Anda di halaman 1dari 20

KEUTAMAAN BERUSAHA

DAN
PUNYA PENGHASILAN
Indikator Capaian :
Berusaha Mencari Usaha Yang Halal
KEUTAMAAN BERUSAHA DAN PUNYA
PENGHASILAN
01 LARANGAN MEMINTA-MINTA

02
KEUTAMAAN PUNYA
PENGHASILAN

03
USAHA DAN PEKERJAAN YANG
DILARANG
DILARANG
01 MEMINTA-
MINTA
Dari Abu Abdullah Az-Zubair bin Al-‘Awwam RA ia berkata,
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sungguh seandainya
salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali,
kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat
kayu bakar dan menjualnya. Kemudian dengan hasil penjualan
itu, Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu. Itu lebih baik
daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka
memberi maupun tidak,” (HR Bukhari).
 Hadits di atas menganjurkan seseorang untuk selalu berusaha dan melarang meminta-minta.
Ketikaseseorang meminta rezeki kepada sesama makhluk, itu akan mengakibatkan jatuhnya harga
diri di hadapan orang yang dimintai pertolongan. Sebaliknya, jika meminta kepada Sang Khalik,
justru itulah yang akan mendatangkan harapan dan kekayaan untuknya.
 Ibnu Al-Jauzi pernah mengungkapkan, “Ketika seseorang menjaga kehormatan dirinya dengan tidak
meminta-minta kepada orang lain, kemudian ia berharap agar kesusahannya tidak diketahui orang
lain dan tetap berharap kepada Allah di dalam hatinya, dia akan mendapat keuntungan dari
sikapnya yang demikian.”
 Manusia menjadi mulia jika memiliki makanan yang cukup dari hasil tangannya sendiri, bukan dari
pemberian dan belas kasih orang lain. Ia puas dengan hartanya meski mungkin hanya sedikit.
Dalam ajaran Islam, meminta-minta adalah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan.
Jika menginginkan sesuatu, setiap umat diajarkan untuk selalu bekerja keras dengan cara
yang halal dan baik.
Orang yang meminta-minta bisa dikatakan sebagai pengemis. Ada sebuah hadis yang
menjelaskan bahwa, jika seseorang melakukan hal tersebut, maka ia akan datang pada
hari kiamat dalam keadaan hina tanpa memiliki wajah di hadapan Allah Swt.
Sebagaimana bunyi hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
‫َم ا َيَز اُل الَّرُج ُل َيْس َأُل الَّناَس َح َّتى َيْأِتَى َيْو َم اْلِقَياَم ِة َلْيَس ِفى َو ْج ِهِه ُم ْز َع ُة َلْح ٍم‬
Artinya: ”Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang
pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.”
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajarkan kita semua untuk mengadu hanya kepada Allah Swt.
Kita semua hanya boleh menggantungkan pengharapan dan pertolongan kepada Allah
Swt semata.
Dalam hadits Qudsi, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan, “Siapa yang memberikan jaminan
kepada-Ku bahwa dia tidak akan meminta sesuatu kepada orang lain. Maka, Aku juga
menjamin untuknya surga.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
Rasulullah SAW Melarang Umatnya Meminta-minta, Kecuali dalam
3 Kondisi Ini
Ada 3 kondisi di mana seseorang diperbolehkan untuk meminta-meminta, yakni:
1.Seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia
melunasinya
2.Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-
minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup
3.Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal
dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka
boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup.
Hal ini pernah dirasakan salah seorang sahabat, Qabishah bin Mukhariq Al Hilal yang disebutkan
dalam HR. Muslim:
Artinya: “Wahai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk tiga orang:
(1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya,
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai
ia mendapatkan sandaran hidup, dan
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya
berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta
sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah
adalah haram dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram.”
Dengan demikian, tidak ada alasan untuk meminta-meminta kepada orang lain. Kecuali, dengan tiga
kondisi yang disebutkan dalam hadits tersebut.
KEUTAMAAN PUNYA
02
‫ُكُلوا ِمْن ِرْزِقِهۖ ِإَو َلْيِه الُّن ُشوُر‬
‫ُهَو اَّلِذي َجَعَل َلُكُم اْلَأ ْرَض َذُلوًلا َفاْمُشوا ِفي َمَناِكِبَها َو‬
PENGHASILAN
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya,”(Al Mulk : 15)
 Ibnu Katsir menafsirkan maksud dari ayat ini, berjalanlah/berusahalah kalian ke
mana pun yang kalian kehendaki di berbagai penjurunya, serta lakukanlah
perjalanan mengelilingi semua daerah dan kawasannya untuk keperluan
mendapatkan penghasilan. Dan ketahuilah bahwa usaha kalian tidak dapat memberi
manfaat sesuatu pun bagi kalian kecuali bila Allah memudahkannya bagi kalian.
 Dari perintah yang terdapat pada ayat ini difahami bahwa berusaha dalam rangka
menjalankan sebab bagi datangnya rizki tidaklah meniadakan sikap tawakal. Hal ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari ‘Umar bin Al-Khattab ra mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sekiranya kalian bertawakal
kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah memberi kalian rizki,
sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung yang berangkat di pagi hari dengan perut
kosong dan Kembali sore hari dengan perut kenyang.
Yusuf Qardhawi Rahimahullah menyebutkan dalam tulisan
beliau di buku Halal Haram Dalam Islam, ayat ini (QS Al
Mulk : 15) merupakan mabda' (prinsip) Islam. Bumi ini
telah disiapkan Allah SWT.dan ditundukkannya sehingga
jinak dan mudah bagi umat manusia. karena itu manusia
harus memanfaatkan nikmat yang baik ini serta berusaha
di seluruh penjurunya untuk mencari sebagian karunia
Allah.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar
mereka dapat mandiri dan tidak berpangku tangan pada
orang lain, atau dikenal dengan istilah qaddirun ‘alal
kasbi yang berarti memenuhi kebutuhan finansialnya
sendiri dan merupakan ciri lain yang harus ada pada
seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat
diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang
menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala
seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi
ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip
yang telah dianutnya karena tidak memiliki
kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi
muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh
saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa
menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah,
dan mempersiapkan masa depan yang baik.
Islam lebih menghargai orang yang bekerja keras untuk menghidupi dirinya daripada menjadi pengemis.
Orang yang bekerja/yang berusaha dan punya penghasilan diberi beberapa keutamaan sebagai berikut:

1.BEKERJA MENCARI PENGHASILAN : AMALAN SHOLEH YANG MEMPEROLEH


PAHALA YANG SANGAT BESAR
o BEKERJA adalah usaha untuk mendapatkan penghasilan. Seseorang tidak diperbolehkan hanya
berpangku tangan saja atau bahkan hanya berharap pemberian dari orang lain. Terutama bagi seorang
lelaki, sebagai kepala keluarga. Harus mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istrinya. Mencukupi
kebutuhan keluarga, pangan, sandang dan papan.
o Pekerjaan dalam rangka mencari nafkah, hendaknya yang terbaik. Tidak bertentangan dengan syariat
Islam. Pekerjaan yang halal, cara yang dilakukan juga tidak melanggar hukum agama maupun hukum
negara serta tidak merugikan orang lainnya. Uang yang dihasilkan dari melakukan pekerjaan akan
digunakan untuk menafkahi keluarga. Tentunya, diharapkan menjadi berkah bagi keluarga.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk
memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin,
dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar
(dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim no. 995).
2. Bekerja mencari penghasilan juga bernilai shadaqah

Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

“Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah


untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai
sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai
sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri pada pembantumu, itu juga
termasuk sedekah” (HR. Ahmad 4: 131. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini hasan).
3. SETIAP NAFKAH YANG DIBERIKAN KEPADA
KELUARGANYA, ALLAH AKAN GANTI DENGAN REZEKI
Surat Saba’ ayat 39 YANG LEBIH BAIK LAGI.
‫ُقْل ِاَّن َر ِّبْي َي ْبُس ُط الِّر ْز َق ِلَم ْن َّي َش ۤا ُء ِم ْن ِع َب اِدٖه َو َي ْق ِد ُر َلٗه ۗ َو َم ٓا َاْن َف ْقُتْم ِّمْن َش ْي ٍء َف ُهَو‬
‫ُيْخ ِلُفٗه ۚ َو ُه َو َخ ْيُر الّٰر ِز ِقْي َن‬
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang
Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu
infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’: 39)
Meski memberi nafkah merupakan sebuah kewajiban, tetapi hal itu tidak perlu ditakutkan dan
dirisaukan oleh seorang suami yang menjadi kepada rumah tangga. Sebab sebagaimana
dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an surat Saba ayat 39 diatas bahwa rizki itu sudah
ditentukan Allah swt; lapang dan sempitnya. Dan menariknya, Allah telah berjanji bahwa
segala nafkah atau infak yang dikeluarkan akan mendapat ganti yang lebih baik dari Allah swt
yang maha pemberi rezeki.
4. Allah menyamakan bekerja mencari nafkah ini sama seperti halnya orang
yang sedang berjihad, matinya adalah mati syahid

JIHAD Fi Sabilillah (berjuang di jalan Allah) bukan hanya berperang membela Islam dan kaum Muslim.
Bekerja mencari nafkah pun termasuk jihad di jalan Allah SWT.
Ath-Thabarani meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Tatkala kami (para sahabat) duduk-duduk di
sisi Rasulullah Saw, tiba-tiba ada seorang pemuda yang keluar dari jalan bukit. Ketika kami
memperhatikannya, maka kami pun berkata, “Kalau saja pemuda ini menggunakan kekuatan dan masa
mudanya untuk jihad di jalan Allah!” Mendengar ucapan para sahabat itu, Rasulullah Saw bersabda:
“Memangnya jihad di jalan Allah itu hanya yang terbunuh (dalam perang) saja? Siapa yang bekerja untuk
menghidupi orang tuanya, maka dia di jalan Allah, siapa yang berkerja menghidupi keluarganya maka dia di
jalan Allah, tapi siapa yang bekerja untuk bermewah-mewahan (memperbanyak harta) maka dia di jalan
thaghut.” (HR Thabrani, Al-Mu’jam Al-Ausath).
Hadits yang juga diriwayatkan Al-Bazzar dan Al-Baihaqi itu menegaskan, bekerja mencari nafkah juga
merupakan kewajiban dalam Islam dan tergolong jihad di jalan Allah.
Redaksi lain hadits ini:
"Siapa yang bekerja menghidupi dirinya sendiri agar terhormat (tidak meminta-minta) maka dia di jalan
Allah, dan siapa yang bekerja untuk memperbanyak harta maka dia di jalan setan.”
Dengan hadits tersebut, Rasulullah Saw menegaskan, berkeja mencari nafkah juga termasuk jihad di jalan
Allah.
5. Bekerja mencari penghasilan yang halal dapat
menghapus sebagian dosa
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengatakan,
bahwa Islam sangat menghargai orang yang bekerja. Baik yang berkaitan dengan ikhtiar mencari rezeki halal atau pun
yang berhubungan dengan kontribusi sosial seseorang di tengah masyarakat.
Gus Baha menjelaskan, dalam kitab Ihya Ulumiddin karangan Imam al-Ghazali, Rasulullah SAW menempatkan orang
yang bekerja mencari nafkah sebagai amal yang dapat menghapus dosa.
“Sebagian dosa itu tidak bisa dihapuskan dengan istighfar, sedekah, atau wiridan. Yang bisa menghapuskan hanya dengan
mencari rezeki halal,” terangnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Qur'an LP3IA Rembang tersebut melanjutkan, dalam bekerja mengandung banyak
keutamaan, di antaranya yaitu kebaikan sosial. Dengan bekerja akhirnya dapat bersedekah, membantu membangun masjid,
sekolah, pondok pesantren, menolong fakir miskin dan sebagainya.
“Ini penting saya utarakan. Ibadah bukan berarti harus datang ke masjid, ngaji dan lain-lain. Orang yang di sawah
sejatinya adalah orang-orang yg mencari ridha dan pengampunan Allah SWT,” imbuhnya.

Keutamaan bekerja lainnya adalah memiliki banyak harta. Menurut Gus Baha, jika menggunakan logika fikih, harta itu
fitnah, seakan-akan harta itu masalah. Namun jika harta dimiliki orang zalim, maka akan menjadi sebuah masalah.
Sehingga diharapkan orang-orang saleh juga harus menguasai harta.
“Pada hari kiamat nanti orang-orang mukmin yang kaya tersebut akan dibangkitkan bersama para shadiqin dan syuhada,”
jelasnya.

Gus Baha lalu menceritakan hebatnya prestasi kerja para sahabat Rasulullah SAW. Di antara mereka ada yang bertani,
berdagang, menggembala ternak, dan menjalani berbagai pekerjaan halal lainnya. “Mereka melakukan pekerjaan tersebut
Keutamaan bekerja lainnya adalah memiliki banyak harta. Menurut Gus
Baha, jika menggunakan logika fikih, harta itu fitnah, seakan-akan harta
itu masalah. Namun jika harta dimiliki orang zalim, maka akan menjadi
sebuah masalah. Sehingga diharapkan orang-orang saleh juga harus
menguasai harta.
“Pada hari kiamat nanti orang-orang mukmin yang kaya tersebut akan
dibangkitkan bersama para shadiqin dan syuhada,” jelasnya.
Gus Baha lalu menyebutkan hebatnya prestasi kerja para sahabat
Rasulullah SAW. Di antara mereka ada yang bertani, berdagang,
menggembala ternak, dan menjalani berbagai pekerjaan halal lainnya.
“Mereka melakukan pekerjaan tersebut dengan penuh ketekunan dan
semangat tinggi, di sela-sela mereka berjuang menegakkan agama Islam.

Mereka yang seperti inilah yang dicintai Rasulullah SAW,” pungkasnya.


2. Tarian dan seni seks
1. Pelacuran
Islam menolak pekerjaan berupa tarian
Islam menolak dengan keras dan erotis dan pekerjaan apapun yang dapat
tidak memperkenankan seorang pun membangkitkan nafsu. Islam mengharamkan
segala macam hubungan lawan jenis di luar
baik merdeka maupun budak untuk
pernikahan. Islam mengharamkan setiap
mencari mata pencarian dengan perkataan dan perbuatan yang dapat
menjual diri. Allah Swt membuka pintu hubungan yang haram ini.
berfirman: “Dan janganlah kamu Inilah rahasia Al Qur’an di dalam
paksa budak-budak perempuanmu mengungkapkan larangan berzina dengan
untuk melakukan pelacuran sedang kalimat yang ampuh:
mereka sendiri menginginkan “Dan janganlah kamu mendekati zina,
kesucian, karena kamu hendak sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbutan keji dan suatu jalan yang
mencari keuntungan duniawi.” (QS.
buruk.” (Q.S. Al Isra’ : 32)
An Nuur : 33)
5. Pekerjaan Syirik
4. Perusahaan minuman keras dan narkotika Syirik merupakan perbuatan yang paling besar
Islam mengharamkan segala persekutuan dosanya dalam ajaran Islam. Syirik diartikan
dalam masalah yang berhubungan dengan sebagai perbuatan mempersekutukan Allah.
Allah SWT berfirman:
khamr, baik dalam memproduksi,
" Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
mendistribusikan, maupun meminumnya. dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
Semua orang yang terlibat dalam perbuatan ini yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
akan mendapat laknat melalui lisan Rasulullah dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
Saw. mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
Narkotika, baik yang terbuat dari ganja, candu, berbuat dosa yang besar." (QS An Nisaa: 48)
maupun lainnya adalah sama dengan minuman Pada zaman sekarang masih banyak orang yang
mencari pekerjaan dengan melakukan perbuatan
yang memabukkan ini, yaitu haram
berupa kesyirikan. Bentuk dari kesyirikan itu di
mengupayakan, mendistribusikan dan antaranya sihir, perdukunan, paranormal,
memproduksinya. peramal Nasib,Pawang Hujan dan masih banyak
Islam juga melarang seorang Muslim lainnya
melakukan pekerjaan atau mencari mata
pencarian dengan melakukan pekerjaan yang
haram seperti ini

Anda mungkin juga menyukai