Anda di halaman 1dari 3

Sampai Manakah Batasan Toleransi?

Sesungguhnya agama kita terbangun di atas rasa toleransi dan menghilangkan kesusahan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫بُ ِع ْثتُ بِا ْل َحنِ ْيفِيَ ِة ال‬


‫س ْم َح ِة‬

“Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran.” (HR. Ahmad)

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

‫ج‬ ِ ‫َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الد‬


ٍ ‫ِّين ِمنْ َح َر‬

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan suatu kesempitan untuk kamu dalam agama.” (al-
Hajj/22:78).

Sikap toleran dan mengangkat kesempitan (kesusahan) merupakan ciri agama yang agung ini,
berbeda dengan syariat agama-agama terdahulu yang banyak terdapat kekangan, dan
belenggu yang menyusahkan, akibat dari penentangan dan penyelisihan mereka terhadap
perintah-perintah Allah, serta sikap perlawanan mereka terhadap nabi-nabi yang diutus
kepada mereka.

Sikap toleransi dan mempermudah dalam syariat Islam terdapat pada perintah, larangan dan
pensyariatan Islam. Toleransi tidak bisa dimaknai dengan melepaskan atau meninggalkan
hukum-hukum yang terkandung dalam syariat, karena –jika demikian-, maka itu merupakan
sikap mudahanah dalam urusan agama, bukan sikap toleransi yang diinginkan Islam.

Allah Ta’ala berfirman:

َ‫ث َأ ْنتُ ْم ُم ْد ِهنُون‬


ِ ‫َأفَبِ ٰ َه َذا ا ْل َح ِدي‬

“Maka apakah kamu bermudahanah dengan Alquran ini? (al-Waqiah/56:81).

Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di rahimahullah saat menafsirkan ayat ini mengatakan,


“Apakah dengan al-kitab yang agung ini kalian bermudahanah? Maksudnya bersembunyi dan
berpura-pura karena dari celaan dan ucapan-ucapan makhluk?

Dan firman-Nya:

َ‫َودُّوا لَ ْو تُ ْد ِهنُ فَيُ ْد ِهنُون‬

“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula
kepadamu).” (al-Qalam/68:9).
Hak sesama Manusia

Adab Rasulullah menjenguk non muslim yang sakit


Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari yang bersumber dari
Anas bin Malik, dia berkisah;

‫ َر َج‬P‫ فَ َخ‬، ‫لَ َم‬P‫ فََأس‬. ‫لَّ َم‬P‫س‬


َ ‫ ِه َو‬P‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬P‫ص‬ ِ َ‫ا الق‬PPَ‫ع َأب‬PP‫ َأ ِط‬: ‫ فَقَا َل لَه‬، ‫س ِه‬
َ ‫ ِم‬P‫اس‬ ِ ‫ فَنَظَ َر ِإلَى َأبِي ِه َو ُه َو ِعن َد َرأ‬. ‫ َأسلِم‬: ‫ فَقَا َل‬، ‫أس ِه‬
ِ ‫َر‬
‫الحم ُد هَّلِل ِ ال ِذي َأنقَ َذهُ ِمنَ النَّا ِر‬
َ : ‫ل‬ ‫و‬ ُ ‫ق‬‫ي‬ ‫و‬ ‫ه‬
ُ
ُ َ َ َ َ َ َ ِ ‫و‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬‫ع‬َ ُ ‫هَّللا‬ ‫ى‬َّ ‫ل‬‫ص‬ ‫ي‬
َ ُّ ِ ‫ب‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬

“Sesungguhnya ada pemuda Yahudi yang melayani Nabi Saw. Suatu hari dia sakit dan Nabi
Saw datang menjenguknya, dan beliau duduk di sebelah kepalanya. Nabi Saw berkata,
‘Hendaklah kamu masuk Islam.’ Pemuda tersebut melihat pada bapaknya yang duduk di
sebelah kepalanya. Kemudian bapaknya berkata pada pemuda (anaknya) tersebut, ‘Ikutilah
Abul Qasim Nabi Saw.’ Kemudian pemuda tersebut masuk Islam dan Nabi Saw setelah itu
keluar seraya berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api
neraka.’”

Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya


a. Mendoakannya Ketika berjauhan

b. Hak menjaga kemuliann manusia

c. Hak Persamaan dan keadilan

d. Berkasih sayang

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Hak


seorang muslim terahimahulla hadap sesama muslim itu ada enam:
a. Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya,

b. Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya,

c. Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat

d. Jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka doakanlah ia dengan mengucapkan


‘Yarahimahullahamukallah’

e. Jika ia sakit maka jenguklah

f. Jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.

Penjelasan Hadits

 Hak muslim” adalah perintah yang dituntut untuk dikerjakan, benar-benar ditekankan
dan jangan sampai ditinggalkan. Hak ini mencakup wajib ‘ain, wajib kifayah, dan
perkara yang hukumnya sunnah.
 “Ada enam” tidak menafikan penyebutan lima perkara dalam hadits lain.
Sebagaimana kaidah dalam ilmu ushul “al-‘adad laa mafhuuma lahu”, jumlah di sini
tidak dijadikan patokan karena hak sesama muslim itu banyak sekali. Hak sesama
muslim itu tercakup dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫ال يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ َأِل ِخي ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45; dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu). Juga tercakup hal ini dalam hadits yang semakna dengan hadits
ini.
 “Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya”, maksudnya memulai salam
dihukumi sunnah ‘ain jika sendirian. Ada bahasannya yang dimaksud di sini adalah
hukum yang kifayah.
 “Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya”, maksudnya jika diundang
untuk menghadiri walimah atau selainnya, maka penuhilah undangannya. Kalimat ini
sebenarnya kalimat umum mencakup panggilan apa pun termasuk panggilan untuk
meminta tolong untuk membawakan sesuatu.
 “Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya”, maksudnya adalah
meminta nasihat, yaitu meminta agar diberikan kebaikan kepada yang diberi nasihat
baik perkataan maupun perbuatan.
 “Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’),
doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’”. Maksudnya
‘’yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu) adalah semoga Allah memberikanmu
rahmat dengan mengembalikan anggota badan yang bersin kembali seperti semula
dan tidak berubah. Namun kalimat tasmit atau tasymit adalah doa kebaikan. Setiap
orang yang mendoakan yang lain dengan kebaikan disebut dengan tasymit.
 “Apabila dia sakit, jenguklah dia”, maksudnya adalah mengunjunginya ketika sakit.
Disebutkan dengan kata ‘iyadah karena bisa jadi mengunjunginya berulang kali.
Orang yang sakit di sini bermakna umum, bisa jadi yang dikenal ataukah tidak, baik
yang termasuk orang dekat ataukah orang jauh.
 “Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman)”,
maksudnya adalah jalanlah di belakang jenazahnya dari rumah atau dari tempat ia
dishalatkan hingga ke pemakaman.

Anda mungkin juga menyukai