Memenuhi undangan.
Memenuhi undangan sesama kaum
muslimin sangat dianjurkan. Baik
undangan pernikahan atau undangan
kegiatan mubah lainnya.
Allah Subahaanahu Wa Ta’aalaa telah
berfirman:
َ َْولَ ِكنْْ ِإذَاْدُ ِعيتُمْْفَاد ُخلُواْفَإِذَا
ْْط ِعمتُم
فَانت َ ِش ُروا
“Tetapi jika kamu dipanggil maka
masuklah dan apabila kamu selesai
makan, keluarlah kamu” (QS. Al
Ahzaab: 53).
Dalam sebuah hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim (No.
3740), Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallam bersabda:
َْ ساْ َك
ْان ُ ْْعاْأ َ َحدُ ُكمْْأَخَا ْهُْفَلْيُ ِجب
ً عر َ َِإذَاْد
ُأَوْْنَح َوْه
“Bila salah seorang diantara kalian
mengundang saudaranya, maka
hendaklah ia memenuhi undangan
tersebut. Baik undangan tersebut
berupa walimah urs (resepsi
pernikahan) atau yang sejenisnya.”
Memberikan nasehat.
Kita wajib memberi nasihat yang baik
kepada saudara kita bila yang
bersangkutan memintanya. Tidak boleh
mempermainkan mereka saat mereka
membutuhkan nasehat, apalagi
membohongi karena hal itu termasuk
pengkhianatan baginya.
Mengiringi jenazahnya.
Mengiringi jenazah hukumnya sunnah.
(ad Dur al Muhtaar 1/833, asy Syarh al
Kabiir 1/418, al Muhadzdzab 1/136,
Mughnil Muhtaaj 1/367, al Majmu’
5/286 dan al Mughni 2/473).
Hal ini berdasarkan hadits al Baraa’ bin
‘Azib radhiyallaahu ‘anhu, beliau
berkata:
ْْونهاناْعن،ْهللاِْﷺْبسبع ُْ سو
ْ ْل ُ أ َ َم َرنَاْ َر
ِْاع
ْ َْ َواتِب،ْْأ َم َرنَاْبعيَادَةْال َم ِريض:ْسبع
ِال َجنَازَ ْة
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam
memerintahkan kami dengan tujuh hal
dan melarang kami dari tujuh perkara.
Beliau memerintahkan kami untuk
menjenguk orang sakit, mengiringi
jenazah.. (HR. Bukhari, no. 1239 dan
Muslim, no. 2066).
Dalam Shahih Bukhari (1325) dan
Muslim (945), dari Abu Hurairah
radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam
menjelaskan keutamaan mengiringi
jenazah:
ُْصلَّىْ َعلَي َهاْفَلَ ْه َ ُش ِه ْدَْال ِجنَازَ ْة َْ َحتَّىْي َ َْْمن
ُْنْفَلَ ْه َْ َش ِهدَ َهاْ َحتَّىْتُدف َ ْْْ َو َمن،يراط َ ِق
ُْ ْ ِمث:ل
ْل َْ ان؟ْقَا ِ َ
ط اير
َ ق
ِ لَ ا ْ ا م و
َ َ ْ: ْ
ل
َ ي ق
ِ ْ. ْ
ان َ
ِ يرا
ط َ ِق
ِْ نْاَلعَ ِظي َمي
ن ِْ اَل َجبَلَي
“Siapa yang menghadiri jenazah hingga
jenazah tersebut dishalatkan maka
baginya pahal satu qirath. Siapa yang
menghadirinya sampai proses
pemakaman, maka baginya dua qirath”.
Kemudian ditanyakan: “Apakah yang
dimaksud dengan dua qirath?” Beliau
menjawab: “Seperti dua gunung
besar.”
Dalam riwayat di Shahih Muslim
(2/653) disebutkan: sampai jenazah
diletakkan di liang lahat.
Menurut riwayat Bukhari (47) pula dari
hadits Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu:
ْانْ َمعَ ْهُْ َحتَّى َْ ْ َْو َك،سابًا َ َمنْْت َ ِب َْعْ َجنَازَ ْة َْ ُمس ِلمْْ ِإي َمانًاْ َواح ِت
ْ،طي ِن َ يرا َْ علَي َهاْ َويُف َر
َ غْ ِمنْْدَفنِ َهاْفَإِنَّ ْهُْيَر ِج ُْعْ ِب ِق َ ْصلَّى َ ُي
ْل َ ْصلَّى
َْ ْث ُ َّْمْ َر َج َْعْقَب،علَي َها َ ْْْ َو َمن.ْلْأ ُ ُحد ُْ يراطْْ ِمث َ ُِكلْْق
َ ْفَإنَّ ْهُْيَر ِج ُْعْ ِب،ْن
ْقيراط َْ َأنْْتُدف
“Barangsiapa mengikuti jenazah
seorang muslim karena iman dan
mengharapkan pahala, ia bersamanya
sampai disholatkan dan selesai
pemakamannya, maka sesungguhnya ia
pulang dengan dua qirath, tiap qirath
seperti gunung Uhud. Siapa yang
menyalatkan kemudian pulang sebelum
dimakamkan maka sesungguhnya ia
pulang dengan satu qirath.