Dalam Islam selain shalat wajib juga ada syariat shalat sunnah. Shalat sunnah termasuk
amalan yang mesti kita jaga, biasakan dan rutinkan. Di antara keutamaannya, shalat sunnah
akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang
yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak
khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat. Moga
dengan memahami pembahasan berikut ini semakin menyemangati kita untuk terus menjaga
shalat sunnah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat dijadikan sebagai penentram mata batin
Rasulullah, maka Beliau SAW sangatlah menikmati ketika sedang melaksanakan shalat.
Shalat merupakan proses kita beranjangsana (menghadap) kehadirat Ilahi maka sudah
sepantasnya kita tidak disibukkan hal-hal duniawi untuk sementara waktu. Orang-orang yang
ahli dalam bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) senantiasa mengatakan: “Ketika
kami shalat, hati kami merasa damai, nyaman, nikmat, indah, dan sejuk karena shalat kami.”1
Pada dasarnya shalat sunnah (nawafil) sangat dianjurkan dalam Islam, karena sebagian
ulama meng-qiyaskan shalat sunnah sebagai ‘suplemen’ bagi shalat wajib (maktubah) yang
berlaku sebagai makanan pokok yang mengandung, vitamin, mineral serta zat-zat lain agar
tetap sehat dan bugar.
1
Habib Syarief Muhammad Alaydrus, “79 Macam Shalat Sunnah Ibadah Para Kekasih Allah, Bandung:
Pustaka Hidayah, 2003.
2
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, Faedah dari Fathul Qowil Matin, hadits ke-38
3
al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27:154
4
An Nawawi, Syarh Muslim, 6/71, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, tahun 1392 H.
5
Fathul Baari lii Ibni Rajab, 1/84, Asy Syamilah
6
Jumlah total shalat sunnah rawatib dan rinciannya diringkas dari Hasyiyah Al-Baajuri ‘ala Syarh Al-
‘Allamah Ibnu Qasim Al-Ghazzi ‘ala Matn Abi Syuja’, 1:532-536.
ضةٍ ِإالَّ َبنَى َّللاَّ ُ لَهُ َبيْتًا فِى َ َى َعشْ َرةَ َركْ َعةً ت
َ ط ُّو عًا َغي َْر فَ ِري ْ َّلِل كُ َّل َي ْو ٍم ثِنْت َ َُما مِ ْن َعبْ ٍد ُمسْل ٍِم ي
ِ َّ ِ صلِى
ُ قَالَتْ أُمُّ َحبِيبَةَ فَ َما بَ ِرحْتُ أُصَلِي ِه َّن بَعْد.ِِى لَهُ بَيْتٌ فِى الْ َجنَّة َ الْ َجنَّةِ أَ ْو ِإالَّ بُن
“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena
Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan
baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah
radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah
meninggalkan shalat-shalat tersebut.” [HSR Muslim (no. 728)]
7
Shahih Fiqh Sunnah, 1/381.
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah 12 raka’at dalam sehari, maka Allah akan
membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. 12 raka’at tersebut adalah 4
raka’at sebelum zhuhur, 2 raka’at sesudah zhuhur, 2 raka’at sesudah maghrib, 2
raka’at sesudah ‘Isya, dan 2 raka’at sebelum shubuh.” [HR. Tirmidz no. 414, dari
‘Aisyah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]
d) Dalam riwayat Muslim yang lain juga ditambahkan keterangan: “Adapun pada
shalat Maghrib, Isya, dan Jum’at, maka Rasulullah mengerjakan shalat sunnahnya
di rumah.”
Dua belas raka’at rawatib yang dianjurkan untuk dijaga adalah: [1] empat raka’at 8
sebelum Zhuhur; [2] dua raka’at sesudah Zhuhur; [3] dua raka’at sesudah Maghrib; [4] dua
raka’at sesudah ‘Isya’; [5] dua raka’at sebelum Shubuh.
Dalam pengungkapan redaksional yang lain, ada hadits yang menyebut 12 rakaat juga
seharinya, digambarkan dalam Pilihan 4 di atas, yang menambah 2 rakaat sebelum Ashar
tetapi tanpa menyebut 2 rakaat setelah Isya. Hadits riwayat Aisyah (dari Muslim, an -Nasai,
Abu Dawud) dan Ali menceritakan bahwa Rasulullah biasa mengerjakan 2 rakaat sebelum
Ashar itu (hadits hasan dari Abu Dawud dan at-Thabrani).
Sedangkan untuk shalat sunnah ghairu mu’akadah adalah sebagai berikut di bawah ini.
8
Dikerjakan dua raka’at salam dan dua raka’at salam.
9
Riyadhus Shalihin (bab no. 195, hal. 1409)
ى الْفَج ِْر
ِ َىءٍ مِ نَ النَّ َوافِ ِل أَشَدَّ مِ نْهُ تَعَاهُدًا َعلَى َركْعَت
ْ َى – صلى هللا عليه وسلم – َعلَى ش
ُّ ِلَ ْم يَكُ ِن النَّب
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk
shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.” [HR. Bukhari no. 1169]
Ibnul Qayyim mengatakan, “Termasuk di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika bersafar adalah mengqoshor shalat fardhu dan beliau tidak mengerjakan shalat
sunnah rawatib qobliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap lakukan adalah mengerjakan
shalat sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh. Beliau tidak pernah meninggalkan
kedua shalat ini baik ketika bermukim dan ketika bersafar.” 10
6. Keutamaan khusus yang dimiliki shalat sunnah rawatib adalah empat rakaat
sebelum dan setelah dhuhur, berdasarkan riwayat berikut:
ِ َّظ ْه ِر َوأَ ْربَ ٍع بَعْدَهَا َح َّر َمهُ َّللاَّ ُ َعلَى الن
ار ُّ ت قَبْ َل ال
ٍ ظ َعلَى أَ ْربَ ِع َركَعَا
َ ََم ْن َحاف
“Siapa saja yang menjaga empat rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat setelahnya,
maka Allah mengharamkannya atas siksa neraka,” (HR. At-Tirmidzi).
10
Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Zaadul Ma’ad, 1/456, Muassasah Ar Risalah, cetakan keempat, 1407 H. [Tahqiq:
Syu’aib Al Arnauth, ‘Abdul Qadir Al Arnauth.
ى الْفَج ِْر
ِ َىءٍ مِ نَ النَّ َوافِ ِل أَشَدَّ مِ نْهُ تَعَاهُدًا َعلَى َركْعَت
ْ َى – صلى هللا عليه وسلم – َعلَى ش
ُّ ِلَ ْم يَكُ ِن النَّب
“ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk
shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.” (HR. Bukhari, no. 1169)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Termasuk di antara petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar adalah mengqashar shalat fardhu dan beliau tidak
mengerjakan shalat sunnah rawatib qabliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap lakukan
adalah mengerjakan shalat sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh. Beliau tidak
pernah meninggalkan kedua shalat ini baik ketika bermukim dan ketika bersafar”.11
Adapun shalat malam (tahajud), shalat Dhuha, shalat tahiyyatul masjid dan shalat
sunnah mutlak lainnya, masih boleh dilakukan ketika safar. Sebagaimana penjelasan Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa-nya (15:258).
11
Zaad Al-Ma’ad, 1:456
َّ يَقْ َرأُ فِى-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّسمِ عْتُ مِ ْن َرسُو ِل َّللا
َّ الركْ َعتَي ِْن بَعْدَ الْ َمغْ ِربِ َوفِى
الركْ َعتَي ِْن َ ْصى َما ِ َما أُح
ٌقَبْ َل صَالَةِ الْفَج ِْر بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَاف ُِرونَ ) َو (قُلْ ه َُو َّللاَّ ُ أَ َحد
“ Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah pada shalat dua rakaat bakdiyah Maghrib dan
pada shalat dua rakaat qabliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surah Al-Kafirun)
dan qul huwallahu ahad (surah Al-Ikhlash).” (HR. Tirmidzi, no. 431. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih).
Keempat: Shalat Sunnah Fajar dilakukan ringan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
ِ كَانَ يُصَلِي َركْعتَي ِْن َخفِيفَتَي ِْن بَيْنَ النِدَاءِ َو،ي صَلى هللاُ َعلَيْهِ وسَلَّم
اإلقَامةِ مِ ْن صَالة الصُّب ِْح َّ ِأَ َّن النَّب
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat dua rakaat yang
ringan di antara azan dan iqamah shalat Shubuh. (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 618
dan Muslim, no. 724)
Kelima: Ada anjuran tidur setelah shalat Sunnah Fajar.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
صلَّى َركْ َعتَي ِْن
َ طلَ َع الْفَج ُْر
َ فَ ِإذَا، ًصلِى مِ نَ اللَّيْ ِل ِإ ْحدَى َعشْ َرةَ َركْ َعة َ ُى – صلى هللا عليه وسلم – ي ُّ كَانَ ال َّن ِب
ُ َحتَّى يَ ِجىءَ الْ ُم َؤ ِذنُ فَيُؤْ ِذنَه، ط َج َع َعلَى ِشقِهِ األَيْ َم ِن ْ ثُمَّ ا، َخفِيفَتَي ِْن
َ ض
“ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat malam sebanyak 11
raka’at. Jika telah terbit Fajar Shubuh (masuk azan Shubuh, -pen), beliau mengerjakan shalat
dua raka’at yang ringan. Setelah itu beliau berbaring pada sisi kanan hingga muazin
mengumandangkan iqamah.” (HR. Bukhari, no. 6310 dan Muslim, no. 736)
Imam Nawawi rahimahullah katakan dalam Riyadhus Sholihin,
َس َواءٌ كَانَ تَ َه َّجدَ ِباللَّيْ ِل أَ ْم ال ِ اع بَعْدَ َركْ َعتَي الفَج ِْر َعلَى َجنْ ِبهِ األَيْ َم ِن َوال َح
َ ِث َعلَيْه ِ بَابُ اسْتِ ْحبَابِ االضْطِ َج
“Bab 198. Sunnahnya Berbaring Setelah Dua Rakaat Qabliyah Shubuh dengan Sisi
Tubuh yang Kanan, Baik Itu Setelah Shalat Tahajud maupun Tidak.”
Keenam: Shalat Sunnah rawatib tidak disyariatkan berjamaah dan dianjurkan
dilakukan di rumah.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َأَفْضَ ُل صَالَةِ الْ َم ْرءِ فِى بَيْتِهِ إِالَّ الْ َمكْتُوبَة
“ Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR.
Bukhari, no. 731 dan Ahmad 5: 186, dengan lafazh Ahmad)
12
Zaad Al-Ma’ad, 1:298
13
Lihat kitab Bughyatul Mutathawwi’ (hal. 29, 33-34)
Tahajud secara bahasa berarti berupaya melawan atau meninggalkan tidur; sementara
secara istilah fiqih adalah shalat sunnah malam hari yang dilakukan setelah tidur. Hukum
shalat tahajud adalah sunnah berdasarkan ijmâ’ ulama. Kesunnahannya bersifat muakkad atau
sangat kuat karena selalu dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ.14
Keutamaan shalat Tahajud disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits yang sangat banyak,
di antaranya sebagai berikut:
َو ِم َن اللَّيْ ِل فَتَهَ َّجدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَ ْن يَبْعَثَكَ َربُّكَ َمقَا ًما َم ْح ُم ودًا
"Dan dari sebagian malam shalat tahajudlah kamu (Muhammad )ﷺdengan membaca
Al-Qur’an (di dalamnya) sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu
menempatkanmu pada tempat yang terpuji" (QS al-Isra: 79).
14
Al-Bakri bin as-Sayyid Muhammad Syattha ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatuth Thâlibîn, I: 267; Muhammad
as-Syirbini al-Khatib, al-Iqnâ’ fî Halli Alfazhi Abî Syujâ’, I: 116
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzaariyaat/51: 17-18]
Dari Asma’ binti Yazid Radhiyallahu anha, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
، سَيَعْلَمُ أَهْ ُل الْ َج ْم ِع اَلْيَ ْومَ َم ْن أَ ْولَى بِالْك ََر ِم:ق
ُ ِت يَسْ َم ُع الْ َخالَئ ٍ َجاءَ ُمنَا ٍد فَنَادَى بِصَ ْو،ِإِذَا َج َم َع هللاُ اْألَ َّولِيْ َن َواْْلخِ ِريْ َن يَ ْومَ الْقِيَا َمة
. لِيَقُمَ الَّ ِذيْ َن كاَنَتْ (تَتَ َجافَى ُجن ُْوبُهُ ْم) فَيَقُ ْو ُم ْو َن َوهُ ْم قَلِيْ ٌل:ثُمَّ يَرْ ِج ُع فَيُنَادِي
“Bila Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir
pada hari Kiamat kelak, maka datang sang penyeru lalu memanggil dengan suara yang
terdengar oleh semua makhluk, ‘Hari ini semua yang berkumpul akan tahu siapa yang pantas
mendapatkan kemuliaan!’ Kemudian penyeru itu kembali seraya berkata, ‘Hendaknya orang-
orang yang ‘lambungnya jauh dari tempat tidur’ bangkit, lalu mereka bangkit, sedang jumlah
mereka sedikit.”15
:الصيَ ِام أَفْضَ ُل بَعْدَ شَ ْه ِر َر َمضَانَ؟ فَقَا َلِ ي ُّ َي الص ََّالةِ أَفْضَ ُل بَعْدَ الْ َمكْتُ وبَةِ وأُّ َ سُئِ َل أ: قَا َل.ُي هللاُ عَنْهُ يَرْ فَعُه ِ عَ ْن أَبِى ه َُري َْرةَ َر
َ ض
. هللا الْ ُم َح َّر ِم
ِ ص َيا ُم شَ ْه ِر
ِ ضا َن
َ الص َي ِام َب ْعدَ شَ ْه ِر َر َم
ِ ض ُل َ ْي َج ْوفِ اللَّيْ ِل َوأَف ْ ِض ُل الص ََّالةِ َب ْعدَ الص ََّالةِ الْ َمكْتُ و َبةِ الصَّالَةُ ف
َ ْأَف
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dan ia marfu’kan kepada Nabi Muhammad ﷺ, ia
berkata: ‘Nabi ﷺditanya shalat apa yang paling utama setelah shalat Maktubah dan puasa
apa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan?’ Lalu Nabi ﷺmenjawab: ‘Shalat
paling utama setelah shalat Maktubah adalah shalat di tengah malam dan puasa paling
utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa bulan Allah, Muharam’,” (HR Muslim).
ُ ْ عَلَيْكُ ْم ِبقِيَ ِام اللَّيْ ِل فَ ِإنَّهُ دَأ:صلَّى هللاُ عَلَيْهِ َوسَلَّ َم قَا َل
َوه َُو قُرْ بَةٌ لَ ُك ْم.ب الصَّالِحِ ي َن قَبْلَكُ ْم َ ِ عَ ْن َرسُو ِل هللا،ِي ِ عَ ْن أَ ِبي أُ َما َمةَ الْبَاهِل
هذا حديث صحيح على شرط البخاري: رواه الحاكم وقال.اإلثْ ِم ِ ْ ت َو َمنْ َهاةٌ عَ ِن
ِ ِإلَى َر ِبكُ ْم َو ُمكَف ٌِر لِلس َِّيئَا
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam al-Musnadul Kabiir (IV/373) dari hadits Asma’ binti Yazid
15
Radhiyallahu anha. Juga diriwayatkan oleh al-Mundziri dalam at-Targhiib wat-Tarhiib, (I/215)
16
Lihat Shahiih Muslim bi Syarhin Nawawi (VI/36)
ض َو َم ْن ِ ت واْأل َ ْر ِ َولَكَ الْ َح ْمدُ أَنْتَ َملِكُ السَّ َم َوا.ض َو َم ْن فِيْ ِه َّن ِ ت َواْأل َ ْر ِ اَللهم َربَّنَا لَكَ الْ َح ْمدُ أَنْتَ قَيِمُ السَّ َم َوا
َ َولِقَا ُءك، َو َو ْعدُكَ الْ َح ُّق، َولَكَ الْ َح ْمدُ أَنْتَ الْ َح ُّق.ض َو َم ْن فِيْ ِه َّن ِ ت َواْأل َ ْر ِ َولَكَ الْ َح ْمدُ أَنْتَ نُ ْو ُر السَّ َم َوا.فِيْ ِه َّن
. َوالسَّا َعةُ َح ٌّق، َو ُم َح َّمدٌ صَلَّى هللاُ َعلَيْهِ َوسَلَّمَ َح ٌّق، َوالنَّبِي ُّْو نَ َح ٌّق،ار َح ٌّق ُ َّ َوالن، َوالْ َجنَّةُ َح ٌّق، َوقَ ْولُكَ َح ٌّق،َح ٌّق
ي َما ْ ِ فَا ْغف ِْر ل، ُ َو ِإلَيْكَ َحاكَ ْمت، ُص ْمت َ َو ِبكَ خَا، ُ َو ِإلَيْكَ أَنَبْت، ُ َو َعلَيْكَ ت ََوكَّلْت، ُ َو ِبكَ آ َمنْت، ُاَللهم لَكَ أَسْلَ ْمت
. َ أَنْتَ الْ ُمقَ ِدمُ َوأَنْتَ الْ ُم َؤخِ ُر ْل اِلَهَ ِإ َّال أَنْت. قَدَّ ْمتُ َو َما أَ َّخ ْرتُ َو َما أَس َْر ْرتُ َو َما أَ ْعلَنْتُ َو َما أَنْتَ أَ ْعلَمُ بِهِ مِ نِي
َِو َال َح ْو َل َو َال قُ َّوةَ إِ َّال بِالل
17
Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatuth Thâlibîn, juz I, halaman 267
Al-Bakri bin as-Sayyid Muhammad Syattha ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I: 253; dan Abu
18
Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmû’ Syarhul Muhadzdzab, juz IV: 36
“ Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk
bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setia p bacaan tahmid
(alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai
sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula
amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran)
adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha
sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam
hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah
menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ِ ْق كُ ُّل إِنْسَا ٍن م ِْن بَنِى آدَمَ عَلَى ِستِي َن َوثَالَثِ َمائَةِ َمف
ص ٍل َ ِإِنَّهُ ُخل
“ Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki
360 persendian” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha
sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Abu Buraidah, beliau mengatakan bahwa
beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّللا ُ قَالُ وا فَ َم ِن الَّذِى يُطِي.» ًصدَقَة
ِ َّ ق ذَلِكَ َيا َرسُو َل َ ص ٍل ِمنْ َها ِ ْع ْن كُ ِل َمفَ ق َ َص ٍل فَ َعلَيْهِ أَ ْن َيت
َ َّصد ِ ْسا ِن ِس ُّت و َن َوثَالَثُمِائَةِ َمف
َ فِى ا ِإل ْن
ِ ىءُ تُنَحِ يهِ عَ ِن الطَّ ِري
ُ ق فَ ِإ ْن لَ ْم تَقْدِرْ ف ََركْ َعتَا الضُّ َحى تُج ِْز
َئ عَنْك ْ َّقَا َل « النُّخَاعَةُ فِى الْ َمس ِْج ِد تَدْفِنُ َها أَ ِو الش
“ Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan
seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Kariim
Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Edisi Indonesia Panduan
Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama
Ramadhan 1428 – September 2007M)
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Ash-sholah 'alaa madzaahib al-arba'ah, judul terjemah: Fikih Shalat Empat
Madzhab, oleh: Abu Firly Bassam Taqly, Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2008.
Abdul Wahhab Khallaf, Al-Fiqhu ‘ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, terjemah: Fikih Empat Madzhab Praktis
oleh Tim Ummul Qurro, Jakarta: Ummul Qurro, cet.II, 2021