1
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
2
َّ َ َول َيقُل لَهُ أ َ ُخوهُ َير َح ُم َك,ِ اَل َحم ُد ِ ََّلِل:س أَ َح ُد ُكم فَل َيقُل
,َُللَا َ طَ ِإذَا َع
َويُص ِل ُح بَالَ ُكم,َُللَا
َّ َ يَهدِي ُك ُم: َفليَقُل,َُللَا
َّ َ يَر َح ُم َك:َُفإِذَا َقا َل لَه
“Apabila seseorang di antara kalian bersin hendaklah ia
mengucapkan,’Segala puji bagi Allah’, dan hendaklah saudaranya
mengucapkan kepadanya,’Semoga Allah merahmatimu’. Jika
diucapkan kepadanya ’Yarhamukallah’ hendaklah ia mengucapkan
‘Semoga Allah menunjukimu dan mempebaiki
keadaanmu’.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.6224)
3
Dan berdasarkan ucapan al-Bara` bin Azib
Radhiyallahu’anhu,”Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam
memerintahkan kami untuk menjenguk orang yang sakit,
mengantarkan jenazah, mentasymit yang bersin, melaksanakan
tuntutan sumpahnya, menolong yang teraniaya, memenuhi
undangan dan menyebarkan salam.”
Serta sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,
4
bersin, melaksankan tuntutan sumpahnya, menolong yang
teraniya, memenuhi undangan dan menyebarkan salam.”
5
7. Mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya
sendiri dan membenci bagi saudaranya apa yang dia benci
bagi dirinya sendiri
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,
َما يُ ِحبُّ ِلنَف ِس ِه لَ يُؤ ِم ُن أَ َح ُد ُكم َحتَّى يُ ِحبَّ ِأل َ ِخي ِه
“Tidaklah seseorang di antara kalian beriman (dengan sempurna)
sehingga ia mencintai (kebaikan) bagi saudaranya sebagaimana ia
mencintainya untuk dirinya sendiri.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no.13; Muslim, no.45)
Dan sabdanya,
ضا ُ َان ي
ُ ش ُّد بَع
ً ضهُ بَع ِ َال ُمؤ ِم ُن ِلل ُمؤ ِم ِن َكالبُني
“Seorang Mukmin terhadap Mukmin lainnya adalah laksana satu
bangunan yang saling menopang satu sama lain.” (Muttafaq’alaih;
al-Bukhari, no.6027; Muslim, no.2585)
6
8. Menolongnya dan tidak membiarkannya dalam tekanan
kapanpun ia membutuhkan pertolongan dan bantuannya
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
ُ َللَا أَن
ص ُرهُ ِإذَا ُ ظا ِل ًما أَو َمظلُو ًما فَقَا َل َر ُجل يَا َر
ِ َّ سو َل َ صر أَخ
َ َاك ُ ان
ص ُرهُ قَا َل « تَح ُج ُزهُ أَو
ُ ف أَن َ َت إِذَا َكان
َ ظا ِل ًما َكي َ أَفَ َرأَي، َكانَ َمظلُو ًما
ُّ َتَمنَعُهُ ِمن
ُ فَإِ َّن ذَ ِل َك نَص ُره، الظل ِم
“Tolonglah saudaramu, baik ia zhalim ataupun
dizhalimi.”Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam ditanya oleh
seseorang tentang cara menolongnya dalam keadaan berbuat
zhalim, maka beliau mengatakan,” Engkau tuntun tangannya –
yakni menghentikan dan menghalanginya berbuat zhalim-. Itulah
(bentuk) pertolongan baginya.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari,
no.6952)
Dan berdasarkan sabdanya,
ُ لَ َيظ ِل ُمه، اَلـ ُمس ِل ُم أَ ُخو الـ ُمس ِل ِم، ُ َولَ َيح ِق ُره، ُ َولَ َيخذُلُه
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh
menganiayanya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh
menghinakannya.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.2564)
7
Dan sabdanya,
َ ُ ٱَلِل َل َو َل ت
ص ِع ۡر ِ اس َو َل تَمۡ ِش فِى ۡٱأل َ ۡر
َ َّ ض َم َر ًحاۖ ِإ َّن ِ ََّّك ِللن
َ َخد
يُ ِحبُّ ُك َّل ُم ۡختَال َف ُخور
“Dan janganlah engkau memalingkan muka diri manusia (karena
kesombongan) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi menyombongkan diri.”(Luqman:18)
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,
8
membanggakan diri terhadap orang lain.”(Diriwayatkan oleh Abu
Dawud, no.4895; dan Ibnu Majah, no.4179, shahih)
Dan sabdanya,
ض َع
َ َللَاُ َما ت ََوا ِ َّ ِ أَ َحد
َّ َُلِل ِإلَّ َرفَ َعه
“Tidaklah seseorang berendah hati karena Allah melainkan Allah
Subhanahu wa ta’ala akan meninggikan
(martabat)nya.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.2588)
Lain dari itu, karena telah ada contoh dari Rasulullah Shallallahu
‘alahi wasallam tentang rendah hati beliau terhadap kaum Muslimin
walaupun beliau adalah penghulu para rasul, dan beliau tidak
congkak serta tidak sombong sehingga beliau tetap berkenan untuk
berjalan bersama para janda, fakir miskin dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka. Bahkan dalam salah satu doanya
beliau mengucapkan,
ِ َواحشُرنِي فِي ُزم َرة، َوأَ ِمتنِي ِمس ِكينًا، اللَّ ُه َّم أَح ِينِي ِمس ِكينًا
ين
ِ سا ِك
َ ال َم
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah
aku dalam keadaan miskin, serta himpunkanlah aku bersama
golongan orang-orang miskin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
no.4126; dan al-Hakim, 4/358)
Juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
سعُوا ُ لَ يُ ِقي َم َّن أَ َح ُد ُكم َر ُجالً ِمن َمج ِل ِس ِه ث ُ َّم يَج ِل
َّ َول ِكن ت ََو، س فِي ِه
س ُحوا َّ َوتَ َف
9
“Jangalah seseorang di antara kalian membangunkan seseorang
dari tempat duduknya lalu ia menduduki tempatnya, akan tetapi
lapangkanlah dan luaskanlah.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari,
no.6269; Muslim, no.2177)
ض ُ ث لَياَل يَلتقَيِا َ ِن فَيُع ِر ِ ََل يح ُّل لمس ِلم أَن يَه ُج َر أَخَاهُ فَوقَ ثَال
َّ ض َهذَا َوخَي ُرهُ َما الَّذِي َيب َدأ ُ بال
س َال ِم ُ َهذَا َويُع ِر
“Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih
dari tiga (hari). Ketika keduanya bertemu, yang ini berpaling dan
yang itu pun berpaling. Yang terbaik di antara keduanya adalah
yang memulai dengan salam.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.6077;
Muslim, no.2560)
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam,
10
Hal ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala,
َّ ض
ٱلظ ِن َّ َيرا ِمن
َ ۡٱلظ ِن إِ َّن بَع ً ِٱجتَنِبُوا َكث ۡ يَـأَيُّ َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا
ۗضا ُ ۡسوا َو َل َي ۡغتَب بَّع
ً ۡض ُكم َبع ُ س َّ أَيُ ِحبُّ أَ َح ُدڪ ُۡم ِإ ۡثمۖ َو َل تَ َج
ُ أَن َي ۡأ
ُۗڪ َل لَ ۡح َم أَ ِخي ِه َم ۡيتًا فَ َك ِر ۡهت ُ ُموه
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.”(Al-Hujurat:12)
Dan Firman-Nya,
قَ ۡوم ِمن قَ ۡوم َع َسى أَن َي ُكونُوا خ َۡي ًرا َيـأ َ ُّي َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا َل َي ۡسخ َۡر
ن َو َلۖ َّ سى أَن َي ُك َّن خ َۡي ًرا ِم ۡن ُہ
َ ساء َع َ ِِم ۡن ُہ ۡم َو َل ن
َ ِساء ِمن ن
ُ ُس ٱِل ِۡس ُم ۡٱلف
سو ُق بَعۡ َد َ ب ِب ۡئ ِۖ س ُك ۡم َو َل تَنَابَ ُزوا ِب ۡٱأل َ ۡلقَـ
َ ُت َۡل ِم ُزوا أَنف
َّ ٱۡلي َمـ ِن َو َمن لَّ ۡم يَت ُ ۡب فَأُولَـ ِٕٮ َك ُه ُم
َٱلظـ ِل ُمون ِۡ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-
olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain, (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(Al-Hujurat:11)
11
Serta sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
أَتَد ُرونَ َما ال ِغيبَةُ ؟ قَالُوا: ذِك ُر َك: قَا َل،سولُهُ أَعلَ ُم ُ هللاُ َو َر
ت ِإن َكانَ ِفي أَخي َما أَقُو ُل ؟ َ أَفَ َرأَي: فَ ِقي َل،َُاك ِب َما َيك َره
َ أَخ
َو ِإن لَم َي ُكن فِي ِه َما،ُ ِإن َكانَ فِي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ِد اغتَبتَه: قَا َل
ُتَقُو ُل فَقَد بَ َهتَّه
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat
menjawab,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau
bersabda,”Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu
yang tidak disukainya.” Ada yang bertanya,” Bagaimana jika yang
aku katakan itu memang benar ada pada saudaraku?” Beliau
Shallallahu ‘alahi wasallam menjawab,” Jika yang engkau katakan
itu benar ada padanya, berarti engkau telah menggunjingnya, dan
jika yang engkau katakan itu tidak ada padanya, berarti engkau
telah melakukan tuduhan dusta terhadapnya.”(Diriwayatkan oleh
Muslim, no.2589)
Dalam sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam lainnya disebutkan,
12
Serta sabdanya,
13. Tidak mencacinya tanpa alasan yang benar, baik ketika masih
hidup maupun setelah meninggal
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
َوقِتَالُهُ ُكفر،سوق
ُ ُاب اَل ُمس ِل ِم ف
ُ َِسب
“Mencaci seorang Muslim itu adalah suatu kefasikan dan
membunuhnya adalah suatu kekufuran.” (Muttafaq’alaih; al-
Bukhari, no.48; Muslim, no.64)
ق َو َل يَر ِمي ِه بِالكُف ِر إِ َّل ارتَدَّت َعلَي ِه ُ َُل يَر ِمي َر ُجل َر ُج ًال بِالف
ِ سو
احبُهُ َكذَ ِل َك
ِ صَ إِن لَم يَ ُكن
“Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik
atau kafir kecuali tuduhan itu akan kembali kepadanya jika yang
dituduhnya itu tidak demikian.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no.6045)
13
َ قَالُوا َو َكي, الر ُج ُل َوا ِل َدي ِه
َّ ف يَشت ُ ُم
الر ُج ُل َّ ِمن ال َكبَائِ ِر أَن يَشت ُ َم
ُ الر ُج ُل فَيَشت ُ ُم أَبَاهُ َو أ ُ َّمه
َّ قَا َل يَشت ُ ُم, َوا ِل َدي ِه
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci kedua
orangtuanya.” Para sahabat bertanya,”Apa mungkin seseorang
mencaci orangtuanya sendiri?” Beliau menjawab,”Ya, ia mencaci
ayah seseorang lalu yang ayahnya dicaci itu mencaci ayahnya, lalu
ia mencaci ibunya dan orang itu pun mencaci pula ibunya.”
(Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.5973; Muslim, no.90)
َّ ض
ٱلظ ِن َّ َيرا ِمن
َ ۡٱلظ ِن إِ َّن بَع ۡ يَـأَيُّ َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا
ً ِٱجتَنِبُوا َكث
ۗضا ُ ۡسوا َو َل َي ۡغتَب بَّع
ً ۡض ُكم َبع ُ سَّ ِإ ۡثمۖ َو َل تَ َج
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.”(Al-
Hujurat:12)
Dan Firman-Nya,
ظ َّن ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِمنَـتُ بِأَنفُ ِس ِہ ۡم خ َۡي ًرا َّل ۡو َل إِ ۡذ
َ ُس ِمعۡ ت ُ ُموه
َ
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-
orang Mukmin dan Mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri
mereka sendiri.”(An-Nur:12)
14
Dan berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
َّ
الظن أكذب الحديث َّ ،والظن
فإن َّ إياكم
“Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena sesungguhnya
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.”(Diriwayatkan
oleh al-Bukhari, no.5144)
15
ۡ َطيـَٔةً أَ ۡو ِإ ۡث ًما ث ُ َّم يَ ۡر ِم بِ ِهۦ بَ ِريـا فَقَ ِد
ٱحتَ َم َل ِ َو َمن يَ ۡك ِس ۡب خ
بُہۡ تَـنًا َوإِ ۡث ًما ُّمبِينًا
“Dan barangsiapa yang melakukan suatu kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka
sungguh ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yan
nyata.”(An-Nisa`:112)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
16
ۗۖ َو ۡٱل ُموفُونَ بِ َعهۡ ِده ِۡم ِإذَا َعـ َهدُوا
“Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila mereka
berjanji.”(Al-Baqarah:177)
ِ ثَالَثَة أَنَا خَﺼﻤُهُﻢ يَﻮمَ القِﻴَامَة: ،َرَجُﻞ أَعﻄَى بِي ثُﻢَ غَﺪَر
وَرَجُﻞ اسﺘَأجَﺮَ أَجِﻴﺮًا فَاسﺘَﻮفَى،ُوَرَجُﻞ بَاعَ حُﺮًا فَأَكَﻞَ ثَﻤَﻨَه
ُهَﺮجَأ ِﻂعُي ﻢَلَو ُهﻨِم
“Ada tiga orang yang Aku menjadi musuh mereka pada Hari
Kiamat kelak; yaitu seseorang memberikan janji dan sumpahnya
atas nama-Ku lalu ia mengkhianatinya, seseorang yang menjual
seorang yang merdeka lalu ia makan harganya dan seseorang
17
yang mempekerjakan seorang pekerja dan pekerja itu pun
memenuhi pekerjaannya namun ia tidak memberikan
upahnya.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.2227)
18
18. Memuliakannya jika saudaranya itu lebih tua darinya dan
menyayanginya jika ia lebih kecil
Sebab Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam telah bersabda,
َكبِر َكبِر
“Mulailah dari yang tua, mulailah dari yang tua.” (Diriwayatkan dari
oleh Abu Dawud, no.2173; Muslim, no.1669)
Di antara akhlak yang diketahui dari Rasulullah Shallallahu ‘alahi
wasallam dalam hal ini adalah, ketika seorang bayi dihadirkan
kepada beliau untuk didoakan mendapat berkah dan diberi nama.
Beliau biasa meletakkan bayi itu pada pangkuannya hingga kadang
sang bayi pipis dipangkuan beliau.
Telah diriwayatkan bahwa apabila beliau Shallallahu ‘alahi
wasallam datang dari suatu perjalanan jauh, beliau disambut oleh
anak-anak, maka beliau pun menyambut mereka dan beliau
menyuruh para sahabat membawa anak-anak kepada beliau, maka
di antara mereka ada yang beliau gendong di bagian depan dan
19
ada pula yang digendong di punggung beliau. Beliau juga
menyuruh para sahabatnya agar menggendong sebagian mereka
sebagai ungkapan rasa sayang beliau kepada mereka.
20
20. Memaafkan kesalahan dan menutup aibnya serta tidak
mendengarkan pembicaraan yang dirahasiakan darinya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
ۗلَكُ ۡم َّ َو ۡليَعۡ فُوا َو ۡليَصۡ فَ ُحوا أَ َل ت ُ ِحبُّونَ أَن يَ ۡغ ِف َر
ُٱَلِل
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tidak ingin Allah mengampunimu?”(An-Nur:22)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
21
يُ ِشي ُر إِلَى- التَّق َوى ه ُهنَا، التَّق َوى َه ُهنَا،ُ َولَ يَح ِق ُره،ُيَخذُلُه
ُك ُّل،ش ِر أَن َيح ِق َر أَخَاهُ ال ُمس ِل َم
َّ ب ام ِرئ ِمنَ ال ِ بِ َحس-صد ِر ِه َ
ظ ُرُ هللا لَ َين
َ ِإ َّن،ُضهُ َو َمالُهُ ال ُمس ِل ِم َعلَى ال ُمس ِل ِم َح َرام َد ُمه ُ َو ِعر
ُ َولَ ِكن يَن،ص َو ِر ُكم
ظ ُر إِلَى قُلُو ِب ُكم َو َ ِإلَى أَج
ُ َولَ ِإلَى،سا ِم ُكم
أَع َما ِل ُكم
“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan
itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian
mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak
suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain.
Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu.
Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling
membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim
adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia
menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan
pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan
merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau
mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah
seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama
muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya,
kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke
tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat
ke hati-hati dan amalan kalian.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no.6066; Muslim, no.6482)
22
21. Membantunya jika ia memerlukan pertolongannya dan
berkenan membantunya dalam menyelesaikan keperluannya
jika ia mampu melakukannya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
23
22. Hendaknya seorang Muslim melindungi saudaranya jika ia
memohon perlindungan dengan Nama Allah, memberinya jika
ia meminta sesuatu dengan Nama Allah dan hendaknya
membalas kebaikannya (dengan kebaikan yang serupa) atau
mendoakannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda
َو َمن َد َعا ُكم، ُطوه ُ ِباللِ فَأَع سأ َ َلَ َو َمن،َُم ِن استَ َعاذَ ِباللِ فَأ َ ِعيذُوه
َفإِن،ُإَلَي ُكم َمع ُروفًا فَ َكافِئُوه صنَ َعَ َو َمن،ُلَم ت َِجدُوا َما فَأ َ ِجيبُوه
ُت ُ َكافِئُونَهُ فَاد ُعوا لَهُ َحتَّى ت ََروا أَنَّ ُكم قَد َكافَأت ُ ُموه
“Barangsiapa yang meminta perlindungan kepadamu dengan
Nama Allah, maka berilah ia perlindungan, barangsiapa meminta
sesuatu kepadamu dengan Nama Allah, maka berilah ia,
barangsiapa yang mengundangmu, maka penuhilah undangannya,
dan barangsiapa yang berbuat baik kepadamu, maka balaslah
kebaikannya; lalu jika kamu tidak mempunyai sesuatu untuk
membalasnya, maka doakan (kebaikan) baginya, sehingga kamu
benar-benar merasa telah membalasnya.”(Diriwayatkan oleh
Ahmad, no.5342; Abu Dawud, no.5109; an-Nasa`i, no.2567; dan al-
Hakim, 2/73. Hadits ini sanadnya hasan)
24