Anda di halaman 1dari 14

TELADAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM SURAT AL-ANBIYA’

DALAM KITAB TAFSIR AL-MUNIR

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Disusun oleh :
Muhammad Ridwan Abror
NIM : Q.190364
NIRM : 19/X/38.3.4/0337

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN ISY KARIMA


KARANGPANDAN, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
2023
TELADAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM SURAT AL-ANBIYA’
DALAM KITAB TAFSIR AL-MUNIR

1. Latar Belakang Masalah


Dalam menjalani kehidupan ini, manusia selalu memiliki panutan.
Yakni seseorang yang dinilai baik,diagungkan dan diteladani perilakunya
dalam hidupnya. Ada yang mengidolakan artis, ada pula yang mengidolakan
atlet sepakbola. Mereka kagum dengan ketampanannya, kecantikannya,
keindahan suaranya, kepiawaiannya bermain peran, atau kelucuannya, atau
kepiawaiannya bermain bola, dan seterusnya. Semua itu manusiawi, dan
sepertinya terlihat wajar, apalagi di zaman sekarang ini.
Tapi bila dipikir-pikir, semua manusia di dunia pasti punya kesalahan.
Apalagi sederet artis dan atlet idola anak muda masa kini yang punya banyak
dosa dan kesalahan, yang tidak mungkin pantas untuk ditiru, apalagi
diteladani. Maka pertanyaannya sekarang adalah, adakah di dunia ini,
panutan yang hampir tidak ada cacat? Yang kebaikannya akan selalu harum
dikenang manusia? Dan yang selalu bisa diteladani oleh semua orang?
Jawabannya : Ada. Dialah Rasulullah, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Nabi Ibrahim alaihis salaam. Bagi kita orang Islam,
sudah jelas beliau berdualah panutan kita. Yang tidak perlu kita ragukan
sama sekali, yang wajib kita teladani, bahkan yang wajib kita sebut nama
beliau, setidaknya 40 kali dalam sehari. 8 kali setiap tahiyat akhir dalam 5
kali sholat wajib dalam sehari. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala
kukuhkan di dalam Al-Qur’an :

١٢٠ َ‫ك ِمنَ ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬ ُ َ‫ِإ َّن ِإ ْب ٰ َر ِهي َم َكانَ ُأ َّم ۭةً قَانِ ۭتًا هَّلِّل ِ َحنِي ۭفًا َولَ ْم ي‬
١٢١ ‫ص ٰ َر ٍۢط ُّم ْستَقِ ۢ ٍيم‬
ِ ‫َشا ِك ۭ ًرا َأِّل ْن ُع ِم ِه ۚ ٱجْ تَبَ ٰىهُ َوهَد َٰىهُ ِإلَ ٰى‬
ِ َٔ‫َو َءاتَ ْينَ ٰـهُ فِى ٱل ُّد ْنيَا َح َسنَ ۭةً ۖ َوِإنَّهۥُ فِى ْٱلـ‬
َّ ‫اخ َر ِة لَ ِمنَ ٱل‬
١٢٢ َ‫ص ٰـلِ ِحين‬
١٢٣ َ‫ك َأ ِن ٱتَّبِ ْع ِملَّةَ ِإ ْب ٰ َر ِهي َم َحنِي ۭفًا ۖ َو َما َكانَ ِمنَ ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬
َ ‫ثُ َّم َأوْ َح ْينَٓا ِإلَ ْي‬
Menjalani misi dan tujuan hidup di dunia bukanlah hal yang mudah.
Karena itu, Sang Pencipta dengan segala kasih dan sayang-Nya memberi
bekal Rabbani bagi setiap insan yang menjalani misi dan tujuan mulia ini. Di
antara bekal Rabbani yang diinformasikan kitab suci al-Qur’an ialah
pemenuhan kebutuhan (rezeki). Tidak tanggung-tanggung, Allah subhanahu
wa ta’ala menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk memenuhi
kebutuhan umat manusia. Segalanya, tanpa kecuali.1
Al-Qur’an adalah petunjuk Allah subhanahu wa ta’ala dan pemisah
antara yang haq dengan yang bathil. Maka untuk mengenal dan memahami
ketetapan Allah yang berlaku pada alam semesta dan terlebih dalam konteks
hidup dan kehidupan manusia itu sendiri, seseorang harus dengan rendah hati
mau merujuk kepada firman Allah ini.
Al-Qur’an menjadi penanda bagi setiap insan dewasa agar tidak
berputus asa dalam mencari rezeki di bumi Allah. Manusia harus yakin
bahwa bumi tercipta untuknya. Apapun yang dibutuhkan, bila ia serius
berusaha dengan cara yang baik, insya Allah akan meraih apa yang
diperlukan. Untuk itu tidaklah logis bila manusia masih mengeluh akan
rezeki, bersifat tamak, ataupun tidak sabar dalam mengais rezeki, seperti yang
pernah terjadi pada umat Nabi Musa.2
Rezeki memang sudah dijatah oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagi
seluruh makhluk-Nya, tapi untuk menggapainya, kita diminta untuk
menjemputnya. Berusaha adalah syarat mutlak untuk memperoleh rezeki
Allah. Ketekunan manusia dalam menjemput rezeki merupakan salah satu
syarat untuk menggapai rezeki yang lapang dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah sekali-
kali seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makan dari kerja
tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Allah Daud juga makan dari kerja
tangannya sendiri.” (Diriwayatkan al-Bukhari)
1
Adi Hidayat, 2019, Manusia Paripurna; Pesan, Kesan dan Bimbingan Al-Qur’an,
(Bekasi: Institut Quantum Akhyar), cet-1, hlm. 102.
2
Ibid, hlm. 103.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Adam menjadi petani, Nuh
menjadi tukang kayu, Idris menjadi penjahit, Ibrahim dan Luth menjadi
petani, Shalih menjadi pedagang, Daud menjadi pandai besi, Musa, Syu’aib,
dan Muhammad menjadi penggembala.”3
Semangat bekerja keras adalah prinsip yang harus dimiliki oleh orang
beriman. Orang beriman bukan orang yang memasrahkan diri dalam arti tidak
berbuat apapun untuk menggapai apa yang diinginkannya. Bahkan Rasulullah
sangat melarang keras hidup dalam kemalasan. Kemalasan adalah penyakit
yang harus dibinasakan dari diri orang Islam.4
Oleh karena itu, para ulama telah banyak memberikan nasihat kepada
para muridnya untuk menaruh perhatian terhadap masalah pencarian rezeki
ini.
Imam Ibnu al-Jauzi mengatakan, “Saya menyarankan kepada para penuntut
ilmu untuk tetap mencari harta. Berusaha sekuat mungkin untuk
mendapatkannya, meskipun mungkin akan kehilangan sebagian waktu untuk
menuntut ilmu. Hal itu sangat perlu untuk membentengi kehormatannya.”5
Beliau juga menyatakan dalam kitabnya6,
Saya yakin, bahwa jiwa manusia tak selalu tabah untuk bertahan
dengan kesederhanaan dan tidak selalu siap untuk berlaku zuhud.
Betapa banyak orang yang kuat keinginannya untuk menggapai
akhirat, kemudian mengeluarkan seluruh miliknya yang ada di
tangan. Ketika mereka lemah, akhirnya mencari harta dengan
sangat memprihatinkan. Yang terpuji adalah menyimpan harta atau
menabung dan tidak menggantungkan nasibnya pada manusia. Hal
itu perlu untuk menghindarkan diri dari ketamakan.

Mencari yang halal wajib bagi orang muslim. Banyak orang-orang


bodoh yang mengatakan bahwa yang halal itu tidak ada.7 Padahal Allah telah
memerintahkan kepada manusia untuk mengkonsumsi hal-hal yang baik saja.
3
Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy, 2017, Minhajul Qashidin
diterjemahkan oleh Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), cet-22, hlm. 95.
4
Ahmad Rifa’i Rif’an, 2015, I am A Muslim Entrepreneur, (Jakarta: Gramedia), cet-1, hlm.
17.
5
Ibnu al-Jauzi, 2016, Shaidul Khatir; Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup
diterjemahkan oleh Samson Rahman, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), cet-7, hlm. 161.
6
Ibid.
7
Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy, 2017, Minhajul Qashidin
diterjemahkan oleh Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), cet-22, hlm. 99.
Fenomena ini benar-benar telah terjadi di era modern saat ini. Sehingga
banyak orang yang mencari rezeki dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah
subhanahu wa ta’ala.
Ketika mereka menyadari hal ini padahal mereka juga harus
mendapatkan bahan-bahan makanan pokok, maka mereka pun bebas
menerjunkan diri dalam hal-hal yang syubhat dan haram. Tentu saja ini
adalah tindakan bodoh dan sama sekali tidak dilandasi ilmu.8
Karena anggapan orang-orang yang bodoh ini sudah merebak kemana-
mana dan mudharatnya sudah menjalar, yang dampak negatifnya juga
merembet ke agama, maka perlu ada pengungkapan tentang kerusakan
anggapan ini, dengan cara memberikan pengarahan tentang perbedaan antara
yang halal, yang haram, dan yang syubhat.9
Manusia harus melakukan ikhtiar semaksimal mungkin, karena ia tidak
pernah tahu takdir Allah yang dituliskan di Lauhul Mahfuzh, kecuali yang
telah terjadi dengan dirinya. Meskipun rezeki di tangan Allah, tapi harus
diusahakan. Karena itu, berdosa hukumnya jika seseorang tidak berusaha dan
berdalih dengan tawakal.10
Menghadapi permasalahan yang ada terkait pencarian rezeki, kiranya
penting untuk melihat pandangan al-Qur’an tentang perihal mencari rezeki.
Penggalian ayat-ayat yang berkaitan dengan pencarian rezeki dalam al-
Qur’an penting dilakukan agar dapat diambil sikap yang sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, kemudian memaparkan
betapa penting mengkaji lebih dalam tentang konsep mencari rezeki dalam al-
Qur’an dan penulis tertarik untuk mengkajinya. Selanjutnya, penulis
merumuskan tema penelitian ini dalam sebuah judul skripsi yaitu Konsep
Mencari Rezeki dalam Tafsir Asy-Sya’rawi.

8
Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy, 2017, Minhajul Qashidin
diterjemahkan oleh Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), cet-22, hlm. 99.
9
Ibid.
10
DR. Ahmad Hatta, MA, dkk, 2017, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim; Petunjuk
Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya dari Lahir sampai Mati Berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah,
(Jakarta: Maghfirah Pustaka), cet-7, hlm. 42.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, maka penulis akan menarik rumusan
pokok masalah agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis. Pokok
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat pencarian rezeki menurut Syaikh
Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi?
2. Bagaimana implementasi penafsiran ayat-ayat pencarian rezeki dalam
kehidupan sehari-hari?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana
yang telah penulis uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penafsiran ayat-ayat pencarian rezeki
menurut Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi penafsiran ayat-ayat
pencarian rezeki dalam kehidupan sehari-hari.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini:
a. Manfaat Akademik
1. Mengembangkan keilmuan dan khazanah keilmuan Islam terutama
dalam bidang Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
2. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bacaan pengetahuan bagi
kalangan intelektual, pengkaji maupun masyarakat di kalangan umum
yang haus akan bacaan mengenai konsep mencari rezeki yang telah
dijelaskan di dalam al-Qur’an.
3. Guna untuk memenuhi syarat kelulusan dalam pengambilan sarjana
di Program Studi Ushuluddin Jurusan Tafsir Al-Qur’an di STIQ
(Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Isy Karima.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini bisa dijadikan solusi dalam banyaknya persoalan
umat, terkhususnya masalah mencari rezeki sebagai bentuk ikhtiar.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa merubah pola pikir masyarakat
dalam masalah mencari rezeki.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi alternatif bacaan ataupun
rujukan masyarakat di akhir zaman ini mengenai konsep mencari
rezeki.

5. Kajian Pustaka
5.1. Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian ilmiah
yang membahas tentang mencari rezeki atau yang berkaitan dengannya, maka
kami dapati penelitian tersebut pada beberapa universitas. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa skripsi ini belum pernah ditulis
sebelumnya. Karya ilmiah tersebut diantaranya:
Skripsi yang disusun oleh Habib Ahmad Nurhidayatullah, mahasiswa
Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Konsep Rezeki menurut
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.11 Dalam penelitian ini, saudara Habib
memaparkan tentang konsep rezeki menurut Buya Hamka dalam tafsirnya.
Skripsi ini menggunakan metode tematik dengan membahas ayat-ayat yang
berkaitan dengan rezeki sekaligus memaparkan korelasi penafsiran Buya
Hamka dengan konteks masa sekarang. Sedangkan penelitian yang penulis
lakukan ini adalah mengkaji secara spesifik tentang konsep mencari rezeki
menurut Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi.
Skripsi yang berjudul Konsep Rezeki dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi
Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an Karya Sayyid Qutb) yang ditulis oleh Rosnita,
mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan

11
Habib Ahmad Nurhidayatullah, 2015, Konsep Rezeki menurut Hamka dalam Tafsir Al-
Azhar, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), hlm. 112.
Dakwah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.12 Dalam penelitian ini,
saudari Rosnita membahas tentang konsep rezeki menurut Sayyid Qutb dalam
tafsirnya. Dengan menggunakan metode tahlili, saudari Rosnita memaparkan
penafsiran surat al-Baqarah ayat 126, surat ath-Thalaq ayat 3, surat Qaf ayat
11, surat asy-Syura ayat 11 menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilal Al-
Qur’an. Sedangkan penulis membahas tentang konsep mencari rezeki
menurut Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi.
Zubairi menulis sebuah Jurnal yang berjudul Konsep Rezeki Perspektif
Wahbah Al-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir.13 Dalam jurnal ini saudara
Zubairi memaparkan konsep rezeki menurut Wahbah al-Zuhaili dalam
tafsirnya. Saudara Zubairi memfokuskan penelitiannya pada analisa surat
Hud ayat 6. Melalui metode deskriptif, beliau memaparkan penafsiran
Wahbah al-Zuhaili. Sedangkan penulis membahas tentang konsep mencari
rezeki menurut Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi.
Berdasarkan beberapa judul dan tema yang dikaji dalam karya-karya
ilmiah di atas, didapatkan bahwa sudah ada pembahasan tentang tema rezeki.
Akan tetapi penulis belum mendapatkan pembahasan konsep mencari rezeki
yang mengacu kepada penafsiran asy-Sya’rawi. Dengan demikian, penelitian
ini merupakan karya yang baru dan berbeda dengan karya-karya yang telah
penulis sebutkan di atas. Dan dalam penelitian ini, penulis menganalisis
penafsiran asy-Sya’rawi secara mendalam dalam mengkaji konsep mencari
rezeki dalam kitab Tafsir Asy-Sya’rawi.

12
Rosnita, 2017, Konsep Rezeki dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Fi Zhilal Al-
Qur’an Karya Sayyid Qutb), Skripsi (Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin), hlm. 90.
13
Zubairi , 2020, Konsep Rezeki Perspektif Wahbah Al-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir,
Jurnal El-Furqania (Pamekasan: STIU Al-Mujtama), hlm. 200.
5.2. Konseptualisasi
1. Konsep Mencari Rezeki dalam Al-Qur’an
Mengenai pencarian rezeki, Allah subhanahu wa ta’ala telah
banyak menyinggung tentang hal itu di beberapa ayat dalam al-
Qur’an. Adapun penentuan dan pembatasan ayat-ayat tentang
pencarian rezeki dirujuk dari beberapa kitab yang membahas
tentang pencarian rezeki dalam al-Qur’an, diantaranya al-Mu’jam
al-Maudhu’i Li Ayati al-Qur’an al-Karim karya Shubhi Abd ar-
Ra’uf Ashar, dan Mu’jam al-A’lam wa al-Maudhu’at Fi al-Qur’an
al-Karim karya DR. Abdul ash-Shabur Marzuq.
2. Kitab Tafsir Asy-Sya’rawi
Kitab Tafsir Asy-Sya’rawi yang menjadi objek penentuan
pembatasan dan pembahasan mengenai ayat-ayat tentang pencarian
rezeki dalam al-Qur’an. Tafsir Asy-Sya’rawi termasuk dari salah
satu tafsir kontemporer. Karya ini merupakan karya tafsir yang
urutannya sesuai dengan urutan mushaf utsmani. Jadi termasuk
tafsir tartib mushafi.14
Kitab ini merupakan hasil kolaborasi kreasi yang dibuat oleh
murid syaikh asy-Sya’rawi yakni Muhammad al-Sinrawi, dan ‘Abd
al-Waris al-Dasuqi dari kumpulan pidato-pidato atau ceramah-
ceramah yang dilakukan syaikh asy-Sya’rawi. Sementara itu,
hadits-hadits yang terdapat di dalam kitab Tafsir asy-Sya’rawi
ditakhrij oleh Ahmad Umar Hasyim. Kitab ini diterbitkan oleh
Akhbar al-Yaum Idarah al-Kutub wa al-Maktabat pada tahun 1991
(tujuh tahun sebelum syaikh asy-Sya’rawi wafat). Sebelum
diterbitkan, kitab tafsir ini pernah dimuat dalam majalah al-Liwa’
dari tahun 1986-1989, pada edisi 251-332.15

14
Badruzzaman, Op.Cit, lihat Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi, Khawatir asy-Sya’rawi,
(Maktabah Syamilah, tt), hlm. 55.
15
Muhammad Idris, 2020, The Contribution of al-Sya’rawi to the Development, (Padang:
UIN Imam Bonjol), hlm. 142.
Didapatkan dari kitab Tafsir asy-Sya’rawi beberapa ayat
tentang pencarian rezeki, adalah sebagai berikut:

No Surat Ayat
1 Al-An’am 151
2 Thaha 132
3 Asy-Syu’ara 79
4 Al-Ankabut 17, 60, 62
5 Ar-Rum 28, 37, 48
6 Saba’ 15, 39
7 Az-Zumar 52
8 Asy-Syura 27
9 Al-Hasyr 8
10 Al-Mulk 15

6. Metode Penelitian
6.1. Jenis Penelitian
Metode dapat diartikan sebagai way of doing anything, yaitu
suatu cara yang ditempuh untuk mengerjakan sesuatu.16 Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian
yang berusaha mendapatkan dan mengolah data-data kepustakaan
untuk mendapatkan jawaban dari masalah pokok yang diajukan
dengan pendekatan tematik yaitu upaya untuk memahami ayat-ayat
dengan memfokuskan pada tema yang telah ditetapkan dengan
mengkaji secara serius tentang ayat-ayat yang terkait dengan tema
tersebut.17
6.2. Obyek Penelitian
Sumber data dalam penelitian yang akan dijadikan obyek
penelitian ini dibagi menjadi dua bagian:

16
Abdul Mustaqim, 2017, Metode Penelitian dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta), hlm. 51.
17
Ibid, hlm. 63.
a. Sumber data primer adalah data yang diambil dari kitab Tafsir
asy-Sya’rawi tentang pendapat mufassir berkenaan dengan ayat-
ayat tentang pencarian rezeki dalam Tafsir asy-Sya’rawi.
b. Sumber data sekunder adalah bahan rujukan kepustakaan yang
menjadi pendukung dalam penelitian ini, baik berupa hadits,
artikel, jurnal, buku sejarah, yang dapat melengkapi data primer
di atas. Di antara literaturr-literatur tersebut adalah tulisan-tulisan
yang membahas tentang pencarian rezeki.
Selain dari pada itu, penulis juga akan mengambil data dari
tafsir yang lain yang sekiranya menurut penulis bisa untuk
mendukung atau menambah data dalam penelitian ini.
6.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengumpulan data dokumentasi. Teknik pengumpulan data
dokumentasi adalah metode pengumpulan data kualitatif sejumlah
data tersimpan dalam bahan yang berbentuk surat, catatan, arsip,
jurnal, dan sebagainya. Pengumpulan data penelitian ini didapatkan
dari sumber-sumber yang berkaitan dengan obyek penelitian, yaitu
kitab Tafsir Asy-Sya’rawi dan buku-buku tentang pencarian rezeki,
diantaranya Tilka Hiya al-Arzaq karya Syaikh Muhammad Mutawalli
Asy-Sya’rawi, al-Mu’jam al-Maudhu’i Li Ayati al-Qur’an al-Karim
karya Shubhi Abd ar-Ra’uf Ashar, Mu’jam al-A’lam wa al-
Maudhu’at Fi al-Qur’an al-Karim karya DR. Abdul ash-Shabur
Marzuq, dan kitab-kitab ilmu al-Qur’an dan tafsir sebagai pendukung
yang berkaitan.
6.4. Teknik Analisis Data
Salah satu model penelitian di era kontemporer adalah penelitian
Maudhu’i Tahlili (Tematik Analisis). Penulis berusaha menggunakan
dua metode ini agar pembahasannya dapat dipahami dengan baik.
Berikut pemaparan metode dan langkah yang akan dilakukan.
Pertama: Dalam kitab Mabahits fi at-Tafsir al-Maudhu’i karya
DR. Musthafa Muslim, beliau menjelaskan bahwa metode maudhu’i
adalah metode yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang terhimpun
dalam satu tema dengan memperhatikan urutan tertib turunnya ayat
tersebut, sebab turun, korelasi ayat lalu menganalisa secara
menyeluruh.18
Peneliti akan menggunakan langkah-langkah yang diambil dari
kitab Mabahits fi at-Tafsir al-Maudhu’i karya DR. Musthafa
Muslim19, diantaranya sebagai berikut:
1. Menentukan tema, yakni semua ayat pencarian rezeki dalam al-
Qur’an.
2. Mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat makna
pencarian rezeki. Dalam hal ini, penulis merujuk pada al-Mu’jam
al-Maudhu’i Li Ayati al-Qur’an al-Karim karya Shubhi Abd ar-
Ra’uf Ashar
3. Memaparkan penafsiran syaikh asy-Sya’rawi terhadap ayat-ayat
tersebut.
4. Menganalisa ayat-ayat tersebut dan mengelompokkannya sesuai
makna tafsirannya.
5. Menyimpulkan analisis data terkait pencarian rezeki dalam kitab
Tafsir asy-Sya’rawi.
Kedua: Metode tahlili, setelah memaparkan penjelasan dengan
metode maudhu’i, selanjutnya penulis akan menggunakan metode
tahlili. Yang dimaksud metode tahlili adalah menjelaskan ayat secara
mendalam sesuai dengan urutan surat dalam al-Qur’an, menjelaskan
makna kalimat, sebab turunnya ayat, jika ada,20 meliputi tema
pencarian rezeki di dalam al-Qur’an yang disebutkan sebanyak 15
kali.
18
Musthafa Muslim, 2000, Mabahits fi at-Tafsir al-Maudhu’i, (Damaskus: Dar al-Qolam),
cet-3, hlm. 16.
19
Ibid, hlm. 23.
20
Abdul Aziz Syali, 2014, At-Tafsir At-Tahlili,(Al-Jaza’ir: Universitas Emir Abdul Qadir
Jurusan Ushuluddin), hlm.10.
Adapun metode tahlili yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah mengupas makna pencarian rezeki dalam masing-masing ayat
yang ada dalam al-Qur’an secara mendalam. Sehingga dapat diketahui
penafsiran ayat-ayat pencarian rezeki dalam Tafsir asy-Sya’rawi.
Langkah ini merujuk pada kitab-kitab tafsir yang telah ditentukan
sebagai sumber pendukung/sekunder.
7. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab. Bab pertama yaitu
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Pada bab kedua menjelaskan biografi Muhammad Mutawalli Asy-
Sya’rawi dan gambaran umum sejarah Tafsir asy-Sya’rawi. Baik itu seputar
riwayat hidup maupun karya-karyanya. Obyek kajian meliputi Muhammad
Mutawalli Asy-Sya’rawi, ayat-ayat tentang pencarian rezeki dalam al-Qur’an
serta hal-hal yang berkaitan dengan kitab Tafsir asy-Sya’rawi.
Bab ketiga menjelaskan Temuan Data, Penafsiran Asy-Sya’rawi tentang
ayat-ayat pencarian rezeki dalam Tafsir asy-Sya’rawi, serta hasil dari kajian
umum yang didapat dari sumber-sumber sekunder.
Bab keempat menjelaskan Analisa Asy-Sya’rawi terhadap penafsiran
ayat-ayat pencarian rezeki, kemudian Pendapat Asy-Sya’rawi terhadap
pencarian rezeki berdasarkan implementasinya di kehidupan sehari-hari.
Bab kelima diisi dengan Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauzi, Ibnu, 2016, Shaidul Khatir; Cara Manusia Cerdas Menang dalam
Hidup diterjemahkan oleh Samson Rahman, cet-7, Jakarta: Maghfirah
Pustaka.

Al-Maqdisy, Ibnu Qudamah, 2017, Minhajul Qashidin diterjemahkan oleh Kathur


Suhardi, cet-22, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Hatta, DR. Ahmad. Dkk., 2017, Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim; Petunjuk
Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya dari Lahir sampai Mati Berdasarkan al-
Qur’an dan Sunnah, cet-7, Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Hidayat, Adi, 2019, Manusia Paripurna; Pesan, Kesan dan Bimbingan Al-
Qur’an, cet-1, Bekasi: Institut Quantum Akhyar.

Idris, Muhammad, 2020, The Contribution of al-Sya’rawi to the Development,


Padang: UIN Imam Bonjol.

Muslim, Musthafa, 2000, Mabahits fi at-Tafsir al-Maudhu’i, cet-3, Damaskus:


Dar al-Qolam.

Mustaqim, Abdul, 2017, Metode Penelitian dan Tafsir, Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta.

Syali, Abdul Aziz, 2014, At-Tafsir At-Tahlili, Al-Jaza’ir: Universitas Emir Abdul
Qadir Jurusan Ushuluddin.

Anda mungkin juga menyukai