut
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 2.22. Karakteristik Satuan Peta Lahan di SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan
BENTUK LUAS
NO WILAYAH
URAIAN SATUAN LAHAN FISIOGRAFI BAHAN INDUK
SPL Ha %
(% LERENG)

Kambisol Haplik, Tekstur lapisan atas lempung berdebu /lempung berliat, drainase baik, kedalaman
efektif dalam ( 75 – 100 CM ) , batuan di permukaan sedikit, KTK rendah, KB rendah, C organik Datar
1 Dataran Datar
(0 - 3%)
127,62 2,38
sangat rendah, pH masam (pH 5,5). Kesuburan tanah rendah , Typic Dystrudepts
Bahan Aluvial
Kambisol Haplik, Tekstur lapisan atas lempung berdebu /lempung berliat, drainase baik, kedalaman dan Lempung
efektif dalam ( 75 – 100 cm ) , batuan di permukaan sedikit, KTK rendah, KB sangat rendah, C Landai
2
organik sangat rendah, pH masam (pH 5,2). Tingkat kesuburan tanah rendah, Typic Dystrudepts
Dataran
(4 – 8%)
196,47 3,67

Asosisasi Podsolik Haplik dengan Podsolik Kromik, Tekstur lapisan atas lempung berliat / liat
berdebu, drainase sedang, kedalaman efektif dalam ( 75 – 100 cm ) , batuan di permukaan sedikit, Landai
3
KTK rendah, KB sangat rendah, C organik sangat rendah, pH masam (pH 5,3). Tingkat kesuburan
Dataran
(4 – 8%)
1.039,30 19,39
tanah rendah, Typic Hapludults
Asosisasi Podsolik Haplik dengan Podsolik Kromik, Tekstur lapisan atas llempung berliat / liat
berdebu, drainase sedang, kedalaman efektif dalam ( 75 – 100 cm ) , batuan di permukaan sedikit, Bergelombang
4
KTK rendah, KB sangat rendah, C organik sangat rendah, pH masam (pH 5,3). Tingkat kesuburan (9 – 15%)
769,87 14,36
tanah rendah, Typic Hapludults
Asosisasi Podsolik Haplik dengan Podsolik Kromik, Tekstur lapisan atas lempung berliat / liat
berdebu, drainase sedang, kedalaman efektif dalam ( 75 – 100 cm ) , batuan di permukaan sedikit, Agak Berbukit
5
KTK rendah, KB sangat rendah, C organik sangat rendah, pH masam (pH 5,2). Tingkat kesuburan
Perbukitan Andesit, Basalt
(16 – 25%)
566,94 10,58
tanah rendah, Typic Hapludults
Asosiiasi Podsolik Haplik dengan Podsolik Kromik, Tekstur lapisan atas lempung berliat / liat
berdebu, drainase sedang, kedalaman efektif dalam ( 75 – 100 cm ) , batuan di permukaan sedikit, pH Berbukit
6
masam (pH 5,1). Tingkat kesuburan tanah rendah, Typic Hapludults (26 – 40%)
1.926,79 35,95

Asosiasi Podsolik Haplik dengan Podsolik Kromik, Tekstur lapisan atas lempung berliat / liat
berdebu, drainase sedang, kedalaman efektif dalam ( 75 – 100 cm ) , batuan di permukaan sedikit, Bergunung
7
Tingkat kesuburan tanah rendah, Typic Hapludults
Pegunungan
(>40%)
732,42 13,67

JUMLAH 5.359,42 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Lapang Tahun 2021


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.16. Peta Satuan Lahan


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.5.4. Kesuburan Tanah

Penilaian kesuburan tanah secara umum dilakukan melalui penafsiran sifat-sifat kimia
tanah yang diperoleh dari penilaian kualitatif di lapangan serta penilaian secara kuantitatif
dari hasil analisis laboratorium contoh tanah kesuburan (composite sample). Parameter
sifat-sifat kimia tanah yang dinilai meliputi : kandungan C-organik tanah, Nitrogen total,
fosfor tersedia tersedia, kation Kalium dapat ditukar yang dianggap sebagai K tersedia,
kation basa lainnya yaitu Kalsium, Magnesium dan Natrium dapat ditukar, Kapasitas
Tukar Kation dan Kejenuhan Basa.

Penilaian status kesuburan tanah secara keseluruhan didasarkan pada Terms of Reference
Survei Kapabilitas Tanah (PPT, 1983) terdapat pada tabel dibawah ini. Sedangkan
deskripsi masing-masing sifat kesuburan tanah terdapat pada uraian dibawahnya.

Tabel 2.23 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah


Sifat Tanah Satuan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

C – Orgonik % < 1.00 1.0 - 2.0 2.01- 3.0 3.1- 5.0 > 5.0
N – Total % < 0.1 0.1- 0.2 0.21- 0.5 0.51- 0.75 > 0,75
C/N - < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25
P2O5 Bray 1 ppm < 10 10 - 15 16 - 25 26 - 35 > 35
P2O5 Olsen ppm < 10 10 - 25 26 - 45 46 - 60 > 60
P2O5 HCl 25 % Mg/100 g < 10 10 - 20 21- 40 41- 60 > 60
K2O HCl 25 % m < 10 10 - 20 21- 40 41- 60 > 60
g
/
1
0
0

g
KTK me/100 g < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40
K-dd me/100 g < 0.10 0.1- 0.2 0.2 - 0.5 0.5 - 1.0 > 1.0
Na-dd me/100 g < 0.10 0.1- 0.3 0.4 - 0.7 0.8 - 1.0 > 1.0
Mg-dd me/100 g < 0.4 0.4 -1.0 1.1- 2.0 2.1- 8.0 > 8.0
Ca-dd me/100 g <2 2.0 - 5.0 6 - 10 11 - 20 > 20
Kej. Basa % < 20 20 - 35 36 - 50 51- 70 > 70
Kej Al % < 10 10 - 20 21- 30 31- 60 > 60
Nilai pH < 4.5 4.5 - 5.5 5.6 - 6.5 6.6 - 7.5 7.6 - 8.5 > 8.5
(Reaksi Tanah) (Sangat (Masam) (Agak (Netral) (Agak Basa) (Basa)
Masam) Masam)
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983)

Tabel 2.24 Hasil Analisis Tanah di Lokasi Studi SKP. A Kawasan Pulau Bacan
Macam Tanah
Sifat Tanah
Podsolik Haplik Podsolik Kromik Kambisol Eutrik
C (%) 1,29 ( R ) 0,73 (SR) 2,76 ( S )
N (%) 0,08 ( SR ) 0,05 ( SR ) 0,17 (SR)
C/N Ratio 16 ( T ) 15 ( S ) 16,00 ( T )
P2O5 Bray (ppm) 0,84 (SR) 2,38 ( SR ) 2,66 (SR)
KTK (me/100 g) 8,55 (SR) 5,55 ( SR) 7,39 (SR)
K (me/100 g) 0,03 (SR) 0,02 ( SR) 0,17 (SR)
Na (me/100 g) 0,00 (SR) 0,00 ( SR) 0,08 (SR)
Mg (me/100 g) 0,12 (SR) 0,12(SR) 0,60 (SR)
Ca (me/100 g) 0,24 (SR) 0,08 ( SR) 0,60 (RR)
KB (%) 4,51 (SR) 3,92 ( SR) 15,40 (SR)
Kejenuhan Al (%) 1,75 (SR) 2,46 ( SR ) 1,34 (SR)
Masam Masam Masam
PH (H2O)
5,23 5,20 5,30
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium ICBB Darmaga Bogor 2021

A. Reaksi Tanah dan Kejenuhan Al

Besarnya nilai pH tanah yang ada pada tanah di lokasi studi SKP. A termasuk pada
katagori masam (pH 5,20 – 5,40). Nilai kejenuhan aluminium berpengaruh terhadap
proses pertukaran kation dalam larutan tanah, pada pH masam, banyak unsur Al, dan
unsur mikro seperti Fe, Mn, Zn, Cu, dan Co larut di dalam tanah. Meskipun dibutuhkan
bagi tanaman, tetapi dalam jumlah besar merupakan racun. Kandungan Al-dd tergolong
sangat rendah, Beberapa jenis tanaman terutama dari golongan kacang-kacangan sangat
sensitif terhadap kejenuhan Al yang tinggi, sedangkan beberapa tanaman lain apabila
pH tanah rendah, produksi maksimal sulit untuk diperoleh.

Nilai kejenuhan aluminium berpengaruh terhadap proses pertukaran kation dalam


larutan tanah, dan sangat besar pengaruhnya terhadap reaksi tanah (nilai pH tanah).
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Nilai kejenuhan Al pada tanah berbanding lurus dengan besarnya nilai pH tanah dan
basa basa yang dapat ditukar, makin tinggi pH dan makin tinggi basa dapat ditukar akan
makin kecil nilai aluminium dapat ditukar oleh karena itu dapat diduga bahwa nilai
kejenuhan aluminium dapat ditukar dilokasi studi sangat rendah (0,16 – 2,34 %).

B. Kandungan Bahan Organik dan Nitrogen


Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat diperlukan tanaman, terutama pada
masa pertumbuhan vegetatif. Kandungan N tanah dideteksi melalui kadar N-total tanah
yang sangat dipengaruhi oleh kandungan C-organik dan tingkat dekomposisinya.
kandungan C-organik yang terdapat pada tanah-tanah di lokasi studi termasuk sangat
rendah sampai sedang berkisar antara 0,50 % sampai dengan 2,92 % kadar nitogen total
pada lokasi studi termasuk sangat rendah sampai rendah (0,03 % - 0,39 %),
Ketersediaan nitrogen dalam tanah akan semakin meningkat apabila terjadi pelapukan
atau dekomposisi bahan organik. Meningkatnya dekomposisi bahan organik terjadi
oleh karena meningkatnya aktivitas mikoorganisme yang dikenal dengan proses
mineralisasi.

Mineralisasi bahan organik adalah proses pelepasan unsur-unsur hara yang dikandung
bahan organik akibat proses dekomposisi. Berkaitan dengan mineralisasi bahan organik
tanah, diindikasikan dengan nilai C/N, nilai C/N yang rendah akan mengakibatkan
dekomposisi bahan organik melepas unsur hara, akan tetapi sebaliknya jika nilai C/N
tinggi terjadi pengikatan unsur hara tanah, pengikatan unsur hara tersebut disebabkan
unsur hara tersebut digunakan sebagai energi dan untuk berkembang biak oleh
mikroorganisme saat melakukan dekomposisi.

Nisbah C/N lebih dari 11 mengindikasikan adanya proses mineralisasi, kondisi


mineralisasi yang berarti kondisi dekomposisi yang melepas unsur hara. kondisi bahan
organik yang ada di lokasi studi ada yang sedang terjadi proses mineralisasi, hal ini
ditunjukkan dengan nilai yang berkisar antara 15 sampai dengan 20.

C. Fosfor Tersedia
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Ketersedian fosfor pada tanah mineral dipengaruhi oleh kejenuhan aluminium dan
kandungan bahan organik tanah, makin rendah nilai kejenuhan aluminium tanah maka
kemungkinan besar makin kecil pula ketersediaan fosfor yang bisa diserap tanaman
karena terjadi fiksasi fosfor oleh Al, hal sebaliknya terjadi makin rendah kejenuhan
aluminium dan makin tinggi kandungan bahan organik tanah, makin tinggi fosfor
tanah. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk senyawa ion yaitu anion HPO4 = dan
H2PO4-, bentuk anion tersebut tersedia akibat reaksi penguraian pupuk atau bahan
organik maupun mineral-mineral dalam tanah. Fosfor tersedia yang terdapat pada tanah
di lokasi studi diekstrak dengan menggunakan metode Bray Kandungan fosfor tersedia
(Bray ) pada tanah di lokasi studi tergolong rendah sampai sangat tinggi nilainya
berkisar antara 0,42 – 4,33 ppm.

D. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


KTK tanah adalah kapasitas pertukaran ion positif dalam tanah, dari larutan tanah
terhadap kompleks jeparan tanah. Makin tinggi intensitas pertukaran ion yang terjadi di
dalam larutan tanah dengan kompleks jerapan semakin tinggi pula nilai KTK, oleh
karena itu semakin besar pula kemampuan tanah untuk mengikat dan melepaskan unsur
hara dari komplek jerapan. Besarnya nilai KTK tanah dipengaruhi oleh jenis mineral
liat yang ada dalam tanah dan kadar bahan organik. Tanah yang mempunyai mineral
liat tipe 2 : 1 mempunyai nilai KTK yang lebih besar dibanding lainnya, begitu juga
tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi akan mempunyai KTK tinggi
pula. Besarnya KTK tanah yang ada di lokasi tergolong sangat rendah sampai rendah
nilainya berkisar antara 4,44 – 14,18 me/100g.

E. Kejenuhan Basa (KB)

Kejenuhan basa adalah sebuah perbandingan relatif antara jumlah ion basa (Ca, Mg, Na,
K) terhadap nilai Kapasitas Tukar Kation effektif. Akan tetapi nilai kejenuhan basa ini
dipengaruhi juga oleh ion lain seperti Al, dimana apabila ion Al kadarnya tinggi
didalam tanah maka posisi ion basa dalam komplek jerapan akan digantikan oleh Al,
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

dan ion basa yang ada akan diikat dalam bentuk oksida atau lainnya menjadi bentuk
tidak aktif. Oleh karena itu kejenuhan basa (KB) didefinisikan sebagai :

KB = (Basa-basa dapat ditukar ÷ Basa-basa + Al-dd + H-dd) x 100 %


Besarnya kejenuhan basa pada tanah dapat juga dilihat dari besarnya nilai pH, nilai pH
yang tinggi atau netral menandakan banyaknya basa-basa bebas didalam larutan tanah,
hal tersebut berati sedikit sekali Al-dd dan Al bebas dalam larutan tanah. Pada kondisi
demikian kejenuhan basa dapat dipastikan tinggi (>50 %). Nilai Kejenuhan basa di
lokasi berkisar 2,39 – 15,40 ( sangat rendah)

F. Status Kesuburan
Dari semua faktor kesuburan tersebut secara umum tanah di lokasi studi SKP. A dapat
dinyatakan mempunyai tingkat kesuburan yang rendah, seperti yang disajikan pada tabel
berikut ini.

Tabel 2.25 Sifat Kimia dan Status Kesuburan Tanah Lokasi Survai SKP. A
Lapisan Status
Macam Tanah C-Org P2O5 K2O KTK KB
(cm) Kesuburan

Kambisol Sangat
0 - 30 0,73 (SR) 2,76 (SR) 0,22 (S) 7,39 (SR) 15,40 SR)
Eutrik rendah
Podsolik Haplik Sangat
0 - 30 1,29 (R) 0,84 (SR) 0,20 (S) 8,55 (SR) 4,51 (SR)
rendah
Podsolik Sangat
0 - 30 1,02 (R) 0,62(SR) 0,22 (S) 5,58 (SR) 5,82 (SR)
Kromik rendah
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Kesuburan Tanah, Tahun 2016 dengan mengacu dari lampiran TOR 59b (PPT,
1983)
Ket.: Penilaian hanya didasarkan pada sifat umum tanah secara empiris dan belum dihubungkan
dengan kebutuhan tanaman.

Pengapuran biasa diperlukan untuk menekan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah agar
pH tanah meningkat menjadi pH optimum untuk perkembangan tanaman (kisaran pH 5,5 –
6,5), selain itu pengapuran dapat memberikan sumbangan unsur hara terutama Ca, dan Mg
yang terkandung didalamnya. Jumlah kapur yang diberikan biasanya tergantung tingkat
pH tanah yang diinginkan atau tingkat kadar aluminium dapat ditukar yang diinginkan.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Berikut ini adalah metoda menghitung kebutuhan kapur yang dikemukakan oleh Cokrane,
Salinas dan Sanches (1980) dan Soil Survei Manual (1951), metoda tersebut
memperhitungkan kadar beberapa kation dapat ditukar dalam tanah diantaranya Al, Ca dan
Mg, serta tingkat kadar Al yang diinginkan di dalam tanah. Kandungan kejenuhan
Alumunium yang mulai dapat meracuni tanaman mempunyai nilai 30 %.

KK = 1,8 {Al – RAS(Al + Ca + Mg)}

Keterangan :
KK = Kebutuhan kapur setara CaCO3 (Ton/Ha)
RAS = Kejenuhan Al yang diinginkan (30% atau 40% untuk non kacangan)
Al, Ca, Mg = Kation dapat ditukar (me/100g)

Metoda perhitungan kebutuhan kapur lainnya dikemukakan oleh Soil Suvey Manual (1951)
yang memperhitungkan tingkat pH tanah yang diinginkan dari pH awal yang terukur pada
tanah dengan berbagai kelas tekstur. Standar yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.26 Perkiraan Kebutuhan Kapur Pada Lapisan Olah Tanah


Kebutuhan Kapur (Ton/Ha) Untuk Menaikan
Tekstur Tanah
pH 3,5 ke pH 4,5 pH 4,5 ke pH 5,5 pH 5,5 ke pH 6,5
Pasir dan Pasir Berlempung 0.6 0.6 0.9
Lempung Berpasir - 1.1 1.5
Lempung - 1.7 2.1
Lempung Berliat - 2.6 3.0
Liat Berlempung - 3.2 4.3
Muck (organik) 6.4 7.1 8.1
Sumber : Soil Survei Manual (1951)

Hasil perhitungan kebutuhan kapur pada tanah di lokasi studi SKP. A mempertimbangkan
data pH tanah dimana pH tanah dilapangan yang ada rata-rata 5,0. Dengan metoda yang
dikemukakan oleh Soil Suvey Manual (1951), maka jumlah kapur yang diperlukan untuk
menaikan pH tanah menjadi pH 6,5 pada kondisi tanah yang mempunyai tekstur lempung
berliat hingga liat berdebu adalah 1,8 Ton/Ha, hal tersebut disebabkan nilai pH tanah
dilokasi studi tergolong masam. Oleh karena itu jumlah kapur yang diperlukan pada tanah
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

yang ada dilokasi survei untuk setiap jenis tanaman yang akan diusahakan terdapat pada
tabel dibawah.

Tabel 2.27 Kebutuhan Kapur Beberapa Komoditi Pertanian Di Lokasi Studi SKP. A
Kebutuhan Kapur
Komoditi pH Tanah pH Optimum
No Rata-rata (Ton/Ha)*)
1 Padi Ladang 5,0 5,0 – 6,5 1,8
2 Jagung 5,0 5,5 – 7,5 1,8
3 Kacang Tanah 5,0 5,3 – 6,6 1,8
4 Ubi 5,0 5,8 – 6,0 1,8
5 Tomat 5,0 5,5 – 7,0 1,8
6 Kacang Panjang 5,0 5,5 – 7,0 1,8
7 Timun 5,0 5,5 – 6,7 1,8
8 Pisang 5,0 6,0 – 7,5 1,8
9 Nenas 5,0 5,0 – 6,5 1,8
10 Kelapa 5,0 6,0 – 7,5 1,8
11 Kelapa sawit 5,0 4,5 – 7,0 1,8
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2021

2.5.4.1 Pemupukan
Dalam sistem pertanian modern pemberian pupuk bagi budidaya tanaman mutlak
diperlukan. Pemupukan dapat memprediksi jumlah produksi hasil panen sehingga
perhitungan biaya produksi dan pendapatan dari hasil panen dapat dihitung dari awal.
Pemupukan tanaman merupakan suatu keharusan untuk menyuplai unsur hara yang
dibutuhkan tanaman, agar produksi tanaman berada pada kisaran produksi yang
diinginkan. Pada Tabel berikut. dikemukakan kebutuhan unsur hara beberapa tanaman
yang diserap untuk berproduksi secara optimum.

Tabel 2.28. Kisaran Kebutuhan Beberapa Tanaman Dalam Menyerap Unsur Hara
Standar Kebutuhan Unsur Hara tanaman (Kg/Ha)
Jenis Tanaman
N P2O5 K2O
Jagung 85 ± 16 46.8 ± 8.1 22.9 ± 6.3
Kacang Tanah 31.4 ± 6.2 46.9 ± 10 18.7 ± 6.1
Kacang Hijau 28.7 ± 5.7 41.0 ± 6.9 18.5 ± 7.5
Ubi Kayu 72.8 ± 13.8 35.3 ± 11.2 33.0 ± 12
Ubi Jalar 58.8 ± 11.3 27.0 ± 5.8 24.0 ± 7.5
Padi lading 180 80 60
Kelapa Hibrida* 45 32,2 120
Pisang** 37,8 24,84 50,4
Kopi Robusta 84 54 73
Keterangan : * = Populasi 200 pohon/Ha
= Populasi 400 pohon/Ha
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Hasil perhitungan kebutuhan pupuk berdasarkan hasil analisis tanah terdapat pada Tabel
berikut

Tabel 2.29 Rekomendasi Dosis Pupuk Pada Beberapa Tanaman di Lokasi Studi
Kebutuhan Pupuk ( Kg/Ha )
Komoditi Tanaman Jenis Pupuk
Rata-rata Rekomendasi
Urea 236 240
Padi ladang SP-36 127 130
KCl 94 100
Urea 217 220
Palawija SP-36 96 100
KCl 98 100
Urea 136 140
Tanaman sayur-
SP-36 77 80
sayuran / Hortikultura
KCl 55 60
Urea 345 350
Tanaman perkebunan
SP-36 162 160
KCl 107 110

2.5.5. Penilaian Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan dalam penelitian ini digunakan untuk menilai tingkat
kecocokan lahan untuk memilih jenis komoditi yang akan dikembangkan di lahan
transmigran. Klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan mengacu pada Framework for
Land Evaluation (FAO, 1976) yang memiliki 4 (empat) kategori kesesuaian, yaitu tingkat
ordo, kelas, sub kelas, dan unit. Dalam penelitian ini kesesuaian lahan dinilai hanya
sampai tingkat sub kelas. Pada tingkat ordo dinilai apakah lahan sesuai atau tidak sesuai
untuk penggunaan tertentu, dalam hal ini ordo dibedakan atas ordo Sesuai dan Tidak
Sesuai.
Ordo Sesuai (S) : Menunjukkan bahwa lahan dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Ordo Tidak Sesuai (N) : Menunjukkan bahwa lahan tidak dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tingkat kelas menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo, terdapat 3 (tiga)
kelas untuk ordo sesuai dan 2 (dua) kelas untuk ordo tidak sesuai.
Kelas S1 : Sangat Sesuai
Kelas S2 : Cukup Sesuai
Kelas S3 : Sesuai Bersyarat/Marginal
Kelas N1 : Tidak Sesuai untuk Saat Ini
Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen
Tingkat sub kelas menunjukkan jenis faktor penghambat pada masing-masing kelas.
Dalam satu sub kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor penghambat, untuk itu jenis
faktor penghambat yang lebih dominan ditulis lebih depan.
Sub Kelas S2r : Kelas S2 (Cukup Sesuai) dengan faktor penghambat kedalaman
efektif tanah (r).
Sub Kelas S2sr : Kelas S2 (Cukup Sesuai) dengan faktor penghambat utama kelas
lereng (s) dan penghambat lain kedalaman efektif tanah (r).
Kesesuaian lahan pada tingkat Unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub kelas
berdasar atas besarnya faktor penghambat.
Sub Kelas S2s2 : Kelas S2 (Cukup Sesuai) dengan besar faktor
penghambat kelas lereng tingkat 2 (lereng 3 - 8 %).

2.5.5.1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

Dalam penilaian kesesuaian lahan, penilaian dilakukan terhadap kesesuaian lahan aktual
(A) dan potensial (P). Kesesuaian lahan pada kondisi aktual (A) merupakan kesesuaian
lahan berdasarkan data hasil survai lapangan dan analisis laboratorium. Kesesuaian lahan
aktual ini belum mempertimbangkan masukan-masukan untuk mengatasi kendala/faktor
pembatas pertumbuhan tanaman.

Faktor pembatas yang dimaksud dapat berupa sifat-sifat tanah maupun kondisi lingkungan
pada lahan tersebut. Sedangkan kesesuaian lahan pada kondisi potensial (P) menyatakan
keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha - usaha perbaikan
atau setelah adanya pemberian input terhadap tanah maupun lahan.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Usaha perbaikan diberikan sejalan dengan tingkatan kesesuaian lahan yang akan
dilaksanakan (Puslitanak, 1993). Beberapa parameter lahan dapat diperbaiki pada tingkat
tertentu seperti reaksi tanah, kesuburan tanah, kondisi drainase dan lainnya, tetapi ada
parameter lahan yang tidak dapat diperbaiki kualitasnya menjadi lebih baik dengan tingkat
biaya konvensional yang ada seperti tekstur tanah, dan kondisi iklim. Sekalipun pada saat
ini terdapat teknologi yang memungkinkan untuk memperbaiki atau mengurangi faktor
pembatas lahan dan lingkungan, namun biaya yang harus dikeluarkan sangat tinggi dan
tidak ekonomis untuk skala usaha konvensional. Jenis usaha perbaikan
kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial disajikan pada Tabel berikut.
Sedangkan asumsi tingkat pengelolaan lahan disajikan pada Tabel berikut

Tabel 2.30 Jenis Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Untuk Menjadi Potensial
Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/Karakteristik Lahan Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan

1. Regim Radiasi - Tidak dapat dilakukan perbaikan --


- Panjang Penyinaran Matahari
2. Rejim Suhu
Suhu rata-rata tahunan - Tidak dapat dilakukan perbaikan --
- Suhu rata-rata bulan terdingin - Tidak dapat dilakukan perbaikan --
- Suhu rata-rata bulan terpanas - Tidak dapat dilakukan perbaikan --
3. Rejim Kelembaban Udara
- Kelembaban nisbi - Tidak dapat dilakukan perbaikan --
4. Ketersediaan Air
- Bulan kering - Sistem irigasi/pengairan Sedang, Tinggi
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kualitas/Karakteristik Lahan Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan

- Curah hujan - Sistem irigasi/pengairan Sedang, Tinggi


5. Media Perakaran
- Drainase - Perbaikan/pembuatan sistem drainase Sedang, Tinggi
- Tekstur - Tidak dapat dilakukan perbaikan --
- Kedalaman efektif - Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan, kecuali Tinggi
pada lapisan padas lunak dan tipis dengan
membongkarnya sewaktu pengelolaan tanah

- Kematangan gambut - Pengaturan sistem drainase untuk mempercepat Tinggi


pematangan gambut
- Ketebalan gambut - Teknik pemadatan gambut, teknik penanaman, dan Tinggi
pemilihan varietas
6. Retensi Hara
- KTK - Pengapuran atau penambahan bahan organic Sedang, Tinggi
- pH - Pengapuran
- C organic - Penambahan bahan organic
7. Ketersediaan Hara
- N-Total - Pemupukan Rendah, Sedang,
- P2O5 - Pemupukan Tinggi
- K2O - Pemupukan
8. Bahaya Banjir
- Periode - Pembuatan tanggul penahan banjir dan pembu Tinggi
- Frekuensi atan saluran drainase untuk mempercepat Tinggi
pembuangan air
9. Kegaraman
- Salinitas - Reklamasi Sedang, Tinggi
10. Toksisitas
- Kejenuhan aluminium - Pengapuran Sedang, Tinggi
- Lapisan Pirit - Pengaturan sistem tata air tanah, tinggi permukaan Sedang, Tinggi
air tanah harus di atas bahan sulfidik

11. Kemudahan pengolahan - Pengaturan kelembaban tanah Sedang, Tinggi


12. Terrain/Potensi Mekanisasi - Tidak dapat dilakukan perbaikan --
13. Bahaya Erosi - Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, Sedang, Tinggi
penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman
penutup tanah

Keterangan :
- Tingkat Pengelolaan Rendah : pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang rendah
- Tingkat Pengelolaan Sedang : pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah memerlukan modal menengah
dan tingkat pertanian sedang.
- Tingkat Pengelolaan Tinggi : pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan
oleh pemerintah, perusahaan besar/menengah.

Tabel 2.31. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Untuk Menjadi Potensial
Menurut Tingkat Pengelolaannya
Tingkat Pengelolaan
Kualitas Lahan
Rendah Sedang Tinggi
1. Regim Radiasi -- -- --
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tingkat Pengelolaan
Kualitas Lahan
Rendah Sedang Tinggi
2. Rejim Suhu -- -- --
3. Rejim Kelembaban Udara -- -- --
4. Ketersediaan Air
- Bulan kering -- + ++
- Curah hujan -- + ++
5. Media Perakaran
- Drainase -- + ++
- Tekstur -- -- --
- Kedalaman efektif -- -- +
- Kematangan gambut -- -- +
- Ketebalan gambut -- -- +
6. Retensi Hara
- KTK -- + ++
- pH -- + ++
- C-organik -- + ++
7. Ketersediaan Hara
- N-Total + ++ +++
- P2O5 + ++ +++
- K2O + ++ +++
8. Bahaya Banjir
- Periode -- + ++
- Frekuensi -- + ++
9. Kegaraman
- Salinitas -- + ++
10. Toksisitas
- Kejenuhan aluminium -- + ++
- Phyrite -- + ++
11. Kemudahan pengolahan -- + ++
12. Terrain -- -- +
13. Bahaya Erosi -- + ++
Keterangan :
- : tidak dapat dilakukan perbaikan
+ : perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (contoh S 3
menjadi S2)
++ : kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (contoh S3 menjadi S1)
+++ : kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (contoh N1 menjadi S1)

2.5.5.2 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Potensial

Hasil penilaian kesesuaian lahan di lokasi studi SKP. A secara aktual dan potensial untuk
beberapa kelompok tanaman disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.32 Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial di Lokasi Studi SKP. A
S Macam Tanah Kmiringan Kesesuaian Kelas Kesesuaian Lahan Luas
P Lahan (%)
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

L
PPT (2014) / USDA Taaman
(2014) Padi Tnaman Tanaman
TPLK Perkebu Ha %
Ladang Sayuran Tahunan
nan
A S3,na S3,na S3,na S3,na S3,na
Kambisol Eutrikk MI/M
1 A I MI/ML MI/ML MI/ML MI/ML 127,62 2,38
(Typic Dystrudepts) L
P S2 S2 S2 S2 S2
A S3,na S3,na S3,na S3,na S3,na
Kambisol Eutrik (Typic MI
2 B I MI/ML MI/ML MI MI 196,47 3,67
Dystrudepts) ML
P S2 S2 S2 S2 S2
Podsolik Haplik A S3,na S3,na S3,na S3,na S3,na
Asosiasi Podsolik MI
3 B I MI/ML MI/ML MI MI 1.039,30 19,39
Kromik ( Typic ML
Hapludults) P S2 S2 S2 S2 S2
Podsolik Haplik A S3,tna S3,tna S3,tna S3,na S3,na
Asosiasi Podsolik MI/Tg MI/TgM
4 C I MI/TgML MI/ML MI/ML 769,87 14,36
Kromik ( Typic ML L
Hapludults) P S2 S2 S2 S2 S2
Podsolik Haplik A N1,t N1,t N1,t S3,tna S3,tna
Asosiasi Podsolik MI/TgM
5 D I HI/tg tb HI/tg tb HI/tg tb MI/TgML 566,94 10,58
Kromik ( Typic L
Hapludults) P S3 S3 S3 S2 S2
Podsolik Haplik A N2,t N2,t N2,t N1,t N1,t
Asosiasi Podsolik I X X X HI/tg tb HI/tg tb
6 E 1.926,79 35,95
Kromik ( Typic
P N2 N2 N2 S3 S3
Hapludults)
Podsolik Haplik A N2,t N2,t N2,t N2,t N2,t
Asosiasi Podsolik I x x x x x
7 F 732,42 13,67
Kromik ( Typic
P N2 N2 N2 N2 N2
Hapludults)

Jumlah 5.359,42 100,0

Sumber: Hasil analisa Tim RTSP dan RTJ, 2021.


Keterangan :
Kelas Kesesuaian Lahan : Faktor Pembatas : Input Tekno logi :
- S2 = Cukup sesuai (n) = Kesuburan tanah M = Pemupukan
- S3 = Sesuai marginal (a) = kemasaman tanah L = Pengapuran
- N1 = Tdk sesuai saat ini (t) = topografi Tg = teras gulud
Tb = teras bangku

Tingkat Kesesuaian lahan Tingkat Input :


A = Aktual Li = input rendah
I = Input Mi = input menengah
P = Potensial Hi = input tinggi

A. Tanaman Padi Ladang


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Lahan tergolong cukup sesuai marginal (S3) yaitu SPL 1,2,3 dan 4 dengan faktor pembatas
kesuburan tanah dan kemasaman tanah. Lahan ini dapat ditingkatkan tingkat kesesuaian
lahan menjadi cukup sesuai (S2) dengan memberikan pupuk dan pengapuran.

B. Tanaman Pangan Lahan kering (TPLK) dan Sayur-sayuran

Kelompok yang termasuk tanaman pangan lahan basah yang prospektif di areal survai
adalah: jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Sedangkan untuk tanaman sayur-
sayuran adalah: cabai, tomat, dan terung. Bagi kelompok komoditas ini termasuk kedalam
kelas kesesuaian lahan sesuai marginal ( S3) di SPL 1, 2, 3 dan 4 dengan faktor pembatas
kesuburan tanah dan kemasaman tanah(pH), dapat ditingkatkan kelas kesesuaian menjadi
menjadi sesuai marginal (S3) dengan cara pemberian pupuk berimbang dan pengapuran .

C. Tanaman Perkebunan
Kelompok yang termasuk tanaman perkebunan yang prospektif di areal survai adalah
tanaman pala, coklat dan kelapa . Bagi kelompok komoditas ini lahan yang paling
prospektif dengan kelas kesesuaian sesuai marginal ( S 3 ) adalah SPL 1, 2, 3 , 4, 5
dengan faktor pembatas kesuburan tanah dan kemasaman tanah dan dapat ditingkatkan
kelas kesesuaian lahan menjadi cukup sesuai (S 2) dengan membuat pemupukan dan
pengapuran . serta SPL 6 dengan faktor pembatas kelas kemiringan lahan dan dapat
ditingkatkan dengan pembuatan teras gulud, teras bangku dan penanaman sejajar kontur

2.5.1.1 Waktu pemberian pupuk


Pemberian pupuk kimia dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : Pertama,
pemberian pupuk dengan dibenamkan sepanjang larikan tanaman lalu ditutup
tanah. Kedua, penebaran pupuk secara merata diatas tanah dan biasa untuk tanaman yang
jarak tanamnya rapat seperti padi. Tetapi tidak dianjurkan untuk pupuk urea karena mudah
hilang akibat penguapan. Ketiga, pupuk dimasukkan ke dalam lubang tanam sesaat
sebelum tanaman ditanam (pop up). Bisa juga pupuk diletakkan di belakang tanah yang
baru dibajak. Keempat, memberikan pupuk dengan penugalan sedalam 10-15 cm di dekat
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

tanaman, kemudian lubang ditutup kembali jika sudah diberi pupuk. Kelima, memberikan
pupuk dengan dilarutkan air kemudian disiramkan pada tanaman (fertigasi). Cara
pemupukan tadi bisa dikombinasikan untuk satu jenis tanaman. Misalnya untuk satu jenis
pupuk dengan pop up tetapi pupuk jenis lain dengan fertigasi.
Waktu pemberian pupuk pun harus diperhatikan dalam budidaya suatu komoditi. Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan tanaman akan unsur-unsur tertentu serta kecepatan
pelepasannya. Waktu yang tepat untuk pemberian pupuk N, P atau K berbeda. Hal-hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, kondisi cuaca dan iklim, yang berkaitan dengan
ketersediaan air sebab hanya dengan air pupuk bisa larut dan diserap oleh tanaman.
Kedua, umur dan kondisi tanaman, pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Kebutuhan tanaman yang pada saat tanaman belum menghasilkan tentu berbeda dengan
tanaman yang sudah menghasilkan. Ketiga, jenis dan macam pupuk, tanaman mempunyai
kebutuhan unsur yang berbeda. Ada juga pupuk yang mudah larut atau sukar larut dan ini
berkaitan dengan ketersediaannya bagi tanaman. Misalnya pupuk organik mempunyai sifat
ketersediaan unsur haranya lambat sehingga perlu dipupuk ke tanaman beberapa waktu
sebelum tanaman ditanam. Pupuk anorganik yang mudah tersedia karena mudah larut
semisal urea, kalsium nitrat dapat diberikan pada tanaman setelah tanaman mulai tumbuh.
Pupuk anorganik yang agak lambat tersedia misalnya KCl, dan double fosfat. Sedang
pupuk anorganik yang berasal dari batuan alam lambat tersedianya misalnya batuan fosfat.
Ada lima tepat dalam pemupukan : tepat macam atau jenis, tepat dosis, tepat tempat, tepat
waktu, tepat cara atau metode pemupukan. Ketidaktepatan dalam pemupukan
menyebabkan efisiensi pupuk berkurang, tidak banyak yang bisa dimanfaatkan oleh
tanaman bahkan berakibat tidak baik bagi lingkungan.
Pemupukan dengan pupuk tertentu (terutama pupuk kimia, anorganik) mengakibatkan
tanah menjadi asam. Sebenarnya pupuk bisa menyebabkan tanah menjadi masam, netral
atau basa tergantung reaksi antara pupuk kimia dan tanah, contohnya pupuk urea dan ZA.
Adalah sangat tidak dianjurkan menggunakan pupuk yang memberikan reaksi asam pada
tanah yang sudah asam. Salah satu contoh adalah pupuk urea akan menurunkan pH tanah
artinya tanah yang dipupuk urea terus-menerus akan menjadi masam, padahal pH tanah
menentukan penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman. Apabila tanah mempunyai pH
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

terlalu rendah atau tinggi maka dipastikan bahwa penyerapan unsur hara lain oleh tanaman
menjadi tidak optimal. Dan akibatnya pasti, kebutuhan tanaman akan kelengkapan unsur
hara terganggu.
Penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) dalam jangka panjang menyebabkan kadar
bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan pencemaran lingkungan. Hal ini
jika terus berlanjut akan menurunkan kualitas tanah dan kesehatan lingkungan. Untuk
menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, diperlukan kombinasi pupuk anorganik
dengan ketepatan dengan pupuk organic yang tepat. Penggunaaan pupuk bernitrogen yang
berlebihan juga mengakibatkan kadar nitrat dalam hasil pertanian juga meningkat karena
terjadinya akumulasi nitrat dalam jaringan tanaman. Dampak negatif ini akan berkurang
jika penggunaan pupuknya seimbang. Residu sulfat dan karbonat karena pupuk bereaksi
dengan unsur kalsium tanah, mengakibatkan tanah makin sulit untuk diolah. Pemupukan
nitrogen yang berlebihan akan menyebabkan kandungan nitrat dalam air tanah juga
meningkat. Penggunaan nitrogen atau pupuk urea merupakan faktor utama penyebab
polusi dan degradasi lingkungan. Kandungan nitrat dan fosfat yang tinggi di sungai, danau
dan lautan karena polusi menyebabkan pertumbuhan alga sangat pesat sehingga
menghilangkan oksigen dalam air.

Tabel 2.33. Waktu Pemupukan di Lokasi Studi

No. Jenis Tanaman Waktu Pemupukan


Pemupukan pertama 1/3 Dosis berikan pada 8-12 HST, Pemupukan yang kedua
1 Padi Sawah
2/3 Dosis diberikan pada 40 HST.
2 Padi Gogo SP-36 dan KCl diberikan saat tanam, Urea diberikan (21-28 HST) dan (32 HST).
3 Jagung Pemupukan pertama 0 – 7 HST, kedua 14-21 HST, kediga 45 HST.
Pemupukan pertama pada saat tugal (1/3 Dosis), Kedua pada 25 HST (1/3 Dosis),
4 Kedelai
Ketiga pada 40-45 HST (1/3 Dosis).
Setengah (½) bagian Urea, seluruh SP-36 dan KCL satu hari sebelum atau saat
5 Kacang Tanah
tanam, pupuk susulan : 1/2 bagian urea pada saat umur tanaman 21-24 HST
Saat tanam 1/2 Dosis Urea, Semua Dosis SP-36 dan ½ Dosis KCl. Pemupukan
6 Kacang Hijau
sususlan ½ Dosis Urea dan ½ Dosis KCl pada saat 30 HST
Pupuk dasar 1/3 bagian dosis Urea, KCL., dan seluruh dosis P (SP-36) diberikan
7 Ubi Kayu pada saat tanam. Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCL diberikan
pada saat tanaman berumur 3 – 4 bulan
Saat tanam 1/2 Dosis Urea, Semua Dosis SP-36 dan 1/3 Dosis KCl. Pemupukan
8 Ubi Jalar
sususlan ½ Dosis Urea dan 2/3 Dosis KCl pada saat 30 HST
Saat tanam 135 Kg N/ha, 34 Kg P2O5/ha, dan 145 Kg K2O/ha. Selanjutnya pada
10 Kopi Robusta awal musim hujan ½ dosis N serta seluruh dosis P, dan pada akhir musim hujan ½
dosis N serta semua dosis K.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sumber : Hasil Analisa Tim RSKP dari berbagai sumber, 20121

2.5.6 Bahaya Erosi Tanah

Erosi merupakan satu masalah lingkungan yang sangat rawan bagi pengembangan dan
pembukaan lahan baru. Kerusakan tanah karena erosi dapat mengakibatkan produktivitas
lahan menurun, rusaknya lingkungan, terjadinya pendangkalan sungai serta banjir di
daerah hilir. Faktor-faktor yang menentukan besar kecilnya erosi di tentukan oleh keadaan
Iklim, tanah, lereng, vegetasi, dan manusia (Arsyad, 1971). Tingkat bahaya erosi dapat
diketahui dengan mengukur tebal lapisan tanah yang hilang, banyak erosi alur, keadaan
penggunaan lahan di lapangan, dan lain-lain. Cara lain untuk menentukan besarnya erosi
selain pengukuran lapangan adalah menggunakan prediksi erosi, di antaranya yang
dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) yaitu dengan metode Universal Soil
Loss Equation (USLE). Persamaan rumus USLE adalah:

A = RKLSCP

dimana :
A = besarnya tanah tererosi (ton/Ha/Th)
R = lndeks erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kecuraman lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan konservasi tanah

Erosivitas hujan adalah kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi. Indeks erosivitas
hujan (R) dalam rumus USLE adalah EI30. Untuk mencari nilai EI30 dengan metode
matematis yang dikembangkan oleh Utomo dan Mahmud berdasarkan hubungan antara R
dengan besarnya hujan tahunan. Rumus yang digunakan adalah :
R = 237,4 + 2,61 P

dimana :
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

R = EI30 (erosivitas hujan rata-rata tahunan) (N/h)


P = Besarnya curah hujan tahunan (cm)
Erodibilitas tanah (K) adalah kepekaan tanah terhadap erosi. Untuk mendapatkan nilai K
dipergunakan rumus Wischmeier dan Smith (1978) sebagai berikut :

100 K = 2,1 R1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2+5(c-3)

dimana
M = % debu + % pasir sangat halus
a = % bahan organik (% C-organik x 1, 724)
b = penilaian untuk kode struktur tanah
c = penilaian untuk kode permeabilitas tanah

Karena tidak dilakukan analisis kadar pasir sangat halus, maka nilai K pada tanah di lokasi
studi mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan pada tanah sejenis. Utomo (1989)
menyatakan bahwa tanah Kambisol mempunyai nilai K = 0,1 sedangkan Podsolik dan
Kambisol mempunyai nilai K = 0,20. Adapun untuk faktor CP mengacu kepada penelitian
yang telah dilakukan Ambar dan Syarifudin (1979), dimana nilai CP untuk hutan sekunder
adalah 0,001 dan hutan tersier adalah 0,01. Dengan rumus LISLE, maka besarnya erosi
potensial di lokasi studi dapat dipredikasi seperti yang terlihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.34. Prediksi Erosi Potensial di Lokasi Studi SKP. A


Nilai Faktor Erosi
SPL % Lereng
R K LS CP (Ton/Ha/Th)
1 0–3 3.807,09 0,10 0,30 0,01 1,14
2 0–3 3.807,09 0,10 0,30 0,01 1,14
3 4–8 3.807,09 0,20 0,40 0,01 3,05
4 9 – 15 3.807,09 0,20 1,40 0,01 10,66
5 16 – 25 3.807,09 0,20 3,10 0,01 23,60
6 26 – 40 3.807,09 0,20 6,80 0,01 51,78
7 > 40 3.807,09 0,20 9,50 0,01 72,33
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RSKP, 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Berdasarkan pada pedoman Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1986)
seperti yang tertera pada Tabel berikut. maka erosi potensial di lokasi studi termasuk
kategori ringan hingga sedang. Oleh karena itu, lahan yang berlereng curam (26 - 40%)
sampai (>40%) tidak direkomendasikan untuk dibuka (lahan konservasi).

Tabel 2.35. Klasifikasi Erosi

Erosi Kedalaman Solum Tanah (cm)


Ton/Ha/Th Dalam (100) Sedang (50-100) cm) Dangkal (50)
< 15 Tidak berbahaya Sangat ringan Ringan
15-30 Sangat ringan Ringan Sedang
30-90 Ringan Sedang Berat
90-180 Sedang Berat Sangat berat
180-480 Berat sangat berat Sangat berat
> 480 Sangat berat sangat berat Sangat berat

Sumber : Direktorat Jendral RRL Kementrian Kehutanan (1986)


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Dokumentasi kegiatan Survai Tanah dan Deskripsi contoh tanah


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kegiatan Deskripsi Profil Tanah di lokasi SKP. A


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 2.17. Peta Kesesuaian Lahan


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.6 SUMBER DAYA HUTAN

2.6.1 Potensi Tegakan dan Kelas Hutan


Berdasarkan hasil pengamatan potensi tegakan dilakukan dengan menggunakan metode
pengamatan/ pengambilan contoh sistemik sampling dengan plot berukuran 50 x 20
meter (0,1 Ha) dengan intensitas pengamatan 1 % dari total areal. Tidak dijumpai
pohon yang mempunyai ukuran diameter yang dapat dimanfaatkan kayunya sebagai
bahan bangunan (kayu gergajian), karena kayu yang ada didominasi oleh kayu jenis
bukan komersil dengan dominasi diameter <30 cm. Berdasarkan hasil pengamatan dan
perhitungan Potensi Tegakan Kayu di lokasi survei adalah sebesar 14,65 M3/Ha.

Metode yang digunakan adalah dengan sistem sampling. Pengamatan dilakukan pada
plot-plot sample yang terletak disetiap jalur rintisan. Luas plot pengamatan ditentukan
seluas 0,1 Ha atau 50 m2 sepanjang jalur rintisan dengan lebar pengamatan 20 meter.
Pengamatan potensi tegakan kayu dilakukan dengan cara sensus setiap jenis pohon yang
ada dalam petak sampling. Pengamatan dilakukan dengan pengukuran diameter
setinggi dada (DBH). Pengukuran menggunakan jangka sorong atau meteran (diukur
keliling) kemudian dikonversikan dengan diameter kayu dengan rumus:

D = S/
Dimana:
S = Keliling
 = 3,14

Ketinggian pohon diukur dengan menggunakan Klinometer dan Meet-band. Tinggi


pohon dikonversikan dengan menggunakan rumus:
T = Tg A x d
Dimana:
T = Tinggi Pohon (m)
Tg A = Persentase bidikan Clinometer (%)
d = Jarak Bidik (m)
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Penelitian hutan dimaksudkan untuk memperoleh data volume kayu dan ukuran batang
pada setiap jenis kayu. Data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan biaya
pembukaan lahan, membuat rekomendasi penggunaan kayu dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan penebangan hutan. Yang dimaksud dengan klasifikasi hutan disini
adalah pengkelasan hutan berdasarkan tegakan pada satuan luas sehingga dapat diketahui
volumenya (m3/Ha). Untuk mengetahui jumlah pohon ekuivalen menggunakan
persamaan berikut:

JPE =X0 + F1. X1 + F2 . X2 + F3 . X3


Keterangan :
JPE = Jumlah pohon Equivalent
X0 = Jumlah pohon yang berdiameter 7 – 30 Cm
X1 = Jumlah pohon yang berdiameter 31 – 60 Cm
X2 = Jumlah pohon yang berdiameter 61 – 70 Cm
X3 = Jumlah pohon yang berdiameter> 70 Cm
F1 = 28,33
F2 = 68,33
F3 = 189,81
Sedangkan untuk mengetahui volume,menggunakan persamaan sebagai berikut:
V = I/41 (D/100)2 x t x 0,7
Keterangan:
V= Volume pohon
I= 3,14
D= Diameter pohon setinggi dada / DBH (cm)
T= Tinggi pohon bebas cabang (m)
0,7 = Faktor bentuk pohon
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dapat disimpulkan bahwa masih banyak potensi
tegakan yang ada di lokasi studi dengan diameter diatas 30 cm. Sedangkan jumlah pohon
ekuivalen per-hektar dari hasil perhitungan adalah sebesar JPE = 1.562,93, dimana
berdasarkan standar penentuan kelas hutan Direktorat Bina Program Departemen
Kehutanan RI tahun 1976, nilai JPE tersebut setara dengan klasifikasi kelas Hutan
Sekunder.

Tabel 2.36. Jumlah Pohon Ekuivalen ( JPE) dan Volume Tegakan


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kelas Diameter Jumlah Pohon Volume


No. JPE
(cm) (Ha) (m3/Ha)

1 7 – 30 848 848,00 0,56


2 31 – 60 18 509,95 2,90
3 61 – 90 3 204,99 3,86
4 >90 - - -
Jumlah 125 1.562,94 7,32
Sumber : Hasil Studi lapangan Tahun 2021

Tabel 2.37 Standar Penentuan Kelas Hutan

No Kelasifikasi Hutan Jumlah Pohon Ekuivalen (JPE)

1. Alang-alang -
2. Semak Belukar 1 s/d 10
3. Hutan Tersier 11 s/d 1.500
4. Hutan Sekunder 1.501 s/d 6.300
5. Hutan Primer 6.301 s/d 111.000
Sumber : Direktorat Bina Program Dep Kehutanan Tahun 1976

2.6.2 Status Hutan

Berdasarkan Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Hutan Provinsi Maluku Utara No SK.
7875/MENLHK-PHPL/KPHP/HPL.0/12/2020, lokasi studi RSKP SKP.A berada dalam
kawasan budidaya pertanian dan non-pertanian atau Areal Penggunaan Lain (APL),
Hutan Produksi Yang Dapat di Konversi ( HPK) serta Hutan Produksi Terbatas( HPT).
Lokasi studi merupakan areal yang dicadangkan untuk pengembangan pemukiman
transmigrasi baru di SKP. A Kabupaten Halmahera Selatan 5.359,427 Ha.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 2.38. Fungsi Kawasan Hutan di Lokasi Studi RSKP SKP. B


LUAS
NO. SIMBOL FUNGSI KAWASAN HUTAN
HA %

1 APL Areal Penggunaan Lain 794,67 14,83

2 HPK Hutan Produksi Konversi 3.544,72 66,14

3 HPT Hutan Produksi Terbatas 1.020,03 19,03


TOTAL 5.359,42 100,00

Sumber : Peta Kawasan Hutan Provinsi Maluku Utara No SK. 7875/MENLHK-PHPL/KPHP/HPL.0/12/2020,

2.6.3 Jenis Penggunaan Lahan

Secara umum, lokasi survei merupakan lahan terbuka dengan penggunaan lahan saat ini
berupa Hutan Tersier , Hutan sekunder , semak belukar , Bakau, perkampungan dan
kebun campuran. Pohon liar yang banyak tumbuh di lokasi survei adalah jenis kayu bus
putih (sebagian besar di semak belukar) dan sebagian kecil jenis perdu. Jenis pohon yang
banyak ditanam oleh masyarakat di pekarangan, adalah pohon mahoni. Terdapat 6
( enam) tipe penggunaan/penutupan lahan di lokasi survei RSKP , terdiri dari Hutan
Tersier, Semak belukar, kebun campuran dan hutan sekunder. Adapun luasan dari
masing-masing penggunaan lahan di lokasi studi disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.39 Gambaran Penggunaan Lahan di Lokasi Survai SKP. A
Tabel Penggunaan Lahan di SKP A
Luas
Simbol Penggunaan Lahan
Ha %
BK Bakau 47,89 0,89
SBK Semak Belukar 467,31 8,72
HT Hutan Tersier 1.202,61 22,44
HS Hutan Sekunder 3.187,29 59,47
KC Kebun Campuran (Kelapa, Pisang, Coklat) 448,71 8,37
PMK Permukiman Penduduk 5,59 0,10
Jumlah 5.359,42 100,00

2.6.4. Flora dan Fauna


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.6.4.1. Flora
Berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi penduduk setempat pada areal hutan di
lokasi survai terdapat berbagai jenis flora. Jenis flora yang terdapat di lokasi survai
adalah vegetasi yang tumbuh di hutan dan merupakan tumbuhan asli setempat. Jenis
vegetasi yang ada di lokasi survey selengkapnya terdapat pada tabel berikut

Tabel 2.40. Jenis-jenis Flora Yang Terdapat di Lokasi Survey RSKP SKP. A
Kelas Kelas Kuat Berat Jenis
No Nama Pohon Nama Latin
Awet (g/cm3)
1 Akasia hutan Acasia mangium II I - II 0,75
2 Sukun Hutan Artocarpus altilis (Park) IV IV-V 0,3-0,4
3 Damar Agathis spp IV III 0,62
4 Bus putih Malaleuca leucadendra II II 0,75
5 Bus merah Malaleuca cajuputri - - -
6 Matoa Pometia pinnata III II - III 0,64
7 Rahai Acacia auriculiformis III II 0,8
8 Bintangur Inophylum calophylum III II-III 0,78
9 Natu (Nyatoh) Palaquium spp II-III I-II 0,67
10 Kayu Susu (Pulai) Alstonia Scolaris R.Br V IV-V 0,5
11 Meranti Merah Shorea spp III-IV II-IV 0,55
12 Putat Plnaconia valida II - III I - II 0,8
13 Kedondong Hutan Spondias pinnata - - -
14 Gampol - - - -
15 Jambu Hutan Syzygium spp - - -
16 Kayu Nani Terminalia spp - - -
17 Kruing Dipterocarpus spp III III 0,78
18 Galogla - - - -
19 Mangga Hutan - - - -
20 Kayu Prepat darat Combretocarpus rotundatus III II 0,76
21 Beringin Ficus Varigata Bl IV V 0,42
22 Bintangur Calophyllum spp II-III III 0,8
23 Sagu Metroxylon sago - - -
24 Rotan Calamus manan - - -
25 Marsawa Anisoptera spp IV II-III 0,46
26 Pandan laut Pandanus odorifer - - -
Sumber : Hasil pengamatan lapang Tim RSKP tahun 2021

2.6.4.2. Fauna
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Jenis fauna yang terdapat di daerah survai mencakup mamalia, aves dan reptilia.
Kelompok mamalia diantaranya ada yang merupakan hewan asli setempat seperti
kanguru pohon.
Untuk kelompok aves diantaranya yang merupakan khas daerah setempat adalah burung
Cendrawasih dan burung kasuari. Jenis-jenis fauna yang dijumpai di lokasi studi terdapat
pada tabel dibawah.

Tabel 2.41 Jenis-jenis Fauna Reptile dan Mamalia di Lokasi Studi RSKP SKP. B
Mamalia Reptilia
Babi hutan, (Sus scrofa) Kura-kura, (Chelodina siebenrocki)
Rusa, (Cervus unicolor) Ular Black Papua (Oxyuranus microlepidotus)
Tikus tuban (Isoodon macrourus) Ular Terbang, (Chrysopelea paradisi)
Tikus, (Microperorytes murina) Buaya, (Crocodylus siamensis)
Tupai, (Tupaia sp) Biawak, (Varanus bromeonus)
Kelelawar (Chiroptera spp) Kadal, (Mahaya multifaciata)
Kuskus (Ailurups spp)
Sumber : Hasil wawancara dengan penduduk dan pengamatan lapang Tim RSKP tahun, 2020

Tabel 2.42 Jenis-jenis Fauna Burung dan Ikan di Lokasi Studi RSKP SKP. B
Nama Burung Nama Ikan
Elang putih, (Haliaetus leucogaster) Ikan lele, (Clarias batrachus)
Elang Sayap coklat (Butartus liventer) Gabus, (Channa striata)
Mambruk ubiaat, (Goura cristata) Gabus Gastor (Channa micropeltes)
Maleo, (Alpypodius bruijnii) Ikan baung/alakom, (Mystus spp)
Kakatua Raja, (Probosciger aterimust) Ikan Betik, (Anabas testudineus)
Kakatua Jambul Kuning, (Cacatua sulphurea) Mujair, (Oreochromis mosambicus)
Burung Nuri Hitam, (Chalcopstta atra) Udang galah, (Macrobracium rosenbergii)

Burung Nuri Merah, (Lorius domicella) Lobster air tawar, (Cherax albertisi)
Parkit, (Melopsittacus undulates)
Raja Udang, (Halcyon Capensis)
Ayam Hutan, (Gallicrex cinerea)
Tekukur (Spilopelia chinensis)
Perkutut (Geopelia striata)
Sumber : Hasil wawancara dengan penduduk dan pengamatan lapang Tim RSKP tahun, 2020
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kondisi penggunaan lahan di lokasi SKP. A Kawasan Pulau Bacan

2.6.5 Telaahaan Lingkungan


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Dalam konsep pembangunan berwawasan lingkungan, setiap kegiatan pembangunan


diharapkan dapat meningkatkan dampak positif dan sekaligus dapat menekan dampak
negatif terhadap komponen lingkungan. Mengacu kepada Undang-Undang No.4 tahun
1982, tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka dalam
proyek pelaksanaan pengembangan pemukiman transmigrasi ini dilakukan pengamatan
telaahan lingkungan. Perkiraan dampak yang akan timbul akibat pembangunan proyek
pemukiman transmigrasi meliputi berbagai komponen lingkungan, baik lingkungan fisik
(iklim, hidrologi, dan tanah), biologi (flora dan fauna), ekonomi dan budaya (penduduk,
budaya, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja).

A. Dampak Terhadap Lingkungan Fisik


1. Iklim
Perubahan iklim mikro setempat dapat terjadi karena adanya pembukaan lahan,
pembakaran sisa-sisa pembukaan hutan, pembangunan jalan, pemukiman dan
berubahnya lahan hutan menjadi lahan pertanian. Dampak yang akan terjadi
adalah peningkatan suhu udara, suhu tanah, kelembaban, dan perubahan pola
angin mikro. Meningkatnya suhu udara dan tanah dapat mengakibatkan
menguapnya air tanah dan penurunan unsur hara yang bersifat menguap, seperti
nitrogen.
Selain itu peningkatan suhu udara dan tanah dapat mengakibatkan matinya
mikroorganisme yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Perubahan pola
angin mikro oleh hilangnya vegetasi asli yang berfungsi sebagai penadah angin
Secara keseluruhan dampak terhadap perubahan iklim mikro bersifat sementara
dan relatif kecil pengaruhnya terhadap lingkungan. Dampak yang timbul akan
berkurang apabila tanaman yang dibudidayakan oleh petani sudah tumbuh
menutupi permukaan lahan.

2. Tanah
Salah satu dampak pembukaan lahan terhadap kondisi tanah adalah erosi baik
erosi percik maupun erosi alur, akibat proses erosi tersebut dapat menyebabkan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

proses pencucian dan penghanyutan bahan organik, partikel tanah, dan unsur-
unsur hara lapisan tanah atas (top soil) sehingga produktivitas tanah akan
menurun. Namun dampak erosi akibat pembukaan lahan akan berkurang apabila
lahan sudah tertutup oleh tanaman.

3. Hidrologi

Pada tahap konstruksi kegiatan pembukaan lahan akan menimbulkan


pencemaran atau kekeruhan pada air sungai akan menimbulkan terjadinya
pendangkalan sungai akibat sedimentasi, hal ini berhubungan erat dengan erosi
sebagai akibat pembukaan lahan. Akibat lain dari erosi adalah menurunnya
aerasi dan porositas tanah. Keadaan tersebut akan berakibat mengurangi sifat
peresapan dan daya simpan air di dalam tanah, sehingga sebagian besar air hujan
akan mengalir sebagai air permukaan bersama dengan proses pengisian air
tanah. Keadaan ini akan membawa dampak menigkatnya debit sungai pada
musim hujan dan akan menurun drastis pada saat musim kemarau. Bila ditinjau
dari lamanya dampak, kondisi ini hanya berlangsung pada tahap konstruksi dan
berbalik setelah pasca konstruksi.

B. Dampak Terhadap Lingkungan Biologi

1. Flora
Perubahan vegetasi alam menjadi pertanian umumnya akan memberikan dampak
negatif terhadap flora yang ada di dalamnya. Dampak yang akan terjadi adalah
hilangnya vegetasi alam. Dampak sekunder kehadiran transmigran terhadap
lingkungan flora adalah ancaman atas kelestarian flora asli. Hal ini disebabkan
kebutuhan transmigran terhadap kayu bakar dan bahan bangunan yang dapat
diperoleh secara gratis melalui penebangan liar.

2. Fauna
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Dampak penting yang berkaitan dengan kegiatan proyek terhadap kehidupan


fauna adalah hilangnya habitat dari fauna yang dilindungi, sehingga fauna
tesebut dapat berpindah ke hutan sekitarnya. Bagi fauna yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dapat terjadi kematian fauna
tersebut. Dampak lain adalah terhadap lingkungan fauna yaitu adanya perburuan
liar dan yang paling utama adalah adanya hama tanaman seperti babi hutan dan
tikus.

C. Dampak Terhadap Lingkungan Sosial - Ekonomi dan Budaya

1. Sosial Ekonomi
Pengembangan pemukiman transmigrasi akan mendorong timbulnya berbagai
aktivitas perekonomian yang akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan
ekonomi lokal dan pemerataan pembangunan nasional. Saat aktivitas penyiapan
pemukiman berjalan, diperkirakan berbagai kesempatan ekonomi baru tumbuh
di lokasi tersebut. Hal ini disebabkan proyek tersebut dapat memberikan
tambahan pendapatan dari upah kerja dan hasil jual beli kebutuhan sehari-sehari
dan ini akan merangsang penduduk sekitar lokasi untuk berdagang. Kegiatan ini
akan bertambah jika para transmigran telah didatangkan, selain itu akan tumbuh
pula sektor informal seperti warung, toko, bengkel, dan sebagainya.

2. Sosial Budaya

Pengembangan pemukiman transmigrasi akan menimbulkan pembangunan


berbagai fasilitas pelayanan masyarakat, seperti fasilitas, pendidikan, kesehatan,
dan fasilitas sosial lainnya. Dengan demikian akan timbul dampak positif
berupa meningkatnya pendidikan, kesehatan, dan pelayanan bagi masyarakat.
Perubahan ini akan memberikan dampak positif yaitu berubahnya pola dan sikap
petani dari petani tradisional ke petani modern. Dampak negatif yang akan
diduga akan timbul adalah adanya konflik dalam masalah adat istiadat,
kebiasaan, dan tata nilai yang positif maupun negatif. Adanya perbedaan adat
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

istiadat, kebiasaaan, dan tata nilai tersebut akan mempengaruhi interaksi antar
transmigran itu sendiri maupun terhadap masyarakat di sekitar lokasi studi. Dari
pendugaan dampak lingkungan ternyata dampak terhadap komponen sosial-
ekonomi dan budaya sebagian besar ber-pengaruh positif dan terjadi pada tahap
konstruksi dan pasca konstruksi. Dampak negatif diperkirakan sangat kecil dan
dapat ditanggulangi dalam jangka waktu yang relatif singkat.

D. Upaya Penanggulangan Dampak Negatif

Upaya penanggulangan dampak negatif yang mungkin terjadi sehubungan


dengan pelaksanaan proyek transmigrasi haruslah ditekan seminimal mungkin.
Secara rinci upaya penanggulangan permasalahan lingkungan di lokasi studi
adalah sebagai berikut

1. Komponen Fisik dan Biologi

Di dalam usaha penanggulangan dampak negatif yang timbul terhadap


komponen fisik dan biologi dapat dilakukan dengan pendekatan teknologi
sebagai berikut :
a. Di dalam usaha mengurangi kerusakan terhadap lapisan atas tanah yang
relatif subur, pada saat pembukaan lahan harus dilakukan secara manual
dan semi mekanis, Pada jalur sepanjang kiri kanan sungai harus ada jalur
hijau (green belt) untuk mencegah terjadinya erosi pada pinggiran sungai
yaitu untuk menghindari terjadinya pelebaran sungai.
b. Penentuan lebar jalur hijau tergantung lebar sungai itu sendiri, untuk Sungai
besar kurang lebih 50 m dan sungai kecil 25 m.
c. Pembangunan jalan harus dilengkapi dengan sistem drainase yang baik dan
perlu dilakukan penanaman di sepanjang tepi jalan.
d. Untuk menambah kesuburan tanah yang hilang dapat digunakan
pemupukan dan pengembalian hijauan tanaman.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


Penanggulangan dampak negatif yang timbul terhadap komponen sosial
ekonomi dan budaya dapat dilakukan dengan pendekatan ekonomi dan
institusional sebagai berikut
a. Untuk mencegah timbulnya kesenjangan ekonomi dan kecemburuan sosial
antara penduduk setempat dengan transmigran, maka sebaiknya penduduk
lokal diikutsertakan dalam pelaksanaan proyek terutama para tokoh
masyarakat yang berpengaruh. Di samping itu juga penduduk lokal diberi
kesempatan untuk menjadi transmigran lokal.
b. Untuk mengatasi kemungkinan surutnya budaya asli yang bernilai estetis,
maka pihak pemerintah atau Lembaga-lembaga terkait perlu memberikan
bimbingan atau mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan corak
budaya itu berkembang.
c. Perlu dilakukan penyuluhan dan penerangan terhadap calon transmigran
tentang adat istiadat dan budaya dari daerah penerima. Demikian pula bagi
penduduk setempat sehingga antara pendatang dan penerima menjadi satu
kesatuan yang utuh dan kokoh.
2.6.6. Kajian Lingkungan Satuan Kawasan Pengembangan

Pengubahan suatu bentuk penggunaan lahan pada suatu wilayah tentunya akan
mengubah kualitas lingkungan pada wilayah tesebut. Demikian juga pengubahan lahan
hutan menjadi lahan transmigrasi. Perubahan kualitas lingkungan tersebut perlu dikaji,
sehingga kelestarian daya dukung lingkungan di wilayah tersebut tetap terjaga atau
bahkan ditingkatkan.

Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam kajian lingkungan pembangunan
lokasi transmigrasi. Tahapan tersebut adalah pertama mengidentifikasi dampak yang
akan timbul, kedua memprediksi atau memperkirakan besarnya dampak penting dan
yang ketiga adalah mengevaluasi dampak yang terjadi.Identifikasi dampak yang akan
timbul dilakukan dengan membuat matrik interaksi antara rencana kegiatan proyek
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

pembangunan lokasi transmigrasi dengan komponen lingkungan yang akan terkena


dampak.
Berdasarkan matriks tersebut diatas akan dapat diketahui rencana kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak dan komponen lingkungan yang akan terkena
dampak tersebut. Tahap selanjutnya adalah memprakirakan besarnya dampak. Tahap ini
pada dasarnya adalah membandingkan antara kualitas lingkungan tanpa proyek dengan
kualitas lingkungan dengan proyek.
Tahap ketiga adalah mengevaluasi dampak yang terjadi. Evaluasi dampak pada
dasarnya akan memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena dampak
dan seberapa besar nilai magnitude atau tingkat besaran dampak itu terjadi. Demikian
pula seberapa besar derajat pentingnya dampak (Importance) terhadap komponen
lingkungan yang terkena dampak. Selain itu tahap avaluasi memberikan bahan masukan
mengenai keputusan tentang komponen apa saja yang terkena dampak serta bagaimana
mitigasinya. Sebelum ketiga tahapan di atas diuraikan, maka terlebih dahulu perlu
diketahui rencana kegiatan pembangunan proyek pemukiman transmigrasi.

2.6.6.1 Rencana Kegiatan


Sesuai dengan lingkup yang dilakukan, rencana kegiatan pembangunan pemukiman
transmigrasi terdiri dari tiga tahapan yaitu; tahapan perencanaan, tahapan penyiapan
pemukiman dan tahapan pengerahan dan pembinaan. Uraian masing-masing tahapan
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

1. Perencanaan Tahap I/RKWPT


Berdasarkan hasil studi tahap I, wilayah survai termasuk dalam WPT I/ A yang
berlokasi di Kecamatan Bacan Barat Utara . Lokasi studi di alokasikan untuk
pemukiman transmigrasi dengan pola Transmigrasi Umum Tanaman Pangan Lahan
Kering, Areal studi merupakan areal pencadangan pemukiman trasmigrasi yang
ditetapkan melalui RKWPT.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3. Perencanaan tahap III (Rencana Teknis satuan Pemukiman)


Perencanaan tahap III/RTSP merupakan tahap perencanaan teknis pada lokasi SKP. A
tahap II belum dilaksanakan .

b. Tahap Penyiapan Pemukiman

Uraian penyiapan pemukiman didasarkan pada dokumen RTSP yang akan disusun
setelah studi RSKP ini selesai.

1. Kegiatan Penyiapan Lahan

a. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan dilaksanakan dengan berpedoman pada batas-batas pembukaan
lahan yang telah ditetapkan dalam masing-masing RTSP (yang akan disusun).
Batas areal pembukaan lahan terdiri dari blok fasilitas umum, pusat desa, test farm,
tanah bengkok, kuburan, lahan perkarangan (LP), jalan poros dan jalan desa. Pada
lahan perkarangan, penyiapan lahan dilaksanakan hingga siap tanam sedangkan
pada lahan usaha I sampai dengan siap diolah. tahap-tahap pembukaan lahan untuk
lahan perkarangan dan lahan usaha I dilakukan dengan metode pembukaan lahan
tanpa bakar, yaitu sebagai berikut:
- Penebasan belukar atau semua vegetasi yang berdiameter kurang dari 5 cm
- Pengumpulan ranting-ranting.
Penyiapan lahan pada tapak fasilitas umum dilaksanakan secara semi mekanis.
b. Pemupukan dan Pengapuran
Rekomendasi pemupukan dan pengapuran sesuai dengan hasil penelitian tanah.
Jumlah pupuk dan kapur yang harus ditambahkan untuk meningkatkan kesuburan
tanah di lokasi studi adalah sebagai berikut:
 Pupuk Urea : 200 - 250 kg/ ha
 Pupuk SP 36 : 100 – 150 kg/ha
 Pupuk KCI : 100 – 150 kg /ha
 Kapur CaCO3 : - ton/ha
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 rock Phosphate : - kg/ pohon


 Kieserite : - kg/ pohon

c. Pembangunan Infra Struktur


Pembangunan infra struktur mencakup pembangunan jalan, gorong-gorong dan
jembatan, spesifikasi atau ukuran masing-masing infrastruktur akan di jelaskan
pada studi RTSP

2. Kegiatan Penyiapan Bangunan

a. Pembangunan Rumah Transmigrasi


Blok perumahan direncanakan diusahakan secara berkelompok dengan berorientasi
ke pusat desa, terletak memusat terhadap seluruh kawasan pemukiman dengan jarak
untuk mencapai LU II tidak boleh lebih dari 3,5 Km, dengan pusat desa tidak lebih
dari 1,5 Km dan dengan lahan usaha maksimal 2,5 Km. Jumlah bangunan yang
akan dibangun sebanyak sesuai dengan jumlah KK pada masing-masing SP tidak
termasuk kebutuhan petugas.

b. Bangunan Fasilitas Umum


Fasilitas umum yang akan dibangun berupa sarana desa, sekolah dan lain-lain. Jenis
dan jumlah fasilitas umum yang akan dibangun pada masing-masing SP di lokasi
studi disajikan pada Tabel berikut ini:

Tabel 2.43. Jenis dan Jumlah Bangunan Yang akan di Bangun Pada Masing-
masing Satuan Pemukiman

No Jenis Bangunan Jumlah


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

1. Kantor Unit 1
2. Rumah Ibadah 2
3. Puskesmas/BP 1
4. Rumah Kepala Unit 1
5. Gudang Unit 2
6. Rumah Petugas 2
7. Rumah Transmigran Sesuai jumlah KK pada setiap SP
8. Balai Desa 1

c. Penyediaan Sarana Air Bersih


Sumber air bersih akan dipenuhi dari mata air dan sebagai alternatif
menggunakan air hujan dan air tanah dangkal di beberapa lokasi tertent. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga transmigran,
direkomendasikan untuk setiap rumah dilengkapi dengan 2 gentong plastik
penampung air hujan.

1. Tahap Pengerahan dan pembinaan

Tahap kegiatan dan pembinaan merupakan kegiatan operasional dari penyelenggaraan


transmigrasi. Tahap ini antara lain sebagai berikut:
1. Pengarahan dan Penempatan

a. Penerangan, Pendaftaran, Penyeleksian dan Penempatan


Penerangan pemantapan diarahkan kepada kegiatan penerangan yang diberikan kepada
calon transmigran tanaman perkebunan untuk lebih memantapkan sikap mental
transmigran dalam mempersiapkan diri menghadapi daerah baru di daerah transmigrasi.
Pendaftaran, seleksi calon transmigran dan penetapan transmigran. Pendaftaran
dilakukan melalui 2 tahap yaitu; tahap I, pendaftaran anggota masyarakat yang
berminat dan Tahap II, pendaftaran ulang. Seleksi dilakukan untuk mendapatkan
transmigran yang telah memenuhi kreteria sebagai calon transmigran

b. Penampungan di Transito
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Di Transito Kabupaten/Propinsi
- Pelayanan penyediaan makanan sebanyak tiga kali sehari

- Penjelasan tata tertib


- Penerangan pemantapan oleh petugas transmigrasi dan petugas instansi
teknis tentang masa depan usaha tanaman perkebunan
- Bimbingan sikap mental
- Pelayanan kesehatan
c. Pengangkutan
Pengangkutan dari desa/kelurahan asal lokasi pemukiman, diangkut dengan
menggunakan kendaraan angkut umum dan wajib memperhatikan keamanan/
keselamatan, ketertiban, kelancaran/ kenyamanan dan tetap memperhatikan
kepentingan umum.
d. Penempatan
 Pengaturan perolehan rumah dan lahan dengan cara undian terbatas.
 Pemberian makan selama 3 (tiga) hari pertama.

d. Pengelolaan Lingkungan
 Bintek (Bimbingan Teknis)
 Penanggulangan kesehatan lingkungan
 Pengendalian hama terpadu
 Konservasi tanah dan air
2. Pembinaan Sosial Budaya
Pembinaan sosial-budaya mencakup ;
o Pemberian jaminan hidup berupa beras dan non beras
o Pembinaan kehidupan beragama dan mental spritual
o Pelayanan kesehatan dan KB
o Pembinaan pendidikan dan kebudayan
o Pembinaan ketatalaksanaan pemerintahan desa
o Pembinaan manajemen UPT
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Ekonomi


- Pemberian sarana produksi usaha pertanian
- Bimbingan dan pelatihan keterampilan transmigran
- Pembinaan usaha tani dan penyuluhan budidaya pertanian / perkebunan
- Pembinaan lembaga ekonomi desa
- Pembinaan industri rumah tangga dan tata niaga
- Pembinaan pasca panen tanaman perkebunan

2.6.7 Rona Lingkungan Awal

Batasan mengenai rona lingkungan awal menyangkut komponen lingkungan fisik-


kimia, lingkungan biologi dan lingkungan sosial.

2.6.7.1. Prakiraan Dampak Pembangunan Pemukiman


Sebelum dilakukan prakiraan dampak pembangunan pemukiman, maka perlu diadakan
Identifikasi Dampak dan Identifikasi Dampak Penting.
A. Identifikasi Dampak
Kegiatan-kegiatan pembangunan pemukiman akan memberikan dampak bagi
lingkungan. Identifikasi dampak yang akan timbul dari rencana kegiatan tersebut
terhadap komponen lingkungan dituangkan dalam Tabel berikut.

2.6.7.2 Identifikasi Dampak Penting

Setelah dampak lingkungan diidentifikasikan maka tahapan yang harus dilaksanakan


adalah melakukan identifikasi dampak penting. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan dampak penting adalah Keputusan Kepala Bappeda/No 056 tahun 1994
Tentang Pedoman Ukuran Dampak Penting. Dengan berpedoman pada kriteria tersebut,
maka dari tabel identifikasi dampak dapat diketahui apakah dampak yang timbul
merupakan suatu dampak penting atau tidak. Penentuan dampak penting disajikan pada
tabel berikut.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 2. 44 Penentuan Dampak Penting Proyek Pembangunan Pemukiman


Transmigrasi

Jenis Kreteria Dampak Penting


Dampak Skala
A B C D E F G i %
(1)

1. timbulnya keresahan masyarakat 4 1 3 3 3 3 2 19 54,29 3 (penting)


2. Peningkatan alih teknologi 1 1 2 4 1 1 1 11 31,43 2 (cukup penting)
3. Kesempatan kerja/usaha 4 3 3 5 3 4 4 25 71,42 4 (lebih penting)
4. Perubahan struktur tanah 3 2 2 3 3 2 2 17 48,57 3 (penting)
5. Peningkatan rasio Qmak : Qmin 2 2 3 3 3 1 1 17 48,57 3 (penting)
6. Pengurangan jenis tanaman 4 3 3 3 3 2 2 20 57,14 3 (penting)
7. Pengurangan jenis hewan 4 3 3 3 3 2 2 20 57,14 3 (penting)
8. Peningkatan kekeruhan 3 2 2 3 3 3 3 18 51,43 3 (penting)
9. Peningkatan potensi 3 2 3 3 3 2 2 18 51,43 3 (penting)
pemamfaatan flora
10.Peningkatan Potensi 3 2 3 3 3 2 2 18 51,43 3 (penting)
Pemamfaatan fauna
11.Penurunan muka air tanah 2 2 2 3 2 2 3 16 45,71 3 (penting)
12.Masuknya nilai budaya baru 4 3 3 3 4 3 3 23 65,71 4 (lebih penting)
13.Penambahan jumlah penduduk 3 3 3 2 4 3 3 21 60,00 3 (penting)
14.Peningkatan gizi masyarakat 3 3 3 2 4 4 3 19 54,29 3 (penting)
15.Berkurangnya bahan organik 2 2 2 3 2 2 2 15 42,86 3 (penting)
tanah
16.Penambahan jenis tanaman budi 3 2 2 3 3 2 2 17 48,57 3 (penting)
daya
17.Penambahan jenis fauna 3 2 2 3 2 2 2 16 45,71 3 (penting)
18.Peningkatan mobilitas penduduk 3 3 2 3 3 3 2 19 54,29 3 (penting)
19.Peningkatan pendidikan 4 3 3 5 4 4 5 28 80,00 4 (lebih penting)
masyarakat 4 (lebih penting)
20.Pelayanan kesehatan 5 3 3 5 4 3 3 26 74,29 4 (lebih penting)
21.Peningkatan prilaku hidup sehat 4 3 2 5 4 4 4 26 74,29

Keterangan :
A = Jumlah Manusia Terkena Dampak
B = Luas Persebaran Dampak
C = Intensitas Dampak
D = Lama Berlangsungnya Dampak
E = Komponen Lingkungan Terkena Dampak
F = Sifat Komulatif Dampak
G = Berbalik Tidak Berbaliknya Dampak

2.6.7.3 Evaluasi Dampak Penting

Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi dampak. Metode evaluasi dampak yang
digunakan adalah Metode Leopold Dimodifikasi. Dari Tabel Evaluasi Dampak
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

penting di atas dapat diketahui mengenai empat hal yaitu a) evaluasi rencana kegiatan
deri segi Amdal, b) rencana kegiatan penyumbang dampak, c) komponen lingkungan
yang terkena dampak penting dan d) komponen kegiatan dan komponen lingkungan
yang harus dikelola.

a). Evaluasi kelayakan rencana kegiatan


Kelayakan rencana kegiatan dari segi lingkungan dipilahkan dalam lima kriteria yaitu
rencana kegiatan diterima tanpa mitigasi (skala dampak 0% - 20%), diterima dengan
mitigasi ringan (21% - 40%), diterima dengan mitigasi sedang ( 41% - 60%), diterima
dengan mitigasi berat (61% - 80%) dan rencana kegiatan ditolak (> 80%). Hasil
evaluasi kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan pembangunan lokasi transmigrasi
adalah 33,96%. Dengan demikian maka rencana kegiatan tersebut dapat diterima
dengan mitigasi ringan. Rencana kegiatan dan komponen lingkungan yang perlu
dikelola atau dimitigasi dibahas dalam sub bab berikut:

b). Rencana kegiatan penyumbangan dampak


Rencana kegiatan pembangunan pemukiman transmigrasi terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
perencanaan, penyiapan pemukiman dan pengarahan pembinaan. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa masing-masing tahapan mengakibatkan timbulnya dampak yang
berbeda bagi lingkungan. Rincian besar dampak yang terjadi pada masing-masing
tahapan adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan pemukiman
a. Pembangunan Infrastruktur (kegiatan nomor 6) menyumbang dampak positif
sebesar 27 satuan dampak.
b. Pembangunan rumah transmigrasi menyumbang dampak negatif sebesar 11
satuan dampak.
2. Tahap Pengarahan dan Pembinaan (Rahbin)
a. aktivitas pembinaan sosial budaya dan sosial ekonomi sama-sama menyumbang
dampak sebesar 30 satuan dampak.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

b. aktivitas penempatan transmigrasi menyumbangkan dampak positif sebesar 21


satuan dampak.
c. aktivitas pada lokasi transito menyumbangkan dampak positif sebesar 12 satuan
dampak.

C. Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan Yang Dikelola


a. Karena menurunkan kualitas air permukaan (kekeruhan meningkat) dan
meningkat rasio Qmak : Qmin adalah kegiatan.
- Pembukaan lahan (4)
- Pembangunan Infrastruktur (6)
- Pembangunan rumah transmigran (7)
- Pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial (8)
b. Karena menurunkan kualitas air tanah adalah kegiatan:
- Pembangunan sarana air bersih (9)
- Penempatan transmigrasi (12)
c. Karena menyebabkan perubahan struktur tanah adalah kegiatan :
- Pembukaan lahan
- Pengolahan lahan
- Pembangunan rumah transmigran
- Pembangunan fases dan fasum
d. Karena menyebabkan dampak positif yaitu menambah nilai budaya baru adalah
kegiatan:
Pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial
Penerangan / penyuluhan pada transmigran
Latihan kerja di Transito
Penempatan
Pembinaan sosial budaya dan ekonomi.
d. Karena menyebabkan peningkatan kesempatan kerja / usaha yaitu:
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Pembukaan lahan
 Pembangunan Infrastruktur
 Pembangunan rumah transmigran
 Pembangunan fasilitas umum dan sosial
 Pembangunan sarana air bersih

2.6.7.3 Usulan Penanganan Dampak Pembangunan Pemukiman


Untuk menangani dampak penting yang sudah dievaluasi dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi dan pendekatan
institusi. Pendekatan teknologi adalah upaya penyelesaian masalah-masalah
lingkungan fisik biotis dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Pendekatan sosial
ekonomi adalah penanggulangan dampak penting melalui tindakan-tindakan yang
bermotifkan sosial ekonomi misalnya memprioritaskan tenaga kerja lokal dalam tahap
penyiapan pemukiman. Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan
untuk menangani dampak penting.Hasil evaluasi dampak penting menunjukkan bahwa
dampak negatif yang timbul dari rencana kegiatan pembangunan lokasi transmigrasi
khususnya dilokasi penelitian terjadi pada komponen lingkungan hidrologi, tanah dan
biotis skala besar dampak yang timbul tergolong kecil. Oleh sebab itu mitigasi
penanggulangan dampak yang timbul juga menjadi ringan. Beberapa usulan yang perlu
diperhatikan dalam penanganan dampak penting antara lain adalah :

1. Lingkungan Fisik

 Kualitas Air (Kekeruhan)

 Melakukan pembukaan lahan dengan metode sesuai kondisi tegakan dan bekas
tebangan sesegera mungkin dimanfaatkan atau dipindahkan, sehingga tidak
menggangu kualitas air di daerah studi.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Melakukan kegiatan pembangunan dengan tanpa menggangu kualitas


lingkungan yaitu dengan membuat saluran drainase di sekitar lokasi yang
dilakukan kegiatan pembangunan, sehingga kondisi air sungai dari bahan
cemaran dari kotoran hasil kegiatan pembangunan.
 Pembukaan lahan dilakukan dengan metode semi mekanik.
 Segera dilakukan tanaman penutup (cover crop) pada lahan yang terbuka dengan
jenis tanaman antara lain cacapogonium sp, tepokrosia.

1. Lingkungan Biotis

 Keanekaragaman flora dan fauna


 Upaya mempertahankan keberadaan satwa dilindungi dilaksanakan melalui
penyuluhan mengenai pentingnya pelestarian satwa dilindungi yang merupakan
satwa khas daerah tersebut berdasarkan Undang-undang yang berlaku.
 Mempertahankan kawasan konservasi sebagai daerah penyangga dan perlindungan
sementara bagi satwa yang terganggu.
 Lokasi pengelolaan lingkungan dalam rangka mempertahankan keberadaan satwa
dilindungi adalah daerah sempadan sungai yang tidak terbuka selebar 50 - 100
meter kanan kiri sungai, lahan konservasi, areal hutan biasa yang berada di sekitar
areal calon lokasi transmigrasi.

2. Lingkungan Sosial Ekonomi

 Pendapatan Penduduk
Pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
pendapatan penduduk antara lain :
 Memberi pengarahan dalam pemanfaatan sumber pendapatan.
 Memberi pembinaan kepada para transmigrasi untuk terus meningkatkan
usahanya agar tingkat pendapatan terus meningkat.
 Tingkat Perkembangan Ekonomi
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat dan


perkembangan perekonomian daerah transmigrasi dan jumlah sarana dan
prasarana perekonomian antara lain adalah :
 Melakukan wawancara dengan penduduk mengenai penjualan hasil panen, pasar
yang terdekat dengan lokasi transmigrasi.
 Keresahan / Dinamika Sosial
Pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan untuk mengetahui dinamika sosial
daerah transmigrasi antara lain adalah :
 Melakukan wawancara dengan penduduk tentang terjadinya konflik sosial,
asimilasi dan kerja sama diantara pendatang dan penduduk asli.
4. Kesehatan Masyarakat
 Peningkatan pengertian hidup sehat
 Melakukan wawancara dengan penduduk tentang terjadinya jenis penyakit yang
pernah diderita dan dimana melakukan pengobatan penyakit yang diderita.
 Melakukan penyuluhan tentang arti pentingnya menjaga kesehatan.
 Melakukan wawancara dengan penduduk tentang terjadinya jenis penyakit yang
pernah diderita dan dimana melakukan pengobatan penyakit yang di derita.

2.6. Aspek sosial ekonomi pertanian dan budaya

1.7.1 Kondisi Pertanian Secara Umum

Kajian tentang kondisi pertanian, sosial ekonomi dan budaya, dilakukan di Desa Jujame
yang masuk ke dalam delineasi SKP A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan, Menurut
data dari Profil Desa per Bulan Februari 2021, jumlah penduduk di Desa Jujame
sebanyak 154 KK, dengan jumlah jiwa 677 jiwa yang terdiri dari 354 jiwa laki-laki dan
323 jiwa jiwa perempuan.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Meskipun disebut petani, akan tetapi secara umum masyarakat di lokasi survey belum
melakukan kegiatan pertanian secara utuh sebagai aktifitas utama mereka dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian besar Masyarakat belum melakukan usaha
budidaya pertanian sendiri secara khusus dalam jumlah yang memadai. Posisi
permukiman penduduk yang berada di pinggir pantai, tidak juga menjadikan sektor
Perikanan Tangkap menjadi sumber mata pencaharian penduduk desa. Dari hasil
wawancara dengan penduduk, jumlah Rumah tangga nelayan di Desa Jujame hanya 1
(satu) keluarga, sisanya adalah nelayan sambilan atau nelayan musiman yang tidak
menggantungkan pendapatan keluarganya pada sektor perikanan.

Mata pencaharian masyarakat Desa Jujame meliputi beberapa bidang usaha diantaranya
yaitu; Perkebunan Kelapa dalam (Kopra) dan tanaman Pala, memanfaatkan hasil alam
seperti menyadap getah Damar, dan menangkap ikan dalam jumlah terbatas. Meskipun
demikian, sebagian masyarakat sudah ada yang bercocok tanam singkong, cabe dan
kacang-kacangan di sekitar lahan pekarangan dalam jumlah kecil. Usaha cocok tanam
dilakukan secara tradisional, tanpa menggunakan input pertanian (pupuk dan obat-
obatan).

Tingkat produktivitas hasil pertanian yang diperoleh masyarakat masih sangat rendah.
Rendahnya produktivitas ini karena sifat usaha pertanian yang dilakukan masih belum
intensif, sambilan dan tanpa ditopang oleh teknologi pertanian. Adanya keterbatasan
pengetahuan dalam mengakses informasi pertanian serta daya dukung teknologi yang
rendah, membuat warga senantiasa mengandalkan potensi alam dalam menjalankan
usaha taninya. Beberapa komoditi pertanian/peternakan yang ditemui di lokasi studi
adalah sebagai berikut :

 Tanaman Pangan : Singkong, Jagung


 Tanaman Sayuran : Kangkung, dan Cabe
 Tanaman Buah : Durian, Langsat, Pisang, dan Pepaya
 Tanaman Perkebunan : Kelapa Dalam dan Pala
 Komoditas Peternakan : Ayam Buras dan Kambing
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Pada umumnya tanaman sayuran, Ubi Kayu dan pisang, ditanam di sekitar lahan
pekarangan. Sedangkan tanaman Kelapa Dalam dan Pala lebih banyak dibudidayakan di
areal kebun warga yang berada di sekitar permukiman. Sistem pertanian yang dilakukan
secara tradisional umumnya bercirikan sebagai berikut :

 Mengandalkan kondisi alam (sangat tergantung dengan musim hujan). Umumnya


penanaman dilakukan menjelang musim hujan.
 Tanaman pangan dilakukan hanya satu kali dalam setahun, penanaman dilakukan
secara monokultur atau campuran, tidak menggunakan input pertanian secara
berimbang dan input pertanian yang digunakan sangat sedikit (rendah/tidak sama
sekali)
 Tidak dilakukan secara intensif dan low input serta low technology
 Belum menerapkan teknologi dalam budidaya serta pengolahan pasca panen
 Sistem pengelolaan usaha tani tidak dilakukan dengan sistem manajemen
produksi tanaman.

Tingkat produktivitas hasil pertanian yang diperoleh masih sangat rendah dan daya
dukung lahan yang cukup terbatas. Rendahnya produktivitas ini karena adanya
keterbatasan pengetahuan dalam mengakses informasi pertanian serta daya dukung
teknologi yang rendah dengan manajemen produksi tanaman yang tidak ada.

1.7.1.1 .Keadaan Tanaman Pangan dan Palawija

Makan pokok atau sumber karbohidrat utama bagi masyarakat Desa Jujame adalah
Beras. Sebagai tambahan, mereka juga mengkonsumsi Singkong yang sudah diproses
(diparut dan dikeringkan). Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa
Jujame tidak ada yang melakukan usaha budidaya tanaman pangan utama (bahan
makanan pokok). Satu-satunya komoditas tanaman pangan yang ditemukan di Desa
Jujame adalah Singkong. Tanaman Tanaman Padi tidak familiar dalam kehidupan
penduduk desa, sehingga pada saat studi dilakukan, tidak ditemukan tanaman Padi di
lokasi studi, baik Padi Sawah maupun Padi Ladang. Demikian juga halnya dengan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Komoditas Palawija, hampir tidak ditemukan waraga desa yang melakukan usaha
budidaya baik di lahan pekarangan, maupun di areal kebun.

Data yang termuat dalam publikasi Kecamatan Bacan Barat Utara Dalam Angka Tahun
2019, tidak menunjukkan gambaran kondisi pertanian, baik tentang luas lahan, produksi
dan produktifitas berbagai komoditas pertanian yang terpilah untuk setiap desa,
sehingga tidak bisa disajikan.

2.7.1.2. Keadaan Tanaman Hortikultura


Komoditas hortikultur atau tanaman buah-buahan dan sayuran merupakan komoditas
pertanian pelengkap yang dibudidayakan para petani di lokasi SKP A Kawasan
Transmigrasi Pulau Bacan. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa penanaman
komoditas hortikultura ini tidak dilakukan secara massif, dan biasanya hanya ditanaman
di halaman rumah atau di ladang (kebun warga). Sayuran dan buah yang dihasilkan
umumnya dikonsumsi sendiri atau dijual di warung-warung yang ada di desa. Komoditas
sayuran yang dominan di antaranya Cabe Rawit, dan Kangkung. Sedangkan pada komoditas
buah-buahan, Durian, Sisrsak, Pepaya, Pisang, dan Langsat, merupakan jenis tanaman yang
dapat ditemukan di lokasi studi, meskipun dalam jumlah yang sedikit

2.7.1.3.Keadaan Tanaman Perkebunan

Tanaman perkebunan yang banyak dijumpai di lokasi Survey adalah Kelapa Dalam dan
Pala. Tanaman dikelola secara konvensional dan dibiarkan tanpa perawatan. Dapat
disimpulkan bahwa belum ada masyarakat yang melakukan penanaman komoditas
tanaman perkebunan secara intensif. Hasil pengamatan dan wawancara dengan warga,
sebagian penduduk di lokasi Survey sudah memulai melakukan penanaman Pala yang
bibitnya diperoleh dari bantuan Pemerintah.

Tanaman Kelapa Dalam, memberikan mamnfaat ekonomi yang cukup signifikan bagi
warga desa. Menurut perkiraan penduduk (data resmi tidak tersedia), jumlah rumah
tangga yang menjadi Petani Kopra di Desa Jujame sekitar 65 (enam puluh lima) KK
dengan hasil rata-rata per KK sebanyak 300 Kg Kopra per 3 bulan. Adapun harga Kopra
di Desa Jujame pada saat studi dilakukan adalah 8.500 rupiah per Kg. Tanaman Pala,
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

secara umum belum memberikan hasil yang signifikan. Tanaman Pala yang saat ini
dibudidayakan oleh warga, berumur 5 – 7 tahun sehingga belum menunjukan
produktifitas yang optimal. Meskipun hampir semua warga desa memiliki tanaman Pala,
akan tetapi sampai studi ini dilakukan, perkiraan jumlah produksi Biji Pala total dari
Desa Jujame baru sekitar 100 Kg. Harga Biji Pala Kering di Desa Jojame adalah 60.000
rupiah per Kg, sedangkan harga Fuli sekitar 120.000 per Kg

1.7.2 Keadaan Peternakan dan Perikanan


Peternakan
Sektor peternakan merupakan kegiatan usaha sampingan yang banyak dilakukan oleh
masyarakat di lokasi Survey. Jenis ternak yang ditemukan di sekitar lokasi adalah Ayam
Buras dan Kambing. Ternak dipelihara secara tradisional tanpa perawatan khusus,
hanya mengandalkan ketersediaan pakan dari alam. Data tentang populasi ternak
Kambing dan Ayam Buras di Desa Jujame tidak tersedia, sehingga tidak bisa disajikan.

Perikanan
Meskipun posisi Desa Jujame berada di pinggir pantai, akan tetapi sektor Perikanan
tangkap tidak menjadi sumber penghasilan utama bagi warga desa. Menurut penuturan
warga, hanya 1 (satu) keluarga di Desa Jujame yang merupakan Nelayan murni
(Nelayan Penuh). Sisanya adalah merupakan Nelayan Sambilan yang hanya menangkap
ikan dalam jumlah kecil dan tidak untuk tujuan komersil. Di sisi lain, meskipun
ketersediaan air baku cukup melimpah, belum ada warga Desa Jujame yang melakukan
usaha budidaya perikanan air tawar. Kegiatan usaha perikanan yang juga ditemukan di
lokasi Survey adalah kegiatan menangkap ikan dan udang yang banyak terdapat di
sepanjang aliran sungai. Usaha penangkapan ini dilakukan sebagai kegiatan sambilan
untuk mengisi waktu dan memenuhi kecukupan gizi keluarga.

1.7.3 Pola dan Jadwal Tanam


Pada saat studi dilakukan, pola usahatani yang diterapkan oleh petani di lokasi SKP A
didasarkan pada kondisi ketersediaan air untuk pertanian. Belum ada rekayasa budidaya
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

pertanian dalam hal menyiasati kondisi kemarau. Pada umumnya, para petani belum
menerapkan pola tanam dan teknologi pertanian secara baku, hanya didasarkan pada
perkiraan dan kondisi musim atau cuaca. Pola tanam kegiatan usahatani tanaman
pangan umumnya dimulai pada awal musim hujan. Kegiatan pergiliran tanaman pada
lahan usaha yang sama, juga belum dilakukan.

1.7.4 Ketersediaan dan Pemakaian Masukan Pertanian

Secara umum, warga di lokasi Survey sudah mengenal berbagai jenis input pertanian
seperti pupuk dan pestisida. Akan tetapi menurut penuturan mereka, pemakaian pupuk
dan obat-obatan sangat jarang mereka lakukan. Hal ini dikarenakan usaha pertanian
yang mereka lakukan masih sangat minim, ditambah dengan harganya yang terlalu
mahal. Pada umumnya mereka memperoleh sarana produksi pertanian (saprotan) seperti
pupuk, obat-obatan, dan lain-lain dari kios-kios di pasar Labuha. Introduksi teknologi
di bidang pertanian berupa benih/bibit unggul, pupuk, pestisida dan peralatan mekanis
dalam menunjang kegiatan usaha pertanian di lokasi Survey, pada umumnya belum
sepenuhnya digunakan dan diterapkan oleh petani. Pemakaian sarana produksi pertanian
(saprotan) masih bersifat seperlunya dan belum memperhatikan dosis/takaran anjuran
untuk budidaya tanaman yang baik dan memenuhi kebutuhan tanaman. Hal ini antara
lain disebabkan masih terbatasnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki petani,
terbatasnya ketersediaan sarana produksi pertanian dan mahalnya harga, sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan petani untuk membeli sarana produksi tersebut.

2.7.6. Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja


Pada umumnya, warga masyarakat di lokasi Survey melaksanakan kegiatan usahatani
secara mandiri menggunakan tenaga kerja keluarga. Pekerjaan penyiapan lahan,
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan kegiatan pasca panen,
dikerjakan sendiri. Apabila kekurangan tenaga, biasanya meminta bantuan tetangga atau
menggunakan tenaga upahan dengan harga upah sebesar Rp 100.000,- per hari per
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

orang. Ketersediaan tenaga kerja per kepala keluarga per tahun, diasumsikan sekitar 630
HOK. Asumsi ini didasarkan pada rata-rata anggota keluarga dari penduduk yang ada
di lokasi Survey, dimana satu kepala keluarga terdiri dari suami, istri dan 3 anak dengan
hari kerja efektif per tahun selama 300 hari. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel
berikut;

Tabel 2.45. Perkiraan Ketersediaan Tenaga Kerja Eksisting di Lokasi Survey


Jumlah HOK

Anak Anak Anak Per Per


Suami Istri
Umur 17 Tahun Umur 15 Tahun Umur 10 Tahun Hari Tahun

1 0.6 0.2 0.2 0.1 2.1 630

Sumber : ENEX/PDC Consortium, Tahun 1982

Pencurahan tenaga kerja keluarga per tahun di lokasi Survey, sebagian besar
dialokasikan untuk mengambil hasil hutan (Getah Damar), perkebunan (Kopra) serta
kegiatan domestik lainnya. Pencurahan tenaga kerja untuk mengambil Getah Damar
memiliki porsi terbesar, yaitu sebanyak 115 HOK, sedangkan sektor pertanian,
peternakan dan perikanan mengambil porsi yang kecil, yaitu sekitar 55 HOK per tahun.
Perincian pengerahan tenaga kerja per tahun di lokasi Survey dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 2.46. Rata-rata Pencurahan Tenaga Kerja Keluarga di Lokasi Survey


Jumlah
No Jenis Kegiatan (HOK/KK/Th
n)
1 Mengambil Getah Damar 115
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Jumlah
No Jenis Kegiatan (HOK/KK/Th
n)
2 Perkebunan (Kopra dan Pala) 105
3 Kegiatan non Pertanian (Berdagang, tukang, dll) 80
4 Pertanian, Peternakan, Perikanan 55
Total 355
Tenaga kerja yang Tersedia 630
Tenaga kerja yang Belum Dimanfaatkan 275
Sumber : Hasil Analisis, 2021

2.7.7. Perkiraan Produksi dan Kebutuhan Konsumsi Bahan Pangan


Kegiatan usaha tani pada sub sektor pertanian tanaman pangan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk terhadap pangan secara berkelanjutan. Penghitungan
produksi pertanian untuk ketahanan pangan diarahkan terhadap komoditas penyedia
karbohidrat utama yaitu Padi. Penduduk lokal yang ada di lokasi Survey mengkonsumsi
Beras sebagai bahan makan pokoknya. Oleh karenanya, penyediaan jenis bahan makan
pokok dihitung berdasarkan ketersediaan atau produksi Padi/Beras di lokasi studi.
Asumsi tingkat konsmusi beras rata-rata per KK per bulan adalah 114,6 Kg per jiwa per
tahun. Pada saat studi dilakukan, di lokasi Survey tidak ditemukan areal penanaman
Padi, baik Padi Sawah maupun Padi Ladang. Perkiraan produksi dan tingkat konsumsi
penduduk terhadap beras dianalisis sebagai berikut.

Tabel 2.47. Perkiraan Produksi dan Kebutuhan Pangan


No. Uraian Jumlah
1 Produksi Padi (ton) 0
2 Setara beras (ton) 0
3 Jumlah penduduk (jiwa) 677
4 Konsumsi per kapita per tahun (kg) 114,6
5 Jumlah konsumsi Beras per tahun (ton) 77,58
6 Kekurangan Beras (ton) 77,58
7 Kekurangan setara gabah (ton) 129,31
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa dalam konteks pemenuhan bahan makan
pokok berupa beras, Lokasi studi SKP A , kekurangan beras sebanyak 77.58 Kg/tahun
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

atau setara dengan 129.31 Kg Gabah Kering Panen per tahun.

2.8. KEADAAN SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI

2.8.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan hasil studi RKT, wilayah yang masuk ke dalam SKP A Kawasan
Transmigrasi Pulau Bacan meliputi 4 (empat) desa, dua desa berada di Kecamatan
Bacan Barat Utara, yaitu Desa Jujame dan Desa Sidopo, serta dua desa berada di
Kecamatan Bacan Barat, yaitu Desa Kusubibi dan Desa Indari. Akan tetapi, berdasarkan
hasil pengamatan dalam studi RSKP di SKP A, diperoleh fakta bahwa desa yang secara
utuh masuk dalam wilayah SKP A hanya Desa Jujame saja, sedangkan wilayah dari dua
desa lainnya (Desa Sidopo dan Desa Kasubibi) yang masuk ke dalam delineasi SKP A
hanya sedikit meliputi wilayah pinggiran desa yang tidak berpenghuni. Oleh karenanya,
kajian terkait kondisi sosial budaya di SKP A, hanya dilakukan di Desa Jujame,
Kecamatan Bacan Barat Utara. Berdasarkan data dari Kecamatan Bacan Barat Utara
Dalam Angka yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2020,
jumlah penduduk Desa Jujame adalah 598 jiwa terdiri dari 320 laki-laki dan 278
perempuan dengan angka sex ratio 115. Sedangkan berdasarkan data dari Profil per
Bulan Februari Tahun 2021, jumlah penduduk Desa Jujame sebanyak 677 jiwa terdiri
dari 354 laki-laki dan 323 perempuan dengan angka sex ratio 109. Angka rasio jenis
kelamin ini menunjukkan bahwa untuk setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat
109 jiwa penduduk laki-laki. Uraian jumlah penduduk Desa Jujame menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 2.48. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Wilayah Studi
Jumlah Rasio Jenis
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Sumber Data KK Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 BPS, Tahun 2019 320 278 598 n.a 115
Profil Desa Jujame,
2 354 323 677 154 109
Februari 2021
Sumber :BPS, Kecamatan Bacan barat Utara Dalam Angka, 2020 dan Profil Desa Jujame, 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Penduduk sejumlah 677 jiwa tersebut menempati wilayah SKP A seluas 5.359,42 Ha
atau 53,59 Km2, sehingga kepadatan penduduk di SKP A adalah 12,6 jiwa per
kilometer persegi. Berdasarkan luas wilayah Desa Jujame, maka tingkat kepadatan
penduduk adalah 16,6 jiwa per kilometer persegi. Selanjutnya, tingkat kepadatan
penduduk di lokasi survei dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.49. Kepadatan Penduduk Desa di Wilayah Studi


Luas Wilayah Kepadatan Penduduk
Jumlah
(Ha) (Jiwa/KM2)
No Sumber Data Penduduk
SKP
(jiwa) Desa Jujame SKP A Desa Jujame
A
1 BPS, Tahun 2019 598 14,6 11,2
Profil Desa Jujame, 4086,04 5359,42
2 677 16,6 12,6
Februari 2021
Sumber :BPS, Kecamatan Bacan barat Utara Dalam Angka, 2020 dan Profil Desa Jujame, 2021

2.8.2. Penduduk Berdasarkan Umur

Selama kegiatan studi, data penduduk berdasarkan umur,yang terpilah di tingkat


kampung/desa tidak didapatkan. Guna memenuhi ketentuan penulisan laporan hasil
studi dan supaya dapat memberikan gambaran secara umum maka melakukan analisis
terhadap data penduduk berdasarkan umur di tingkat kabupaten.
Berdasarkan data yang tersedia di publikasi BPS Kabupaten Halmahera Selatan, Tahun
2020, diketahui komposisi penduduk yang berusia 0 – 14 tahun mencapai 22,42 persen,
usia 15 – 64 tahun sebanyak 73,39 persen dan usia diatas 65 tahun sebanyak 4,19
persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk di lokasi
perencanaan merupakan penduduk usia produktif dengan angka ketergantungan sebesar
36,26 persen.

2.8.3. Penduduk Berdasarkan Agama dan Budaya

Berdasarkan Agama yang dianut, penduduk Desa Jujame seluruhnya (100 %)


merupakan penganut Agama Islam (Muslim). Apabila dilihat dari budaya dan adat
istiadatnya, masyarakat Desa Jujame juga relatif homogen. Warga masyarakat
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

didominasi oleh Suku Tobelo-Galela, meskipun ada juga sebagian kecil yang berasal
dari Suku Bugis, Suku Makian dan Suku Bacan.

Suku Tobelo merupakan suatu suku yang berada di daerah semenanjung bagian utara
Pulau Halmahera dan di sebagian daratan Pulau Morotai. Sebagian lagi hidup tersebar
sampai ke pedalaman Halmahera, seperti ke daerah Patani. Weda dan Gane. Ada juga
yang sampai ke Kepulauan Raja Ampat, Papua. Daerah asal mereka termasuk dalam
wilayah Kecamatan Galela di Kabupaten Maluku Utara. Bahasa Tobelo tidak termasuk
ke dalam bahasa Austronesia, tetapi merupakan salah satu bahasa yang termasuk ke
dalam rumpun bahasa Halmahera Utara. Bahasa Tobelo berdekatan sekali dengan bahasa
Galela dan Tobaru. Bahasa ini memiliki beberapa dialek, seperti gamsung, dodinga dan
boeng.

Galela adalah kelompok etnik dengan wilayah asalnya di Pulau Halmahera, mereka
berdiam terutama di pantai bagian utara pulau Halmahera itu, yaitu di sekitar Teluk
Galela. Sebagai satu kelompok etnik mereka memiliki bahasa sendiri yakni bahasa
Galela. Sumber tertentu mengatakan bahwa bahasa ini merupakan salah satu dari 10
bahasa besar dalam kelompok bahasa yang disebut Siwalima atau satu diantara ratusan
bahasa yang ada di Maluku. Ahli bahasa membuat rincian lagi dimana bahasa Galela
termasuk Keluarga bahasa Halmahera, yang termasuk rumpun bahasa Halmahera Utara
bagian barat. Rumpun ini masih terbagi dua cabang bahasa, yakni bahasa Galela dan
bahasa Ibu

Gambaran sosial budaya masyarakat di lokasi Survey umumnya dibangun diatas pilar
agama serta budaya dan adat istiadat warisan leluhur. Masyarakat desa masih sangat
menjunjung tinggi adat istiadat serta nilai-nilai dan prinsip budaya warisan leluhur. Hal
ini terlihat dengan masih berfungsinya prinsip dan nilai-nilai adat dalam kehidupan
masyarakat seperti, upacara pernikahan, kematian, pesta panen, dan lain lain.

Semangat gotong royong dan silaturahim warga desa pada umumnya, masih sangat
kuat. Mereka memiliki karakter terbuka dan egaliter, sehingga bisa menerima berbagai
perbedaan serta bersifat toleran terhadap budaya dari luar. Dengan kata lain, masyarakat
yang berada di lokasi perencanaan SKP A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan adalah
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

masyarakat yang bersikap dewasa menghadapi perbedaan, sangat kokoh dalam


memegang teguh budaya dan adat istiadatnya, akan tetapi tidak menjadikan mereka
ekslusif dan tertutup terhadap pengaruh luar.

Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang terbuka, sangat kondusif bagi pelaksanaan
pembangunan dan program-program yang bersifat inovatif. Masyarakat di lokasi Survey
cukup antusias untuk mendukung pembangunan di wilayahnya. Mereka menyambut
baik rencana pembangunan di wilayahnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
mereka. Kondisi ini sangat kondusif bagi keberlangsungan pembangunan secara umum
dan program permukiman transmigrasi secara khusus.

2.8.4. Pendapatan dan Pengeluaran


2.8.4.1. Pendapatan Penduduk
Sumber pendapatan utama penduduk diperoleh dari hasil sektor pemanfaatan hasil hutan
(Getah Damar) dan sektor perkebunan. Sumber pendapatan lainnya seperti pertanian
tanaman pangan, perikanan, perternakan, jasa, dan sektor non pertanian lainnya,
merupakan sumber pendapatan tambahan yang jumlahnya relatif kecil.

Di sektor perkebunan, Kopra menjadi sumber terbesar pendapatan penduduk, dikuti


oleh hasil perikanan tangkap. Hasil biota laut (Ubur-Ubur) meskipun jumlahnya cukup
signifikan, tapi tidak menjadi sumber pendapatan sehari-hari, karena hanya bersifat
musiman. Secara rinci sumber pendapatan penduduk dan besarannya dapat dilihat pada
tabel berikut

Tabel 2.50. Sumber dan Rata-Rata Pendapatan Penduduk di Lokasi Studi


Jumlah Proporsi
No Sumber Pendapatan
(Rp) (%)
1 Pemanfaatan hasil hutan (Getah Damar) 6732500 33,21
2 Perkebunan (Kopra dan Pala) 4382900 21,62
3 Hasil Usaha Pertanian dan Peternakan 430100 2,12
4 Perikanan (Termasuk Ubur-Ubur) 5844000 28,83
5 Non Pertanian (Dagang, Pertukangan, dll) 2882900 14,22
Jumlah 20.272.400 100,00
Sumber: Hasil Analisis Survey, Tahun 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.8.4.2. Pengeluaran Penduduk


Jenis dan besaran pengeluaran penduduk rata-rata per rumah tangga/per Kepala
Keluarga untuk keperluan hidup sehari-hari diperoleh melalui penggalian informasi
secara formal dan informal selama studi dilakukan. Pengeluaran penduduk yang
dimaksud adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

Tabel 2.51. Rata-rata Pengeluaran Penduduk/KK/ Tahun di Lokasi Studi


Jumlah
No Komponen Pengeluaran Proporsi
(Rp)
1 Beras 6.300.000 31,13%
2 Gula 1.170.000 5,78%
3 Kopi/Teh/minuman lain 845000 4,18%
4 Garam 75000 0,37%
5 Minyak Goreng 620.000 3,06%
6 Ikan/Lauk Pauk 2.250.000 11,12%
7 Bumbu, Terigu dan sayur mayur 1.185.000 5,86%
8 Rokok (Tembakau) 2.150.000 10,62%
9 Pakaian 500.000 2,47%
10 Pendidikan 600.000 2,97%
11 Kesehatan 300.000 1,48%
12 Transportasi, BBM dan penerangan 1.800.000 8,90%
13 Biaya Usaha Tani 1.440.350 7,12%
14 Lain-lain 1.000.000 4,94%
Jumlah 20.235.350 100,00%
Sumber; Hasil Analisis Survey, Tahun 2021

Berdasarkan data yang tersaji di atas, dapat diketahui bahwa perkiraan rata-rata
pendapatan masyarakat di lokasi SKP A saat ini sekitar Rp 20.272.400,- per KK per
tahun, dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 20.235.350,- per tahun.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.8.5. Fasilitas Sosial dan Prasarana Ekonomi

2.8.5.1. Fasilitas Pendidikan

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan yang diperkuat oleh data sekunder
dari BPS, jenis sarana pendidikan yang terdapat di lokasi SKP A meliputi sarana
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekola Dasar (SD) dan pendidikan lanjutan
tingkat pertama (SLTP) berupa Madrasah tsanawiyah (MTs). Sedangkan sarana
pendidikan menengah atas (SMA atau SMK) belum tersedia. Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan SMA hanya tersedia di Ibukota Kecamatan Bacan Barat Utara
(Desa Yaba). Sebaran jenis sarana pendidikan di lokasi SKP A dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.52. Sebaran Sarana Pendidikan Menurut Jenisnya di Lokasi Studi


Jenis Sarana Pendidikan (Unit)
No Desa
PAUD SD MTs SLTA

1 Jujame 1 1 1 0
Sumber; Hasil Pengamatan, Tahun 2021

2.8.5.2. Fasilitas Kesehatan

Jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di wilayah SKP A hanya Puskesmas
Pembantu yang terletak di pusat Desa Jujame. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bagi
ibu-ibu dan anak-anak sudah tersedia dan memiliki kegiatan yang cukup aktif. Sebaran
jenis sarana pelayanan kesehatan di lokasi SKP B dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.53. Sebaran Sarana Pelayanan Kesehatan di Lokasi Studi


Sarana Pelayanan Kesehatan (Unit)
No Desa Puskesm Polinde
Pustu Posyandu
as s
1 Jujame - 1 - 1
Sumber; Hasil Pengamatan, Tahun 2021
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2.8.5.3. Fasilitas Sarana Air Bersih dan Penerangan Listrik


Sumber Mata air yang tersedia di wilayah wilayah SKP A menjadi sumber air utama
bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air bagi kegiatan mandi, mencuci maupun untuk
air minum.

Adapun untuk sarana penerangan, mayoritas warga di wilayah SKP A menggunakan


sumber listrik tenaga Diesel, sebagiannya masih menggunakan lampu dengan bahan
bakar Minyak Tanah. Prasarana jaringan listrik dari PLN sejatinya sudah menjangkau
wilayah Desa Jujame, akan tetapi sampai studi ini dilakukan, jaringan kabel listrik yang
sudah terpasang, belum difungsikan.

2.8.5.4. Fasilitas Peribadatan


Sesuai dengan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk di lokasi SKP A yaitu
Agama Islam, maka sarana dan fasilitas peribadatan yang tersedia adalah Masjid.
Bangunan Masjid yang terdapat di Desa Jujame, hanya berjumlah 1 (satu) unit yang
pada saat studi ini dilakukan kondisinya belum sepenuhnya selesai

2.8.5.5. Prasarana Ekonomi


Fasilitas kegiatan ekonomi yang ada di lokasi perencanaan SKP A masih sangat terbatas
berupa warung-warung sembako dan penjual BBM (Minyak Tanah dan Bensin) dalam
jumlah yang tidak banyak. Penjualan hasil usahatani maupun hasil hutan biasanya
dilakukan secara langsung oleh warga kepada pembeli yang datang ke desa. Pasar
terdekat, berada di Kota Labuha atau Kota Babang yang jaraknya kurang lebih 40 Km
dari Desa Jujame.

2.9.

2.9.1. Tanggapan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Dalam berbagai forum sosialisasi dan penyerapan aspirasi yang dilakukan oleh Tim
RSKP dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Jujame yang masuk dalam delineasi
SKP A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan, pada umumnya menanggapi positif dan
mendukung rencana pengembangan program transmigrasi di wilayahnya. Dukungan ini
dituangkan dalam lembar kesepakatan warga yang ditandatangani oleh perwakilan dari
Tokoh Masyarakat.

Selain menyatakan dukungan terhadap Program transmigrasi, warga Desa Jujame juga
menyertakan beberapa masukan dan usulan kepada Pemerintah, sebagai berikut :

1. Pihak Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Provinsi Maluku Utara maupun


Kabupaten Halmahera Selatan bersungguh-sungguh berupaya membangun Desa
Jojame dan sekitarnya, melalui Program Transmigrasi agar kehidupan warga
desa semakin maju dan sejahtera.
2. Masyarakat Desa Jojame dilibatkan dalam kegiatan pembangunan permukiman
transmigrasi sebagai tenaga kerja, sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
3. Masyarakat Desa Jojame, dijadikan prioritas untuk menjadi warga transmigran
yang mendapat hak-hak sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah..
4. Propirsi TPS (Transmigran Penduduk Setempat) dengan TPA (Transmigran
Penduduk Asal) adalah 40 : 60. Artinya, transmigran yang akan menempati
Permukiman Transmigrasi Desa Jojame, 40 persennya berasal dari penduduk
lokal.
5. Mengingat sebagian besar penghasilan penduduk Desa Jojame pada saat ini
adalah menyadap Getah Damar, maka diharapkan pada saat pembukaan lahan
untuk lokasi permukiman transmigrasi sedapat mungkin meminimalisir
penebangan Pohon Damar
6. Masyarakat mendapatkan sosialisasi secara utuh, jelas dan menyeluruh tentang
teknis pelaksanaan Program Transmigrasi, terutama dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Halmahera Selatan
.

2.9.2. Harapan
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Warga masyarakat di lokasi perencanan SKP A memiliki harapan bahwa program


transmigrasi yang akan direncanakan di wilayahnya dapat mendorong terjadinya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan adanya pembangunan di segala bidang
dan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat. Mereka pun secara khusus
mengemukakan permasalahan yang dihadapi dan harapan penyelesaiannya dengan
program transmigrasi di antaranya sebagai berikut:

1. Masuknya warga transmigrasi dari luar wilayah mereka (TPA) selain diharapkan
dapat menyebarkan ilmu dan keahlian usahatani yang lebih baik, juga akan dapat
menambah jumlah penduduk di wilayah mereka.

2. Pembangunan Permukiman Transmigrasi dapat meningkatkan kesejahteraan


masyarakat melalui pembangunan di berbagai bidang, terutama pembangunan
prasarana jalan, pengembangan ekonomi serta pembangunan sarana
telekomunikasi

3. Ada pembinaan dari Pemerintah terkait dengan usaha tani yang selama ini
mereka jalankan, termasuk pemberian bantuan pupuk, bibit, pestisida serta
pelatihan keterampilan usaha tani.

2.9.3. Penduduk Yang Terkena Proyek dan Pola Komposisi Transmigran


Pada dasarnya, masyarakat yang akan bersentuhan langsung dan terkena dampak dari
program transmigrasi adalah semua warga Desa Jujame yang berjumlah sebanyak 154
KK dengan jumlah jiwa 677 orang. Meskipun demikian, pembangunan permukiman
transmigrasi juga secara tidak langsung mempengaruhi penduduk di desa-desa yang ada
sekitarnya.

Masyarakat di lokasi Survey mengharapkan penempatan transmigran lokal (TPS) yang


diutamakan adalah pecahan KK serta warga desa yang kurang mampu secara ekonomi
atau belum memiliki tempat tinggal yang layak.
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Mengenai komposisi TPS dan TPA, sebagaimana yang sudah diuraikan diatas, warga
menginginkan bahwa sebagian besar transmigran yang akan ditempatkan di wilayah
mereka, berasal dari luar (TPA) dengan perbandingan TPS dengan TPA sebesar 40 : 60.
Artinya, bahwa jumlah TPS yang akan ditempatkan di lokasi permukiman transmigrasi
sebanyak 40 persen.

Anda mungkin juga menyukai