Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

Goal dalam FGD (Forum Group Discussion) yang kami lakukan adalah menentukan
program untuk dapat menghadapi perubahan iklim bagi masyarakat. Goal ini dilatarbelakangi
oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh berbagai sektor yaitu, industry, pertanian, dan
trasnportasi. Namun, pada FGD kelompok ini kami berfokus pada aktivitas sektor pertanian
yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Kegiatan pertanian yang menyebabkan
perubahan iklim ada tiga berdasarkan hasil FGD kami.

1. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus


Seperti yang kita ketahui pupuk kimia dalam pertanian mengandung senyawa Nitrogen
Oksida (NO), yang merupakan salah satu unsur gas rumah kaca. Penggunaan pupuk
kimia secara terus - menerus menyebabkan terkumpulnya konsentrasi gas rumah kaca
di atmosfer bumi. Sebagian besar radiasi inframerah yang dipantulkan tertahan oleh gas
rumah kaca sehingga panas matahari kembali ke permukaan bumi. Hal ini
menyebabkan peningkatan suhu bumi, hal ini dikenal dengan pemanasan global yang
merupakan salah satu unsur perubaha iklim.
2. Pembukaan lahan pertanian dengan pembakaran lahan
Pembukaan lahan pertanian atau perkebunan dengan pembakaran lahan kerap terjadi di
Indonesia, khususnya di Kalimantan maupun Sumatera. Asap yang ditimbulkan juga
menjadi polusi udara yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan
seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik.
Selain itu, asap bisa mengganggu jarak pandang, terutama untuk transportasi
penerbangan.
Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Prof.Dr. HA. Sudibyakto, M.S.,
mengatakan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir
menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Selain merusak ekosistem lahan tropika basah,
kebakaran hutan dan lahan akan mempercepat proses perubahan iklim.
3. Irigasi secara terus-menerus
Sebagai yang kita ketahui limbah pertanian salah satunya adalah gas metana atau yang
dikenal dengan gas CH4. Ketika limbah CH4 yang dihasilkan pertanian semakin
banyak maka akan berpengaruh pada peningkatan jumlah konsentrasi gas rumah kaca
yang kaitannya ke pemanasan global. Teknik irigasi secara terus-menerus, berdasarkan
hasil penelitian Balai Peneleitian Lingkungan Pertanian, dapat meningkatkan jumlah
konsentrasi CH4 yang dihasilkan limbah pertanian dibandingkan dengan irigasi
pengairan berselang.

Pada FGD yang dilakukan, kami menggunakan pendekatan LFA (Logical Framework
Analysis) yang merupakan metode dimana dapat mengetahui keinginan masa depan agar
berkembang secara berkelanjutan. Tujuan metode ini untuk merumuskan sebuah program yang
dapat menjadi alternatif bagi para stakeholders guna membantu menyelesaikan sebuah
masalah. Metode LFA memiliki komponen meliputi Goals, Purposes, Activities, dan Inputs.
Maka pada makalah ini akan membahas tentang bagaimana adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan dari perubahan iklim
berdasarkan penyebab dari sektor pertanian dengan melakukan FGD dan pendekatan LFA.

II. LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA)

Goals : Menentukan program kegiatan pertanian ramah lingkungan

Tujuan : Pemberdayaan dan penerapan program sebagai upaya untuk meminimalisir


dampak kegiatan pertanian terhadap perubahan iklim.

1. Input

Input pada Logical Framework Analysis merupakan bahan baku untuk melihat fakor
penyebab dari permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang diangkat adalah “Perubahan
Iklim yang Disebabkan Oleh Kegiatan Pertanian”, kemudian input yang digunakan adalah
faktor penyebab dari permasalahan tersebut. Faktor penyebab dari permasalahan yang
diangkat terbagi menjadi tiga yaitu penggunaan pupuk kimia terus menerus, pembukaan
lahan pertanian dengan perubahan iklim, dan kegiatan pertanian yang menggunakan irigasi
terus menerus. Beberapa faktor penyebab permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

• Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus


• Pembukaan lahan pertanian dengan pembakaran lahan
• Irigrasi yang dilakukan secara terus menerus
2. Activities

Activities pada Logical Framework Analysis merupakan aktivitas yang dapat dilakukan
untuk menghadapi input yang ada. Pada permasalah ini, activities dimunculkan berupa
program yang akan dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak kegiatan
pertanian terhadap perubahan iklim.

Program-program ini dapat dikelompokkan menjadi dua fokusan objek yaitu petani dan
kegiatan pertanian. Program yang difokuskan untuk petani berupa pemberdayaan petani
untuk melakukan kegiatan pertanian ramah lingkungan yang dapat meminimalisir
penguapan gas emisi. Sedangkan program yang difokuskan untuk kegiatan pertanian itu
sendiri adalah relokasi lahan pertanian di lahan hutan yang tidak aktif dengan cara
menanam bibit di lahan hutan tersebut, pemilihan varietas padi rendah emisi, dan
mengganti cara pengairan sawah secara terus menerus dengan pengairan berselang
(intermittent).

3. Output

Output pada Logical Framework Analysis merupakan dampak jangka pendek yang
akan dirasakan setelah activities atau program telah dilakukan. Output yang akan terjadi
saat program yang difokuskan untuk petani tersebut akan berupa pemberian insentif kepada
para petani yang menerapkan pertanian ramah lingkungan. Kemudian output yang akan
dirasakan ketika program yang difokuskan pada kegiatan pertanian telah dilakukan yaitu
berupa lahan pertanian baru, varietas padi rendah emisi, penerapan mina padi, dan
penerapan sistem pengairan berselang.

4. Outcome

Outcome pada Logical Framework Analysis merupakan dampak jangka panjang yang
akan dirasakan setelah activities atau program telah dilakukan.

5. Impact

Impact pada Logical Framework Analysis merupakan indikator dampak yang dapat
diukur pengaruhnya terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Tabel 1. Implementasi Melalui Tabel LFA

ACTIVITES OUTPUT OUTCOME IMPACT


Pemberdayaan Pemberian Petani turut serta Perubahan pola
petani untuk insentif dana melakukan upaya pikir petani yang
melakukan kepada para penurunan semakin peduli
pertanian rendah petani yang penguapan gas pertanian ramah
emisi gas dengan menerapkan metana (CH4) lingkungan
sosialisasi pertanian rendah
emisi
Relokasi lahan Lahan Pertanian Mencegah Tetap terjaganya
pertanian di lahan baru pengurangan alif hutan produktif
hutan yang tidak gungsi lahan sebagai paru-paru
produktif dengan hutan yang dunia
cara menanam produktif
bibit di hutan
tersebut
menggunakan
pengembangan
teknologi
budidaya
Pemilihan Varietas padi Menurunkan Mengurangi
varietas padi rendah emisi penguapan gas dampak negatif
rendah emisi gas metana (CH4) kenaikan suhu
metana (CH4) dengan adanya
penanaman
varietas padi
rendah emisi
Budi daya mina Penerapan mina Pengurangan Katalisator
padi padi penggunaan alternatif
pupuk kimia penagganti pupuk
kimia
Mengganti Sistem irigasi Menurunkan Penurunan kadar
pengairan sawah berselang penguapan gas gas efek rumah
yang terus (intermitten) metana (CH4) kaca di atmosfer
menerus dengan
pengairan
berselang
(intermitten)

Sumber : Hasil Analisis, 2018

III. PENJELASAN PROGRAM


1. Program Pemberdayaan Petani Untuk Melakukan Pertanian Rendah Emisi Gas
Dengan Sosialisasi
Program ini merupakan program prioritas sebagai upaya peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk para petani. Sosialisasi secara massif
dan luas kepada petani/kelompok tani terkait tentang dampak, strategi mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan
usahatani komoditas pangan khususnya padi yang efisien, ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Hal ini dilakukan agar para petani dapat melakukan kegiatan pertanian
dengan mempertimbangkan dampak-dampak lingkungan yang menyebabkan adanya
perubahan iklim. Kegiatan pertanian yang menyebabkan adanya perubahan iklim yang
dilakukan seperti penggunaan pupuk kimia secara berlebih, membuka lahan dengan
pembakaran lahan, serta irigasi yang dilakukan secara terus menerus. Selain itu,
peningkatan kualitas SDM yaitu para petani juga dilakukan agar para petani dapat
melek teknologi guna membantu dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

2. Relokasi Lahan Pertanian di Lahan Hutan Yang Tidak Produktif Dengan Cara
Menanam Bibit di Hutan Tersebut
Program ini dilakukan sebagai upaya mengatasi dampak dari kegiatan
pembakaran lahan untuk membuka lahan pertanian. Program ini bertujuan untuk
mengurangi adanya kegiatan pembakaran hutan dengan merelokasi lahan pertanian di
lahan hutan yang tidak produktif dengan menanam bibit pertanian di hutan tersebut
menggunakan pengembangan teknologi budidaya. Diharapkan dengan membuka lahan
pertanian di lahan hutan tidak produktif dengan tanpa membakar lahan dapat
mengurangi dampak perubahan iklim. Adapaun hutan yang dipilih merupakan hutan
tidak produktif karena hutan dengan lahan produktif sebagai paru-paru dunia yang juga
dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim.

3. Pemilihan Varietas Padi Rendah Emisi Gas Metana (CH4)


Program pemilihan varietas padi rendah emisi gas metana merupakan upaya
mengurangi dampak perubahan iklim. Kombinasi antara musim tanam dengan jenis
varietas padi dapat dilakukan dengan menanam jenis varietas padi paling rendah
emisi (CH4) pada musim hujan sehingga emisi (CH4) pada musim hujan dapat
dikurangi. Terdapat tiga cara untuk mengurangi emisi (CH4) dari teknik budidaya
padi lahan sawah. Pertama dengan mengubah ketinggian genangan air pada lahan
sawah menjadi tinggi genangan yang lebih pendek. Ke dua dengan mengubah
cara pemberian air dan ke tiga dengan membuat genangan air dalam lahan sawah
dari yang diam (penggenangan diam) menjadi bergerak (aerodinamis).

4. Budidaya Mina Padi


Salah satu optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan
petani adalah dengan merekayasa lahan dengan teknologi tepat guna. Cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke sistem
diversifikasi pertanian, misalnya menerapkan teknologi budidaya Mina Padi. Dengan
adanya pemeliharaan ikan di persawahan selain dapat meningkatkan keragaan hasil
pertanian dan pendapatan petani juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan air juga
dapat mengurangi hama penyakit pada tanaman padi. Pada program Budidaya Mina
Padi memiliki keunggulan seperti menyediakan pangan sumber karbohidrat, sistem ini
juga menyediakan protein sehingga cukup baik untuk meningkatkan mutu makanan
penduduk di pedesaan. Dengan teknologi yang tepat, minapadi dapat memberi
pendapatan yang cukup tinggi. Adapun keuntungan yang didapat dari usahatani
minapadi berupa peningkatan produksi padi dan ikan, mengurangi penggunaan
pestisida, pupuk anorganik, penyiangan dan pengolahan tanah.

5. Mengganti Pengairan Sawah yang Terus Menerus Dengan Pengairan Berselang


(Intermitten)
Metana secara alamiah terbentuk dari degradasi bahan organik melalui reaksi
biokimia yang kompleks oleh bakteri penghasil metana (methanogen), bakteri ini hanya
hidup dalam kondisi anaerob (tergenang air). Apabila lahan tidak tergenang air (aerob),
maka bakteri penghasil metana tidak dapat hidup dan diganti oleh bakteri yang dapat
mengonsumsi metana (methanotroph). Dengan demikian pengaturan penggunaan air
menjadi hal yang penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Makarim menunjukkan bahwa budidaya padi pada lahan kering
lebih mampu menurunkan emisi gas rumah kaca 37-86% dibandingkan dengan lahan
sawah irigasi. Maka pada program ini dilakukan penerapan sistem pengairah berselang
guna menekan emisi gas metana bila dibandingkan dengan perlakuan pengairan
tergenang. Adanya pengeringan pada sistem pengairan berselang mampu menghambat
turunnya potensial redoks tanah, sehingga tidak terjadi kondisi optimal bagi
perkembangan bakteri pembentuk metan. Penyebab lain rendahnya emisi gas metana
pada perlakuan pengairan berselang adalah dengan dua kali pengeringan pada setiap
musim tanam mengakibatkan kondisi lahan sawah berada pada keadaan aerob. Dengan
demikian suplai oksigen berlangsung secara optimal.

IV. KESIMPULAN

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara
statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Perubahan iklim
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kegiatan pertanian. Beberapa penyebab
perubahan iklim pada kegiatan pertanian adalah penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus, pembukaan lahan pertanian dengan pembakaran lahan, serta irigrasi yang dilakukan
secara terus menerus. Untuk menanggulangi dampak perubahan iklim yang terjadi, disusunlah
beberapa program yang dapat membantu menanggulangi perubahan iklim. Dengan disusunnya
program tersebut, diharapkan para petani dapat merubah pola pikirnya agar semakin peduli
dengan pertanian yang ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk alternative pengganti
pupuk kimia, menggunakan sistem irigrasi berselang (intermitten), menggunakan varietas padi
rendah emisi. serta merelokasi lahan pertanian di lahan hutan yang tidak produktif dengan cara
menanam bitit di hutan tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga hutan produktif sebagai
paru-paru dunia dan mengurangi kadar gas efek rumah kaca di atmosfer Bumi.
V. REFERENSI

Ika. 2015. Kebakaran Hutan Percepat Perubahan Iklim. https://ugm.ac.id/id/berita (diakses


pada 16 Desember 2018).

Lantarsih, Retno. 2016. Pengembangan “Minapadi Kolam Dalam” di Kaupaten Sleman.


Fakultas Pertanian Universitas Janabadra.

Najamuddin, Mudatsir. 2014. Strategi Mitigasi Emisi Gas Metan Pada Budidaya Padi Sawah.

Setyanto, Prihasto dan Kartikawati, Rina. 2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi Rendah
Emisi Gas Metan. PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN. 27 (3).

Supriatin, Lilik Slamet. 2016. Penyesuaian Musim Tanam Jenis Varietas dan Teknik Budidaya
Tanaman Padi Terkait Mitigasi Emisi Metana. Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, LAPAN,
Jl. dr. Djundjunan 133, Bandung 40173.

Anda mungkin juga menyukai