Anda di halaman 1dari 6

Keutamaan Dan Etika Salam

Abdullah Hadrami | 11 Oktober 2009 | Artikel, Muamalah | Tidak ada Komentar

Keutamaan Dan Etika Salam

I. Keutamaan Salam.

* Mengucapkan salam merupakan salah satu perintah Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya
Shallallaahu alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam hadits Barra bin Azib, ia berkata:
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk melakukan tujuh perkara,
yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan orang bersin yang
mengucapkan alhamdulillah, membantu orang yang lemah, menolong orang yang dizhalimi,
mengucapkan salam dan memenuhi sumpah. (Muttafaq alaih).

* Menimbulkan kasih sayang antar sesama, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan tidak beriman sehingga kamu saling
mencintai. Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai;
yaitu tebarkan salam antar sesamamu. (HR. al Bukhari Muslim).

* Merupakan amalan yang terbaik dalam Islam. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, seorang laki-
laki bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam: Apakah amalan yang paling
baik dalam Islam? Beliau menjawab:
Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang
belum kamu kenal. (HR. al Bukhari Muslim).

* Mendapatkan berkah dan kebaikan dari Allah, sebagaimana firmanNya:


Maka ketika kamu masuk rumah, ucapkan salam untuk dirimu sebagai penghormatan dari Allah
yang berisi berkat dan kebaikan. (An-Nur: 61).

* Termasuk di antara perbuatan yang bisa memasukkan pelakunya ke dalam surga. Abu Yusuf
Abdullah bin Salam Radhiallaahu anhu berkata; saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam bersabda:
Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, lakukan silaturrahim, dan shalatlah
ketika orang lain tidur malam, maka engkau akan masuk ke surga dengan selamat. (HR. At
Tirmidzi, dia berkata: hasan shahih).

II. Cara Mengucapkan Salam

* Imam an-Nawawi berkata; Disunahkan untuk memulai salam dengan mengucapkan:


Assalaamu alaikum warahmatullah, dengan memakai dhamir jamak (kum), sekalipun
sendirian. Dan menjawabnya dengan ucapan Waalaikumus-salam warahmatullah
wabarakatuh, dengan menambah wa pada kata waalaikum. (Riyadhush-shalihin halaman
290). Orang yang mendapatkan salam, wajib menjawabnya dengan yang lebih baik atau semisal
dengan salam yang dia terima. Sebagai-mana firman Allah:
Apabila kamu diberi hormat (salam), maka hendaklah engkau menjawabnya dengan salam yang
lebih baik atau yang serupa dengan yang diucapkannya. (An-Nisa; 86)

* Apabila mendatangi para sahabat, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam mengucapkan


salam sampai tiga kali (HR. al Bukhari dari Anas bin Malik). Imam an Nawawi mengomentari
hadits ini dengan mengatakan; hal ini mungkin dilakukan karena sahabat dalam jumlah yang
besar (Riyadhush-shalihin halaman 290).

* Orang yang mengendarai kendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki. Yang
berjalan kaki mengucapkan salam kepada yang duduk. Dan yang sedikit mengucapkan salam
kepada yang banyak, dan yang kecil (muda) mengucapkan salam kepada yang besar (tua).
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al Bukahri dan Muslim dari Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu.

* Mengucapkan salam dengan suara sebatas yang bisa didengar oleh orang yang diberikan salam,
sebagai-mana yang diriwayatkan oleh Miqdad beliau berkata; kami menyediakan susu untuk
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau datang di waktu malam dan mengucapkan salam yang
bisa didengar oleh orang yang terjaga dan tidak membuat orang yang tidur terbangun. (HR.
Muslim).

* Tidak boleh memulai salam kepada orang kafir sebagaimana yang diriwayatkakn oleh Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Jangan kamu memulai mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani, apabila kamu
bertemu dengan mereka di jalan maka sempitkan jalannya. (HR.Muslim).

Dan jika mereka mengucapkan salam kepada kita, cukup dijawab dengan ucapan Waalaikum
(Muttafaq alaih). Apabila di sebuah majlis bercampur antara orang muslim dan non muslim
maka boleh mengucapkan salam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam ketika melewati sebuah majlis yang di sana ada orang muslim, musyrik,
penyembah patung, beliau memulai mengucapkan salam. (Muttafaq Alaih).

III. Waktu Mengucapkan Salam.

* Ketika bertemu dengan orang lain baik yang sudah dikenal maupun yang belum. Dan yang
lebih baik adalah orang yang pertama memulai, sebagaimana hadits Abi Umamah al-Bahili,
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, artinya: Sesungguhnya orang yang lebih
baik di sisi Allah adalah yang memulai mengucapkan salam. (HR. Abu Daud dengan sanad
yang baik). Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Apabila kamu bertemu dengan saudaramu maka ucapkanlah salam, Jika terhalang dengan
pohon, tembok atau batu, maka ucapkan salam ketika menemuinya. (HR. Abu Daud dengan
sanad yang shahih).

* Mengucapkan salam juga disunahkan ketika bertemu dengan anak kecil sebagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau mengucapkan salam kepada
anak kecil (Muttafaq alaih). Imam al Bukhari dalam kitabnya al Adabul Mufrad menyebutkan
bahwa Salamah bin Wirdan berkata; saya melihat Anas bin Malik menyalami orang-orang dan
berkata kepadaku: Siapa kamu? Saya menjawab: Saya seorang anak dari Bani Laits,
kemudian beliau mengusap kepalaku tiga kali dan berkata; Semoga Allah memberkati-mu.
(Imam Albani berkata sanadnya hasan). Juga boleh mengucapkan salam kepada wanita, baik
yang mahram maupun orang lain selama tidak menimbulkan fitnah. Sebaliknya wanita juga
boleh mengucapkan salam kepada laki-laki seperti yang dilakukan oleh Umi Hani, ia
mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam di waktu terjadinya
penaklukan kota Makkah. (HR. Muslim).

* Ketika akan memasuki rumah orang lain. Allah berfirman:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk ke rumah orang lain, hingga kamu minta
izin dan mengucapkan salam kepada penghuni-nya. (QS.An-Nur; 27). Juga ketika memasuki
rumah sendiri sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 61.

Ketika masuk dan keluar dari sebuah majlis, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Apabila seorang masuk ke sebuah majlis maka hendaknya mengucapkan salam. Dan jika dia
mau pergi hendaklah mengucapkan salam, tidaklah (salam) yang pertama tadi lebih berhak
(untuk diucapkan) daripada yang akhir.. (HR. Abu Daud, Imam al Albani berkata; hadits hasan
dan shahih). Maksudnya, kedua salam tersebut sama haknya untuk diucapkan.

* Apabila ada orang yang menitipkan salam, maka yang menerima titipan salam tersebut
mengatakan Waalaihis-salam warahmatullahi wabara-kaatuh. Sebagaimana yang dilakukan
Aisyah ra ketika menerima titipan salam dari Jibri as lewat Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam. (HR.al Bukhari- Muslim).

Rujukan: 1. Riyadhus Shalihin, oleh Abu Dzakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, 2. Kitabul
Adab oleh Fuad bin Abdul Aziz al Syalhub. (Nurul Mukhlisin/alsofwah)
Dari Abu Umamah dengan sanad hasan disebutkan, "Sesungguhnya orang yang paling dekat
dengan Allah adalah yang mulai memberikan salam di antara mereka. [Di-takhrij-kan oleh Abu
Daud (nomor 5192).]"Dalam hadits Abu Ayyub disebutkan, "Tidak halal seorang Muslim
meninggalkan saudaranya (sesama Muslim) lebih dari tiga hari dimana ketika keduanya bertemu
masing-masing berpaling.

Yang lebih baik di antara keduanya adalah yang mulai memberi salam.[ Di-takhrij-kan oleh al-
Bukhari (nomor 5936), Muslim (nomor 6484).]"

Jadi, Anda lebih baik daripada saudara Anda apabila Anda memulainya memberi salam, karena
makna salam adalah ketenangan, ketentraman, dan juga berarti: Jangan takut kepadaku. Ini
adalah pernyataan keamanan bagi Anda.

Sedangkan salam kepada orang-orang yang telah mati, di dalam Shahih Muslim disebutkan
bahwa Nabi saw mengucapkan:



Salam sejahtera atas kalian, wahai kaum Mukmin penghuni tempat ini. Kami insya Allah akan
menyusul kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dan terkemudian dari
kami dan dari kalian.[ Di-takhrij-kan oleh Muslim (nomor 2210), Ahmad (nomor 22603)]
'
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw lalu mengucapkan, '"Alaikas-salam, wahai
Rasulullah." Beliau lalu mengatakan, "Janganlah engkau mengucapkan 'alaikas-salam, karena itu
salam penghormatan orang-orang mati.[ Di-takhrij-kan oleh Abu Daud (nomor 4084, 5204),
Ahmad (nomor 15648). Di pandang Shahih oleh al-Arnauth dalam Zad al-Maad (II / 420).]"
Karenanya, penyair mengatakan:

Atasmu kesejahteraan dari Allah, wahai Qais bin 'Asim.


dan rahmat-Nya yang la ingin berikan

Adapun salam orang-orang yang masih hidup maka sebagaimana yang telah disebutkan. Anda
jangan mengucapkan kecuali ucapan as-salamu 'alaikum. Dalam menjawab salam, maka yang
paling utama adalah menyebutkan huruf wa (kata wa di awalnya) dengan mengatakan wa
'alaikumus-salam. Tetapi jika Anda tak menyebutkannya, maka tak apa-apa sebagaimana hal itu
dijelaskan oleh an-Nawawi dalam al-Adzkar.

Anda juga boleh mengucapkan salam kepada Ahlulkitab, tetapi dengan mengucapkan:



Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk.

Karena, Nabi saw menuliskan kalimat tersebut ketika mengirimkan surat kepada Heraclius.[ Di-
takhrij-kan oleh al-Bukhari (nomor 7,2874).]

Anda boleh memberikan salam kepada suatu majelis yang di dalamnya bercampur antara kaum
Muslim dan orang-orang kafir, yaitu dengan mengucapkan as-salamu 'alaikum, hal itu Anda
tujukan (maksudkan) kepada kaum Muslim yang berada di situ.

Anda pun boleh memberikan salam kepada kaum wanita karena Nabi saw melakukan hal
tersebut, dengan syarat tidak mengucapkan salam dengan tangan Anda. Artinya, Anda tidak
menyentuh tangan wanita tersebut (bersalaman dengannya) ketika mengucapkan salam
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk
kepada mereka, karena perbuatan itu adalah haram berdasarkan sabda Nabi saw, "Ditusuknya
kepala salah seorang di antara kalian dengan jarum dari besi adalah lebih baik daripada ia
menyentuh wanita yang tak halal baginya.[Diriwayatkan oleh ath_Thabarani dan al-Baihaqi.
Para perawi ath-Thabarani adalah orang-orang tsiqah dan para perawi hadits shahih sebagaimana
yang dikatakan oleh al-Mundziri dalam at-Targhib (nomor 2938). Lihat Majma az-Zawaid
(nomor 8177).]"

Syarat lainnya adalah tidak adanya keraguan atau fitnah dan ini dapat diketahui dari indikasi-
indikasi yang ada.

Anda juga dapat mengucapkan salam kepada anak-anak karena Nabi saw mengucapkan salam
kepada mereka berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas. Ia mengatakan, "Aku melihat
Nabi saw mengucapkan salam kepada anak-anak.[Diriwayatkan oleh Muslim (nomor 5617,
5619), Ahmad (nomor 12730).]" Ini termasuk sifat tawadhu' beliau.

Anda juga boleh mengucapkan salam kepada orang yang sedang shalat dan ia menjawab salam
Anda dengan mengangkat tangannya sedikit ke atas sebagaimana hal tersebut terdapat dalam
hadits.

Sedangkan mengenai orang yang sedang berhadats, terdapat hadits yang menyebutkan bahwa
pernah seseorang mengucapkan salam kepada Rasulullah tetapi beliau tidak menjawabnya
hingga beliau menuju ke dinding lalu beliau bertayamum dan menjawab salamnya. Kemudian
beliau mengatakan, "Aku tidak suka menyebut nama Allah melainkan dalam keadaan suci.[ Di-
takhrij-kan oleh Abu Daud (nomor 17), Ibn Hibban (nomor 780), Ahmad (nomor 18679), al-
Baihaqi dalam as-Sunan (nomor 428), dan dipandang shahih oleh al-Albani dalam al-Irwa
(nomor 54).]"

Ini adalah sebagian dari masalah-masalah tentang salam yang banyak jumlahnya. Barangsiapa
yang ingin memperoleh tambahan penjelasan silakan merujuk kepada kitab-kitab tentang dzikir
dan kitab Zad al-Ma'ad karya Ibn al- Qayyim di mana ia memberikan penjelasan yang panjang
lebar di sana.
Di Antara Keutamaan Mengucapkan Salam Secara Sempurna...#

Ketika kita hendak mengucapkan salam maka yang lebih baik adalah menyempurnakannya,
karena salam itu merupakan ibadah yang agung juga merupakan do'a. Jangan pernah kita
menyingkatnya, karena hal tersebut akan menghilangkan faedah yang sangat banyak.

Di antaranya, Al-Imam An-Nawawi rahimahullaah mencantumkan hadits yang sangat agung


dalam kitabnya riyadhush shalihin dalam pembahasan "salam" hadits no. 850.


:
:

Dari 'Imran bin Hushoin radhiyallaahu 'anhuma, dia berkata, "Seseorang datang kepada Nabi
shallallaahu 'alayhi wa'alaa aalihi wasallam dan mengucapkan
( Assalaamu'alaykum)
maka Rasul menjawabnya, kemudian orang tersebut duduk.

Maka Nabi shallallaahu 'alayhi wa'alaa aalihi wasallam berkata, "Sepuluh (kebaikan)."

Kemudian datang orang lain dan mengucapkan


( Assalaamu'alaykum
warohmatullaah) maka Rosul menjawabnya, kemudian orang tersebut duduk.

Maka Nabi shallallaahu 'alayhi wa'alaa aalihi wasallam berkata, "Duapuluh (kebaikan)."

Kemudian datang orang lain dan mengucapkan


( Assalaamu'alaykum
warohmatullaah wabarokaatuh) maka Rasul menjawabnya, kemudian orang tersebut duduk.

Maka Nabi shallallaahu 'alayhi wa'alaa aalihi wasallam berkata, "Tigapuluh (kebaikan)."

{HR. Abu Dawud. At-Tirmidzi dan dia mengatakan hadits hasan.}

Semoga bermanfaat..

Anda mungkin juga menyukai