Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH KAPITA SELEKTA PRODUKSI PERTANIAN

PAPER FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA “SUSTAINABLE


AGRICULTURE PRODUCTION”

Disusun oleh:

Zulfa Kayla Zahra

20200210032

Agroteknologi A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2023
I. PENDAHULUAN

Pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture adalah praktik pertanian yang


memperhatikan keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam jangka panjang. Dalam
konteks ini, praktik-praktik berkelanjutan harus dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan. Pertanian berkelanjutan dapat membantu
mempertahankan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan keanekaragaman hayati, dan juga dapat
membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim pada pertanian.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pertanian, seperti konservasi


tanah, pengelolaan air, pengelolaan pestisida, keanekaragaman hayati, sosial ekonomi, inovasi
teknologi, perubahan iklim, sumber daya alam, kebutuhan manusia, kebijakan pemerintah, dan
kesadaran masyarakat. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan keberlanjutan pertanian.

Dalam paper ini, poin penting yang akan dibahas meliputi faktor-faktor yang berpengaruh pada
pertanian berkelanjutan, contoh praktik-praktik berkelanjutan yang dapat membantu menjaga
keberlanjutan pertanian, serta studi kasus tentang pertanian berkelanjutan yang sukses dan faktor-
faktor yang berperan dalam keberhasilan tersebut. Tujuan dari paper ini adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pertanian dan
membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya praktik-praktik berkelanjutan dalam
pertanian.
II. PEMBAHASAN

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin, meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi petani. Keberlanjutan yang
dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta
lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada
penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Untung, 1997). Beberapa faktor yang
berpengaruh pada sustainable agriculture antara lain:

1. Konservasi tanah: tanah yang subur adalah kunci keberhasilan pertanian berkelanjutan.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan dan kesuburan tanah sangat penting. Hal ini dapat
dicapai melalui praktik-praktik seperti pengolahan tanah yang tepat, pemupukan
organik, penggunaan tanaman penutup, dan rotasi tanaman. Contoh praktik
berkelanjutan dalam konservasi tanah:
a. Tanaman penutup tanah dapat membantu mencegah erosi tanah dan
mempertahankan kesuburan tanah. Tanaman penutup tanah yang baik antara
lain legum, jerami, atau rumput (Khan et al., 2018)
b. Pengolahan tanah minimal atau tanpa pengolahan tanah sama sekali dapat
membantu menjaga struktur tanah dan mengurangi erosi (Lal, 2015).
c. Rotasi tanaman dapat membantu mengurangi erosi, mencegah penumpukan
patogen tanah, dan mempertahankan kesuburan tanah (Eckard & Vasquez,
2017).
d. Mulsa dapat membantu menjaga kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan
mempertahankan kesuburan tanah (Abdullahi & Adamu, 2019).
2. Pengelolaan air: air adalah sumber daya yang sangat penting dalam pertanian. Oleh
karena itu, pengelolaan air yang baik sangat penting untuk menjaga keberlanjutan
pertanian. Hal ini dapat dicapai dengan cara seperti memanfaatkan air hujan, pengairan
irigasi yang efisien, dan mengurangi erosi. Contoh praktik berkelanjutan dalam
pengelolaan air:
a. Teknologi irigasi yang efisien dapat membantu mengurangi penggunaan air
tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian. Contoh teknologi irigasi yang
efisien adalah irigasi tetes atau irigasi permukaan yang terkomputerisasi
(Biswas & Choudhury, 2018).
b. Pengumpulan air hujan dapat membantu meningkatkan ketersediaan air untuk
pertanian dan mengurangi tekanan pada sumber daya air bawah tanah (Bhutta
et al., 2019).
c. Sistem irigasi berbasis komunitas dapat membantu meningkatkan efisiensi
penggunaan air dan mengurangi konflik antar petani dalam pengelolaan sumber
daya air (Wu et al., 2018).
d. Pengelolaan air yang terintegrasi dapat membantu mengurangi tekanan pada
sumber daya air bawah tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian dengan
mempertimbangkan interaksi antara tanah, air, dan lingkungan (Maestre-Valero
et al., 2018).
3. Pengelolaan pestisida: pestisida yang berlebihan dapat mencemari tanah dan air, serta
berdampak negatif pada kesehatan manusia dan hewan. Oleh karena itu, pengelolaan
pestisida yang tepat sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pertanian. Contoh
praktik berkelanjutan dalam pengelolaan pestisida:
a. Penggunaan pestisida alami seperti minyak neem, ekstrak bawang putih, dan
sabun cuci dapat membantu mengurangi penggunaan pestisida sintetis yang
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Pradhan et al., 2017).
b. Rotasi tanaman dapat membantu mengurangi penggunaan pestisida sintetis
dengan mempertahankan keseimbangan ekosistem dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Munir et al., 2018).
c. Penggunaan pengendalian hayati seperti penggunaan predator dan parasit dapat
membantu mengurangi penggunaan pestisida sintetis dan meningkatkan
keberlanjutan produksi pertanian (Sinha & Gautam, 2018).
d. Monitoring dan pengendalian serangan hama dan penyakit secara teratur dapat
membantu mengurangi penggunaan pestisida sintetis dan mengoptimalkan
penggunaan pestisida (Du et al., 2017).
4. Keanekaragaman hayati: keanekaragaman hayati sangat penting untuk menjaga
kesuburan tanah dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Oleh karena itu,
menjaga keanekaragaman hayati di area pertanian sangat penting. Contoh praktik
berkelanjutan dalam keanekaragaman hayati:
a. Agroforestri adalah praktik pertanian yang menggabungkan tanaman pertanian
dengan tanaman pohon atau hutan. Praktik ini dapat membantu meningkatkan
keanekaragaman hayati dan memperbaiki kesuburan tanah (Kumar & Nair,
2011).
b. Penggunaan varietas tanaman lokal dapat membantu mempertahankan
keanekaragaman hayati dan mendorong diversifikasi pertanian (Van Zonneveld
et al., 2012)
c. Pengelolaan lahan basah dapat membantu mempertahankan habitat alami bagi
spesies hayati yang langka dan memperbaiki kualitas air (Dudley & Stolton,
2012).
d. Pertanian organik dapat membantu meningkatkan keanekaragaman hayati dan
memperbaiki kesuburan tanah dengan meminimalkan penggunaan pestisida
dan pupuk kimia (Lotter, 2003).
5. Sosial ekonomi: keberlanjutan pertanian tidak hanya melibatkan lingkungan fisik,
tetapi juga aspek sosial dan ekonomi. Penting untuk memastikan bahwa petani dapat
memperoleh keuntungan yang cukup untuk mempertahankan pertanian mereka dan
bahwa mereka diakui sebagai bagian penting dari masyarakat. Contoh praktik
berkelanjutan dalam sosial ekonomi:
a. Pemberdayaan masyarakat lokal dapat membantu membangun keberlanjutan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Hal ini dapat dicapai melalui
program-program pelatihan dan dukungan keuangan untuk pengembangan
usaha kecil dan menengah (Grossman & Salas, 2011).
b. Praktik perdagangan adil dapat membantu memastikan bahwa petani dan
pekerja pertanian diberi bayaran yang layak dan diperlakukan secara adil dalam
rantai pasokan (Nicholls & Opal, 2005).
c. Pengelolaan keuangan yang berkelanjutan meliputi investasi yang
berkelanjutan, penghematan energi, dan penggunaan teknologi yang ramah
lingkungan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan
(Gallemore & Nahmias, 2012).
d. Penggunaan teknologi informasi dapat membantu petani meningkatkan
efisiensi produksi, mengurangi biaya produksi, dan memperluas pasar potensial
(Qamar & Khan, 2013).
6. Inovasi teknologi: inovasi teknologi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan
produktivitas dalam pertanian, sehingga memungkinkan pertanian berkelanjutan
menjadi lebih efektif dan efisien. Contoh praktik berkelanjutan dalam inovasi
teknologi:
a. Penggunaan teknologi pertanian berbasis sensor dapat membantu petani dalam
pengelolaan tanaman, termasuk monitoring kelembaban tanah, nutrisi tanaman,
dan kondisi cuaca (Hu et al., 2019).
b. Penggunaan pupuk organik dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah
dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berbahaya bagi
lingkungan (Dong et al., 2018).
c. Penggunaan teknologi pengolahan limbah dapat membantu mengurangi
dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat (Wu et
al., 2019).
d. Penggunaan energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin dapat
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu mempercepat
transisi ke ekonomi berkelanjutan (Li et al., 2018).

Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sustainable agriculture atau pertanian
berkelanjutan antara lain:

1. Perubahan iklim: perubahan iklim dapat mempengaruhi kesuburan tanah, ketersediaan


air, dan munculnya hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, pertanian
berkelanjutan harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim dan mencari
solusi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim pada
pertanian. Contoh praktik berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi dampak
negatif perubahan iklim adalah:
a. Pengurangan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan efisiensi energi, dan menerapkan
teknologi ramah lingkungan (IPCC, 2018).
b. Penggunaan energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan air dapat
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan
pada bahan bakar fosil (IEA, 2020).
c. Praktik pertanian berkelanjutan seperti penggunaan pupuk organik dan
pengelolaan tanah yang baik dapat membantu meningkatkan ketersediaan air
dan karbon dalam tanah, serta mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor
pertanian (FAO, 2018).
d. Praktik pengelolaan limbah berkelanjutan seperti pengolahan limbah organik
dan daur ulang limbah dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari
limbah (Hoornweg et al., 2015).
2. Teknologi: teknologi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam
pertanian. Teknologi juga dapat membantu dalam mengurangi dampak negatif pada
lingkungan, seperti penggunaan pestisida dan pupuk yang berlebihan. Contoh praktik
berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi dampak negatif teknologi adalah:
a. Daur ulang dan pengelolaan limbah elektronik dapat membantu mengurangi
dampak negatif teknologi terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Baldé
el al., 2017).
b. Penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti lampu hemat energi,
kendaraan listrik, dan teknologi ramah lingkungan lainnya dapat membantu
mengurangi dampak negatif teknologi terhadap lingkungan (PAC, 2019).
c. Penggunaan teknologi digital seperti video konferensi dan e-learning dapat
membantu mengurangi jejak karbon dari perjalanan dan pertemuan tatap muka
(McKinsey & Company, 2019).
d. Praktik pengelolaan data yang aman dan bertanggung jawab dapat membantu
melindungi privasi dan keamanan data pengguna, serta mengurangi dampak
negatif teknologi pada hak asasi manusia (UNESCO, 2015).
3. Sumber daya alam: sumber daya alam seperti air, tanah, dan energi adalah sumber daya
yang sangat penting dalam pertanian. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam
yang baik sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pertanian. Contoh praktik
berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi dampak negatif sumber daya alam
adalah:
a. Pertanian berkelanjutan menggunakan praktik-praktik seperti pengolahan tanah
yang baik, penggunaan pupuk organik, pengelolaan air yang efisien, dan
pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan. Praktik pertanian
berkelanjutan dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap sumber
daya alam dan meningkatkan produktivitas tanaman (FAO, 2018).
b. Pengelolaan air yang efisien meliputi praktik seperti penggunaan teknologi
irigasi yang hemat air, pemanfaatan air hujan, dan pengurangan kebocoran air.
Praktik ini dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap sumber daya
air dan memastikan ketersediaan air yang cukup untuk kebutuhan manusia dan
lingkungan (United Nations, 2018).
c. Praktik pengelolaan limbah yang baik meliputi pengurangan, daur ulang, dan
pemrosesan limbah yang tepat. Praktik ini dapat membantu mengurangi
dampak negatif limbah terhadap sumber daya alam dan lingkungan (WHO,
2018).
d. Penggunaan sumber energi terbarukan seperti energi surya, energi angin, dan
energi air dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap sumber daya
alam dan mengurangi emisi gas rumah kaca (IEA, 2020).
4. Kebutuhan manusia: kebutuhan manusia seperti makanan, bahan bakar, dan bahan
baku industri juga dapat mempengaruhi pertanian. Pertanian berkelanjutan harus dapat
memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi masa
depan. Contoh praktik berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi dampak negatif
kebutuhan manusia adalah:
a. Limbah makanan menjadi salah satu masalah lingkungan yang signifikan.
Dengan mengurangi pembuangan makanan yang tidak perlu, bisa mengurangi
dampak negatifnya terhadap lingkungan. Praktik pengurangan limbah makanan
dapat dilakukan dengan cara memilih bahan makanan yang tepat, mengelola
stok makanan dengan baik, dan membuat perencanaan makanan yang efisien
(FAO, 2019).
b. Transportasi menjadi salah satu sumber emisi gas rumah kaca terbesar. Dengan
menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti berjalan kaki, bersepeda,
atau menggunakan transportasi umum, dapat membantu mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan (IEA, 2021).
c. Penggunaan produk yang dapat didaur ulang dapat membantu mengurangi
limbah dan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan. Konsumen dapat
memilih produk yang terbuat dari bahan yang dapat didaur ulang dan
memastikan untuk membuangnya ke tempat yang tepat (EPA, 2021).
d. Penggunaan energi fosil menjadi salah satu penyebab terbesar perubahan iklim.
Dengan mengurangi penggunaan energi fosil seperti bahan bakar minyak dan
gas alam, dapat membantu mengurangi dampak negatifnya terhadap
lingkungan (IPCC, 2018).
5. Kebijakan pemerintah: kebijakan pemerintah yang mendukung pertanian berkelanjutan
dapat memperkuat pertanian berkelanjutan. Kebijakan seperti subsidi untuk pertanian
organik atau pengurangan pajak untuk petani yang menerapkan praktik-praktik
berkelanjutan dapat membantu meningkatkan keberlanjutan pertanian. Contoh praktik
berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi dampak negatif kebijakan pemerintah
adalah:
a. Pemerintah dapat meningkatkan kebijakan untuk mendorong penggunaan
energi terbarukan, seperti pembangunan infrastruktur pembangkit listrik tenaga
surya, tenaga angin, atau tenaga air. Hal ini dapat membantu mengurangi emisi
gas rumah kaca dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim (IREA,
2021).
b. Pemerintah dapat meningkatkan kebijakan untuk pengelolaan sampah yang
berkelanjutan, seperti pengurangan sampah, daur ulang, dan pemulihan energi
dari sampah. Hal ini dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan memperpanjang masa pakai sumber daya alam (World Bank,
2018).
c. Pemerintah dapat mendorong pertanian berkelanjutan dengan memberikan
dukungan kebijakan dan insentif, seperti pengembangan teknologi pertanian
yang berkelanjutan dan pendanaan untuk pertanian organik. Hal ini dapat
membantu mengurangi dampak negatif pertanian terhadap lingkungan dan
meningkatkan ketersediaan pangan yang sehat (FAO, 2021).
d. Pemerintah dapat meningkatkan kebijakan untuk pengendalian pencemaran
udara, seperti pengendalian emisi kendaraan bermotor dan industri. Hal ini
dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia (WHO, 2018).
6. Kesadaran masyarakat: kesadaran masyarakat tentang kepentingan pertanian
berkelanjutan dapat mempengaruhi permintaan pasar untuk produk-produk pertanian
berkelanjutan. Hal ini dapat mendorong petani untuk beralih ke praktik-praktik
berkelanjutan dan membantu memperkuat pertanian berkelanjutan. Contoh praktik
berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi dampak negatif kesadaran masyarakat
adalah:
a. Melakukan kegiatan edukasi tentang pentingnya lingkungan hidup dan dampak
negatif dari perilaku manusia terhadap lingkungan. Hal ini dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dan mengurangi dampak negatif (Rosenfeld et al., 2021).
b. Mendorong pengurangan sampah dengan cara mengurangi penggunaan plastik
sekali pakai dan memperkenalkan sistem daur ulang. Hal ini dapat membantu
mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan (UNEP, 2018).
c. Mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan, seperti sepeda atau
kendaraan listrik, dan memperkenalkan kebijakan yang membatasi penggunaan
kendaraan pribadi. Hal ini dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca
dan mengurangi dampak negatif transportasi terhadap lingkungan (IEA, 2020).
III. PENUTUP

Sustainable agriculture merupakan sistem pertanian yang berkelanjutan dan dapat memenuhi
kebutuhan pangan dunia sekarang dan di masa depan. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
pada keberhasilan pertanian berkelanjutan, seperti konservasi tanah, pengelolaan air, pengelolaan
pestisida, keanekaragaman hayati, sosial ekonomi, inovasi teknologi, serta dampak negatif dari
perubahan iklim, teknologi, sumber daya alam, kebutuhan manusia, dan kebijakan pemerintah.

Dalam praktik pertanian, faktor-faktor tersebut dapat diimplementasikan melalui berbagai


kebijakan dan praktik yang mendukung pertanian berkelanjutan. Misalnya, dengan
memperkenalkan kebijakan yang mendukung penggunaan teknologi hijau dan teknologi yang
lebih efisien, mendorong penggunaan pupuk organik dan pengendalian hama organik, serta
mengurangi penggunaan pestisida sintetis.

Rekomendasi:

1. Pemerintah dapat memberikan dukungan dan insentif bagi petani untuk menerapkan
praktik-praktik berkelanjutan. Selain itu, pemerintah juga dapat memperkenalkan
kebijakan yang lebih ramah lingkungan dan mendukung penggunaan teknologi hijau.
2. Petani dapat memperluas pengetahuan mereka tentang praktik-praktik berkelanjutan dan
menerapkan praktik-praktik tersebut dalam pertanian mereka. Mereka juga dapat
membentuk kelompok-kelompok pertanian berkelanjutan untuk saling berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
3. Masyarakat dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang keberadaan praktik-praktik
berkelanjutan yang dapat membantu mendorong pertanian berkelanjutan. Masyarakat juga
dapat membeli produk-produk pertanian yang berasal dari praktik berkelanjutan, sehingga
dapat memberikan dukungan finansial bagi petani yang menerapkan praktik-praktik
tersebut.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, maka dapat memperkuat pertanian berkelanjutan dan
memastikan ketersediaan pangan yang mencukupi bagi generasi saat ini dan yang akan datang,
serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, I. U., & Adamu, H. (2019). Effects of mulching on soil properties, growth and yield of
tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) in Sokoto, Nigeria. Journal of Agricultural Science,
11(1), 163-172.

Baldé, C. P., Forti, V., Gray, V., Kuehr, R., & Stegmann, P. (2017). The global e-waste monitor
2017: quantities, flows, and resources. United Nations University (UNU)/United Nations
Institute for Training and Research (UNITAR).

Bhutta, M. N., Anjum, M. N., & Ahmad, A. (2019). Rainwater harvesting for sustainable
agriculture: A review. International Journal of Recycling of Organic Waste in Agriculture,
8(2), 107-115.

Biswas, A., & Choudhury, S. (2018). Modernization of irrigation system for sustainable
agriculture development: a review. Environmental Science and Pollution Research, 25(17),
16517-16529.

Dong, T., Liu, G., Jin, J., Zhang, W., & Jiang, X. (2018). A review of the application of organic
fertilizers in China. Agriculture, 8(2), 22.

Du, Y., Poppe, K., & Wu, F. (2017). Integrated pest management: does it reduce pesticide use? A
meta-analysis. Journal of Agricultural and Resource Economics, 42(2), 166-185.

Dudley, N., & Stolton, S. (2012). Running Pure: The importance of forest protected areas to
drinking water. WWF International.

Eckardt, N. A., & Vasquez, G. M. (2017). Crop rotation strategies for sustainable dryland farming
systems in semiarid regions. Agriculture, Ecosystems & Environment, 239, 212-220.

Efendi, E. (2016). Implementasi Sistem Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Produksi


Pertanian. Jurnal Warta, 47, 1689–1699.
EPA. (2021). Sustainable Materials Management: Non-Hazardous Materials and Waste
Management Hierarchy.

FAO. (2018). The state of the world’s biodiversity for food and agriculture. Rome.

FAO. (2019). The State of Food and Agriculture 2019: Moving Forward on Food Loss and Waste
Reduction.

FAO. (2021). The State of Food and Agriculture 2020: Overcoming Water Challenges in
Agriculture.

Gallemore, J., & Nahmias, A. H. (2012). A sustainability framework for assessing trade-offs in
enterprise system decisions. International Journal of Production Economics, 139(2), 593-
602.

Grossman, J. B., & Salas, R. (2011). Empowerment in program planning and implementation. The
Journal of Extension, 49(4), 4FEA1.

Hoornweg, D., Bhada-Tata, P., & Kennedy, C. (2015). Environment: Waste production must peak
this century. Nature, 502(7473), 615-617.

Hu, L., Li, Z., Jiang, J., Zhang, Q., Xu, X., Wang, Y., ... & Chen, Y. (2019). A novel soil moisture
sensor for water-saving irrigation: Design, fabrication and testing. Agricultural Water
Management, 216, 1-9.

IEA. (2020). Renewables 2020. Analysis and forecast to 2025.

IEA. (2020). Global EV Outlook 2020.

IEA. (2021). Global EV Outlook 2021.

IPCC. (2018). Global warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global
warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission
pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change,
sustainable development, and efforts to eradicate poverty.
IREA. (2021). Global Renewables Outlook: Energy Transformation 2050.

Khan, S., Mulvaney, M. J., & Ellsworth, J. W. (2018). Cover crops and ecosystem services:
Insights from studies in temperate soils. Agriculture, Ecosystems & Environment, 261, 101-
114.

Kumar, B. M., & Nair, P. K. (2011). The enigma of tropical homegardens. Agroforestry systems,
84(2), 173-175.

Lal, R. (2015). Restoring soil quality to mitigate soil degradation. Sustainability, 7(5), 5875-5895.

Li, X., Ma, T., Wang, X., & Zhang, H. (2018). Renewable energy in China: An overview.
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 81, 1871-1878.

Lotter, D. W. (2003). Organic agriculture. Journal of Sustainable Agriculture, 21(4), 59-128.

Maestre-Valero, J. F., Tenza-Abril, A. J., & Molina-Martínez, J. M. (2018). Integrated


management of water resources in agriculture. Journal of Cleaner Production, 172, 3753-
3763.

McKinsey & Company. (2019). The case for digital reinvention.

Munir, M. A., Hussain, M. B., Sarwar, G., & Sattar, A. (2018). Soil fertility and crop productivity
under different crop rotations. Journal of Plant Nutrition, 41(10), 1293-1303.

Nicholls, A., & Opal, C. (2005). Fair trade: Market-driven ethical consumption. Sage
Publications.

PAC, A. S. (2019). Clean technology for the sustainable development goals: Synthesis report.
United Nations Industrial Development Organization.

Pradhan, S., Patra, J. K., & Panda, A. K. (2017). Natural product-based nanoformulations for
efficient eco-friendly management of plant pathogens. Journal of Cleaner Production, 155,
52-66.
Qamar, A., & Khan, M. S. (2013). The impact of e-commerce on developing countries: a case
study of Pakistan. Journal of Applied Sciences, 13(16), 3218-3225.

Rosenfeld, P. E., Akçakaya, H. R., & Brown, B. (2021). Conservation Education and Outreach
Techniques. Conservation Biology, 35(1), 34-45.

Sinha, R. C., & Gautam, S. (2018). The role of biological control agents in sustainable agriculture.
In Biological Controls for Preventing Food Deterioration (pp. 267-283). Elsevier.

United Nations. (2018). World Water Development Report 2018: Nature-based Solutions for
Water.

UNEP. (2018). Single-Use Plastics: A Roadmap for Sustainability.al Energy Agency.

UNESCO. (2015). Privacy, free expression and transparency: promoting and protecting ethical
standards in the use of artificial intelligence and big data in journalism.

Untung, K. (1997). Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan


Lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Jakarta.

Van Zonneveld, M., Scheldeman, X., Escribano, P., Viruel, M. A., Van Damme, P., Garcia, W.,
... & Hormaza, J. I. (2012). Mapping genetic diversity of cherimoya (Annona cherimola
Mill.): application of spatial analysis for conservation and use of plant genetic resources. PloS
one, 7(1), e29845.

WHO. (2018). Ambient air pollution: Health impacts.

WHO. (2018). Preventing Disease Through Healthy Environments: A Global Assessment of the
Burden of Disease from Environmental Risks.

World Bank. (2018). What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid Waste Management to 2050.

Wu, J., Xie, L., Mao, H., & Yang, S. (2019). Current status and prospects of food waste treatment
technology. Journal of Cleaner Production, 238, 117993.
Wu, X., Huang, J., Rozelle, S., & Wang, J. (2018). Water management institutions in small-scale
irrigation systems in northern China: An empirical study of performance and impact factors.
Agricultural Water Management, 202, 195-205.

Anda mungkin juga menyukai