Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AIK 3

Kewajiban Sosial Terhadap Sesama Muslim

Nama : Dhevi Widyawati


NIM : 22109011
Kelas : 1II E
Mata Kuliah : AIK 3
Dosen : Dra. St. Aminah, MA

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2022/2023
Kewajiban Sosial Terhadap Sesama Muslim

A. Adab-Adab Dan Hak-Hak Sesama Muslim


Sesama Muslim percaya bahwa saudaranya mempunyai hak-
hak dan adab-adab yang harus dipenuhi, maka ia berkomitmen
menjalankan dan melaksanakannya terhadap saudaranya sesama
Muslim dan meyakini bahwa ini merupakan ibadah kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala dan ketaatan yang dengannya ia mendekatkan
diri kepada-Nya.
Karena hak-hak dan adab-adab ini telah diwajibkan Allah
Subhanahu wa ta’ala bagi setiap Muslim untuk dilaksankan terhadap
saudaranya sesama Muslim, sehingga tidak diragukan lagi bahwa ini
merupakan ibadah kepada Allah dan sarana untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.

Diantara hak-hak dan adab-adab tersebut adalah :


1. Mengucapkan salam kepadanya saat berjumpa sebelum
mengajaknya bicara
yaitu mengucapkan,`Assalamu’alaikum` dan menjabat tangannya,
lalu dibalas dengan ucapan,`Wa’Alaikumus Salam Warahmatullahi
wa Barakatuh`. Hai ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala,

َ ‫ۗ ُردُّوهَا أَ ۡو ِم ۡن َہا ِبأ َ ۡح‬


‫سنَ فَ َحيُّوا ِبت َِحيَّة ُح ِييتُم َو ِإذَا‬
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah
(dengan yang serupa).”(An-Nisa`:86)

1
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

ِ ِ‫ َوالقَ ِلي ُل َعلَى اَل َكث‬,ِ‫ار َعلَى اَلقَا ِعد‬


‫ير‬ ِ ِ‫ير َعلَى اَل َكب‬
ُّ ‫ َوال َم‬,‫ير‬ َّ ‫س ِلم اَل‬
ُ ‫ص ِغ‬ َ ُ‫ِلي‬
“Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua,
hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk,
hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.”
(Muttafaq‘alaih; al-Bukhari, no. 3231, 3234, dari jalur ‘Atha’ bin
Yasar; no. 6232; Muslim, no. 2160 dari jalur Tsabit bin Al-Ahnaf,
bekas bukda ‘Abdurrahman bin Zaid, ketiga jalur ini dari Abu
Hurairah)

‫ت َو َمن لَم تَع ِرف‬ َّ ‫َوتَق َرأ ُ ال‬


َ ‫سالَ َم َعلَى َمن َع َرف‬
“Dan engkau ucapkan salam, baik kepada orang yang engkau
kenal maupun orang yang tidak engkau kenal.” (Muttafaq’alaih; al-
Bukhari, no.12; Muslim, no.39)

‫غ ِف َر لَ ُه َما قَب َل أَن َيفت َِرقَا‬


ُ َّ‫ان ِإل‬
ِ ‫صافَ َح‬
َ َ‫ان فَ َيت‬
ِ ‫َما ِمن ُمس ِل َمي ِن َيلتَ ِق َي‬
“Tidaklah dua orang Muslim bertemu lalu saling berjabat tangan,
melainkan Allah mengampuni keduanya sebelum mereka
berpisah.”(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no.5212; Ibnu Majah,
no.3703; dan at-Tirmidzi, no.2727)

2. Mentasymitnya bila ia bersin


Yaitu mengucapkan,’Yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu)
bila ia bersin dan memuji Allah (mengucapkan,’Alhamdulillah), lalu
yang bersin membalas dengan ucapan,’Yaghfirullah li wa laka’
(semoga Allah mengampuni aku dan engkau) atau dengan
ucapan,’Yahdikumullah wa yushlih balakum’ (semoga Allah
menunjukimu dan memperbaiki keadaanmu). Hal ini berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,

2
َّ َ ‫ َول َيقُل لَهُ أ َ ُخوهُ َير َح ُم َك‬,ِ‫ اَل َحم ُد ِ ََّلِل‬:‫س أَ َح ُد ُكم فَل َيقُل‬
,ُ‫َللَا‬ َ ‫ط‬َ ‫ِإذَا َع‬
‫ َويُص ِل ُح بَالَ ُكم‬,ُ‫َللَا‬
َّ َ ‫ يَهدِي ُك ُم‬:‫ َفليَقُل‬,ُ‫َللَا‬
َّ َ ‫ يَر َح ُم َك‬:ُ‫َفإِذَا َقا َل لَه‬
“Apabila seseorang di antara kalian bersin hendaklah ia
mengucapkan,’Segala puji bagi Allah’, dan hendaklah saudaranya
mengucapkan kepadanya,’Semoga Allah merahmatimu’. Jika
diucapkan kepadanya ’Yarhamukallah’ hendaklah ia mengucapkan
‘Semoga Allah menunjukimu dan mempebaiki
keadaanmu’.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.6224)

Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu mengatakan,”Apabila Rasulullah


Shallallahu ‘alahi wasallam bersin, beliau meletakkan tangannya
atau ujung bajunya pada mulutnya dan dengannya beliau
merendahkan suaranya.”(Muttafaq’alaih; Abu Dawud, no.5029, at-
Tirmidzi, no.2745)

3. Menjenguknya bila ia sakit dan memohonkan kesembuhan


baginya

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,

َّ ‫ َر ُّد ال‬: ‫ َح ُّق ال ُمس ِل ِم َعلَى ال ُمس ِل ِم خَمس‬،


َ ‫ َو ِع َيا َدة ُ ال َم ِري‬،‫س َال ِم‬
‫ض‬
‫اط ِس‬ ِ َ‫ َوتَش ِميتُ الع‬،ِ‫ َو ِإ َجابَةُ الدَّع َوة‬،‫َواتِبَاعُ الجنَائِ ِز‬
“Hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima: Membalas
salam, menjenguk orang yang sakit, mengantarkan jenazah,
memenuhi undangan dan mentasymit orang yang bersin.”
(Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.1240; Muslim, no.2162)

3
Dan berdasarkan ucapan al-Bara` bin Azib
Radhiyallahu’anhu,”Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam
memerintahkan kami untuk menjenguk orang yang sakit,
mengantarkan jenazah, mentasymit yang bersin, melaksanakan
tuntutan sumpahnya, menolong yang teraniaya, memenuhi
undangan dan menyebarkan salam.”
Serta sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,

َ ِ‫ َوفُ ُّكوا العَان‬, ‫ َوأَط ِع ُموا ال َجائِ َع‬,‫يض‬


‫ى – يَعنِى‬ َ ‫عودُوا ال َم ِر‬ ُ
َ ‫األ َ ِس‬
‫ير‬
“Jenguklah yang sakit, berilah makanan kepada yang lapar dan
bebaskanlah tawanan.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.3046)

4. Mengurusi jenazahnya bila ia meninggal


berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,

َّ ‫ َر ُّد ال‬: ‫َح ُّق ال ُمس ِل ِم َعلَى ال ُمس ِل ِم خَمس‬


ُ ‫ َو ِعيَا َدة‬،‫س َال ِم‬
ِ ‫ َوتَش ِميتُ ال َع‬،ِ‫ َو ِإ َجا َبةُ الدَّع َوة‬،‫ َواتِ َباعُ الجنَائِ ِز‬،‫ض‬
‫اط ِس‬ َ ‫ال َم ِري‬
“Hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima : Menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi
undangan dan mendoakan rahmat bagi yang bersin.”
(Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.1240; Muslim, no.2162)

5. Melaksanakan tuntutan sumpahnya bila ia bersumpah


kepadanya dengan sesuatu yang tidak ada pelanggaran di
dalamnya agar ia tidak melanggar sumpahnya
Hal ini berdasarkan ucapan al-Bara` bin Azib Radhiyallahu’anhu,
“Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam memerintahkan kami untuk
menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, mentasymit yang

4
bersin, melaksankan tuntutan sumpahnya, menolong yang
teraniya, memenuhi undangan dan menyebarkan salam.”

6. Menasihatinya dengan suatu nasihat bila ia meminta nasihat


Yakni dengan menjelaskan kepadanya apa yang dipandangnya
baik atau benar dalam perkara dimaksud, hal ini berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam

‫ فلينصح له‬، ‫إذا استنصح أحدكم أخاه‬


“Jika seseorang di antara kalian meminta nasihat kepada
saudaranya, maka hendaklah ia menasihatinya.”(Diriwayatkan oleh
al-Bukhari, secara mu’allaq dalam Kitab al-Adab, Bab Hal Yabi’
Hadhir Libadin, dan diriwayatkan secara maushul oleh Ahmad,
no.17818)
Dan sabdanya,

ُ ‫ ِل َمن يَا َر‬:‫ قَالُوا‬،ُ‫صي َحة‬


،‫ َو ِل ِكتَابِ ِه‬،ِ‫ َِلِل‬:‫سو َل هللاِ؟ قَا َل‬ ِ َّ‫ال ِدي ُن الن‬
‫ َو َعا َّم ِت ِهم‬، َ‫ َو ِأل َ ِئ َّم ِة ال ُمس ِل ِمين‬،‫سو ِل ِه‬
ُ ‫َو ِل َر‬
“Agama adalah nasihat,”ditanyakan (kepada Nabi Shallallahu
‘alahi wasallam),” Bagi siapa wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab,” Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin
kaum Muslimin dan segenap kaum Muslimin.”(Diriwayatkan oleh
Muslim, no.55)
Seorang Muslim tentunya termasuk ke dalam segenap kaum
Muslimin.

5
7. Mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya
sendiri dan membenci bagi saudaranya apa yang dia benci
bagi dirinya sendiri
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫َما يُ ِحبُّ ِلنَف ِس ِه لَ يُؤ ِم ُن أَ َح ُد ُكم َحتَّى يُ ِحبَّ ِأل َ ِخي ِه‬
“Tidaklah seseorang di antara kalian beriman (dengan sempurna)
sehingga ia mencintai (kebaikan) bagi saudaranya sebagaimana ia
mencintainya untuk dirinya sendiri.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no.13; Muslim, no.45)
Dan sabdanya,

ُ ‫ َوتَ َعا‬،‫َمثَ ُل ال ُمؤ ِمنِينَ فِي ت ََو ِادهِم‬


َ ‫ َمثَ ُل ال َج‬،‫ َوتَ َرا ُح ِم ِهم‬،‫ط ِف ِهم‬
‫ ِإذَا‬،ِ‫سد‬
‫س َه ِر َوال ُح َّمى‬
َّ ‫س ِد بِال‬
َ ‫سائِ ُر ال َج‬ ُ ُ‫اشتَ َكى ِمنه‬
َ ‫عضو تَ َدا َعى‬
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam saling mencintai,
saling menyayangi dan saling mengasihi antar mereka adalah
laksana satu tubuh, jika salah satu anggotanya menderita maka
seluruh tubuh akan merasakan demam dan sulit tidur.”
(Muttafaq’alaih; Muslim, no.2586)
Serta sabdanya,

‫ضا‬ ُ َ‫ان ي‬
ُ ‫ش ُّد بَع‬
ً ‫ضهُ بَع‬ ِ َ‫ال ُمؤ ِم ُن ِلل ُمؤ ِم ِن َكالبُني‬
“Seorang Mukmin terhadap Mukmin lainnya adalah laksana satu
bangunan yang saling menopang satu sama lain.” (Muttafaq’alaih;
al-Bukhari, no.6027; Muslim, no.2585)

6
8. Menolongnya dan tidak membiarkannya dalam tekanan
kapanpun ia membutuhkan pertolongan dan bantuannya
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

ُ ‫َللَا أَن‬
‫ص ُرهُ ِإذَا‬ ُ ‫ظا ِل ًما أَو َمظلُو ًما فَقَا َل َر ُجل يَا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َ ‫صر أَخ‬
َ ‫َاك‬ ُ ‫ان‬
‫ص ُرهُ قَا َل « تَح ُج ُزهُ أَو‬
ُ ‫ف أَن‬ َ َ‫ت إِذَا َكان‬
َ ‫ظا ِل ًما َكي‬ َ ‫ أَفَ َرأَي‬، ‫َكانَ َمظلُو ًما‬
ُّ َ‫تَمنَعُهُ ِمن‬
ُ‫ فَإِ َّن ذَ ِل َك نَص ُره‬، ‫الظل ِم‬
“Tolonglah saudaramu, baik ia zhalim ataupun
dizhalimi.”Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam ditanya oleh
seseorang tentang cara menolongnya dalam keadaan berbuat
zhalim, maka beliau mengatakan,” Engkau tuntun tangannya –
yakni menghentikan dan menghalanginya berbuat zhalim-. Itulah
(bentuk) pertolongan baginya.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari,
no.6952)
Dan berdasarkan sabdanya,

ُ‫ لَ َيظ ِل ُمه‬، ‫ اَلـ ُمس ِل ُم أَ ُخو الـ ُمس ِل ِم‬، ُ‫ َولَ َيح ِق ُره‬، ُ ‫َولَ َيخذُلُه‬
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh
menganiayanya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh
menghinakannya.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.2564)

9. Tidak menimpakan keburukan atau sesuatu yang dibenci


kepadanya.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

ُ ‫ُك ُّل ال ُمس ِل ِم َعلَى ال ُمس ِل ِم َح َرام َد ُمهُ َو َمالُهُ َو ِعر‬


ُ‫ضه‬
“Seorang Muslim atas Muslim lainnya diharamkan darahnya,
hartanya, dan kehormatannya.”(Diriwayatkan oleh Muslim,
no.2564)

7
Dan sabdanya,

‫سانِ ِه َويَ ِد ِه‬


َ ‫س ِل َم المس ِل ُمونَ ِمن ِل‬
َ ‫المس ِل ُم َمن‬
“Seorang Muslim (sejati) adalah yang mana kaum Muslimin
(lainnya) selamat dari (keburukan) lisan dan tangannya.”
(Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.10; Muslim, no.40)
Juga sabdanya,

‫اس َعلَى أَم َوا ِل ِهم َوأَنفُ ِس ِهم‬


ُ َّ‫ال ُمؤ ِم ُن َمن أَ ِمنَهُ الن‬
“Seorang Mukmin (sejati) adalah orang yang kaum Mukminin
(manusia lainnya) merasa aman dari (gangguannya) pada diri dan
harta mereka.”(Diriwayatkan oleh Ahmad, no.6886; at-Tirmidzi,
no.2627; dan al-Hakim, 1/54, shahih)

10. Rendah hati dan tidak menyombongkan diri kepadanya serta


tidak membangunkannya dari tempat duduknya untuk
kemudian mendudukinya
Hal ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala,

َ ُ ‫ٱَلِل َل َو َل ت‬
‫ص ِع ۡر‬ ِ ‫اس َو َل تَمۡ ِش فِى ۡٱأل َ ۡر‬
َ َّ ‫ض َم َر ًحاۖ ِإ َّن‬ ِ َّ‫َّك ِللن‬
َ ‫َخد‬
‫يُ ِحبُّ ُك َّل ُم ۡختَال َف ُخور‬
“Dan janganlah engkau memalingkan muka diri manusia (karena
kesombongan) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi menyombongkan diri.”(Luqman:18)
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫ضعُوا َحتَّى َل َيفخ ََر أَ َحد َعلَى أ َ َحد‬


َ ‫ي أَن ت ََوا‬
َّ َ‫َللَا أَو َحى ِإل‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian
bersikap rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang

8
membanggakan diri terhadap orang lain.”(Diriwayatkan oleh Abu
Dawud, no.4895; dan Ibnu Majah, no.4179, shahih)
Dan sabdanya,

‫ض َع‬
َ ‫َللَاُ َما ت ََوا‬ ِ َّ ِ ‫أَ َحد‬
َّ ُ‫َلِل ِإلَّ َرفَ َعه‬
“Tidaklah seseorang berendah hati karena Allah melainkan Allah
Subhanahu wa ta’ala akan meninggikan
(martabat)nya.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.2588)

Lain dari itu, karena telah ada contoh dari Rasulullah Shallallahu
‘alahi wasallam tentang rendah hati beliau terhadap kaum Muslimin
walaupun beliau adalah penghulu para rasul, dan beliau tidak
congkak serta tidak sombong sehingga beliau tetap berkenan untuk
berjalan bersama para janda, fakir miskin dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka. Bahkan dalam salah satu doanya
beliau mengucapkan,

ِ‫ َواحشُرنِي فِي ُزم َرة‬، ‫ َوأَ ِمتنِي ِمس ِكينًا‬، ‫اللَّ ُه َّم أَح ِينِي ِمس ِكينًا‬
‫ين‬
ِ ‫سا ِك‬
َ ‫ال َم‬
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah
aku dalam keadaan miskin, serta himpunkanlah aku bersama
golongan orang-orang miskin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
no.4126; dan al-Hakim, 4/358)
Juga berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫سعُوا‬ ُ ‫لَ يُ ِقي َم َّن أَ َح ُد ُكم َر ُجالً ِمن َمج ِل ِس ِه ث ُ َّم يَج ِل‬
َّ ‫ َول ِكن ت ََو‬، ‫س فِي ِه‬
‫س ُحوا‬ َّ ‫َوتَ َف‬

9
“Jangalah seseorang di antara kalian membangunkan seseorang
dari tempat duduknya lalu ia menduduki tempatnya, akan tetapi
lapangkanlah dan luaskanlah.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari,
no.6269; Muslim, no.2177)

11. Tidak mendiamkannya lebih dari tiga hari, berdasarkan sabda


Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam

‫ض‬ ُ ‫ث لَياَل يَلتقَيِا َ ِن فَيُع ِر‬ ِ َ‫َل يح ُّل لمس ِلم أَن يَه ُج َر أَخَاهُ فَوقَ ثَال‬
َّ ‫ض َهذَا َوخَي ُرهُ َما الَّذِي َيب َدأ ُ بال‬
‫س َال ِم‬ ُ ‫َهذَا َويُع ِر‬
“Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih
dari tiga (hari). Ketika keduanya bertemu, yang ini berpaling dan
yang itu pun berpaling. Yang terbaik di antara keduanya adalah
yang memulai dengan salam.” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.6077;
Muslim, no.2560)
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam,

ِ َّ ‫َو َل تَ َدابَ ُروا َو ُكونُوا ِعبَا َد‬


‫َللَا إِخ َوانًا‬
“Dan janganlah kalian saling membelakangi, tapi jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.”(Diriwayatkan oleh
Muslim, no.2563)
Yang dimaksud saling membelakangi adalah tidak saling
mempedulikan dan masing-masing memalingkan diri dari yang
lainnya.

12. Tidak menggunjing, menghina, mencela, mengolok-olok,


menjulukinya dengan panggilan yang buruk, dan tidak
menceritakan perkataannya untuk merusak hubungannya
(dengan orang lain)

10
Hal ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala,

َّ ‫ض‬
‫ٱلظ ِن‬ َّ َ‫يرا ِمن‬
َ ۡ‫ٱلظ ِن إِ َّن بَع‬ ً ِ‫ٱجتَنِبُوا َكث‬ ۡ ‫يَـأَيُّ َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا‬
ۗ‫ضا‬ ُ ۡ‫سوا َو َل َي ۡغتَب بَّع‬
ً ۡ‫ض ُكم َبع‬ ُ ‫س‬ َّ ‫أَيُ ِحبُّ أَ َح ُدڪ ُۡم ِإ ۡثمۖ َو َل تَ َج‬
ُ ‫أَن َي ۡأ‬
ُۗ‫ڪ َل لَ ۡح َم أَ ِخي ِه َم ۡيتًا فَ َك ِر ۡهت ُ ُموه‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.”(Al-Hujurat:12)
Dan Firman-Nya,

‫قَ ۡوم ِمن قَ ۡوم َع َسى أَن َي ُكونُوا خ َۡي ًرا َيـأ َ ُّي َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا َل َي ۡسخ َۡر‬
‫ن َو َل‬ۖ َّ ‫سى أَن َي ُك َّن خ َۡي ًرا ِم ۡن ُہ‬
َ ‫ساء َع‬ َ ِ‫ِم ۡن ُہ ۡم َو َل ن‬
َ ِ‫ساء ِمن ن‬
ُ ُ‫س ٱِل ِۡس ُم ۡٱلف‬
‫سو ُق بَعۡ َد‬ َ ‫ب ِب ۡئ‬ ِۖ ‫س ُك ۡم َو َل تَنَابَ ُزوا ِب ۡٱأل َ ۡلقَـ‬
َ ُ‫ت َۡل ِم ُزوا أَنف‬
َّ ‫ٱۡلي َمـ ِن َو َمن لَّ ۡم يَت ُ ۡب فَأُولَـ ِٕٮ َك ُه ُم‬
َ‫ٱلظـ ِل ُمون‬ ِۡ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-
olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain, (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(Al-Hujurat:11)

11
Serta sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫ أَتَد ُرونَ َما ال ِغيبَةُ ؟ قَالُوا‬: ‫ ذِك ُر َك‬: ‫ قَا َل‬،‫سولُهُ أَعلَ ُم‬ ُ ‫هللاُ َو َر‬
‫ت ِإن َكانَ ِفي أَخي َما أَقُو ُل ؟‬ َ ‫ أَفَ َرأَي‬: ‫ فَ ِقي َل‬،ُ‫َاك ِب َما َيك َره‬
َ ‫أَخ‬
‫ َو ِإن لَم َي ُكن فِي ِه َما‬،ُ‫ ِإن َكانَ فِي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ِد اغتَبتَه‬: ‫قَا َل‬
ُ‫تَقُو ُل فَقَد بَ َهتَّه‬
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat
menjawab,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau
bersabda,”Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu
yang tidak disukainya.” Ada yang bertanya,” Bagaimana jika yang
aku katakan itu memang benar ada pada saudaraku?” Beliau
Shallallahu ‘alahi wasallam menjawab,” Jika yang engkau katakan
itu benar ada padanya, berarti engkau telah menggunjingnya, dan
jika yang engkau katakan itu tidak ada padanya, berarti engkau
telah melakukan tuduhan dusta terhadapnya.”(Diriwayatkan oleh
Muslim, no.2589)
Dalam sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam lainnya disebutkan,

ُ ‫ُك ُّل ال ُمس ِل ِم َعلَى ال ُمس ِل ِم َح َرام َد ُمهُ َو َمالُهُ َو ِعر‬


ُ‫ضه‬
“Seorang Muslim atas Muslim lainnya diharamkan darahnya,
hartanya, dan kehormatannya.”(Diriwayatkan oleh Muslim,
no.2564)
Dalam sabda lainnya disebutkan,

‫ش ِر أَن يَح ِق َر أخَاهُ ال ُمس ِل َم‬


َّ ‫ب ام ِرئ ِمنَ ال‬
ِ ‫ِب َحس‬
“Cukuplah seseorang dianggap berbuat jahat bila ia meremehkan
saudaranya yang Muslim.” (Muttafaq’alaih; Muslim, no.2564)

12
Serta sabdanya,

‫لَ يَد ُخ ُل ال َجنَّةَ نَ َّمام‬


“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba
(menghasut).” (Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.6056; Muslim,
no.105)

13. Tidak mencacinya tanpa alasan yang benar, baik ketika masih
hidup maupun setelah meninggal
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫ َوقِتَالُهُ ُكفر‬،‫سوق‬
ُ ُ‫اب اَل ُمس ِل ِم ف‬
ُ َ‫ِسب‬
“Mencaci seorang Muslim itu adalah suatu kefasikan dan
membunuhnya adalah suatu kekufuran.” (Muttafaq’alaih; al-
Bukhari, no.48; Muslim, no.64)

‫ق َو َل يَر ِمي ِه بِالكُف ِر إِ َّل ارتَدَّت َعلَي ِه‬ ُ ُ‫َل يَر ِمي َر ُجل َر ُج ًال بِالف‬
ِ ‫سو‬
‫احبُهُ َكذَ ِل َك‬
ِ ‫ص‬َ ‫إِن لَم يَ ُكن‬
“Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik
atau kafir kecuali tuduhan itu akan kembali kepadanya jika yang
dituduhnya itu tidak demikian.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no.6045)

‫ َما لَم َيعتَ ِد ال َمظلُو ُم‬،‫ِئ‬


ِ ‫ال فَ َعلَى ال َباد‬
َ َ‫َّان َما ق‬
ِ ‫ال ُمستَب‬
“Dua orang yang saling mencaci adalah dalam kondisi seperti yang
mereka ucapkan. Maka dosa cacian itu ditanggung yang memulai
sehingga orang yang dizhalimi membalasnya secara
berlebihan.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Dawud, no.4894)

13
َ ‫ قَالُوا َو َكي‬, ‫الر ُج ُل َوا ِل َدي ِه‬
َّ ‫ف يَشت ُ ُم‬
‫الر ُج ُل‬ َّ ‫ِمن ال َكبَائِ ِر أَن يَشت ُ َم‬
ُ ‫الر ُج ُل فَيَشت ُ ُم أَبَاهُ َو أ ُ َّمه‬
َّ ‫ قَا َل يَشت ُ ُم‬, ‫َوا ِل َدي ِه‬
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci kedua
orangtuanya.” Para sahabat bertanya,”Apa mungkin seseorang
mencaci orangtuanya sendiri?” Beliau menjawab,”Ya, ia mencaci
ayah seseorang lalu yang ayahnya dicaci itu mencaci ayahnya, lalu
ia mencaci ibunya dan orang itu pun mencaci pula ibunya.”
(Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.5973; Muslim, no.90)

14. Tidak dengki, berburuk sangka, membenci ataupun memata-


matainya (mencari-cari kesalahannya)
Hal ini berdasarkan Firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

َّ ‫ض‬
‫ٱلظ ِن‬ َّ َ‫يرا ِمن‬
َ ۡ‫ٱلظ ِن إِ َّن بَع‬ ۡ ‫يَـأَيُّ َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا‬
ً ِ‫ٱجتَنِبُوا َكث‬
ۗ‫ضا‬ ُ ۡ‫سوا َو َل َي ۡغتَب بَّع‬
ً ۡ‫ض ُكم َبع‬ ُ ‫س‬َّ ‫ِإ ۡثمۖ َو َل تَ َج‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.”(Al-
Hujurat:12)
Dan Firman-Nya,

‫ظ َّن ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِمنَـتُ بِأَنفُ ِس ِہ ۡم خ َۡي ًرا َّل ۡو َل إِ ۡذ‬
َ ُ‫س ِمعۡ ت ُ ُموه‬
َ
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-
orang Mukmin dan Mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri
mereka sendiri.”(An-Nur:12)

14
Dan berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫ َولَ َي ِبع‬،‫ َولَ تَ َدا َب ُروا‬،‫ضوا‬


ُ ‫ َولَ تَ َبا َغ‬،‫شوا‬
ُ ‫ َولَ تَنَا َج‬،‫سدُوا‬
َ ‫لَ تَ َحا‬
ً ‫ َو ُكونُوا ِعبَا َد هللاِ ِإخ َوانا‬،‫ض ُكم َعلَى بَي ِع بَعض‬
ُ ‫بَع‬
“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling berbantah-
bantahan, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi
dan janganlah sebagian kalian membeli (sesuatu) yang sudah
ditawar orang lain, akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang saling bersaudara.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.2563)
Serta sabdanya,

َّ
‫الظن أكذب الحديث‬ َّ ،‫والظن‬
‫فإن‬ َّ ‫إياكم‬
“Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena sesungguhnya
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.”(Diriwayatkan
oleh al-Bukhari, no.5144)

15. Tidak mencurangi atau menipunya,


sebab Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman

‫سبُوا فَقَ ِد‬


َ َ‫ٱڪت‬ ِ ‫َوٱلَّذِينَ يُ ۡؤذُونَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِمنَـ‬
ۡ ‫ت بِغ َۡي ِر َما‬
‫ٱحتَ َملُوا بُهۡ تَـنًا َو ِإ ۡث ًما ُّم ِبينًا‬
ۡ
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin dan
Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata.”(Al-Ahzab:58)
Dan Firman-Nya,

15
ۡ ‫َطيـَٔةً أَ ۡو ِإ ۡث ًما ث ُ َّم يَ ۡر ِم بِ ِهۦ بَ ِريـا فَقَ ِد‬
‫ٱحتَ َم َل‬ ِ ‫َو َمن يَ ۡك ِس ۡب خ‬
‫بُہۡ تَـنًا َوإِ ۡث ًما ُّمبِينًا‬
“Dan barangsiapa yang melakukan suatu kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka
sungguh ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yan
nyata.”(An-Nisa`:112)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

ِ ‫س ِمنَّا َمن َح َم َل َعلَينَا‬


‫الس َال َح َو‬ َ ‫شنَا فَلَي‬
َّ ‫َمن َغ‬
“Barangsiapa yang membawa senjata untuk (membahayakan)
kami dan barangsiapa yang berbuat curang terhadap kami, maka
ia bukan dari golongan kami.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.101)
Sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam juga,

‫ َوه َُو غَاش‬, ُ‫ يَ ُموتُ يَو َم يَ ُموت‬,ً‫َللَاُ َر ِع َّية‬


َّ ‫َما ِمن َعب ِد يَستَر ِعي ِه‬
َّ َ ‫ إِ َّل َح َّر َم‬,‫ِل َر ِعيَّتِ ِه‬
َ‫َللَاُ َعلَي ِه اَل َجنَّة‬
“Tidaklah seorang hamba yang ditugasi Allah memimpin rakyat, lalu
ia mati dalam keadaan curang terhadap rakyatnya melainkan Allah
mengharamkan surga atasnya.”(Muttafaq’alaih; al-Bukhari,
no.7151; Muslim, no.142)

16. Tidak melanggar perjanjian atau mengkhianatinya dan tidak


berdusta kepadanya atau menunda-nunda pembayaran hutang
kepadanya,
Sebab Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman,

ۗ‫َيـأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا أَ ۡوفُوا ِب ۡٱلعُقُو ِد‬


“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.”(Al-
Ma`idah:1)

16
ۗۖ ‫َو ۡٱل ُموفُونَ بِ َعهۡ ِده ِۡم ِإذَا َعـ َهدُوا‬
“Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila mereka
berjanji.”(Al-Baqarah:177)

ً‫َوأَ ۡوفُوا بِ ۡٱلعَهۡ ِ ۖد إِ َّن ۡٱلعَهۡ َد َكانَ َم ۡسـُٔول‬


“Dan penuhilah janji itu, karena sesungguhnya janji itu akan dimintai
pertanggungjawabannya.”(Al-Isra`:34)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

‫ َو َمن َكانَت فِي ِه خَصلَة‬، ‫صا‬


ً ‫أَر َبع َمن ُك َّن فِي ِه َكانَ ُمنَافِقًا خَا ِل‬
ِ ‫ِمن ُه َّن َكانَت فِي ِه خَصلَة ِمنَ النِفَا‬
َ‫ق َحتَّى يَ َد َع َها ِإذَا اؤت ُ ِمن‬
َ ‫ َو ِإذَا خَا‬، ‫ب َو ِإذَا َعا َه َد َغ َد َر‬
‫ص َم فَ َج َر‬ َ َ‫َّث َكذ‬
َ ‫خَانَ َو ِإذَا َحد‬
“Ada empat sifat, barangsiapa yang sifat-sifat itu ada pada dirinya,
maka ia adalah seorang munafik tulen, dan barangsiapa yang
padanya ada satu sifat saja, maka ia memiliki satu sifat
kemunafikan hingga ia menaggalkannya, yaitu : Apabila dipercaya
ia berkhianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia
mengkhianati dan apabila ia berbantah-bantahan maka dia berbuat
keji.”(Muttafaq’alaih; al-Bukhari, no.34; Muslim, no.38)
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,

ِ‫ ثَالَثَة أَنَا خَﺼﻤُهُﻢ يَﻮمَ القِﻴَامَة‬: ،َ‫رَجُﻞ أَعﻄَى بِي ثُﻢَ غَﺪَر‬
‫ وَرَجُﻞ اسﺘَأجَﺮَ أَجِﻴﺮًا فَاسﺘَﻮفَى‬،ُ‫وَرَجُﻞ بَاعَ حُﺮًا فَأَكَﻞَ ثَﻤَﻨَه‬
‫ُهَﺮجَأ ِﻂعُي ﻢَلَو ُهﻨِم‬
“Ada tiga orang yang Aku menjadi musuh mereka pada Hari
Kiamat kelak; yaitu seseorang memberikan janji dan sumpahnya
atas nama-Ku lalu ia mengkhianatinya, seseorang yang menjual
seorang yang merdeka lalu ia makan harganya dan seseorang

17
yang mempekerjakan seorang pekerja dan pekerja itu pun
memenuhi pekerjaannya namun ia tidak memberikan
upahnya.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.2227)

17. Hendaklah mempergaulinya dengan akhlak yang mulia,


memberinya segala sesuatu yang ma’ruf dan menahan diri
dari menyakitinya, menghadapinya dengan wajah ceria,
menerima kebalikannya, memaafkan kesalahannya dan tidak
membebaninya dengan sesuatu diluar kesanggupannya. Tidak
mencari ilmu ataupun penjelasan kepada orang yang bodoh
atau orang yang dungu
Sebab, Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman,

َ‫ض َع ِن ۡٱل َجـ ِهلِين‬ ِ ‫ُخ ِذ ۡٱلعَ ۡف َو َو ۡأ ُم ۡر بِ ۡٱلعُ ۡر‬


ۡ ‫ف َوأَ ۡع ِر‬
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhnya orang mengerjakan yang
ma’ruf, serta berpalingnya dari orang-orang yang bodoh.”(Al-
A’raf:199)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

ِ ‫ َوخَا ِل‬،‫سنَةَ تَم ُح َها‬


‫ق‬ َّ ‫ َوأَت ِب ِع ال‬،‫ت‬
َ ‫س ِيئَةَ ال َح‬ َ ‫هللا َحيث ُ َما ُكن‬
َ ‫ق‬ ِ َّ‫اس ات‬
َ ‫ال َّن‬
‫سن‬َ ‫ِب ُخلُق َح‬
“Bertakwalah kamu di mana saja kamu berada dan ikutilah
perbuatan buruk dengan perbuatan kebajikan, niscaya ia
menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang
baik.”(Diriwayatkan oleh al-Hakim, 1/121; at-Tirmidzi, no.1987, dan
dihasankannya)

18
18. Memuliakannya jika saudaranya itu lebih tua darinya dan
menyayanginya jika ia lebih kecil
Sebab Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam telah bersabda,

َ ‫يرنَا َويُ َوقِر َك ِب‬


‫يرنَا‬ َ ‫س ِمنَّا َمن لَم يَر َحم‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ‫َلي‬
“Bukan dari golongan kami orang tidak belas kasihan kepada orang
yang muda di antara kami dan yang tidak hormat kepada orang
yang tua di antara kami.”(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-
Tirmidzi, no.1921)
Sabda beliau juga,

‫ام ذِي‬ ِ َّ ‫شيبَ ِة ال ُمس ِل ِم ِإ َّن ِمن ِإج َال ِل‬


َ ‫َللَا ِإك َر‬ َّ ‫ال‬
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah
memuliakan orang lanjut usia yang Muslim.”(Diriwayatkan dari oleh
Abu Dawud, no.4843, dengan sanad hasan)
Sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam,

‫َكبِر َكبِر‬
“Mulailah dari yang tua, mulailah dari yang tua.” (Diriwayatkan dari
oleh Abu Dawud, no.2173; Muslim, no.1669)
Di antara akhlak yang diketahui dari Rasulullah Shallallahu ‘alahi
wasallam dalam hal ini adalah, ketika seorang bayi dihadirkan
kepada beliau untuk didoakan mendapat berkah dan diberi nama.
Beliau biasa meletakkan bayi itu pada pangkuannya hingga kadang
sang bayi pipis dipangkuan beliau.
Telah diriwayatkan bahwa apabila beliau Shallallahu ‘alahi
wasallam datang dari suatu perjalanan jauh, beliau disambut oleh
anak-anak, maka beliau pun menyambut mereka dan beliau
menyuruh para sahabat membawa anak-anak kepada beliau, maka
di antara mereka ada yang beliau gendong di bagian depan dan

19
ada pula yang digendong di punggung beliau. Beliau juga
menyuruh para sahabatnya agar menggendong sebagian mereka
sebagai ungkapan rasa sayang beliau kepada mereka.

19. Bersikap obyektif kepada saudaranya dan mempergaulinya


dengan baik sebagaimana ia sendiri suka jika diperlakukan
dengan baik
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam telah bersabda,
“Seseorang tidak akan dapat menyempurnakan imannya sehingga
ada tiga sifat pada dirinya, yaitu suka berinfak karena
(menghilangkan) sifat kikir, bersikap obyektif pada dirinya sendiri
dan menebarkan salam.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
secara mu’allaq dalam Kitab al-Iman, Bab Ifsya’ as-Salam, dari
perkataan Ammar bin Yasar)
Sabda beliau Shallallahu ‘alahi wasallam juga,

ِ َّ‫َمن أَ َحبَّ أَن يُزَ حزَ َح َع ِن الن‬


‫ فَلتَأتِ ِه َمنِيَّتُهُ َوه َُو‬،َ‫ار َويُد َخ َل ال َجنَّة‬
‫من ب ِاللِ َواليَو ِم‬ ُ ‫اس َما يُ ِحبُّ أَن يُؤ‬ ِ َّ‫ت ِإلَى الن‬
ِ ‫ َوليَأ‬،‫اْل ِخ ِر‬
‫يُؤتَى إِلَي ِه‬
“Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, hendaknya dalam keadaan beriman kepada Allah
‘azza wa jalla dan hari akhir saat kematian
mendatanginya. Hendaklah dia berbuat baik kepada manusia apa
yang dia suka untuk diperbuat terhadap dirinya.”(Diriwayatkan oleh
Muslim)

20
20. Memaafkan kesalahan dan menutup aibnya serta tidak
mendengarkan pembicaraan yang dirahasiakan darinya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

َ‫ٱَلِل يُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡح ِسنِين‬


َ َّ ‫ف َع ۡن ُہ ۡم َوٱصۡ فَ ۡح ِإ َّن‬ ۡ َ‫ف‬
ُ ‫ٱع‬
“Maka maafkan dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(Al-Ma`idah:13)

ِ ‫ى لَهُ ۥ ِم ۡن أ َ ِخي ِه ش َۡىء فَٱتِبَاعُ بِ ۡٱل َمعۡ ُر‬


‫وف‬ ُ ‫َف َم ۡن‬
َ ‫ع ِف‬
“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik.”(Al-Baqarah:178)

َّ ‫فَ َم ۡن َعفَا َوأَصۡ لَ َح فَأ َ ۡج ُرهُ ۥ َعلَى‬


ِۗ‫ٱَلِل‬
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya
atas (tanggungan) Allah.”(Asy-Syuara:40)

ۗ‫لَكُ ۡم‬ َّ ‫َو ۡليَعۡ فُوا َو ۡليَصۡ فَ ُحوا أَ َل ت ُ ِحبُّونَ أَن يَ ۡغ ِف َر‬
ُ‫ٱَلِل‬
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tidak ingin Allah mengampunimu?”(An-Nur:22)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

‫َللَاُ َعبدًا بِعَفو إِلَّ ِع ًّزا‬


َّ ‫َما زَ ا َد‬
“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba disebabkan
pemaafannya, melainkan kemuliaan.”(Diriwayatkan oleh Muslim,
no.2588)

،‫سوا‬ َّ ‫ َولَ تَ َج‬،‫سوا‬


ُ ‫س‬ َّ ‫ َولَ تَ َح‬،ِ‫ب ال َحدِيث‬
ُ ‫س‬ َّ ‫الظ َّن فَإِ َّن‬
ُ َ‫الظ َّن أَكذ‬ َّ ‫ِإيَّا ُكم َو‬
‫ َو ُكونُوا‬،‫ َولَ تَ َدابَ ُروا‬،‫ضوا‬
ُ ‫ َولَ تَ َبا َغ‬،‫سدُوا‬
َ ‫ َولَ تَ َحا‬،‫سوا‬
ُ َ‫َولَ تَنَاف‬
َ‫ َول‬،ُ‫ لَ َيظ ِل ُمه‬،‫ ال ُمس ِل ُم أَ ُخو ال ُمس ِل ِم‬،‫هللا ِإخ َوانًا َك َما أ َ َم َر ُكم‬
َ ‫ِع َبا َد‬

21
‫يُ ِشي ُر إِلَى‬- ‫ التَّق َوى ه ُهنَا‬،‫ التَّق َوى َه ُهنَا‬،ُ‫ َولَ يَح ِق ُره‬،ُ‫يَخذُلُه‬
‫ ُك ُّل‬،‫ش ِر أَن َيح ِق َر أَخَاهُ ال ُمس ِل َم‬
َّ ‫ب ام ِرئ ِمنَ ال‬ ِ ‫ بِ َحس‬-‫صد ِر ِه‬ َ
‫ظ ُر‬ُ ‫هللا لَ َين‬
َ ‫ ِإ َّن‬،ُ‫ضهُ َو َمالُه‬ُ ‫ال ُمس ِل ِم َعلَى ال ُمس ِل ِم َح َرام َد ُمه ُ َو ِعر‬
ُ ‫ َولَ ِكن يَن‬،‫ص َو ِر ُكم‬
‫ظ ُر إِلَى قُلُو ِب ُكم َو‬ َ ‫ِإلَى أَج‬
ُ ‫ َولَ ِإلَى‬،‫سا ِم ُكم‬
‫أَع َما ِل ُكم‬
“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan
itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian
mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak
suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain.
Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu.
Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling
membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim
adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia
menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan
pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan
merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau
mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah
seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama
muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya,
kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke
tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat
ke hati-hati dan amalan kalian.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no.6066; Muslim, no.6482)

22
21. Membantunya jika ia memerlukan pertolongannya dan
berkenan membantunya dalam menyelesaikan keperluannya
jika ia mampu melakukannya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

ۗۖ ‫َوٱلت َّ ۡق َوى‬ ‫َوتَ َع َاونُوا َعلَى ۡٱل ِب ِر‬


“Dan tolong-menolonglah kamu di dalam kebajikan dan takwa.”(Al-
Ma`idah:2)

ِ ‫سنَةً يَ ُكن لَّهُ ۥ ن‬


ۖ ‫َصيب ِم ۡن َہ‬
ۗ‫ا‬ َ ‫شفَـعَةً َح‬
َ ‫َّمن يَ ۡشفَ ۡع‬
“Barangsiapa yang memberikan syafa`at yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bagian (pahala) darinya.”(An-Nisa`:85)
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

ً‫َللَاُ َعنهُ ُكر َبة‬


َّ ‫س‬ ِ ‫س َعن ُمؤ ِمن ُكر َبةً ِمن كُ َر‬
َ َّ‫ب الدُّن َيا نَف‬ َ َّ‫َمن نَف‬
‫َللَاُ َعلَي ِه فِي‬ َّ ‫س َر َعلَى ُمع ِسر َي‬
َّ ‫س َر‬ ِ ‫ِمن ُك َر‬
َّ ‫ َو َمن َي‬،‫ب َيو ِم ال ِق َيا َم ِة‬
،ِ‫اْلخ َرة‬
ِ ‫َللَاُ فِي الدُّنيَا َو‬
َّ ُ‫ست ََره‬
َ ‫ست ََر ُمس ِل ًما‬
َ ‫ َو َمن‬،ِ‫اْلخ َرة‬
ِ ‫الدُّنيَا َو‬
‫َللَاُ فِي َعو ِن العَب ِد َما َكانَ العَب ُد فِي َعو ِن أَ ِخي ِه‬
َّ ‫َو‬
“Barangsiapa yang melepaskan dari seorang Mukmin satu
kesulitan dari kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah melepaskan
darinya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan pada Hari Kiamat;
dan barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada orang
yang sedang kesulitan, niscaya Alllah memberikan kemudahan
padanya di dunia dan di akhirat; dan barangsiapa yang menutup
aurat (aib) seorang Muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia
dan di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba
selama ia senantiasa menolong saudaranya.”(Diriwayatkan oleh
Muslim, no.2669)

23
22. Hendaknya seorang Muslim melindungi saudaranya jika ia
memohon perlindungan dengan Nama Allah, memberinya jika
ia meminta sesuatu dengan Nama Allah dan hendaknya
membalas kebaikannya (dengan kebaikan yang serupa) atau
mendoakannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda

‫ َو َمن َد َعا ُكم‬، ُ‫طوه‬ ُ ‫ِباللِ فَأَع‬ ‫سأ َ َل‬َ ‫ َو َمن‬،ُ‫َم ِن استَ َعاذَ ِباللِ فَأ َ ِعيذُوه‬
‫ َفإِن‬،ُ‫إَلَي ُكم َمع ُروفًا فَ َكافِئُوه‬ ‫صنَ َع‬َ ‫ َو َمن‬،ُ‫لَم ت َِجدُوا َما فَأ َ ِجيبُوه‬
ُ‫ت ُ َكافِئُونَهُ فَاد ُعوا لَهُ َحتَّى ت ََروا أَنَّ ُكم قَد َكافَأت ُ ُموه‬
“Barangsiapa yang meminta perlindungan kepadamu dengan
Nama Allah, maka berilah ia perlindungan, barangsiapa meminta
sesuatu kepadamu dengan Nama Allah, maka berilah ia,
barangsiapa yang mengundangmu, maka penuhilah undangannya,
dan barangsiapa yang berbuat baik kepadamu, maka balaslah
kebaikannya; lalu jika kamu tidak mempunyai sesuatu untuk
membalasnya, maka doakan (kebaikan) baginya, sehingga kamu
benar-benar merasa telah membalasnya.”(Diriwayatkan oleh
Ahmad, no.5342; Abu Dawud, no.5109; an-Nasa`i, no.2567; dan al-
Hakim, 2/73. Hadits ini sanadnya hasan)

24

Anda mungkin juga menyukai