Anda di halaman 1dari 12

Just One Day One Hadith

Edisi ke-0051, Ahad, 22 Dzulqaidah 1436 H, 6 September 2015



Hadits ke-51 Jujur Menghantarkan kepada Kebaikan

Rasulullah bersabda:





Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan kapada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan kepada
surga, dan (hendaknya) seseorang senantiasa berlaku jujur hingga ia ditetapkan sebagai orang yang
selalu jujur disisi Allah.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim, Lihat Shahiihul Jaami no. 1665).

Di dalam hadits ini terdapat perintah kepada kita untuk senantiasa berbuat ash shidq. Ash shidq artinya
sesuainya berita yang disampaikan dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai contoh, misalnya sekarang
hari Ahad, lalu Anda ditanya hari apa ini? Kalau Anda menjawab hari Ahad berarti anda telah berucap
dengan shidq (jujur) karena memang sesuai dengan kenyataan. Tapi bila Anda jawab hari Senin, maka
ini disebut dusta.

Di banyak ayat, Allah subhanahu wataala mengabarkan kepada kita keutamaan Ash shidq. Allah
berfirman,



Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama-
sama dengan para shiddiqin (orang-orang yang jujur perilakunya). (At Taubah: 119)
Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk mereka
sendiri. (Muhammad: 21)




Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang
bertaqwa. (Az Zumar: 33)

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.27, Dhuha 06.07, Zuhur 11.45, Asar 15.03, Maghrib 17.46, Isya 18.55
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0052, Senin, 23 Dzulqaidah 1436 H, 7 September 2015



Hadits ke-52 Bangunan Islam

Rasulullah bersabda:




Islam dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang haq kecuali Allah, dan
bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasul utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami no. 2840).

Imam an-Nawawi berkata: Sabda Nabi saw,


.

"Islam dibangun berdasarkan lima perkara."

Yakni, siapa yang mengerjakan kelima rukun ini maka telah sempurna keislamannya. Sebagaimana
halnya rumah menjadi sempurna dengan pilar-pilarnya, demikian pula Islam menjadi sempurna dengan
rukun-rukunnya, yaitu lima perkara. Ini bangunan maknawi yang diserupakan dengan suatu yang kasat
mata. Segi keserupaannya bahwa bangunan yang kasat mata bila hancur sebagian rukun-rukunnya,
maka bangunan tersebut tidak sempurna. Demikian pula bangunan maknawi. Karena itu, Nabi saw
bersabda,


.
"Shalat itu tiang agama. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka ia telah menghancurkan agama."
(Didhaifkan al-Albani dalam Dhaif al-Jami', no. 3566)

Demikian pula yang lainnya

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.27, Dhuha 06.07, Zuhur 11.45, Asar 15.03, Maghrib 17.46, Isya 18.55
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0053, Selasa, 24 Dzulqaidah 1436 H, 8 September 2015



Hadits ke-53 Panjang Umur

Rasulullah bersabda:



Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya lagi baik amalnya.
(Hadits Shahih, Riwayat at-Tirmidzi dan Ahmad. Lihat Shahiihul jaami no. 3296).

Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan mungkin kembali.
Setiap hari dari waktu kita berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang
akan ditanya tentangnya. Nabi n bersabda:
:




Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal:
tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang
hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang
ia ketahui (ilmu). (HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Masud z. Lihat Ash-Shahihah, no. 946)

Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan: Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat
maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar. Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu
kalau umurnya akan panjang? Kalau seandainya dia ditakdirkan panjang, apa ada jaminan dia akan
sadar? Atau justru akan bertambah kesesatannya?! Allah SWT berfirman:
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.27, Dhuha 06.07, Zuhur 11.45, Asar 15.03, Maghrib 17.46, Isya 18.55
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0054, Rabu, 25 Dzulqaidah 1436 H, 9 September 2015



Hadits ke-54 Pendusta

Rasulullah bersabda:



Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai seorang pendusta ketika ia berbicara dari setiap apa yang ia
dengar.
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim. Lihat Shahiihul jaami no. 4482).

Makna hadits dan atsar yg ada dalam bab ini adalah peringatan agar tidak menyampaikan apa saja yang
didengarnya. Karena biasanya berita itu ada yang benar dan ada yang dusta. Maka apabila ia
membicarakan semua yang didengarnya maka sungguh dia telah dusta karena menyampaikan apa yang
sebenarnya tidak ada.

Imam Malik semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,


Ketahuilah, sesungguhnya seseorang tidak akan selamat jika dia menceritakan setiap yang
didengarnya, dan dia tidak layak menjadi seorang imam (yang menjadi ikutan), sedangkan dia selalu
menceritakan setiap yang didengarnya.

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.27, Dhuha 06.07, Zuhur 11.45, Asar 15.03, Maghrib 17.46, Isya 18.55
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0055, Kamis, 26 Dzulqaidah 1436 H, 10 September 2015



Hadits ke-55 Menutupi Aib Saudaranya

Rasulullah bersabda:

Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami no. 6287).

Allah Subhanahu wa Taala senang untuk menutupi kesalahan hamba-hambaNya, dan Dia menganjurkan
agar para hamba-Nya juga melakukannya di antara sesama mereka. Untuk itu Allah Taala telah
menyediakan bagi mereka pahala yang sesuai dengan amalan baik mereka, yaitu Allah Taala akan
menyembunyikan aib dan mengampuni dosa mereka pada hari kiamat karena mereka telah
menyembunyikan aib saudaranya di dunia. Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata, Tentang ditutupnya
aib si hamba pada hari kiamat, maka ada dua kemungkinan makna:
Pertama: Allah akan menutupi kemaksiatan dan aibnya dengan cara tidak mengumumkannya kepada
manusia di padang mahsyar.
Kedua: Allah Taala tidak akan menghisab aibnya dan tidak akan menyebut aibnya tersebut. (Lihat Al-
Minhaj Syarh Shahih Muslim: 16/360)

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.27, Dhuha 06.07, Zuhur 11.45, Asar 15.03, Maghrib 17.46, Isya 18.55
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0056, Jumat, 27 Dzulqaidah 1436 H, 11 September 2015



Hadits ke-56 Keutamaan Subhaanallaah al-'Adziim
Wabihamdihi

Rasulullah bersabda:




Barang siapa yang membaca Dzikir subhaanallahil adziimi wa bihamdihi akan ditanamkan untuknya
sebuah pohon kurma di surga.
(Hadits Shahih, Riwayat at-Tirmidzi. Lihat Shahiihul jaami no. 6429).

Menyebut nama Allah adalah nikmat yang besar dan karunia yang agung. Berdzikir kepada-Nya
membuat hati tenang dan jiwa tentram. Ruh juga akan hidup dan sehat dengannya. Sehingga, dalam
kehidupannya yang diwarnai suka & duka, peluang & tantangan, seorang hamba sangat butuh kepada
dzikrullah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam permisalan antara hati orang yang berdzikir dan tidak berdzikir,
Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang
mati. (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya, dari hadits Abu Musa al-Asyari Radhiyallahu 'Anhu)
Dzikir mengundang cinta Allah dan keridhaan-Nya. Dzikir juga menjadi sarana penghapus kesalahan dan
dosa. Selain itu, dzikir bisa menjadi sebab berlipatnya pahala dan memperberat timbangan kebaikan.
Kalimat pendek dan ringan diucapkan lisan. Namun bisa menghasilkan sesuatu yang sangat istimewa di
kehidupan akhirat kita. Dari satu kalimatnya ditanamkan satu pohon kurma di surga. Bagi perindu surga
tidak boleh meremehkannya. Setiap kebaikan yang mampu dan berkesempatan mengamalkannya agar
ia kerjakan, walaupun dalam bentuk kebaikan yang sangat kecil dan ringan. Karena terkadang,
seseorang dirahmati dan dimasukkan surga karena sebab amal-amal ringannya. Surga lebih dekat
kepada salah seorang kalian daripada tali sandalnya, bunyi hadits riwayat al-Bukhari.

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.25, Dhuha 06.04, Zuhur 11.43, Asar 15.00, Maghrib 17.45, Isya 18.54
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0057, Sabtu, 28 Dzulqaidah 1436 H, 12 September 2015



Hadits ke-57 Mencintai Saudara Seiman Termasuk
Kesempurnaan Iman

Rasulullah bersabda:



Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai bagi saudaranya ebagaimana
ia mencintai untuk dirinya sendiri.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim, Lihat Shahiihul jaami no. 7583).

Diantara implikasi dari tercapainya keimanan melalui sifat mencintai saudara se-iman seperti tersebut
diatas adalah bahwa sifat tersebut dapat membawa pemiliknya masuk surga. Hal ini dipertegas dalam
hadits-hadits lain, diantaranya: hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Yazid bin Asad la-Qasri,
dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "apakah kamu menginginkan
surga?, aku berkata: Ya, lalu beliau bersabda: "oleh karena itu, cintailah saudaramu sebagaimana
engkau mencintai dirimu sendiri" . Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari 'Abdullah
bin 'Amru bin al-'Ash dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "barangsiapa yang ingin
agar dirinya dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga, maka hendaklah saat dia menemui
ajalnya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan dia memberikan kepada manusia
sesuatu yang dia suka hal itu diberikan kepadanya".

Hal ini juga diterapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abu Dzar al-Ghifari, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "wahai Abu
Dzar! Sesungguhnya aku melihatmu seorang yang lemah, dan aku mencintaimu sebagaimana aku
mencintai diriku sendiri; janganlah engkau menjadi amir (pemimpin) atas dua orang, dan janganlah pula
engkau menjadi wali atas harta anak yatim". Mengomentari hadits ini, Mushannif mengatakan bahwa
beliau Shallallahu 'alaihi wasallam melarang Abu Dzar untuk melakukan hal tersebut lantaran beliau
memandang bahwa dia (Abu Dzar) merupakan sosok yang lemah dalam hal itu (memimpin/leadership),
sedangkan beliau mencintai setiap orang yang lemah, termasuk Abu Dzar sendiri. Adapun kenapa beliau
dapat menjalankan tugas mengatur urusan orang banyak, hal itu karena Allah telah memberikan
kekuatan kepada beliau untuk melakukannya, dan memerintahkan kepada beliau untuk mengajak
seluruh makhluk agar loyal terhadapnya serta mengembankan tugas kepada beliau untuk mengarahkan
urusan agama dan dunia mereka.
Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC
Imsakiyah Subuh 04.25, Dhuha 06.04, Zuhur 11.43, Asar 15.00, Maghrib 17.45, Isya 18.54
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0058, Ahad, 29 Dzulqaidah 1436 H, 13 September 2015



Hadits ke-58 DOa Mohon Perlinungan

Rasulullah bersabda:


Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, amal yang tidak
diangkat (ke langit) dan doa yang tidak didengar.
(Hadits Shahih, Riwayat Ahmad. Lihat Shahiihul jaami no. 1295).

Penjelasan hadits:
Dalam hadis ini Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- mengajari kita suatu doa perlindungan kepada Allah dari 3
hal :
Yang pertama adalah ilmu yang tidak bermanfaat, yaitu ilmu yang secara syariat tidak boleh dipelajari, seperti ilmu
perdukunan atau ilmu batil lainnya yang dapat menimbulkan madharrat jika mempelajarinya, atau ilmu yang tidak
dibarengi dengan pengamalan, seperti seseorang yang belajar ilmu agama namun tidak dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari serta tidak membuatnya lebih berakhlaq baik.

Begitu pula belajar ilmu syari namun semata-mata hanya untuk mencari keuntungan duniawi belaka, maka yang
seperti ini diancam oleh Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- dalam haditsnya :
Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang sepatutnya hanya ditujukan untuk mengharap wajah Allah namun ia tidak
mempelajarinya melainkan hanya untuk mendapatkan kepentingan duniawi, niscaya ia tidak akan mencium bau
surga di hari kiamat nanti.
Dan dalam hadis ini Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- mendahulukan penyebutan ilmu sebelum penyebutan
amal, karena amalan tanpa ilmu adalah kesesatan.
Hal yang kedua yaitu : Amal yang tidak diangkat ke langit, maksudnya amalan tersebut tidak diterima oleh Allah
karena kurangnya keikhlasan serta terkontaminasi dengan Riya atau niat yang keliru, begitu amalan tidak diterima
apabila tata caranya tidak mengikuti tuntunan Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- , karena syarat diterimanya
malah adalah harus ikhlas hanya karena Allah serta mutabaah yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.
Hal yang ketiga yang kita berlindung darinya adalah : doa yang tidak didengar, yakni doa yang dipanjatkan hamba
tidak dikabulkan oleh Allah subahanahu wa taala. Bisa jadi doa yang kita panjatkan tidak dikabulkan disebabkan
kurangnya kita dalam menjaga adab-adab syari dalam berdoa, atau karena adanya penghalang lain yang membuat
doa kita tertolak seperti makanan yang haram ataupun amalan maksiat yang kita lakukan.

3 hal inilah yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ajari kita berlindung darinya, karena apabila ilmu tidak bermanfaat
maka akan menjadi malapetaka bagi pemiliknya, begitu pula amalan jika tidak diterima maka Itu tanda bahwa orang
mengamalkannya tertolak dan dimurkai oleh Allah, sedangkan doa apabila tertolak maka itu menandakan adanya
penyakit pada orang yang berdoa tersebut.
Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC
Imsakiyah Subuh 04.25, Dhuha 06.04, Zuhur 11.43, Asar 15.00, Maghrib 17.45, Isya 18.54
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0059, Senin, 1 Dzulhijjah 1436 H, 14 September 2015



Hadits ke-59 Saksi

Rasulullah bersabda:






Kalian (manusia) adalah para saksi Allah di dunia, dan malaikat adalah para saksi Allah di langit.
(Hadits Shahih, Riwayat Ahmad dan ath-Thabrani dalam al-mujam al-kabir. Lihat Shahiihul jaami no.
1490).

Penjelasan Hadits
Hadits ini semakna dengan hadits berikut
Anas bin Malik menceritakan,
Lewat sebuah jenazah (di hadapan para sahabat) kemudian dipuji (oleh mereka), lalu Nabi SAW
bersabda, telah tetap, telah tetap, telah tetap. Kemudian lewat lagi sebuah jenazah dan dipersaksikan
dengan kejelekan (oleh para sahabat), lalu Nabi SAW bersabda, telah tetap, telah tetap, telah tetap.
Maka Umar berkata, Ayah dan ibuku sebagai tebusan bagimu wahai Rasulullah, mengapa sebuah
jenazah lewat dan dipuji lalu engkau katakan telah tetap, telah tetap. telah tetap. Kemudian lewat lagi
yang lainnya dan dicela lalu engkau katakan telah tetap, telah tetap. telah tetap?
Maka Rasulullah SAW bersabda,
Barangsiapa yang kalian persaksikan dirinya dengan kebaikan, maka telah tetap baginya surga. Dan
barangsiapa yang kalian persaksikan dirinya kejelekan, maka telah tetap baginya neraka. Kalian adalah
para saksi Allah di bumi, kalian adalah para saksi Allah di bumi, kalian adalah para saksi Allah di bumi.'
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa persaksian manusia terhadap seseorang tentang baik atau
jeleknya, maka itu merupakan sebuah tanda yang bisa menentukan tempatnya kelak di akhirat. Karena,
disebutkan di dalam hadits bahwa mereka adalah saksi Allah dan persaksian mereka itu diterima oleh
Allah SWT.

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.25, Dhuha 06.04, Zuhur 11.43, Asar 15.00, Maghrib 17.45, Isya 18.54
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0060, Selasa, 2 Dzulhijjah 1436 H, 15 September 2015



Hadits ke-60 Ummatku akan Masuk Surga Kecuali yang Enggan

Rasulullah bersabda:



Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan, siapa yang menaatiku maka ia masuk surga
dan siapa yg memashiatiku maka ia lah orang yang enggan.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori. Lihat Shahiihul jaami no. 4513).

Maknanya, setiap umat beliau kita termasuk di dalamnya- yang menaati beliau dan mengikuti jalan
hidupnya pasti akan masuk surga. Sedangkan siapa yang tidak mau mengikuti beliau sungguh ia orang
yang enggan masuk surga. Hal ini karena surga ada jalannya dan memiliki sebab-sebab yang harus
diusahakan. Siapa yang menempuh jalannya dan mengusahakan sebabnya maka ia akan sampai
kepada surga. Jalan dan sebab tersebut adalah mengikuti jalan hidup Nabi dan menaati beliau.

Orang yang mengikuti Rasulullah adalah orang yang mentauhidkan Allah, istiqamah di atas syariat
yang beliau bawa, mendirikan shalat, menunaikan zakat, bepuasa Ramadhan, birrul walidain, menjauhi
larangan-larangan Allah berupa zina, minum minuman memabukkan, dan selainnya; maka orang seperti
ini akan masuk surga. Kenapa, karena ia telah mengikuti Rasulullah . Adapun orang yang tidak
bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada
ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surga. Artinya, orang ini telah
enggan masuk surga dengan amal-amal buruknya. Inilah makna hadits yang dijelaskan Syaikh Ibnu Bazz
rahimahullah.

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.25, Dhuha 06.04, Zuhur 11.43, Asar 15.00, Maghrib 17.45, Isya 18.54
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0061, Rabu, 3 Dzulhijjah 1436 H, 16 September 2015



Hadits ke-61 Orang yang Dikehendaki Kebaikan oleh Allah

Rasulullah bersabda:


Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan baginya agama ini.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami no. 6611).

Di antara manusia, ada yang Allah Subhanahu wa Taala ketahui kebaikan di hatinya maka Allah berikan
taufik kepadanya, dan di antara mereka ada yang Allah ketahui Keburukankan di hatinya maka Allah
menghinakan dan merendahkannya.

Orang yang Allah Subhanahuwataala ketahui kebaikan di hatinya bererti Allah menginginkan kebaikan
untuknya, dan bila Allah Subhanahuwataala menghendaki kebaikan baginya, Allah faqihkan dia dalam
agama-Nya dan Allah berikan padanya ilmu tentang syariat-Nya yang tidak diberikan kepada seorang
pun dari manusia.

Hal ini menunjukkan sepantasnya manusia itu bersemangat dengan semangat yang tinggi dan
bersungguh-sungguh untuk memahami/ mempelajari agama Allah, dikeranakan Allah Subhanahu wa
Taala apabila menghendaki terhadap sesuatu, Allah akan mempersiapkan sebab-sebab untuk
mendapatkannya.

Dan di antara sebab seorang itu faqih dalam agama adalah dengan mempelajarinya dan bersungguh-
sungguh untuk mencapai martabat yang mulia ini.

Kefaqihan dalam agama tidak sebatas hanya kepada pengilmuan saja tapi juga diiringi dengan
pengamalan. Kerana itu bila seseorang mengetahui sesuatu dari syariat Allah akan tetapi ia tidak
mengamalkannya maka dia bukanlah orang yang faqih, sampaipun seandainya ia menghafal kitab yang
paling besar dalam ilmu fiqih (dan kitab-kitab lain dari cabang ilmu yang lain) dan memahaminya akan
tetapi ia tidak mengamalkannya maka orang seperti ini tidaklah dinamakan faqih tapi dia hanya disebut
qari (pembaca). Dengan demikian orang yang faqih adalah orang yang beramal dengan apa yang
diilmuinya. Ia berilmu terlebih dahulu kemudian diikutkannya dengan amalannya. (Syarhu Riyadhish
Shalihin, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, 3/497-498)

Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC


Imsakiyah Subuh 04.22, Dhuha 06.02, Zuhur 11.42, Asar 14.57, Maghrib 17.44, Isya 18.53
Just One Day One Hadith
Edisi ke-0062, Kamis, 4 Dzulhijjah 1436 H, 17 September 2015



Hadits ke-62 Orang yang Kuat

Rasulullah bersabda:






Bukanlah orang yang kuat itu yang menang dalam gulat, sesungguhnya orang yang kuat itu yang
mampu menahan amarahnya.
(Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami no. 5375).

Dalam riwayat lain, disebutkan hadits dari Ibnu Masud Radliyallahu anhu Rasulullah bersabda :


Siapa yang dikatakan paling kuat diantara kalian ? Shahabat menjawab : yaitu diantara kami yang paling
kuat gulatnya. Beliau bersabda : Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan
nafsunya ketika marah. (HR. Muslim)
Al-Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al-Jubai , bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
bersabda :


*
Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah
menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang
mereka mau. (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
Al-Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar , bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
bersabda :


Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah Subhanahu wa Taala, dari meneguk
kemarahan karena mengharap wajah Allah Subhanahu wa Taala. (Hadits shohih riwayat Ahmad)
Al-Imam Abu Dawud rahimahullah mengeluarkan hadits secara makna dari sahabat Nabi, bahwa
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :


Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Subhanahu wa Taala kecuali Allah
Subhanahu wa Taala akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan. (HR. Abu Dawud dengan
sanad Hasan)
Sumber : JODOH tulisan Ustadz Arif Fathul Ulum, LC
Imsakiyah Subuh 04.22, Dhuha 06.02, Zuhur 11.42, Asar 14.57, Maghrib 17.44, Isya 18.53

Anda mungkin juga menyukai