Islam mengajarkan peduli terhadap orang lain, terlebih kepada saudara Islamnya baik itu sedang
mendapatkan nikmat kebahgiaan dengan mengucapkan selamat, ikut merasa senang dan lain-lain,
terlebih saat-saat susah dan tertimpa musibah. Berbuat baik dengan sesama adalah satu dari indikator
ketekaqwaan seseorang.
Menjenguk dan mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia yang sangat dianjurkan, terutama
bagi orang yang masih memiliki hubungan dekat, seperti saudara, teman, tetangga, guru, murid dan lain
sebagainya.
Bagi umat Islam, menjenguk orang sakit merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan karena hal
ini bagian dari salah satu hak bagi seorang muslim terhadap muslim lainnya yang perlu ditunaikan.
Dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi ﷺbersabda,
َوإيذَا،ُاك فَأ يَجْبه
َ َوإيذَا َد َع، إيذَا لَيقْي تَهُ فَ َسلي ْم َعلَْي يه:ال
َ َ َما ُه َّن ََي َر ُس ْوَل هللاي؟ ق: قيْي َل.ت
ٌّ َح ُّق الْ ُم ْسلييم َعلَى الْ ُم ْسلييم يس
وإيذَا عطَس فَح يم َد َّ ي،ك فَانْصح لَه
ُات فَاتَّبي ْعه
َ َوإيذَا َم،ُض فَعُ ْده َ َوإيذَا َم ير،ُاَّللَ فَ َسمتْه َ َ َ َ ُ ْ َ َ ص َح َ ْاستَ ن
ْ
“Hak seorang muslim terhadap muslim lainya ada enam. Sahabat bertanya: Apa saja, wahai Rasulullah?
Beliau menjawab: “Bila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, bila ia mengundangmu
maka hadirilah, bila ia meminta nasihat maka nasihatilah, bila ia bersin dan memuji Allah (mengucap:
alhamdulillah) maka jawablah (dengan mengucapkan: yarhamukallah), bila ia sakit maka jenguklah,
dan bila ia meninggal dunia maka antarkanlah (jenazahnya hingga makam).”
Menjenguk orang sakit merupakan kebiasaan Nabi ﷺ, para sahabat dan ulama salaf. Nabi ﷺsangat
memperhatikan keberadaan para sahabatnya. Apabila ada di antara sahabat yang tidak hadir ke masjid
selama tiga hari, Nabi ﷺmenanyakan keberadaan sahabat tersebut kepada sahabat yang lain. Jika
Nabi ﷺdiberitahu bahwa sahabat tersebut sakit, maka beliau langsung seketika berangkat seraya
mengajak sahabat yang lain untuk menjenguknya.
Orang yang menjenguk saudaranya yang sakit mendapatkan pahala yang besar dan derajat yang tinggi,
dikarenakan kerelaan hatinya untuk peduli terhadap orang lain. Orang yang menjenguk yang sakit
pastilah berkorban, baik waktunya, ribetnya saat berada diperjalanan dan tentu merelakan uangnya
untuk transport dan oleh-oleh untuk yang sakit agar merasa lega. Kebesaran hati itulah yag dilihat Allah.
Adab Menjenguk
Selain mendapatkan banyak pahala, tak kalah pentingnya adalah menjaga adab saat menjenguk, karena
peniadaan adab bisa menyebabkan ruh syariat anjuran iyadatul maridz menjadi hilang, sehingga tidak
mendapatkan apa yang diinginkannya, diantara adab yang harus diperhatikan adalah:
1. Menanyakan Perkembangan Keadaannya
Tidak cukup hanya datang lantas berpamitan pulang, ketika menjenguk orang sakit, kita
dianjurkan untuk menanyakan bagaimana perkembangan keadaannya. Hal ini sesuai dengan
ajaran Islam untuk saling berempati terhadap sesama. Rasulullah ﷺbersabda,
متام حتيَّتيكم بين ُكم ي متام عيادةي املر ي
َ يده على جبهتيه أو قال على يده فيسألَه
ُ كيف هو و َ يض َع أح ُدكم
َ يض أن ُ
ُاملصافَحة
Kesempurnaan menjenguk orang sakit adalah dengan meletakkan tangan ke keningnya atau di
tangannya lalu menanyakan perkembangan keadaannya, dan kesempurnaan penghormatan
diantara kalian adalah dengan bersalaman.[5]
2. Memberinya Harapan untuk Sembuh
Selain menanyakan perkembangan kondisinya, kita juga dianjurkan untuk senantiasa
memberinya harapan agar lekas sembuh dan sehat kembali. Hal itu bisa memberikan energi dan
semangat yang luar biasa bagi yang sakit untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Dari Abi Said Al Khudzri, Rasulullah ﷺbersabda,
ب ي َّ ي،فنفسوا له يف أجليه
يض يإذا دخلتُم على املر ي:[ ]عن أِب سعيد اخلدري
ُ َو ُه َو يطي،فإن ذلك ل ُيرُّد شيئًا ُ
نفس املر ي
يض َ
“Jika kalian menjenguk orang sakit, berilah ia harapan panjang umur, karena yang demikian itu
tidak menolak apapun dan hal itu bisa menjadikan kondisi kesehatannya membaik”.[6]
Dalam riwayat Bukhari dari sahabat Abdullah Bin Abbas, bahwa Rasulullah ﷺpernah
menjenguk seorang badui yang sedang sakit, dan menjadi kebiasaan Rasulullah ﷺketika
menjenguk mengucapkan, “Gak apa-apa, segera bersih in sya Allah”[7]
ٍ النب ﷺ إذا َد َخ َل على َم ير
يض ُّ وكا َن:قال
َ ،ُوده ٍأعري
ُ ُاِب يَع ْ النب ﷺ َد َخ َل على
َّ أن َّ :[ ]عن عبدهللا بن عباس
ُاَّلل
َّ َور إ ْن شاء
ٌ ْس طَ ُه
َ ل ََب:قال له
َ َاَّللُ ف
َّ َور إ ْن شاء
ٌ طَ ُه،ْس
َ ل ََب:قال
َ ُوده
ُ ُيَع
3. Mendoakannya
Dengan memanjatkan doa, sebenarnya kita sedang bertawakkal kepada Allah karena penyakit
dan juga musibah yang manusia alami merupakan kondisi yang datangnya dari Allah sebagai
penguasa alam. Walaupun memberikan musibah ataupun sakit, Allah Taala jugalah yang akan
mengobati penyakit tersebut.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sayyidah Aisyah Ra dalam kitab shahih-nya bahwa
Rasulullah ﷺpernah menjenguk sebagian ahlinya, ia mengusap dengan tangan kanannya lalu
berdoa:
) يشفاءً ل يُغا يد ُر َس َق ًما ) البخاري،فاؤ َك
ُ ل يشفاءَ إل يش،ت الش يايف يي
َ ْ ا ْشفه وأَن،الباس ب الن ي ي ي
َ اس أ ْذهب َّ اللَّ ُه َّم َر
“Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakitnya. Berikanlah kesembuhan karena Kau
adalah Maha Penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Engkau dengan
kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri”[8]
Selain doa di atas, kita juga bisa mendoakan kesembuhan dengan menyebut langsung nama
orang yang sakit. Ini dilakukan oleh Rasulullah ﷺsaat menjenguk Sa’ad bin Abi Waqash
sebagaimana riwayat Imam Muslim berikut. Hanya saja kita mengganti nama Sa’ad dengan
nama orang yang sakit di hadapan kita.
اللَّه َّم ا ْش ي،ف س ْع ًدا
ي ي
ف َس ْع ًدا ُ َ اللَّ ُه َّم ا ْش،اللَّ ُه َّم ا ْشف َس ْع ًدا
“Ya Allah, sembuhkan Sa‘ad. Ya Allah, sembuhkan Sa‘ad. Ya Allah, sembuhkan Sa‘ad,”[9]
4. Minta doa darinya
Selain kamu mendoakan kesembuhannya, kamu juga dianjurkan untuk minta doa darinya,
karena doa orang sakit itu seperti doanya Malaikat.[10] . Rasulullah ﷺbersabda,
إذا دخلتم على املريض فإن استطعتم أن يدعو لكم فإنه قد حرك
“Ketika kalian menjenguk orang sakit, maka jika bisa upayakan dia mendoakanmu, karena
sesungguhnya dia telah bergerak” [11]
5. Menuruti Keinginannya
Dalam Sunan Ibnu Majah diceritakan Rasulullah ﷺmenemui seorang lelaki yang beliau
jenguk, lalu beliau bertanya, “Apakah engkau menginginkan sesuatu? Mau kue?” lelaki itu
menjawab “Ya”. Rasul ﷺ. pun mencarikan kue untuknya.
:َّب ﷺ َ خبز بُ ٍر
ُّ فقال الن َ أشتَهي: فقال
َ ما تشتَهي؟:فقال لَه
َ رج ًال
ُ عاد
َ َّب ﷺ َّ :[ ]عن عبدهللا بن عباس
َّ أن الن
ي ي ث إىل ي
ُيض أحدكم شيئًا فليطعمه
ُ إذا اشتَهى مر: َّب ﷺ
ُّ قال الن
َ َّ مث،أخيه َ ،خبز بُ ٍر
ْ فليبع ُ عنده
َ من كا َن
Dari Abnu Abbas RA, bahwa Nabi ﷺmenjenguk seseorang, lalu bertanya, apa yang kamu
inginkan? Ia menjawab, “aku ingin kue” lantas Rasulullah ﷺberkata, siapa yang punya kue
hendaknya segera memberikan kepada saudaranya” kemudian beliau bersabda, “ketika orang
yang sakit menginginkan sesuatu, hendaklah ia menurutinya” [12]
Imam Ghazali dalam kitabnya, Al Adab Fid Din, telah memeberikan tips (adab) yang seyognyanya
dilakukan oleh orang saat menderita sakit, diantaranya adalah :
1. Memperbanyak mengingat mati (Al Iktsar min dzikril Maut).
Memang tidak selalu sakit menghantarkan kematian, namun kebanyakan mati di dahului oleh
sakit oleh karena itu, saat sakit. Inilah moment yang tepat untuk mengingatkan seseorang akan
kembali kepada-Nya, dan karena itu saat hidup di dunia ini sangat perlu untuk
mempersiapkannya. Sebab demikian, ingat kematian dianjurkan setiap saat. Bukan hanya saat
sakit, namun karena keterbatasan seseorang, ia bisa menggunakan moment tertentu seperti
sedang berziarah atau sakit.
2. Memantapkan diri untuk bertaubat.
Sakit menjadi moment yang sangat tepat untuk menyesali kesalahan yang kerap dilakukan
justru saat sehatnya.
3. Tidak berhenti memuji Allah.
Memanjatkan kerendahan diri dan bersikap tawadlu kepada Allah, dan menganggap bawha
sakit bukanlah semata penderitaan, namun jembatan yang bisa menghubungkan kembali
dirinya kepada Allah.
4. Menampakkan diri sebagai pribadi yang lemah dan butuh kepada Allah.
Sakit adalah diantara sekian banyak indikator kelemahan manusia. Pada saat sakit, sudah
selayaknya seseorang menjadikannya penegasan atas kelemahan dirinya.
5. Berobat namun tetap tidak meninggalkan permohonan kesembuhan kepada Yang menciptakan
Obat.
Ketika sakit juga tetap dianjurkan untuk melakukan ikhtiar kesembuhan, yang pada saat
bersamaan juga tidak melupakan memohon kesembuhan dari Allah yang hakikatnya Dialah
Sang Penyembuh dan Pembuat obat.
6. Menampakkan Syukur ketika sedang kuat.
Artinya sisa energi yang masih ada pada saat sakit adalah nikmat yang harus tetap disyukuri,
karena itu anugerah kesehatan ditengah kondisi sakit. Bandingkan ketika ia sedang tertimpa
sakit yang menyebabkan koma alias tidak sadarkan diri
7. Sedikit mengeluh.
Mengeluh adalah sifat manusiawi, namun menjadi tidak wajar ketika itu diumbar terus
menerus, karena selain tidak memberikan efek positif yang signifikan, bisa memperkeruh
kejiawaan bagi dirinya juga orang yang menolongnya.
8. Menghindari jabat tangan.
Kalimat ini bisa dimaknai secara luas, terlebih bagi yang mengidap penyakit menular, harus
sadar dirinya ada potensi menularkan penyakit. Artinya, ia tidak boleh melakukan aktifitas yang
membuat orang lain tertular, terutama kontak fisik. Namun jika yakin tidak menular, maka
diperbolahkan.
Semoga kita senatiasa diberikan kesehatan lahir batin. Bisa mengambil peluang disemua keadaan.
Disaat sehat bisa memaksimalkan ibadah, dan disaat tertimpa sakit tetap bersabar dan mendapat
pahala. Amin
وهللا يتوىل اْلميع برعيته
[1] HR. Tirmidzi, no 2008; HR Ibnu Majah No 1443
[2] HR. Bukhari no 2445
[3] HR. Tirmidzi no.969, Ibnu Majah 1/444
[4] HR Muslim no 6648
[5] HR. Tirmidzi no 2731 Dari Abi Umamah Al Bahili
[6] HR. Imam Baihaqi no 3056 / 6 dari Abi Said Al Khudzri
[7] HR. Bukhari 3616 dari Abdullah bin Abbas Ra.
[8] HR. Bukhari no5743 dari Sayyidah Aisyah Ra.
[9] HR Muslim 1627 Dari Saad Bin Abi Waqqash
[10] Fathul Bari Libni Hajar Hal. 121 /10
[11] HR. Abu Nuaim dalam Hilyatul Aulia, Hal. 208/2
[12] HR. Ibnu Majah no 3440
[13] HR. Muslim no 916 Dari Abi Said Al Khudzri
[14] HR. Bukhari no 5657 dari Anas Bin Malik.