Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Wilayah Administrasi


Kabupaten Pesisir Barat merupakan salah satu dari 14 (empat
belas) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Kabupaten Pesisir Barat
merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah Provinsi Lampung
dan terletak di wilayah pantai barat Pulau Sumatera. Pesisir Barat dibentuk
berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2012 tentang Pembentukan Daerah
Otonomi Baru.
Kabupaten Pesisir Barat berbatasan dengan:
1. Batas utara Kabupaten Bengkulu, dan Kabupaten Lampung Barat
2. Batas Timur dengan Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah,
3. Sebelah selatan berbatas dengan Tanggamus.

Letak Kabupaten Pesisir Barat antara 4°47, 16’' dan 5°,56', 42” Lintang
Selatan dan antara 103°,35',8” dan 104°33'51” Bujur Timur. Pesisir Barat
mempunyai luas wilayah 2.953,48 KM2, terdiri dari 11 kecamatan .

Kecamatan Bengkunat Belimbing mempunyai wilayah terluas yaitu 943,7


KM2 atau 31,95%, dan Kecamatan Krui Selatan merupakan kecamatan dengan
luas wilayah terkecil yaitu 36,25 KM2 atau hanya 1,23% dari luas wilayah Pesisir
Barat.
Tabel 2.1. Daftar Nama Kecamatan dan Luas Wilayah

Nama Kecamatan Luas Wilayah Persentase

01 Pesisir Selatan 409,17 13,85

02 Bengkunat 215,03 7,28

03 Bengkunat Belimbing 943,70 31,95

04 Ngambur 327,17 11,08

II-1
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

05 Pesisir Tengah 120,64 4,08

06 Karya Penggawa 277,73 9,40

07 Way Krui 40,92 1,39

08 Krui Selatan 36,25 1,23

09 Pesisir Utara 84,27 2,85

10 Lemong 454,99 15,41

11 Pulau Pisang 43,61 1,48

Sumber :Statistik Daerah Kabupaten Pesisir Barat 2015

Tabel 2.2 Jumlah Pekon Menurut Kecamatan Kabupaten Pesisir Barat


2014

Kecamatan Jumlah Pekon

010 Pesisir Selatan 15

011 Bengkunat 9

012 Bengkunat Belimbing 14

013 Ngambur 9

020 Pesisir Tengah 8

021 Karya Penggawa 12

022 Way Krui 10

023 Krui Selatan 10

030 Pesisir Utara 12

031 Lemong 13

032 Pulau Pisang 6

II-2
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

2.2. Kondisi Iklim


Secara umum Kabupaten Pesisir Barat memiliki iklim hujan tropis sebagaimana
iklim Propinsi Lampung pada umumnya. Curah hujan Pesisir Barat berkisar antara
2.500-3.500 milimeter per tahun.
Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan
Bukit Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:

1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman
Bukit Barisan Selatan Termasuk Krui dan Bintuhan.
2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan.

Kecamatan dengan curah hujan 3.000-3500 mm/th adalah sebagai berikut :


1. Kecamatan Lemong
2. Kecamatan Pesisir Utara
3. Kecamatan Pulau Pisang
4. Kecamatan Karya Penggawa
5. Kecamatan Way Krui
6. Kecamatan Pesisir Tengah
7. Kecamatan Krui Selatan
8. Kecamatan Pesisir Selatan
9. Kecamatan Ngambur

Kecamatan dengan curah hujan 2.500-3000 mm/th adalah sebagai berikut :


1. Kecamatan Bengkunat
2. Kecamatan Bengkunat Belimbing

II-3
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.1. Peta Hidrologi


(Sumber : Kementrian PU Dirjen Penataan Ruang Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah I)

II-4
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.2. Peta Curah Hujan Kabupaten Pesisir barat


(Sumber : Kementrian PU Dirjen Penataan Ruang Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah I)

II-5
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

2.3. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Daerah dataran rendah (0-600 meter dari permukaan laut)
2. Daerah berbukit (600-1.000 meter dari permukaan laut)
3. Daerah pegunungan (di atas 1.000 meter dari permukaan laut)

Secara geografis letak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4º, 40', 0" - 6º,
0', 0" Lintang Selatan dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur.

Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografi
yakni:
a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut)
b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut)
c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter
dari permukaan laut)
Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai
berombak dengan kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut
Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung- gunung dan bukit, yaitu Gunung
Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan
Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).

2.4. Jenis Tanah


Beberapa jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pesisir Baratadalah :
 Kambisol
Kambisol juga merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk tua, yakni
batuan liat dan batuan vulkanik masam, di bawah rezim iklim basah. Tanah ini
ditandai oleh adanya penimbunan liat pada horizon B-2. Namun horison
penimbunan liat ini tidak memenuhi syarat sebagai horison argilik, karena
peningkatan kadar liat pada lapisan ini kurang dari 1,2 kali kadar liat di lapisan

II-6
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

atasnya. Umumnya tanah ini hampir mirip podzolik, namun lebih gembur
dibandingkan Podsolik. Demikian haknya pH-nya juga lebih tinggi
dibandingkan podsolik.
Jenis tanah Kambisol Eutrik yang berasosiasi dengan tanah Gleisol banyak
dimanfaatkan sebagai lahan persawahan. Sementara jenis tanah Kambisol
Distrik dalam asosiasinya dengan tanah podsolik banyak dimanfaatkan untuk
pertanian lahan kering dan perkebunan.
 Podsolik
Tanah podsolik merupakan tanah yang berumur tua sehingga telah memiliki
tingkat perkembangan lanjut. Lapisan tanah (horison A) telah mengalami
pencucian liat dan unsur hara, dengan teksturnya lebih dari lapisan bawahnya
(horison B). Secara umum tanah podsolik memiliki potensi yang relatif kurang
subur, yang ditandai dengan sifatnya yang masam, daya retensi dan fiksasi
terhadap hara tinggi. Jenis tanah ini banyak dimanfaatkan sebagai pertanian
lahan kering dan perkebunan.

2.5. Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)


Wilayah Pesisir Barat di bagian barat mempunyai sungai-sungai yang mengalir
pendek dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai
dengan jarangnya banjir sebab pada saat musim hujan datang bersamaan air
tidak terkonsentrasi dan timing lagnya menjadi lambat. Delta marine ditandai
dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air
besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai-sungai yang
berukuran pendek dan mengalir di lereng terjal seperti ini sukar dikembangkan
untuk irigasi, kecuali yang sudah mengalir di daerah delta pantai, umumnya
mudah dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut laut. Pada
bagian timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchment
area) sungai-sungai besar yang mengalir ke arah timur antara lain : Way Biha,
Way Belambang dan sebagainya.

II-7
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Untuk mengetahui Daerah Aliran Sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten


Pesisir Barat dapat dilihat pada table 2.1 dan peta 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.3 : Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Pesisir Barat

No Nama DAS Panjang


1 W. Bambang 26.56
2 W. Ngamburpangkalan 15.59
3 W. Tembutih 21.74
4 W. Tenumbang 27.3
5 W. Belambang 19.5
6 W. Biha 19.4
7 W. Menangakiri 25.9
8 W. Pemerihan 22.8
9 W. Pintau 17.9
Sumber : Dinas PU Pengairan Prop. Lampung Tahun 2014

Kabupaten Pesisir Barat mempunyai banyak sekali sungai-sungai yang mengalir di


dalamnya, sehingga DAS nya pun banyak antara lain:

DAS yang terdapat di Kecamatan Lemong :


1. DAS Selayan
2. DAS Mengkudu
3. DAS Halami
4. DAS Simpang Balak
5. DAS Amaisano
6. DAS Atau
7. DAS Walur

DAS yang terdapat di Kecamatan Pesisir Utara :


1. DAS Tangjung Alur
2. DAS Bayuk
3. DAS Balam
4. DAS Batulawang
5. DAS Nata
6. DAS Gedau

II-8
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

DAS yang terdapat di Kecamatan Karya Penggawa :


1. DAS Kebuduk
2. DAS Kebuduk Tunggal
3. DAS Karwi
4. DAS Nukak
5. DAS La Ay
6. DAS Hanuan

DAS yang terdapat di Kecamatan Way Krui :


1. DAS Way Krui
2. DAS Tuolunik

DAS yang terdapat di Kecamatan Pesisir Tengah :


1. DAS Mahnai
2. DAS Pagar Alam

DAS yang terdapat di Kecamatan Pesisir Selatan :


1. DAS Tanjung Jati
2. DAS Biha
3. DAS Marang

DAS yang terdapat di Kecamatan Ngambur :


1. DAS Ngamburbunak
2. DAS Temuli
3. DAS Sumber Agung

DAS yang terdapat di Kecamatan Bengkunat :


1. DAS Ngaras
2. DAS Ngambur
3. DAS Surabalak
4. DAS Titan
5. DAS Titan Kanan
6. DAS Bambang
7. DAS Ceringin
II-9
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

8. DAS Heni

DAS yang terdapat di Kecamatan Bengkunat Belimbing :


1. DAS Pemerihan
2. DAS Cangup
3. DAS Babuta
4. DAS Napaliut
5. DAS Manangkiri
6. DAS Betung
7. DAS Nipah
8. DAS Paya
9. DAS Panagon Hilir
10. DAS Pariago
11. DAS Kawat Kiri
12. DAS Kawat Kecil
13. DAS Haru
14. DAS Belimbing
15. DAS Sleman
16. DAS Balak
17. DAS Kejadian
18. DAS Tirompedaka
19. DAS Asahan
20. DAS Cangi
21. DAS Kaur gading
22. DAS Muaratanco
23. DAS Belambang
24. DAS Tampang

II-10
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.3. Peta Wilayah DAS Kabupaten Pesisir Barat


(Sumber : Kementrian PU Dirjen Penataan Ruang Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah I)

II-11
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

2.6. Rencana Tata Ruang Wilayah dan Strategi Pengembangan


Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan
banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu
lahan juga digunakan sebagai tempat tinggal manusia. Setiap lahan yang
terbentang di permukaan bumi memiliki peruntukannya masing-masing, seperti
untuk lahan pertanian, lahan bukan pertanian, lahan permukiman, kawasan hutan
lindung, dan sebagainya sesuai dengan pemanfaatan-nya. Pemanfaatan lahan
diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil
(Arsyad dalam Setya Nugraha, 2007:7). Pemanfaatan lahan harus disesuaikan
dengan kemampuan tanah dan pemberian perlakuan harus disesuaikan dengan
syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi dengan baik tanpa
harus mengurangi tingkat kesuburannya, sehingga kebutuhan hidup dapat
terpenuhi. Agar pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuan tanah dan tidak
terjadi kerusakan lingkungan, maka perlu adanya suatu perencanaan tata guna
lahan.
Perencanaan tata guna lahan (land use planning) merupakan suatu proses
perenca-naan terhadap penggunaan/pemanfaatan lahan dan alternatif pola tata
guna lahan dengan mempertimbangkan faktor pengembangannya, baik fisik,
sosial, budaya, maupun ekonomi. Perencanaan tata guna lahan ini memiliki tujuan
diantaranya adalah untuk melakukan penentuan pilihan dan penerapan salah satu
pola tata guna lahan yang terbaik dan sesuai dengan kondisi yang ada sehingga
diharapkan dapat mencapai suatu sasaran tertentu (Riyadi dan Deddy Supriady,
2003:164). Perencanaan tata guna lahan pada setiap daerah dapat disusun dalam
suatu peren-canaan penataan ruang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). RTRW adalah peraturan yang mengatur rencana struktur dan pola tata
ruang wilayah. RTRW disusun oleh setiap negara, Provinsi, dan kabupaten/kota.
RTRW yang disusun oleh kabupaten disebut dengan RTRW Kabupaten. RTRW
Kabupaten disusun dan dibuat untuk mengatur rencana struktur dan pola tata
ruang wilayah kabupaten tersebut.
LAPORAN PENDAHULUAN

Kabupaten Pesisir Barat memiliki RTRW yang disusun oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Pesisir Barat. RTRW Kabupaten Pesisir Barat terdiri atas rencana struk-
tur ruang wilayah dan rencana pola ruang.
Rencana struktur ruang wilayah tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan
yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten. Sistem wilayah kabupaten dibagi menjadi hierarki perkotaan
dan pedesaan serta dibangun sistem prasarana wilayah seperti jaringan
transportasi, sedangkan untuk rencana pola ruang meliputi pola ruang kawasan
lindung dan pola ruang kawasan budidaya. RTRW yang telah disusun dengan baik,
dalam pelaksaan di lapangan terkadang tidak sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat. Hal ini terbukti dengan kondisi pemanfaatan lahan di Kabupaten
Pesisir Barat yang terdiri atas hutan sekunder, permukiman, perkebunan,
pertanian lahan kering, pertanian lahan kering/semak, semak belukar, tambak,
dan tubuh air. Kawasan Hutan Lindung (TNBBS) merupakan jenis pemanfaatan
lahan yang mendominasi di Pesisir Barat, dengan prosentase 55%. Untuk jenis
Hutan Rakyat 5%, Perkebunan 5% dari total luas daratan. Peman-faatan lahan
yang luasnya terkecil adalah peruntukan Pariwisata 1%..
Seperti terlihat pada Peta Pola Ruang Kabupaten Pesisir Barat, maka dalam
kebijakan peruntukannya ada 11 peruntukan, yakni:
1. Kawasan peruntukan Hutan Lindung
2. Kawasan peruntukan Taman Hutan Raya
3. Kawasan Peruntukan Sempadan Pantai
4. Kawasan Peruntukan Sempadan Sungai
5. Kawasan peruntukan Hutan Produksi
6. Kawasan Peruntukan Permukiman
7. Kawasan peruntukan Pertanian Lahan Basah
8. Kawasan peruntukan Pertanian Lahan Kering
9. Kawasan peruntukan Perkebunan
10.Kawasan peruntukan Pertambangan
11.Kawasan peruntukan Perkantoran
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.4. Peta Konsep Pola Ruang Kabupaten Pesisir Barat


(Sumber : Kementrian PU Dirjen Penataan Ruang Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah I)
LAPORAN PENDAHULUAN

2.7. Kependudukan
Jumlah penduduk pada Kabupaten Pesisir Barat sebagai berikut:

Piramid Penduduk Pesisir Barat


2014

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Pesisir Barat 2015

Gambar 2.5. Piramid Penduduk Pesisir Barat 2014

Jumlah penduduk Pesisir Barat tahun 2014 adalah 148.412 jiwa terdiri
dari 77.897 laki-laki dan 70.515 perempuan, serta 11.528 rumah tangga

II-15
SID Penyediaan Air Baku Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Tegineneng
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.4. Indikator Statistik Penduduk 2014

*** Sex ratio Pesisir Barat sebesar 113 yang artinya terdapat 113
penduduk laki laki setiap 100 penduduk wanita di Pesisir Barat.

II-16
SID Penyediaan Air Baku Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Tegineneng
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.5 Jumlah penduduk menurut jumlah rumah tangga, rata-rata anggota
rumah tangga dan kepadatan penduduk per kecamatan, Kabupaten Pesisir Barat
2014

Rata-rata
Jumlah Jumlah Kepadatan
Nama Kecamatan A n g g o ta
Penduduk Ruta Penduduk
Ruta

010 Pesisir Selatan 22.663 9.229 3,97 209

011 Bengkunat 7.507 6.642 3,12 93

012 Bengkunat Belimbing 25.639 2.397 2,80 299

013 Ngambur 18.280 5.626 2,17 56

020 Pesisir Tengah 18.899 5.015 3,58 152

021 Karya Penggawa 14.506 5.117 3,50 105

022 Way Krui 8.285 3.642 3,54 49

023 Krui Selatan 8.872 6.151 3,21 179

030 Pesisir Utara 8.059 4.357 3,33 140

031 Lemong 1.349 8.373 3,14 154

032 Pulau Pisang 14.353 5.834 3,99 119

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Pesisir Barat 2015

Untuk sebaran bangunan rumah di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data


yang diambil dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014
kecamatan yang memiliki jumlah rumah paling banyak adalah kecamatan
Pesisir Selatan sebanyak 5.563 rumah dan paling sedikit adalah
kecamatan Pulau Pisang sebanyak 429 buah rumah.

Kondisi jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat
pada tabel 2.13 berikut ini :

II-17
SID Penyediaan Air Baku Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Tegineneng
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.6 : Jumlah rumah per Kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah Rumah

Bengkunat Belimbing 5.338


Bengkunat 2.466
Ngambur 4.344
Pesisir Selatan 5.563
Krui Selatan 483
Pesisir Tengah 804
Way Krui 322
Karya Penggawa 1.445
Pesisir Utara 2556
Lemong 3.229
Pulau Pisang 429
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pesisir Barat tahun 2014

II-18
SID Penyediaan Air Baku Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Tegineneng

Anda mungkin juga menyukai