Anda di halaman 1dari 7

PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

Daftar

PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM


dan SHALAWAT DENGAN ASS WR WB SAW. Sifat S
20 Desember 2010 pukul 15:59

Semua Catatan
Allah Subhaana wa taala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 56:


Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
Sisipkan Kiriman
salam penghormatan kepadanya.

Berkenaan dengan ayat diatas maka Allah memberikan banyak keutamaan


kepada orang yang bershalawat atas nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam. Salah satunya adalah Allah Azza Wa Jalla akan bershalawat kepada
orang itu sepuluh kali. Berdasarkan dalil :


Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan
bershalawat untuknya sebanyak sepuluhkali (HR Muslim no.408).

Adapun orang orang yang enggan bershalawat jika disebut nama Rasulullah
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam maka mereka termasuk orang yang
bakhil alias kikir atau pelit alias medit. Hal ini berdasarkan dalil:



Orang yang kikir adalah orang yang ketika namaku disebut disisinya ia tidak
bershalawat kepadaku. (Hadits shahih dalam Shahih Al-Jami no.2878, Shahih
At-Tirmidzi no. 3546).
Bagaimana dengan menyingkat menjadi shad lam mim ( ?)
Keterangan Syaikh Bakar Abu Zaid Pada kitab Mu jam Al-Manaahii Al_lafzhiyyah, karya
syaikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah halaman 339 351 dikatakan (disebutkan) pada kitab
At-Tadzkirah At-Timuuriyyah, tentang singkatan shad lam mim ( ) adalah tidak boleh.
Bahkan yang wajib adalah bershalawat dan mengucapkan salam. (Dari kitab al- fataawaa
al-haditisyyah, karya Ibnu Hajar Al-Haitami, jilid 1, hal.548 pada manuskrip. Dan hal. 168
pada cetakan).

ini menunjukkan bahwa singkatan atau susunan kata yang dimurkai ini sudah ada sejak
zaman Ibnu Hajar (Al-haitami). Sedangkan Ibnu Hajar wafat pada tahun 974 hijriyah.
Dan sebelumnya, Al-Fairuz Abadi telah mengisyaratkan tentang hal ini dalam kitabnya
Ash-Shilaat Wa Al-Busyr, ia berkata Tidak boleh lafazh shalawat (kepada Nabi) disingkat
seperti yang dilakukan oleh sebagian orang malas, bodoh dan penuntut ilmu yang masih
awam. Mereka menulis shad lam mim ( ) sebagai ganti dari shallallahu alaihi wasallam.

Pada kitab yang sama halaman 188-189 disebutkan, nampaknya singkatan ini sudah
ada sekitar tahun 900 Hijriyah. Telah diterangkan pada kitab syarh Alfiyyah Al-Iraqi Fi
Musthalah Al-Hadits, yaitu pada ucapan An-Nazhim:


Dan jauhilah kode (singkatan) untuk (shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu
alaihi wasallam) atau menghapusnya.

Maksudnya, jauhilah singkatan shalawat kepada nabi shallallahu alaihi wasallam atau
menghapus salah satu hurufnya. Akan tetapi tunaikanlah (shalawat) dengan ucapan dan
tulisan. Kemudian pensyarah kitab tersebut "Syaikh Zakariya Al-Anshari" menyebutkan,
bahwasanya "syaikh An-Nawawi telah menukil ijma dari para ulama akan sunnahnya
bershalawat kepada nabi baik secara lisan maupun tulisan". Jadi bukan termasuk
sunnah menyingkat lafazh shalawat dengan beberapa huruf tertentu.

Syaikh Bakar melanjutkan Kemudian syaikh Al-Anshari menyebutkan, bahwa orang

1 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM


PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

yang pertamakali menyingkat shalawat dengan huruf shad lam mim ( ) dipotong
tangannya, Wal iyaazu billaah. Sementara itu syaikh Al-Anshari wafat pada abad ke-10
hijriyah (yakni tahun 926 Hijriyah).

Maka itu, jalan keselamatan dan kecintaan yang berpahala dalam menghormati dan
memuliakan Nabi umat ini, adalah dengan bershalawat dan mengucapkan salam ketika nama
beliau shallallahu alaihi wasallam disebut, sebagai bentuk pelaksanaan terhadap perintah
Allah Subhaana Wa Taala dan petunjuk nabi shallallahu alaihi wasallam.
Oleh karena itu, seluruh bentuk lafazh dan kode untuk menyingkat shalawat dan salam
kepada beliau shallallahu alaihi wasallam adalah terlarang.

Maka kesimpulannya , hendaklah kita menjauhkan dari penulisan singkatan-singkatan untuk


nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam apalagi untuk lafazh-lafazh yang dikhususkan
untuk Allah Azza Wa Jalla. Karena menulis dan melafazhkan itu lebih baik bagi kita dan lebih
utama. Dan janganlah kita bermalas-malasan untuk bershalawat dalam bentuk tulisan dan
lisan agar tidak termasuk orang yang bakhil lagi kikir.

Termasuk juga bermalas-malasan dalam menulis lafazh assalaamu alaikum


warahmatullaahi wabarakaatuh
seperti yang sering kita lakukan selama ini. Karena penyingkatan lafazh salam menjadi ass
artinya adalah pantat dalam bahasa inggris. Ini adalah sebuah penghinaan bagi kaum
muslimin yang menerima singkatan ini. Wallaahu alam

(disarikan dari artikel Menyingkat lafazh Shalawat oleh Abu Musa Al-Atsari dalam Majalah
Adz-Dzakhiirah no.6 edisi 48-1430 H)

Fatwa Larangan Penyingkatan Salam dan Shalawat


Banyak orang yang menulis salam dengan menyingkatnya, seperti dalam Bahasa Arab
mereka menyingkatnya dengan wrwb. Dalam bahasa Inggris mereka menyingkatnya dengan
ws wr wb (dan dalam bahasa Indonesia sering dengan ass wr wb pent). Apa hukum
masalah ini?

Jawab:
Tidak boleh untuk menyingkat salam secara umum dalam tulisan, sebagaimana tidak boleh
pula meningkat shalawat dan salam atas Nabi kita shallallahu alaihi wasallam. Tidak boleh
pula menyingkat yang selain ini dalam pembicaraan.
Diterjemahkan dari www.bakkah.netFatwa Lajnah Ad-Daimah (Dewan Fatwa Kerajaan Saudi
Arabia)

Soal:
Bolehkah menulis huruf SAW yang maksudnya shalawat (ucapan shallallahu alaihi
wasallam). Dan apa alasannya?

Jawab:
Yang disunnahkan adalah menulisnya secara lengkap Shallallahu alaihi wasallam, karena
ini merupakan doa. Doa adalah bentuk ibadah, begitu juga mengucapkan kalimat shalawat
ini.
Penyingkatan terhadap shalawat dengan menggunakan huruf shad atau penyingkatan
Salam dan Shalawat (seperti SAW, penyingkatan dalam Bahasa Indonesia -pent)
tidaklah termasuk doa dan bukanlah ibadah, baik ini diucapkan maupun ditulis.

Dan juga karena penyingkatan yang demikian tidaklah pernah dilakukan oleh tiga generasi
awal Islam yang keutamaannya dipersaksikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Wabillahit taufiq, dan semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarga serta para sahabat beliau.
Dewan Tetap untuk Penelitian Islam dan Fatwa
Ketua: Syaikh Abdul Aziz Ibn Abdullaah Ibn Baaz;
Anggota: Syaikh Abdur-Razzaaq Afifi;
Anggota: Syaikh Abdullaah Ibn Ghudayyaan;
Anggota: Syaikh Abdullaah Ibn Quood
(Fataawa al-Lajnah ad-Daa.imah lil-Buhooth al-Ilmiyyah wal-Iftaa., Volume 12, Halaman
208, Pertanyaan ke-3 dariFatwa No.5069)

2 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM


PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz


Apa keutamaan bershalawat untuk Nabi shallallahu alaihi wasallam? Bolehkah kita
menyingkat ucapan shalawat tersebut dalam penulisan, misalnya kita tulis Muhammad SAW
dengan maksud singkatan dari salallahu alaihi wassalam ?
Jawab:
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menjawab:
Mengucapkan shalawat untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merupakan perkara
yang disyariatkan.
Di dalamnya terdapat faedah yang banyak. Di antaranya menjalankan perintah Allah,
menyepakati Allah Subhanallahu Wa taala dan para malaikat-Nya yang juga bershalawat
untuk Nabi shallallahu alaihi wasallam,
Allah berfirman: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.
(Al-Ahzab: 56)

Faedah lainnya adalah melipat gandakan pahala orang yang bershalawat tersebut, adanya
harapan doanya terkabul, dan bershalawat merupakan sebab diperolehnya berkah dan
langgengnya kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Sebagaimana
bershalawat menjadi sebab seorang hamba beroleh hidayah dan hidup hatinya.

Semakin banyak seseorang bershalawat kepada beliau shallallahu alaihi wasallam dan
mengingat beliu, akan semakin kental pula kecintaan kepada beliau di dalam hati. Sehingga
tidak tersisa di hatinya penentangan terhadap sesuatu pun dari perintahnya dan tidak pula
keraguan terhadap apa yang beliau sampaikan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri telah memberikan anjuran untuk mengucapkan
shalawat atas beliau dalam beberapa hadits. Di antaranya hadits yang diriwayatkan Al-Imam
Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, bahwasanya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Siapa yang bershalawat untukku satu kali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh
kali.

Dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu juga, disebutkan bahwa Rasululah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan (Dengan tidak dikerjakan
shalat sunnah di dalamnya, demikian pula Al-Quran tidak dibaca di dalamnya. (-pent.)) dan
jangan kalian jadikan kuburanku sebagai id (tempat kumpul-kumpul -pent). Bershalawatlah
untukku karena shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada. [Diriwayatkan
oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi
Dawud]

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah pula bersabda:


Terhinalah seorang yang aku (namaku) disebut disisinya namun ia tidak mau bershalawat
untukku. [HR. At-Tirmidzi, kata Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma
Laisa fish Shahihain, Hadits hasan gharib.]

Bershalawat untuk Nabi shallallahu alaihi wasallam disyariatkan dalam tasyahhud


shalat, dalam khutbah, saat berdoa serta beristighfar. Demikian pula setelah adzan,
ketika keluar serta masuk masjid, ketika mendengar nama beliau disebut, dan
sebagainya.

Perkaranya lebih ditekankan ketika menulis nama beliau dalam kitab, karya tulis,
risalah, makalah, atau yang semisalnya berdasarkan dalil yang telah lewat.
Ucapan shalawat ini disyariatkan untuk ditulis secara lengkap/sempurna dalam
rangka menjalankan perintah Allah Aza Wajallah kepada kita dan agar pembaca
mengingat untuk bershalawat ketika melewati tulisan shalawat tersebut.
Tidak sepantasnya lafazh shalawat tersebut ditulis dengan singkatan misalnya
shad atau slm ataupun singkatan-singkatan yang serupa dengannya, yang
terkadang digunakan oleh sebagian penulis dan penyusun. Hal ini jelas
menyelisihi perintah Allah Aza Wajallah dalam firman-Nya:
bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.

3 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM


PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

Dan juga dengan menyingkat tulisan shalawat tidak akan sempurna maksudnya
serta tidak diperoleh keutamaan sebagaimana bila menuliskannya secara
sempurna. Terkadang pembaca tidak perhatian dengan singkatan tersebut atau
tidak paham maksudnya.

Menyingkat lafazh shalawat ini dibenci oleh para ulama dan mereka memberikan
peringatan akan hal ini.
Ibnu Shalah
Ibnu Shalah dalam kitabnya Ulumul Hadits yang lebih dikenal dengan Muqqadimah Ibnish
Shalah mengatakan, (Seorang yang belajar hadits ataupun ahlul hadits) hendaknya
memerhatikan penulisan shalawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bila melewatinya. Janganlah ia bosan menulisnya secara lengkap ketika berulang menyebut
Rasulullah.
Ibnu Shalah juga berkata, Hendaklah ia menjauhi dua kekurangan dalam penyebutan
shalawat tersebut:
Pertama, ia menuliskan lafazh shalawat dengan kurang, hanya meringkasnya dalam dua
huruf atau semisalnya.
Kedua, ia menuliskannya dengan makna yang kurang, misalnya ia tidak menuliskan
wassalam

Al-Allamah As-Sakhawi
Al-Allamah As-Sakhawi dalam kitabnya Fathul Mughits Syarhu Alfiyatil Hadits lil Iraqi,
menyatakan, Jauhilah wahai penulis, menuliskan shalawat dengan singkatan, dengan
engkau menyingkatnya menjadi dua huruf dan semisalnya, sehingga bentuknya kurang.
Sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang jahil dari kalangan ajam (non Arab) secara umum
dan penuntut ilmu yang awam. Mereka singkat lafazh shalawat dengan saw dan shad,
Karena penulisannya kurang, berarti pahalanya pun kurang, berbeda dengan orang yang
menuliskannya secara lengkap.

As-Suyuthi
As-Suyuthi berkata dalam kitabnya Tadribur Rawi fi Syarhi Taqrib An-Nawawi, mengatakan,
Dibenci menyingkat shalawat dan salam dalam penulisan, baik dengan satu atau dua huruf
seperti menulisnya dengan slm3, bahkan semestinya ditulis secara lengkap.

Inilah wasiat saya kepada setiap muslim dan pembaca juga penulis, agar mereka mencari
yang utama atau afdhal, mencari yang di dalamnya ada tambahan pahala dan ganjaran,
serta menjauhi perkara yang dapat membatalkan atau menguranginya.

(Diringkas dari fatwa Asy-Syaikh Ibn Baz yang dimuat dalam Majmu Fatawa wa Maqalat
Mutanawwiah, 2/396-399)
Sumber: Majalah Asy Syariah, Vol. III/No. 36/1428 H/2007, Kategori Fatawa Al-Marah
Al-Muslimah, Hal. 89-91.
Sumber:http://bakkah.net/interactive/q&a/aawa004.htm
http://bakkah.net/articles/SAWS.htmhttp://fatwa-online.com/fataawa/miscellaneous
/enjoiningthegood/0020919.htm

Kesimpulan:
Kita tidak boleh menyingkat salam dengan cara apapun, misalnya assalaamualaykum
wr.Wb., menyingkat sholawat seperti SAW atau menyingkat lafadz dengan SWT.

Alasannya seperti yang telah dijelaskan oleh ulama-ulama diatas karena didalamnya
ada bentuk doa dan pengagungan kepada Allah yang telah disyariatkan, Misal ada
orang menyingkat Allah SWT berarti dia telah menyelisihi bentuk pengagungan yang
telah di syariatkan, hendaknya dia menulis Allah Subhanallahu wa taala. Ada juga
yang menuliskan ALLAH dengan huruf 4JJ1, tidak boleh kita menulis seperti ini
karena 4JJ1 telah diselewengkan maknanya menjadi For Judas Jesus Isa
Al-Masih. Maha suci Allah dari ucapan seperti ini.

Firman Allah subhannallahuwa taala (yang artinya):


Dan apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu
dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu. (An Nisaa: 86).

4 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM


PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

Berikut ucapan salam dan keutamaannya yg telah dicontohkan olehRasulullah shallallahu


alaihi wassalam:
Telah datang seorang lelaki kepada Nabi shallallahu alaihi wassalam dan berkata,
Assalamualaikum. Maka Rasulullah menjawab salam kemudian dia duduk. Maka Rasulullah
berkata sepuluh pahala, kemudian datang yang lain memberi salam dengan berkata
Assalamualaikum warahmatullah, lalu Rasulullah menjawab salam tadi, dan berkata dua
puluh pahala.
Kemudian datang yang ketiga terus berkata Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Rasulullah pun menjawab salam tadi dan terus duduk, maka Rasulullah berkata tiga puluh
pahala. (Hadits Hasan :Riwayat Abu Daud Tarmizi)
Semoga bermanfaat, Wallahu Taala alam bissowab

Faedah Shalawat Untuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Hukum Menyingkat
Tulisan Shalawat

Apa keutamaan bershalawat untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam?


Bolehkah kita menyingkat ucapan shalawat tersebut dalam penulisan, misalnya kita tulis
Muhammad SAW atau dengan tulisan arab , singkatan dari

Jawab:
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu menjawab:
Mengucapkan shalawat untuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merupakan perkara
yang disyariatkan.
Di dalamnya terdapat faedah yang banyak. Di antaranya menjalankan perintah Allah
Subhanahu wa Ta'ala, menyepakati Allah Subhanahu wa Taala dan para malaikat-Nya yang
juga bershalawat untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:




Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya. (Al-Ahzab: 56)

Faedah lainnya adalah melipatgandakan pahala orang yang bershalawat tersebut, adanya
harapan doanya terkabul, dan bershalawat merupakan sebab diperolehnya berkah dan
langgengnya kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana
bershalawat menjadi sebab seorang hamba beroleh hidayah dan hidup hatinya.

Semakin banyak seseorang bershalawat kepada beliau Shallallahu alaihi wa sallam dan
mengingat beliau, akan semakin kental pula kecintaan kepada beliau di dalam hati. Sehingga
tidak tersisa di hatinya penentangan terhadap sesuatu pun dari perintahnya dan tidak pula
keraguan terhadap apa yang beliau sampaikan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sendiri telah memberikan anjuran untuk


mengucapkan shalawat atas beliau dalam beberapa hadits. Di antaranya hadits yang
diriwayatkan Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu,
bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Siapa yang bershalawat untukku satu kali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh
kali.

Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu juga, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:



Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan2 dan jangan kalian
jadikan kuburanku sebagai id3. Bershalawatlah untukku karena shalawat kalian sampai
kepadaku di mana pun kalian berada. 4

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah pula bersabda:





Terhinalah seorang yang aku (namaku) disebut di sisinya namun ia tidak mau bershalawat
untukku.5

5 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM


PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

Bershalawat untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam disyariatkan dalam tasyahhud shalat,
dalam khutbah, saat berdoa serta beristighfar. Demikian pula setelah adzan, ketika keluar
serta masuk masjid, ketika mendengar nama beliau disebut, dan sebagainya.

Perkaranya lebih ditekankan ketika menulis nama beliau dalam kitab, karya tulis, risalah,
makalah, atau yang semisalnya berdasarkan dalil yang telah lewat. Ucapan shalawat ini
disyariatkan untuk ditulis secara lengkap/sempurna dalam rangka menjalankan perintah Allah
Subhanahu wa Taala kepada kita dan agar pembaca mengingat untuk bershalawat ketika
melewati tulisan shalawat tersebut. Tidak sepantasnya lafadz shalawat tersebut ditulis
dengan singkatan misalnya atau ataupun singkatan-singkatan yang serupa
dengannya, yang terkadang digunakan oleh sebagian penulis dan penyusun. Hal ini jelas
menyelisihi perintah Allah Subhanahu wa Taala dalam firman-Nya:
.bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya

Maka menyingkat tulisan shalawat tidak akan sempurna maksudnya serta tidak
diperoleh keutamaan sebagaimana bila menuliskannya secara sempurna.
Terkadang pembaca tidak perhatian dengan singkatan tersebut atau tidak paham
maksudnya.

Menyingkat lafadz shalawat ini dibenci oleh para ulama dan mereka memberikan
peringatan akan hal ini.
Ibnu Shalah rahimahullahu dalam kitabnya Ulumul Hadits yang lebih dikenal dengan
Muqaddimah Ibnish Shalah mengatakan,
(Seorang yang belajar hadits ataupun ahlul hadits) hendaknya memerhatikan penulisan
shalawat dan salam untuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bila melewatinya.
Janganlah ia bosan menulisnya secara lengkap ketika berulang menyebut Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ibnu Shalah juga berkata, Hendaklah ia menjauhi dua kekurangan dalam penyebutan
shalawat tersebut:

Pertama,
ia menuliskan lafadz shalawat dengan kurang, hanya meringkasnya dalam dua huruf atau
semisalnya.
Kedua,
ia menuliskannya dengan makna yang kurang, misalnya ia tidak menuliskan .

Al-Allamah As-Sakhawi rahimahullahu dalam kitabnya Fathul Mughits Syarhu Alfiyatil Hadits
lil Iraqi, menyatakan, Jauhilah wahai penulis, menuliskan shalawat dengan singkatan,
dengan engkau menyingkatnya menjadi dua huruf dan semisalnya, sehingga bentuknya
kurang. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang jahil dari kalangan ajam (non Arab) secara
umum dan penuntut ilmu yang awam. Mereka singkat lafadz shalawat dengan ,, atau
.

Karena penulisannya kurang, berarti pahalanya pun kurang, berbeda dengan orang yang
menuliskannya secara lengkap.
As-Suyuthi rahimahullahu berkata dalam kitabnya Tadribur Rawi fi Syarhi Taqrib An-Nawawi,
Dibenci menyingkat tulisan shalawat di sini dan di setiap tempat yang disyariatkan padanya
shalawat, sebagaimana disebutkan dalam Syarah Muslim dan selainnya, berdalil dengan
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


As-Suyuthi juga mengatakan, Dibenci menyingkat shalawat dan salam dalam penulisan, baik
dengan satu atau dua huruf seperti menulisnya dengan , bahkan semestinya ditulis
secara lengkap.
Inilah wasiat saya kepada setiap muslim dan pembaca juga penulis, agar mereka
mencari yang utama/afdhal, mencari yang di dalamnya ada tambahan pahala dan
ganjaran, serta menjauhi perkara yang dapat membatalkan atau menguranginya.
(Diringkas dari fatwa Asy-Syaikh Ibn Baz rahimahullahu yang dimuat dalam Majmu
Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah, 2/396-399)

1 Diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud. Kata Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam
Shahih Abi Dawud, Hadits hasan shahih. (pent.)
2 Dengan tidak dikerjakan shalat sunnah di dalamnya, demikian pula Al-Qur`an tidak dibaca

6 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM


PANDANGAN ULAMA TENTANG UCAPAN SALAM dan SHALAW... https://web.facebook.com/notes/sifat-sholat-nabi/pandangan-ulama-tenta...

di dalamnya. (pent.)
3 Tempat kumpul-kumpul. pent.
4 Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud. (pent.)
5 HR. At-Tirmidzi, kata Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad
Mimma Laisa fish Shahihain, Hadits hasan gharib. (pent.)
6 Dalam bahasa kita sering disingkat dengan SAW. (pent.)

82 Suka 19 Komentar 3 Kali Dibagikan

Bagikan

Bahasa Indonesia English (UK) Basa Jawa Bahasa Melayu Franais (France) Espaol Portugus (Brasil)

Daftar Masuk Messenger Facebook Lite Seluler Cari Teman Orang Halaman Tempat
Selebriti Marketplace Grup Resep Olahraga Cari Moments Instagram Tentang
Pengembang Karier Privasi Cookie Pilihan Iklan Ketentuan Bantuan

Facebook 2017

7 of 7 Rabu, 01 November 2017 11.24 PM

Anda mungkin juga menyukai