Anda di halaman 1dari 7

Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.

com

Tebarkanlah Salam
Alhamdulillah wash sholaatu was salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

An Nawawi menyebutkan dalam Shohih Muslim Bab ‘Di antara kewajiban seorang muslim adalah menjawab
salam’. Lalu dibawakanlah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, 1

‫ لِي ًَ َِا َُّ٘ٓ يَا َزظُىيَ اٌٍَِّٗ لَايَ « ِإذَا ٌَمِيحَُٗ فَعٍَُِِّ عٍََيِِٗ وَِإذَا دَعَانَ فَأَجِبُِٗ وَِإذَا‬.» ٌّ‫« حَكُّ اٌُّْعٍُِِِ عًٍََ اٌُّْعٍُِِِ ظِث‬
.» ُِٗ‫اظِحَِٕصَحَهَ فَأِصَحِ ٌَُٗ وَِإذَا عَطَطَ فَحَِّدَ اٌٍََّٗ فَعَِّّحُِٗ وَِإذَا َِ ِسضَ فَعُدُِٖ وَِإذَا َِاتَ فَاجَّبِع‬

“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas
beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2)
Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat
padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan
mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia,
iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim no. 2162)

Apakah hak-hak yang disebutkan di sini adalah wajib?

Ash Shon’ani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa inilah hak muslim pada muslim lainnya. Yang
dimaksud dengan hak di sini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan. Hak-hak di sini ada yang
hukumnya wajib dan ada yang sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat ditekankan) yang sunnah ini sangat
mirip dengan wajib.” (Subulus Salam, 7/7)

Hukum Memulai Mengucapkan dan Membalas Salam

Jika kita melihat dari hadits di atas, akan terlihat perintah untuk memulai mengucapkan salam ketika bertemu
saudara muslim kita yang lain. Namun sebagaimana dinukil dari Ibnu ‘Abdil Barr dan selainnya, mereka
mengatakan bahwa hukum memulai mengucapkan salam adalah sunnah, sedangkan hukum membalas
salam adalah wajib. (Subulus Salam, 7/7)

Ucapkanlah Salam Kepada Orang yang Engkau Kenali dan Tidak Engkau Kenali

Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya Bab ‘Mengucapkan salam kepada orang yang dikenal maupun
tidak dikenal’. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.com

» ِ‫ وَعًٍََ َِِٓ ٌَُِ جَ ِعسِف‬، َ‫ وَجَ ْمسَأُ اٌعَّالَ َ عًٍََ َِِٓ َعسَ ْفث‬، َ ‫َي ا ِإلظِالََِ خَِيسٌ لَايَ « جُطْعُُِ اٌطَّعَا‬
ُّ ‫أ‬

“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan
(kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang
tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari no. 6236)

Bahkan mengucapkan salam kepada orang yang dikenal saja, tidak mau mengucapkan salam kepada orang
yang tidak dikenal merupakan tanda hari kiamat. 2

Bukhari mengeluarkan sebuah hadits dalam Adabul Mufrod dengan sanad yang shohih dari Ibnu Mas’ud. Ibnu
Mas’ud mengatakan bahwa dia melewati seseorang, lalu orang tersebut mengucapkan, “Assalamu ‘alaika,
wahai Abu ‘Abdir Rahman.” Kemudian Ibnu Mas’ud membalas salam tadi, lalu dia berkata,

ِ‫إَُِّٔٗ ظَيَأْجِي عًٍََ إٌَّاض شََِاْ َيىُىْ اٌعٍََّاَ فِيِٗ ٌٍَِّْ ِعسِفَة‬

“Nanti akan datang suatu masa, pada masa tersebut seseorang hanya akan mengucapkan salam pada orang
yang dia kenali saja.”

Begitu juga dikeluarkan oleh Ath Thohawiy, Ath Thobroniy, Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab dengan bentuk yang
lain dari Ibnu Mas’ud . Hadits ini sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (baca: hadits marfu’). Lafazh
hadits tersebut adalah:

ُٗ‫ وَأَْْ ٌَا يُعٍَُِّ إٌَِّا عًٍََ َِِٓ يَ ِعسِف‬، ِٗ‫ِِٓ َأ ِشسَاط اٌعَّاعَة أَْْ يَ ُّ ّس اٌسَّجًُ بِاٌَّْعِجِدِ ٌَا يُصٍَِّي فِي‬

“Di antara tanda-tanda (dekatnya) hari kiamat adalah seseorang melewati masjid yang tidak pernah dia shalat di
sana, lalu dia hanya mengucapkan salam kepada orang yang dia kenali saja.” (Lihat Fathul Bari, 17/458)

Ibnu Hajar mengatakan, “Mengucapkan salam kepada orang yang tidak kenal merupakan tanda ikhlash dalam
beramal kepada Allah Ta’ala, tanda tawadhu’ (rendah diri) dan menyebarkan salam merupakan syi’ar dari
umat ini.” (Lihat Fathul Bari, 17/459)

Dan tidak tepat berdalil dengan hadits di atas untuk memulai mengucapkan salam pada orang kafir karena
memulai salam hanya disyari’atkan bagi sesama muslim. Jika kita tahu bahwa orang tersebut muslim, maka
hendaklah kita mengucapkan salam padanya. Atau mungkin dalam rangka hati-hati, kita juga tidak terlarang
memulai mengucapkan salam padanya sampai kita mengetahui bahwa dia itu kafir. (Lihat Fathul Bari, 17/459)

Mengucapkan Salam dapat Mencapai Kesempurnaan Iman


Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.com

Dari ‘Amar bin Yasir, beliau mengatakan,

ِ‫ق ِ َٓ اإلِلْحَاز‬
ُ ‫ وَاإلِِٔفَا‬، ٌَُِ‫ وَبَرْيُ اٌعَّالََِ ٌٍِْعَا‬، َ‫ف ِِٓ َٔفْعِه‬
ُ ‫خ َِِٓ جََّعَهَُّٓ فَمَدِ جََّ َع ا ِإلميَا َْ اإلِِٔصَا‬
ٌ َ‫َثال‬

“Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya: [1] bersikap adil
pada diri sendiri, [2] mengucapkan salam pada setiap orang, dan [3] berinfak ketika kondisi pas-pasan. ”
(Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq yaitu tanpa sanad. Syaikh Al Albani dalam Al Iman mengatakan
bahwa hadits ini shohih) 3

Ibnu Hajar mengatakan, “Memulai mengucapkan salam menunjukkan akhlaq yang mulia, tawadhu’ (rendah
diri), tidak merendahkan orang lain, juga akan timbul kesatuan dan rasa cinta sesama muslim.” (Fathul Bari,
1/46)

Saling Mengucapkan Salam akan Menimbulkan Rasa Cinta

Mengucapkan salam merupakan sebab terwujudnya kesatuan hati dan rasa cinta di antara sesama muslim
sebagaimana kenyataan yang kita temukan (Huquq Da’at Ilaihal Fithroh, 46). Dalil yang menunjukkan hal ini
adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ُُِ‫ أَوَالَ َأدٌُُّىُُِ عًٍََ َشًِءٍ ِإذَا فَعٍَْحُُّىُٖ جَحَابَبِحُُِ أَفْشُىا اٌعَّالَ َ بَيَِٕى‬.‫الَ جَدِخٍُُىَْ اٌْجََّٕةَ حَحًَّ جُؤِ ُِٕىا وَالَ جُؤِ ُِٕىا حَحًَّ جَحَابُّىا‬

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling
mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling
mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

Siapa yang Seharusnya Mendahului Salam?

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ‫ وَاٌْمٍَِيًُ عًٍََ اٌْىَثِري‬، ِ‫ وَاٌَّْاشًِ عًٍََ اٌْمَاعِد‬، ًِ‫يُعٍَِّ ُُ اٌسَّا ِوبُ عًٍََ اٌَّْاش‬

“Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam pada orang yang berjalan. Orang yang berjalan memberi
salam kepada orang yang duduk. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.”
(HR. Bukhari no. 6233 dan Muslim no 2160)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ‫ وَاٌْمٍَِيًُ عًٍََ اٌْىَثِري‬، ِ‫ وَاٌَّْازُّ عًٍََ اٌْمَاعِد‬، ِ‫يُعٍَُُِّ اٌصَّغِريُ عًٍََ اٌْىَبِري‬
Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.com

“Yang muda hendaklah memberi salam pada yang tua. Yang berjalan (lewat) hendaklah memberi salam kepada
orang yang duduk. Yang sedikit hendaklah memberi salam pada orang yang lebih banyak.” (HR. Bukhari no.
6231)

Ibnu Baththol mengatakan, “Dari Al Muhallab, disyari’atkannya orang yang muda mengucapkan salam pada
yang tua karena kedudukan orang yang lebih tua yang lebih tinggi. Orang yang muda ini diperintahkan untuk
menghormati dan tawadhu’ di hadapan orang yang lebih tua.” (Subulus Salam, 7/31)

Jika orang yang bertemu sama-sama memiliki sifat yang sama yaitu sama-sama muda, sama-sama berjalan, 4
atau sama-sama berkendaraan dengan kendaraan yang jenisnya sama, maka di antara kedua pihak tersebut
sama-sama diperintahkan untuk memulai mengucapkan salam. Yang mulai mengucapkan salam, itulah yang
lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ًَُ‫اٌَّْاشِيَاِْ ِإذَا اجِحََّعَا فَأَيُّهَُّا بَدَأَ بِاٌعَّالََِ فَهُىَ أَفْض‬

“Dua orang yang berjalan, jika keduanya bertemu, maka yang lebih dulu memulai mengucapkan salam itulah
yang lebih utama.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Al Baihaqi dalam Sunannya. Syaikh
Al Albani dalam Shohih Adabil Mufrod mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Namun jika orang yang seharusnya mengucapkan salam pertama kali tidak memulai mengucapkan salam,
maka yang lain hendaklah memulai mengucapkan salam agar salam tersebut tidak ditinggalkan. Jadi ketika
ini, hendaklah yang tua memberi salam pada yang muda, yang sedikit memberi salam pada yang banyak,
dengan tujuan agar pahala mengucapkan salam ini tetap ada. (Huquq Da’at Ilaihal Fithroh, 47)

Jika yang Diberi Salam adalah Jama’ah

Jika yang diberi salam adalah jama’ah (banyak orang), maka hukum menjawab salam adalah fardhu kifayah
jika yang lain telah menunaikannya. Jika jama’ah diberi salam, lalu hanya satu orang yang membalasnya,
maka yang lain gugur kewajibannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُُُِ٘‫جصِئُ عَِٓ اٌْجٍُُىضِ أَْْ َيسُدَّ أَحَد‬


ِ ُ‫جصِئُ عَِٓ اٌْجََّاعَةِ ِإذَا َِسُّوا أَْْ يُعٍََُِّ أَحَدُُُِ٘ وَي‬
ِ ُ‫ي‬

“Sudah cukup bagi jama’ah (sekelompok orang), jika mereka lewat, maka salah seorang dari mereka memberi
salam dan sudah cukup salah seorang dari sekelompok orang yang duduk membalas salam tersebut.” (HR. Abu
Daud no. 5210. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Dan sebagaimana dijelaskan oleh Ash
Shon’ani bahwa hukum jama’ah (orang yang jumlahnya banyak) untuk memulai salam adalah sunnah kifayah
Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.com

(jika satu sudah mengucapkan, maka yang lain gugur kewajibannya). Namun, jika suatu jama’ah diberi salam,
maka membalasnya dihukumi fardhu kifayah. (Subulus Salam, 7/8)

Balaslah Salam dengan Yang Lebih Baik atau Minimal dengan Yang Semisal

Allah Ta’ala berfirman,

‫وَِإذَا حُيِّيحُُِ بِحَحِيَّةٍ فَحَيُّىا بِأَحِعَ َٓ ِِٕهَا أَوِ زُدُّوَ٘ا‬


5
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS. An Nisa’: 86)

Bentuk membalas salam di sini boleh dengan yang semisal atau yang lebih baik, dan tidak boleh lebih rendah
dari ucapan salamnya tadi. Contohnya di sini adalah jika saudara kita memberi salam: Assalaamu ‘alaikum,
maka minimal kita jawab: Wa’laikumus salam. Atau lebih lengkap lagi dan ini lebih baik, kita jawab dengan:
Wa’alaikumus salam wa rahmatullah, atau kita tambahkan lagi: Wa’alaikumus salam wa rahmatullah wa
barokatuh. Begitu pula jika kita diberi salam: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah, maka minimal kita jawab:
Wa’alaikumus salam wa rahmatullahi, atau jika ingin melengkapi, kita ucapkan: Wa’alaikumus salam wa
rahmatullahi wa barokatuh. Ini di antara bentuknya.

Bentuk lainnya adalah jika kita diberi salam dengan suara yang jelas, maka hendaklah kita jawab dengan suara
yang jelas, dan tidak boleh dibalas hanya dengan lirih.

Begitu juga jika saudara kita memberi salam dengan tersenyum dan menghadapkan wajahnya pada kita,
maka hendaklah kita balas salam tersebut sambil tersenyum dan menghadapkan wajah padanya. Inilah di
antara bentuk membalas. Hendaklah kita membalas salam minimal sama dengan salam pertama tadi, begitu
juga dalam tata cara penyampaiannya. Namun, jika kita ingin lebih baik dan lebih mendapatkan keutamaan,
maka hendaklah kita membalas salam tersebut dengan yang lebih baik, sebagaimana yang kami contohkan di
atas. (Lihat penjelasan ini di Syarh Riyadhus Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin pada Bab ‘Al
Mubadaroh ilal Khiyarot)

Peringatan

Hendaklah jika kita memberi salam (terutama melalui sms, email, surat, beri comment), janganlah ucapan
salam tersebut kita ringkas menjadi: Ass. atau Ass.wr.wb. atau yang lainnya. Bentuk semacam ini bukanlah
salam. Salam seharusnya tidak disingkat. Seharusnya jika ingin mengirimkan pesan singkat, maka hendaklah
kita tulis: Assalamu’alaikum. Itu lebih baik daripada jika kita tulis: Ass., tulisan yang terakhir ini tidak ada
maknanya dan bukanlah salam. Salam adalah bentuk do’a yang sangat bagus dan baik, kenapa kita harus
menyingkat-nyingkat [?] Kenapa tidak kita tulis lengkap, bukankah itu lebih baik dan lebih utama [?]
Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.com

Janganlah kita dikepung dengan sikap malas ketika ingin berbuat baik, ubahlah sikap semacam ini dengan
menulis salam lebih lengkap.

Jika salam tersebut melalui tulisan, sms, email dan sebagainya, maka hendaklah kita yang membaca salam
tersebut, juga membalasnya dengan ditulis secara lengkap dan jangan disingkat-singkat.

Itulah peringatan dari kami. Kami ingatkan demikian karena salam adalah do’a yang sangat baik sekali. Para
ulama menjelaskan bahwa As Salam itu termasuk nama Allah. Sehingga jika kita mengucapkan
Assalamu’alaikum, maka ini berarti kita mendo’akan saudara kita agar dia selalu mendapat penjagaan dari
6
Allah Ta’ala. Ada juga sebagian ulama mengartikan bahwa As Salam dengan keselamatan. Sehingga jika kita
mengucapkan Assalamu’alaikum, maka ini berarti kita mendo’akan saudara kita agar dia mendapatkan
keselamatan dalam masalah agama ataupun dunianya. Jadi makna salam yang terakhir ini berarti kita
mendo’akan agar saudara kita mendapatkan keselamatan dari berbagai macam kerancuan dalam agama,
selamat dari syahwat yang menggelora, juga agar diberi kesehatan, terhindar dari berbagai macam penyakit,
dan bentuk keselamatan lainnya. Dengan demikian, salam adalah bentuk do’a yang sangat bagus sekali.

Oleh karena itu, hendaklah kita selalu menyebarkan syiar salam ini ketika bertemu saudara kita, ketika
berjalan, dan dalam setiap kondisi. Hendaklah pula kita mengucapkan salam kepada orang yang kita kenali
ataupun tidak. Dan dalam menulis sms atau email, hendaklah kita juga gemar menyebarkan syiar Islam yang
satu ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan yang satu ini dan semoga pelajaran yang kami
sampaikan ini adalah di antara ilmu yang bermanfaat bagi diri kami dan pembaca sekalian. Insya Allah,
pembahasan ini masih kami lengkapi lagi pada posting-posting selanjutnya. Mudah-mudahan Allah
memudahkan urusan ini.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Allahumman fa’ana bimaa ‘allamtana, wa ‘alimna maa
yanfa’una wa zidnaa ‘ilmaa. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Referensi:

Subulus Salam, Ash Shon’ani, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah

Huquq Da’at Ilaihal Fithroh, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin, Darul Istiqomah

Fathul Bari, Ibnu Hajar, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah

Syarh Riyadhus Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin, Asy Syamilah

Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya: Muhammad Abduh Tuasikal
Muhammad Abduh Tuasikal http://rumaysho.com

Artikel http://rumaysho.com

Pangukan, Sleman, 3 Shofar 1430 H

Anda mungkin juga menyukai