Anda di halaman 1dari 5

1.

Ilustrasi Bisnis Salman Al- Farisi


Dalam sebuah kisah Islam diceritakan ada seorang lelaki yang terancam
finasialnya. Beliau tak bisa memberi makan keluarganya. Sepeser uang pun
tak punya.

Dengan menyereh langkah dengan lemas, laki-laki itu datang menghadap


Rasulullah. Berniat ingin berkeluh dan bercerita perihal nasib yang kurang
beruntung. Setelah mendengar keluhannya, Rasulullah bertanya apakah ia
punya sesuatu untuk dijual. “Saya punya kain untuk selimut dan cangkir
untuk minum ya Rasulullah,” jawab laki-laki itu. Lantas, Rasulullah
melelang dua barang itu.

“Saya mau membelinya satu dirham ya Rasulullah,” kata salah seorang


sahabat.

“Adakah yang mau membelinya dua atau tiga dirham?” Inilah lelang
pertama dalam Islam.

Lantas, lelang itu dimenangkan oleh seorang sahabat lainnya. “Saya mau
membelinya dua dirham”

Rasulullah memberikan hasil lelang itu kepada laki-laki tersebut.

“Yang satu dirham engkau belikan makanan untuk keluargamu, yang satu
dirham kau belikan kapak. Lalu kembalilah ke sini.”

Setelah membelikan makanan untuk keluarganya, tak lama kemudian laki-


laki itu datang kembali kepada Rasulullah dengan sebilah kapak di
tangannya.

“Nah, sekarang carilah kayu bakar dengan kapak itu…” demikian kira-kira
nasehat Rasulullah.

Hari berganti hari, laki-laki itu kembali menghadap Rasulullah dengan


senang ia bercerita telah mendapatkan 10 dirham dari usahanya.
Laki-laki itu tak lagi kekurangan uang untuk menafkahi keluarganya.

Begitulah awal mudah lahirnya formula mengatur keuangan 1-1-1 dari


sahabat Nabi Muhammad SAW, bernama Salman Al Farisi.

Bagaimana formula 1-1-1 bisa ditiru oleh kita di zaman sekarang. Tenang,
itu bukan perkara sulit. Begini penjelasannya. Sebagaimana diriwayatkan
Salman Al Farisi memiliki uang sebanyak 1 dirham untuk digunakan sebagai
modal membuat anyaman yang dijual seharga 3 dirham.Kemudian,
pendapatannya tadi dibagi menjadi: 1 dirham untuk keperluan keluarganya,
1 dirham untuk sedekah dan sisanya 1 dirham untuk digunakan sebagai
modal kembali.

Konsep ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan membagi


tiga pendapatan yang diperoleh. 1/3 untuk digunakan kebutuhan sehari-hari,
1/3 untuk bersedekah dan sisanya untuk keperluan modal lagi.

2. Konsep pengelolaan keuangan Salman Al- Farisi

 Atur 1-1
Formula 1-1-1 merupakan rumus mengatur keuangan dari sahabat nabi,
Salman Al Farisi. Diriwayatkan bahwa beliau memiliki uang sebanyak 1
dirham untuk digunakan sebagai modal membuat anyaman yang dijual
seharga 3 dirham. Kemudian, pendapatannya tadi dibagi menjadi: 1 dirham
untuk keperluan keluarganya, 1 dirham untuk sedekah dan sisanya 1 dirham
untuk digunakan sebagai modal kembali.

Konsep ini bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan


membagi tiga pendapatan yang diperoleh. 1/3 untuk digunakan kebutuhan
sehari-hari, 1/3 untuk bersedekah dan sisanya untuk keperluan modal lagi.

 Sisihkan Untuk Modal

Diriwayatkan oleh Ibrahim Al Harbi dalam Ghorib Al Hadits dari hadits


Nu’aim bin ‘Abdirrahman, bahwa “Sembilan dari sepuluh pintu rejeki ada
dalam perdagangan”
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berdagang dalam mencari
nafkah. Oleh karena itu, Islam juga menganjurkan untuk menyisihkan
pendapatan yang diperoleh dari berdagang untuk modal kembali. Jangan
sampai uang hasil berdagang digunakan semuanya untuk membeli
kebutuhan konsumtif.

Hal serupa berlaku juga bagi orang yang tidak berdagang, mereka dapat
menyisihkan sebagian dari gaji bulannya untuk nantinya membuka usaha
yang akan menambah pendapatan. Atau, digunakan sebagai modal investasi.

 Menabung

“Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu,
karena itu jauh lebih baik bagimu.” (H.R Bukhari). Menabung memiliki
banyak keuntungan untuk kehidupan ke depannya. Memang, awalnya sulit
untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk ditabung. Acap kali
Anda merasakan pendapatan menjadi berkurang jika harus ada uang yang
ditabung.

Namun, sebenarnya manfaat tersebut baru akan dirasakan jika uang yang
ditabung sudah terkumpul banyak. Dengan menabung Anda akan memiliki
cadangan uang yang akan bisa digunakan kapan saja. Mulailah menabung
sedikit demi sedikit, misalnya perhari Rp10.000 maka sebulan akan
Rp300.000 dan setahun mencapai Rp3.6 juta, lumayan bukan?

 Jangan Boros

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak


berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqon :67)

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa sikap boros sangat tidak dianjurkan
dalam segala hal, begitu pula dengan mengatur keuangan. Islam pun
melarang seseorang dalam berbelanja berlebih-lebihan. Hal tersebut akan
menimbulkan sifat konsumtif dalam diri yang sangat merugikan.
Belilah segala kebutuhan sesuai dengan kadarnya, tidak kurang dan tidak
lebih. Hindari juga membeli segala sesuatu yang tidak diperlukan. Misalnya,
saat memiliki sebuah ponsel, namun karena ada ponsel tipe terbaru, maka
Anda membelinya berdasarkan keinginan bukan kebutuhan. Padahal ponsel
yang lama masih bisa digunakan.

 Sedekah

Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta


yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian.
(Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)

Salah satu cara untuk mensucikan harta adalah dengan bersedekah. Hal ini
dilakukan karena dalam islam 2.5% dari rezeki yang Anda terima ada hak
orang lain di dalamnya. Oleh sebab itu sisihkan lah pendapatan yang
diterima perbulannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan
lewat berbagai macam badan penyalur sedekah.

Selain itu, Allah juga menjanjikan untuk menambah harta yang didapat
dengan bersedekah Lewat bersedekah berarti Anda bersyukur atas nikmat
yang diperoleh.

 Hindari Berutang

"Barangsiapa utang uang kepada orang lain dan berniat akan


mengembalikannya, maka Allah akan luluskan niatnya itu; tetapi
barangsiapa mengambilnya dengan Niat akan membinasakan (tidak
membayar), maka Allah akan merusakkan dia." (Riwayat Bukhari)

Utang memang kadang kala menjadi penyelamat finansial di saat darurat.


Namun, kenyataannya dalam Islam tidak dianjurkan untuk berutang jika
tidak benar-benar membutuhkan. Artinya, jika Anda masih bisa berusaha
untuk membayar sesuatu, jangan lah berutang.

Jika terpaksa berutang kepada seseorang, wajib hukumnya untuk melunasi.


Hal ini dilakukan karena dalam Islam perihal utang menyangkut dunia dan
akhirat. Bahkan, saat seseorang meninggal dalam keadaan berutang, ahli
warisnya wajib untuk melunasinya.

Anda mungkin juga menyukai