Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RESUME VIDEO

VIDEO 3F : “Lecture 8: Key Indicators of Sustainable Agriculture”

Disusun Oleh :
Andrian Hendra Firmanda (205040107111124)

Asisten Praktikum :
Muhammad Fiqriansyah Wiradirga Saputra

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
RESUME

Ada 5 indikator kunci keberlanjutan pertanian yaitu; air, kesehatan tanah, konversi lahan,
polusi dan perubahan iklim. Dalam menganalisis suatu indikator kunci maka ada elemen atau
indikator lagi yang perlu diperhatikan di dalamnya; yaitu: kebijakan, praktik dan kinerja pada pada
indikator kunci tersebut. Ketiga indikator tesebut saling berkaitan, evaluasi kinerja suatu indikator
kunci didapatkan jika ada kebijakan-kebijakan dari label pemerintah yang menjadi pengatur praktik
suatu indikator kunci. Berikut saya jabarkan 5 indikator kunci yang telah dijelaskan pada video;
• Air
Ketersediaan air di iklim masa depan akan terbatas. Jadi harus sangat berhati-hati dalam
menggunakan air dan diperlukan inovasi teknologi baru untuk mendukung
keberlanjutan. Indikator ini diperlukan karena bagaimana kita dapat meningkatkan
produksi tanaman dengan air yang semakin sedikit.

Kebijakan: Adanya kebijakan yang mewajibkan pengukuran pengambilan air pertanian


(Ya/Tidak). Indikator kebijakan ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana
sistem pengambilan air di suatu wilayah.
Praktik: Bagian area lahan pertanian beririgasi dengan praktik irigasi yang efisien di
beberapa tempat (%)
Kinerja: Produksi tanaman per tetes air (kilogram tanaman yang dihasilkan per meter
kubik air per tahun)
Rasio tegangan air (permintaan air/pasokan air dalam meter kubik)
• Perubahan Iklim
Kegiatan pertanian berkontibusi pada perubahan iklim. Sekitar 13 persen emisi gas rumah
kaca antropogenik global berasal dari produksi pertanian yang berasal dari ruminansia,
dari ternak, pupuk kandang, pupuk, beras dan penggunaan energi. Dan perubahan
penggunaan lahan, yang sebagian besar dipicu oleh pertanian, berkontribusi karena
deforestasi menjadi lahan pertanian sehingga berkontribusi 11 persen lagi dari emisi gas
rumah kaca global. Perlu dilakukan praktek manajemen ilmiah yang benar untuk
menerapkan pupuk dan jenis pupuk yang tepat. Sehingga bisa meminimalisir emisi gas
rumah kaca dan meminimalisir perubahan iklim. Berikut analisis indikatornya

Kebijakan: Adanya kebijakan yang mendorong rendahnya gas rumah kaca (GRK) untuk
pembangunan pertanian (Ya/Tidak)
Praktik: Bagian area pertanian dengan praktik pengelolaan emisi GRK pertanian (%)
Kinerja: Produksi pangan per unit emisi GRK (ton makanan yang diproduksi per tahun
per ton setara Co2), yaitu Potensi Pemanasan Global
• Konversi Lahan
Mayoritas perubahan penggunaan lahan saat ini di dunia adalah hutan, lahan basah,
padang rumput yang diubah menjadi pertanian dan pemamahan. Jadi, seperti yang
dijelaskan sebelumnya deforestasi juga berkontribusi terhadap perubahan iklim dan
indikator ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana cara memeriksa deforestasi dan
menjaga ekosistem alam.

Kebijakan: Adanya kebijakan pembatasan konversi ekosistem alam di bidang pertanian


(Ya/Tidak)
Praktik: Bagian lahan pertanian yang terdaftar dalam program pelestarian pertanian
(misalnya, zonasi untuk melestarikan produksi) (%)
Kinerja: Konversi ekosistem alami (misalnya, hutan, lahan basah) menjadi lahan
pertanian (tanaman dan padang rumput) (hektar lahan yang dikonversi per
tahun)
Pangsa lahan pertanian selama X tahun yang stabil, pangsa yang beralih ke
lahan alami, dan pangsa yang tumbuh dari konversi lahan alami (%)
• Kesehatan Tanah
Tanah memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menghasilkan
produk pertanian yang berkualitas. Namun, erosi dan degradasi tanah terus mengancam
ketersediaan dan produktivitas lahan. Jadi, pengolahan tanah yang dipraktikkan harus
difokuskan bagaimana meminimalkan erosi atau degradasi tanah. Indikator ini berfungsi
untuk bagaimana menjaga kesehatan tanah jangka panjang.

Kebijakan: Adanya kebijakan yang mendorong praktik konversi tanah (Ya/Tidak)


Praktik: Bagian dari tanah yang subur di bawah praktik konservasi tanah (%)
Kinerja: Bagian lahan pertanian yang terkena erosi tanah (%)
Kandungan bahan organik tanah (karbon) (ton karbon per hektar)
• Polusi (Nutrisi dan Pestisida)
Jika terjadi kekurangan unsur hara dapat menurunkan kesuburan tanah dan membatasi
produksi sedangkan kelebihan unsur hara dapat menyebabkan degradasi ekosistem
sehingga menimbulkan pencemaran udara dan pencemaran air sertaeutrofikasi. Dan
dampak kelebihan nutrisi pada lingkungan antara lain eutrofikasi air permukaan,
penurunan kualitas air tanah, dan emisi gas rumah kaca yang berbahaya. Lalu Pestisida
juga akan menyebabkan polusi. Polusi yang dikatakan baik nutrisi atau polusi pestisida
yang harus diingat saat mencapai produksi sehingga pertanian dapat dikatakan berlanjut.

Kebijakan: Adanya kebijakan yang mendorong praktik pengelolaan nutrisi (Ya/Tidak)


Tindakan untuk melarang atau membatasi pestisida, bahan kimia beracun
untuk digunakan dalam pertanian (Ya/Tidak)
Praktik: Bagian lahan pertanian di bawah praktik pengelolaan nutrisi yang efisien dan
pengelolaan hama terpadu (%)
Kinerja: Pemupukan diterapkan per unit lahan subur (ton nutrisi per hektar lahan
subur)
Penggunaan pestisida per unit lahan pertanian (tonbahan aktif berlaku per
hektar)

Setelah mempertimbangkan 5 indikator utama dan jika telah menggunakan evaluasi


kinerja yang sebenarnya, maka kita akan dapat mencapai keberlanjutan dalam produksi pertanian.
Kita menjadi tahu bagaimana melindungi mereka, bagaimana melindungi air, bagaimana
menghemat penggunaan air dan bagaimana menjaga dan meningkatkan kesehatan tanah. Lalu
dengan indikator konversi lahan kita tahu bagaimana meminimalkan konversi lahan; dengan
bagaimana memeriksa deforestasi. Selanjutnya polusi yaitu bagaimana kita dapat meningkatkan
efisiensi input. Sehingga pemupukan atau cara aplikasinya tidak mengakibatkan pencemaran
akibat pengelolaan input. Kemudian akhirnya, menimimalkan perubahan iklim berarti
meminimalkan emisi gas rumah kaca ke atmosfer.

Anda mungkin juga menyukai