Anda di halaman 1dari 6

Nama : Monica Salsabilla

NIM : 23020221140127
Matkul : Kuliah Umum
TUGAS RESUME KULIAH UMUM

1. Good Agricultural Practices (GAP) adalah praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam menghadapi perubahan iklim, GAP
menjadi semakin penting untuk meningkatkan ketahanan dan adaptasi pertanian terhadap
perubahan cuaca yang semakin ekstrem dan tidak terduga.
Beberapa aspek dari GAP yang dapat membantu dalam menghadapi perubahan iklim
antara lain:
1. Penggunaan Varietas Tanaman Tahan Iklim
Dalam praktik GAP, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap cuaca ekstrem
menjadi sangat penting. Varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca dapat
membantu menurunkan risiko gagal panen dan meningkatkan produktivitas.
2. Penggunaan Teknologi Pertanian Berkelanjutan
Penggunaan teknologi pertanian berkelanjutan seperti penggunaan pupuk organik dan
pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (integrated pest management) juga
menjadi aspek penting dari GAP dalam menghadapi perubahan iklim. Teknologi ini
membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, sambil mengurangi dampak
negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
3. Pengelolaan Air dan Tanah yang Berkelanjutan
Pengelolaan air dan tanah yang berkelanjutan menjadi penting untuk meningkatkan
ketahanan dan adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim. Praktik seperti penggunaan
sistem irigasi yang hemat air dan penggunaan teknik pengolahan tanah yang
mempertahankan kesuburan tanah dapat membantu mengurangi risiko kekeringan dan
kebanjiran serta meningkatkan produktivitas.
4. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Pengurangan emisi gas rumah kaca menjadi bagian integral dari praktik GAP dalam
menghadapi perubahan iklim. Penggunaan bahan bakar fosil yang rendah karbon,
penggunaan energi terbarukan, dan manajemen limbah yang baik dapat membantu
mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak negatifnya pada perubahan iklim. Dalam
keseluruhan, praktik GAP menjadi semakin penting dalam menghadapi perubahan iklim
dan meningkatkan ketahanan dan adaptasi pertanian terhadap perubahan cuaca yang
semakin ekstrem dan tidak terduga.
2. Jelaskan tantangan dan peluang pertanian di daerah tropis
Tantangan: menyediakan pangan yang cukup, beradaptasi dengan perubahan iklim,
memitigasi perubahan iklim pertanian dan penggunaan lahan. Sedangkan peluang: daerah
tropis memiliki iklim yang cenderung hangat dan lembab, yang sangat sesuai untuk
pertumbuhan berbagai jenis tanaman, memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi dan merupakan tempat tumbuhnya berbagai tanaman, perkembangan teknologi
membuka peluang baru dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian di
daerah tropis, serta program dukungan pertanian bagi petani di daerah
tropis dari pemerintah.

3. Jelaskan strategi mitigasi cekaman pada tanaman dalam menghadapi perubahan iklim
Perubahan iklim global dapat menyebabkan cekaman pada tanaman, seperti kekeringan,
banjir, suhu ekstrem, dan serangan hama dan penyakit. Untuk mengurangi dampak
cekaman tersebut pada pertumbuhan dan hasil panen, diperlukan strategi mitigasi yang
efektif. Berikut adalah beberapa strategi mitigasi yang dapat diterapkan pada tanaman
dalam menghadapi perubahan iklim:
1. Pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap cekaman: Pemilihan varietas tanaman
yang tahan terhadap cekaman tertentu, seperti kekeringan, banjir, dan suhu ekstrem,
dapat membantu tanaman bertahan dan tumbuh dengan baik dalam kondisi lingkungan
yang tidak stabil.
2. Pengelolaan air: Pengelolaan air yang baik sangat penting untuk mengatasi cekaman
kekeringan dan banjir. Teknik pengelolaan air yang dapat diterapkan antara lain
pengairan yang efisien, penggunaan sistem irigasi yang lebih efektif, dan penggunaan
tanaman yang tahan terhadap kekeringan.
3. Penggunaan teknologi dan inovasi baru: Penggunaan teknologi dan inovasi baru,
seperti pemupukan dan pengolahan tanah yang lebih baik, dapat membantu
meningkatkan produktivitas tanaman dan mengurangi kerentanan terhadap cekaman.
Dalam menghadapi perubahan iklim, diperlukan strategi mitigasi yang komprehensif dan
terpadu untuk membantu tanaman bertahan dan tumbuh dengan baik dalam kondisi
lingkungan yang tidak stabil. Strategi mitigasi harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan yang ada dan harus diterapkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tidak
ada dampak negatif pada lingkungan dan manusia.

4. Uraikan aspek biokimia yang terlibat dalam mekanisme pertahanan tanaman dalam
menghadapi perubahan iklim global
Tanaman memiliki mekanisme pertahanan yang kompleks untuk menghadapi perubahan
iklim global. Beberapa aspek biokimia yang terlibat dalam mekanisme pertahanan tanaman
tersebut antara lain:
1. Fungsi enzim: Tanaman menghasilkan enzim yang dapat membantu mereka bertahan
dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Enzim-enzim ini terlibat dalam
metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid, serta dalam produksi senyawa-senyawa
penting seperti asam amino dan vitamin.
2. Fotosintesis: Perubahan iklim global dapat memengaruhi ketersediaan sinar matahari,
air, dan nutrisi, yang semuanya dapat mempengaruhi efisiensi fotosintesis tanaman.
Oleh karena itu, tanaman akan memodifikasi proses fotosintesisnya untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.
3. Sintesis hormon: Tanaman dapat memproduksi hormon yang dapat membantu mereka
bertahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti asam abscisic yang membantu
tanaman mengatasi kekeringan.
4. Respon terhadap stres oksidatif: Perubahan iklim global dapat meningkatkan produksi
radikal bebas dalam tanaman, yang dapat merusak struktur sel dan biomolekul.
Tanaman akan menghasilkan senyawa antioksidan, seperti glutation dan askorbat,
untuk melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif.
5. Respon terhadap suhu: Perubahan iklim global dapat mempengaruhi suhu lingkungan,
yang dapat memengaruhi ketersediaan nutrisi dan aktivitas enzim. Tanaman akan
memproduksi protein chaperon dan heat shock protein untuk membantu melindungi
dan memperbaiki protein yang rusak akibat perubahan suhu.
6. Perubahan metabolisme: Tanaman dapat mengubah jalur metabolisme mereka untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia. Misalnya, tanaman dapat
memproduksi senyawa yang memungkinkan mereka untuk memperoleh nutrisi dari
sumber yang lebih sedikit, atau mengubah komposisi membran sel mereka untuk
mempertahankan stabilitas seluler.
7. Respon terhadap patogen dan serangga: Perubahan iklim global juga dapat
memengaruhi tingkat keparahan infeksi patogen dan serangan serangga pada tanaman.
Tanaman akan memproduksi senyawa-senyawa yang dapat membantu mereka
melawan infeksi dan serangan serangga, seperti senyawa antijamur, antibakteri, dan
insektisida. Dalam rangka untuk terus bertahan dalam menghadapi perubahan iklim
global, tanaman akan terus mengoptimalkan mekanisme pertahanan mereka melalui
perubahan biokimia yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.

5. Uraikan aspek fisiologi yang terlibat dalam mekanisme pertahanan tanaman dalam
menghadapi perubahan iklim global
Penurunan fotosintesis pada kondisi kekeringan akibat perubahan iklim akan
mempengaruhi penutupan stomata dan metabolis. Defisit air akan menyebabkan
penutupan stomata yang akan menurunkan konsentasi CO2 seluler, sedangkan dehidrasi
pada sel mesofil daun dapat menyebabkan kerusakan organ-organ fotosintesis. Dalam
menghadapi perubahan iklim global, tanaman dapat meningkatkan efisiensi fotosintesis
untuk menghasilkan lebih banyak energi dan mengatasi tekanan stres lingkungan.
Transpirasi adalah proses di mana tanaman mengeluarkan uap air melalui stomata. Hal ini
membantu mendinginkan tanaman dan mempertahankan keseimbangan air dalam sel-sel
tanaman. Tanaman dapat mengatur laju transpirasi mereka untuk mengurangi kehilangan
air dan mencegah dehidrasi pada saat mengalami perubahan iklim.

6. Uraikan aspek pertumbuhan dan perkembangan yang terlibat dalam mekanisme


pertahanan tanaman dalam menghadapi perubahan iklim global
Peningkatan suhu yang didorong oleh perubahan iklim memengaruhi proses
perkembangan dan fisiologis tanaman yang pada akhirnya berdampak pada hasil dan
kualitas tanaman. Fisiologi tanaman mencakup berbagai proses metabolismedalam
tanaman yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu aspek penting
dari fisiologi tanaman adalah proses fotosintesis yang memungkinkan tanaman untuk
menghasilkan makanan dan oksigen dari sinar matahari dan karbon dioksida.. Tanaman
harus dapat mengatur fisiologi mereka untuk mengurangi dampak stres pada fotosintesis
dan mempertahankan produksi makanan yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan.

RESUME
Pemateri : Dr. Sri Widyaningsih
Judul Materi : “Budidaya Tanaman Sehat dan Teknik Deteksi Penyakit sbagai Strategi
Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika”

Sanitasi kebun dapat dilakukan dengan cara memangkas ranting-ranting yang


menunjukkan adanya gejala penyakit sistematik, membongkar tanaman sakit, menanam
sulaman dengan bibit berlabel bebas penyakit, dan dilakukan oleh anggota kelompok tani
di
wilayah target pengembangan. Pemeliharaan tanaman secara optimal dilakukan dengan
cara :
1. Pemangkasan. Metode pemangkasan yang bertujuan memotong cabang atau ranting
yang kering, sakit, tumbuh bersilangan, serta memotong bekas tangkai buah dengan
tujuan menyeimbangkan tunas vegetatif dan generatif selain mengurangi kelembaban,.
2. Pemupukan seimbang. Pada tanaman jeruk atau tanaman tahunan yang lain memiliki
rekomendasi atau dosis pupuk yang berbeda-beda. Cara pemberian pupuk yang benar
adalah dengan memberikan pupuk di bawah tajuk terluar karena di sekeliling tajuk
merupakan tempat akar serabut yang berfungsi untuk menyerap unsur hara.
3. Penyiraman
4. Pengendalian HPT
5. Penjarangan dan pemanenan buah. Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan memotong
tangkai buah jeruk menggunakan gunting.
Konsolidasi pengelolaan kebun : Menjadikan kelompok tani sebagai unit terkecil
pembinaan
penerapan teknologi dan koordinasi antar kelompok tani dalam pengelolaan kebun jeruk di
kawasan pengembangan berskala ekonomis.
Teknik Deteksi Penyakit pada Jeruk dan Buah Subtropika : Pengamatan visual gejala,
pengamatan mikroskop, isolasi dan identifikasi morfologi pathogen, pengujian molekuler
dan
pengujian serologi. Contoh penyakit pada tanaman jeruk :
a. Embun jelaga : gejala serangan pada daun, ranting dan buah dilapisi oleh lapisan
berwarna hitam.
b. Embun tepung : gejalanya yaitu pada sisi atas daun timbul becak kuning kehijauan yang
tidak berbatas tegas. Pengendalian : menanam kultivar yang tahan mengurangi
kelembaban kebun, sanitasi kebun, tanaman dilindungi dengan fungisida tembaga dan
dilindungi atap plastik.
c. Penyakit tepung mildew : gejalanya yaitu ada daun, ranting, bunga dan buah muda
terdapat becak bertepung putih kelabu, buah yang terinfeksi sangat awal tidak dapat
berkembang. Pengendalian : sanitasi kebun, tepung belerang atau belerang kapur encer
(bubur California), mengunakan fungisida-fungisida organik.
d. Penyakit Karat :gejalanya sisi bawah daun terdapat tepung berwarna jingga yang terdiri
dari spora jamur Sisi atas daun terdapat bercak-bercak berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian : memetik dan membakar daun yang terinfeksi dan penyemprotan dengan
fungisida.
e. Diplodia / blendok : menyerang batang atas, rentan pada tanaman yang berumur lebih
dari 4 tahun.
f. Busuk pangkal batang dan akar : menyerang bagian batang pangkal atau bawah toleran
g. Penyakit Kudis/Antraknose : gejalanya buah yang sakit terdapat bercak berwarna
kelabu dengan tepi coklat, daging buah tetap keras dan pecah. Pengendalian : batang
dan tunas yang sakit dibuang, tanaman dilindungi dengan fungisida
h. Kanker : gejala serangan yaitu timbulnya bercak putih pada sisi bawah daun yang
selanjutnya warna hijau gelap, dibatasi dengan warna kuning di sepanjang tepinya.
i. Busuk daun : gejalanya bercak pada daun muda dan tunas, titik serangan melebar.
Pengendalian : memangkas tunas yang sakit dan dibakar, menggunakan ruangan
plastik, penyemprotan ruangan plastik.
Deteksi secara molekuler : Patogen tidak dapat/sulit untuk dikulturkan, gejala penyakit
mirip
dengan gejala penyakit yang lain dan kekurangan unsur hara, deteksi keberadaan pathogen
dalam serangga vektor dan inang yang lain.
Huanglongbing → Faktor yang mempengaruhi perkembangan HLB: spesies
tanaman/hybrid/kultivar, kombinasi batang atas dan bawah, umur inang, pengaruh tipe
tanah,
iklim, irrigasi dan frekuensi penggunaan pupuk dan lamanya pertumbuhan tunas.
Gejalanya :
penguningan daun, daun mengeras bentuk buah tidak simetris, biji abortus.Jika tidak
dilakukan
pengendalian, maka penyakit huanglongbing akan kehilangan produksi sebesar 30-100%.
Pada
tanaman jeruk yang terinfeksi HLB memiliki akar yang tumpul, akar serabut hilang yang
membuat unsur hara tanman berkurang.
CTV (Citrus tristeza virus) → gejalanya pemucatan tulang daun berupa garis putus-putus
atau
memanjang pada tulang daun. kutu daun coklat, kutu daun hitam, dan kutu daun hijau
merupakan vektor dari virus CTV.
Penyakit daun kipas → gejalanya dicirikan dengan 3 gejala yg berbeda, ada perubahan
bentuk
yang menular. Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang bebas virus, tanah
difumigasi untuk membunuh nematoda.

Pemateri : Dr. Yeli Sarvina


Judul Materi: “Dampak Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi Tanaman di Derah Tropis”
Peran sektor pertanian di Indonesia yaitu sebagai penyedia pangan, penyedia bahan baku
indutri, penyumbang dan penghasil devisa negara, sumber utama pendapatan rumah
tangga perdesaan, dan profesi yang sangat sulit digantikan oleh kecerdasan AI. Terdapat 3
tantangan besar sektor pertanian yaitu : bagaimana menyediakan pangan yang
cukup,bagaimana cara beradaptasi dengan perubahan iklim, bagaimana cara memitigasi
perubahan iklim pertnian dan penggunaan lahan. Perubahan iklim bersifat permanen,
jangka panjang, menggunakan permodelan iklim dan skenario. Sedangkan variabilitas
iklim memiliki variasi
parameter iklim dalam periode tertentu, indikator variabilitas iklim Monsoon, Enso, MJO,
IOD.
Dampak perubahan iklim sektor pertanian :
a. Abiotik : kenaikan suhu udara, perubahan pola dan intensitas curah hujan, peningkatan
kejadian iklim ekstrim, kenaikan muka air laut.
b. Biotik : pertumbuhan tidak optimum, penurunan produksi/kegagalan produksi,
peningkatan serangan hama dan penyakit.
c. Hortikultura : suhu udara (pergeseran waktu berbunga, siklus hidup lebih cepat), curah
hujan (mempengaruhi OPT, ketersediaan air untuk metabolisme berkurang, inflasi),
Iklim ekstrem (banjir dan kekeringan, fuso), dan kesesuaian iklim (kesesuaian iklim
diproyeksi berubah).
Adaptasi perlu analisis kajian yang lebih spesifik, misalnya secara spasial bisa dilakukan
analisis berdasarkan administrasi wilayah, agroekosistem, dan jenis tanaman.
Strategi adaptasi :
a. Abiotik : pemetaan sumber daya, pemetaan kesesuaian iklim/lahan,irigasi, pemupukan,
pola tanam dan waktu tanam
b. Biotik : penggunan varietas unggul toleran, pemanfaatn teknologi untuk pemantauan
pertanaman di lapangan, penggunaan pupuk hayati, sistem tanaman campuran.
Weather smart → dapat diamnfaatkan untuk perencanaan pertanian
Protection smart → pengendalian hama dan penyakit
Water smart → teknologi pengolahan tanah untuk efisiensi penggunaan air.
Pilar produktivitas → produktivitas dan pendapatan
Pilar adaptasi → efisiensi pemanfaatan air dan lahan
Pilar mitigasi → emisi

Anda mungkin juga menyukai