Anda di halaman 1dari 4

DOA MUSTAJAB SETELAH ATAU SEBELUM BERBUKA PUASA?

Berdoalah, Allah Akan Mengabulkannya

Secara umum Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa, memohon dan memelas kepada-Nya.
Allah juga telah menjanjikan akan mengabulkan permohonan hamba tersebut. Allah berfirman,

َ ‫ْﺍﺩﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْ ﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ َﻳﺴْﺘَﻜْﺒِﺮ‬


َ ُ‫ُﻭﻥ َﻋﻦْ ﻋِ ﺒَﺎ َﺩﺗِﻲ َﺳﻴَﺪْ ُﺧﻠ‬
َ‫ﻮﻥ َﺟ َﻬﻨَّﻢَ َﺩﺍ ِﺧﺮِﻳﻦ‬

“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri
karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina” (QS. Ghafir: 60).

Merasa Doa Tidak Dikabulkan?

Jika tidak terkabulkan di dunia, maka pasti akan dikabulkan di akhirat dan disimpan sebagai satu
kebaikan,

‫ث‬ٍ َ‫ دَى َثال‬1ْ‫اهُ هَّللا ُ ِب َها ِإح‬1‫ة َرح ٍِم ِإالَّ َأعْ َط‬1 ُ ‫ْس فِي َها ِإ ْث ٌم َوالَ َقطِ ي َع‬
َ ‫ َدعْ َو ٍة لَي‬1‫دعُو ِب‬1ْ ‫ َقا َل « ما مِنْ مُسْ ل ٍِم َي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- َّ‫َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد َأنَّ ال َّن ِبى‬
‫ َقا َل «هَّللا ُ َأ ْك َث ُر‬.‫ َقالُوا ِإذاً ُن ْك ِث ُر‬.» ‫ف َع ْن ُه م َِن السُّو ِء م ِْثلَ َها‬ َ ‫»ِإمَّا َأنْ ُتعَجَّ َل لَ ُه دَ عْ َو ُت ُه َوِإمَّا َأنْ َي َّدخ َِر َها لَ ُه فِى اآلخ َِر ِة َوِإمَّا َأ ْنُ َيصْ ِر‬

“Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada
seorangpun yang berdoa dengan sebuah dosa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan
silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, [1] baik dengan
disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau [2]dengan disimpan baginya (pengabulan
doanya) di akhirat atau [3] dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata:
“Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak
(pengabulan doanya).”[1]

Oleh karena itu Allah malu jika hambanya berdoa kemudian kembali dengan tangan hampa. Dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

‫إن ربكم تبارك وتعالى حيي كريم يستحي من عبده إذا رفع يديه إليه أن يردهما صفرا‬

“Sesunguhnya Rabb kalian tabaraka wa ta’ala Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-
Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu kedua tangan tersebut kembali
dalam keadaan hampa.”[2]

Berdoa Memiliki Waktu-Waktu Mustajab


Perlu diketahui bahwa doa memiliki waktu-waktu yang mustajab. Artinya ketika berdoa di waktu
tersebut akan lebih mudah dan lebih cepat terkabulkan. Salah satunya adalah berdoa ketika berbuka
puasa. Nabi Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

‫ﺛﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ‬

‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang
adil, dan doanya orang yang terzhalimi.”[3]

Ini juga salah satu kebahagiaan ketika berbuka puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه‬: ‫للصائم فرحتان‬

“Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan
ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak.”[4]

Waktu mustajab Sebelum atau Sesudah Berbuka Puasa?

Terkadang menjadi pertanyaan adalah apakah waktu mustajab berbuka puasa itu sebelum berbuka
puasa (menjelang berbuka) atau setelah berbuka puasa. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
menjelaskan bahwa asalnya waktu mustajab adalah sebelum berbuka puasa (menjelang berbuka)
karena inilah keadaan seorang hamba masih berpuasa, badan mungkin ada sedikit lemah dan butuh
makanan serta butuh dengan Rabb-nya. Akan tetapi, ada hadits membaca doa buka puasa setelah
berbuka, sehingga bisa saja doa tersebut adalah setelah berbuka. Beliau berkata,

‫ ﻭﻛﻞ ﻫﺬﻩ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﻟﻺﺟﺎﺑﺔ ﻭﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻔﻄﺮ ﻓﺈﻥ‬، ‫ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺒﻞ ﺍﻹﻓﻄﺎﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻐﺮﻭﺏ ؛ ﻷﻧﻪ ﻳﺠﺘﻤﻊ ﻓﻴﻪ ﺍﻧﻜﺴﺎﺭ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻭﺍﻟﺬﻝ ﻭﺃﻧﻪ ﺻﺎﺋﻢ‬
” : ‫ ﻟﻜﻦ ﻭﺭﺩ ﺩﻋﺎﺀ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻮ ﺻﺢ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻌﺪ ﺍﻹﻓﻄﺎﺭ ﻭﻫﻮ‬، ‫ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻗﺪ ﺍﺳﺘﺮﺍﺣﺖ ﻭﻓﺮﺣﺖ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﺣﺼﻠﺖ ﻏﻔﻠﺔ‬
‫ ) { ﻓﻬﺬﺍ ﻻ‬2066 ( ‫ﺫﻫﺐ ﺍﻟﻈﻤﺄ ﻭﺍﺑﺘﻠﺖ ﺍﻟﻌﺮﻭﻕ ﻭﺛﺒﺖ ﺍﻷﺟﺮ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﻪﻠﻟﺍ ” } ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺣﺴﻨﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﺳﻨﻦ ﺃﺑﻲ ﺩﺍﻭﺩ‬
‫ ﻳﻜﻮﻥ ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻔﻄﺮ‬،

“Doa (yang mustajab) adalah sebelum/menjelang berbuka yaitu ketika akan terbenam matahari. Karena
saat itu terkumpul (sebab-sebab mustajabnya doa) berupa hati yang tunduk dan perasaan rendah (di
hadapan Rabb) karena ia berpuasa. Semua sebab ini adalah penyebab doa dikabulkan. Adapun setelah
berbuka puasa, badan sudah segar lagi dan nyaman. Bisa jadi ia lalai (akan sebab-sebab mustajab). Akan
tetapi terdapat hadits yang seandainya shahih maka doa mustajab itu setelah buka puasa yaitu
doa: Dzahabaz dzama’ wabtallail ‘uruq wa tsabatal ajru insyaallah. Maka doa mustajab itu setelah
berbuka.”[5]

Secara umum doa orang berbuka puasa mustajab akan tetapi waktu berbuka ada keutamaannya lagi.
Doa orang selama berpuasa adalah mustajab sebagaimana hadits,

ُ ْ ْ ِ ُ‫َﺛﻼَ َﺛ ٌﺔ ﻻَ ُﺗﺮَ ُّﺩ ﺩَ ﻋْ ﻮَ ُﺗ ُﻬﻢ‬


ِ ‫ﺍﻹ َﻣﺎ ُﻡ ﺍﻟ َﻌﺎ ِﺩ ُﻝ َﻭﺍﻟﺼَّﺎ ِﺋﻢُ َﺣﺘَّﻰ ُﻳ ْﻔﻄِﺮَ َﻭ َﺩﻋْ ﻮَﺓُ ﺍﻟﻤَﻈْﻠ‬
  ‫ﻮﻡ‬

“Ada tiga do’a yang tidak tertolak: (1) doa pemimpin yang adil, (2) doa orang yang berpuasa sampai ia
berbuka, (3) doa orang yang terzhalimi.”[6]

An-Nawawi menjelaskan,

َ‫ﺕ ﺍﺂْﻟ ِﺧﺮَ ِﺓ َﻭﺍﻟﺪُّ ْﻧﻴَﺎ ﻟَ ُﻪ َﻭﻟِﻤَﻦْ ُﻳﺤِﺐُّ َﻭﻟ ِْﻠﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦ‬


ِ ‫ﺻﻮْ ِﻣ ِﻪ ِﺑﻤ ُِﻬﻤَّﺎ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
ِ ‫ﻳﺴﺘﺤﺐّ ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﺃﻥ ﻳﺪﻋﻮ ﻓﻲ َﺣ‬

“Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa sepanjang waktu puasanya (selama ia berpuasa)
dengan doa-doa yang sangat penting bagi urusan akhirat dan dunianya, bagi dirinya, bagi orang yang
dicintai dan untuk kaum muslimin.”[7]

@Yogyakarta Tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen


Artikel Muslim.or.id

Catatan kaki:[1] HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no.
1633
[2] HR. Abu Daud no. 1488 dan At Tirmidzi no. 3556. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi
Daud mengatakan bahwa hadits ini shahih
[3] HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At
Tirmidzi
[4] HR. Muslim, no.1151
[5] Liqa-usy Syahriy no. 8 syaikh Al-‘Utsaimin
[6] HR. Tirmidzi no. 3595, Ibnu Majah no. 1752. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dalam
shahihnya no. 2408 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar
[7] Syarh Al-Muhaddzab An-Nawawi

Sumber: https://muslim.or.id/29990-doa-mustajab-setelah-atau-sebelum-berbuka-puasa.html

Via HijrahApp
[17.11, 15/8/2022] +62 822-5961-6872: DUDUK BERLAMA-LAMA DI WC DAN MEMBACA DI DALAMNYA

Pertanyaan
Suami saya menghabiskan sebagian besar waktunya di WC dan mengisi waktunya di sana untuk
membaca dan menghisap rokok, bahkan dia minum di WC. Saya khawatir dengan keadaannya dan
keadaan saya. Karena yang saya pelajari, WC adalah tempatnya jin dan kita tidak boleh berlama-lama di
dalamnya. Saya mencari pedoman Islam yang dapat menjelaskan akibat buruk dari perbuatannya.

Jawaban
Alhamdulillah.
Kita mohon semoga sang suami mendapatkan hidayah, taufiq dan kebenaran. Sesungguhnya apa yang
dia lakukan dengan menghabiskan sebagian besar waktunya di WC adalah perkara yang tak layak
dilakukan seorang muslim. Sesungguhnya WC dibuat untuk membuang hajat atau mandi, bukan untuk
duduk, membaca dan istirahat.

Duduk berlama-lama di dalamnya memiliki keburukan besar, di antaranya;

Pertama: WC umumnya tidak sepi dari najis dan kotoran. Duduk di sana dapat terkena dengannya,
sedangkan seorang muslim diperintahkan untuk menjauhi najis dan membersihkannya.

Kedua: Tempat-tempat buang hajat di datangi setan, sebagaimana dijelaskan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam,

‫ث‬ ُ ‫ َأع‬: ‫ َفِإ َذا َأ َتى َأ َح ُد ُك ْم ْال َخاَل َء َف ْل َيقُ ْل‬،ٌ ‫ض َرة‬
ِ ‫ُوذ ِباهَّلل ِ مِنْ ْال ُخ ُب‬
ِ ‫ث َو ْال َخبَاِئ‬ َ ‫وش مُحْ َت‬
َ ‫ش‬ُ ‫ِإنَّ َه ِذ ِه ْال ُح‬ 

“Sesungguhnya tempat buang hajat, didatangi setan. Jika kalian masuk WC, maka ucapkanlah; A’uuzu
billahi minal khubutsi wal khabaits (aku berlindung kepada Allah dari setan laki dan perempuan)”
[Diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 6. Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Silsilah Ash-Shahihah, no.
1070]

Tempat buang hajat adalah tempat tinggal setan, karenanya kita diperintahkan untuk berlindung
darinya ketika memasukinya.

Al-Khatabi berkata, “Setan mendatangi tempat-tempat seperti itu dan mengintainya unuk menyakiti
dan berbuat kerusakan. Karena di tempat itulah biasanya zikir ditinggalkan dan aurat dibuka.”

Syekh Ibn Jibrin berkata, “Umum diketahui bahwa setan menyukai tempat yang kotor dan najis. Jika
manusia tidak berlindung dari setan, maka dia akan mengganggunya, maka mereka mengenainya
dengan najis, atau keburukan, yang tampak atau maknawi. Yang tampak terwujud dengan dia terkena
najis namun dia tidak mempedulikanya. Adapun maknawi dengan cara menimbulkan keragu-raguan
sehingga dia terpenjara oleh bisikan setan yang selalu ada padanya. Karena itu, diperintahkan untuk
berlindung dari setan dengan berzikir kepada Allah.” [Syarh Ahadits Umdatul Ahkam, pelajaran kedua]

Syekh Ibnu Utsaimin berkata, “Manfaat isti’azah (doa mohon perlindungan) ini adalah berlindung
kepada Allah dari setan laki dan perempuan, karena tempat itu adalah tempat yang kotor, sedangkan
tempat yang kotor adalah kediaman makhluk yang kotor, maka dia adalah tempatnya setan. Maka
cocok, jika seseorang hendak masuk WC dia membaca A’uuzu billah minal khubutsi wal khaba’itsi, agar
dirinya tidak terkena keburukan dan makhluk yang buruk.” (Syarh Al-Muti, 1/83)

Ketiga: Berdiam di dalam WC dalam waktu yang lama tanpa keperluan berarti membuka aurat tanpa
alasan. Tidak dibolehkan bagi seseorang membuka auratnya tanpa alasan walaupun dia seorang diri,
kecuali jika ada keperluan.

:‫ك َف َقا َل‬ ْ ‫ك َأ ْو َما َملَ َك‬


َ ‫ت َيمِي ُن‬ َ ‫ احْ َف ْظ َع ْو َر َت‬:‫ َقا َل‬.‫ َيا َرسُو َل هَّللا ِ َع ْو َرا ُت َنا َما َنْأتِي ِم ْن َها َو َما َن َذ ُر ؟‬:‫ت‬
َ ‫ك ِإاَّل مِنْ َز ْو َج ِت‬ ُ ‫ قُ ْل‬:‫عن معاوية بن حيدة َقا َل‬
‫ َفاهَّلل ُ َأ َح ُّق َأنْ يُسْ َتحْ َيا ِم ْن ُه‬:‫ َقا َل‬. ‫ َوالرَّ ُج ُل َي ُكونُ َخالِيًا‬:‫ت‬ ُ ‫قُ ْل‬  ‫ ِإنْ اسْ َت َطعْ تَ َأنْ اَل َي َرا َها َأ َح ٌد َفا ْف َع ْل‬:‫ َقا َل‬. ‫الرَّ ُج ُل َي ُكونُ َم َع الرَّ ج ُِل‬

Dari Mu’awiyah bin Haidah, dia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa yang boleh dan yang
tidak?” Beliau menjawab, “Jagalah auratmu, kecuali dari isterimu dan budakmu.” Dia berkata, “Jika
seorang laki-laki bersama laki-laki.” Dia berkata, “Jika engkau dapat (menjaga), agar tidak ada seorang
pun yang melihat auratmu, maka lakukanlah.” Aku berkata, “Jika seseorang sendiri.” Beliau berkata,
“Kepada Allah, dia lebih berhak untuk malu.” [HR. Tirmizi, no. 2769, Abu Daud, no. 4017, dinyatakan
hasan oleh Al-Albany dalam Adab Az-Zafaf, hal. 36]

Keempat: Para ulama berpandangan makruh duduk berlama-lama di WC jika tanpa keperluan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata, “Jangan berlama-lama di tempat itu tanpa keperluan. Karena
berdiam lama di tempat itu adalah makruh. Karena itu adalah tempat keberadaan setan dan tempat
disingkapnya aurat.” (Syarhul Umdah, 1/60)

Al-Faqih Ibnu Hajar Al-Haitsai berkata, “Dimakruhkan berdiam lama di tempat buang hajat.” (Tuhfatul
Muhtaj, 2/241)

Kewajiban bagi seorang muslim dan selayaknya baginya adalah menjaga dirinya dari keburukan dan
najis, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan dan tidak menyendiri di tempat-tempat yang buruk dan
najis. Bahkan seandainya perkara tersebut boleh, niscaya dirinya enggan berlama-lama di tempat
seperti itu.

Wallahua’lam.

Disalin dari islamqa

Referensi : https://almanhaj.or.id/3006-duduk-berlama-lama-di-wc-dan-membaca-di-dalamnya.html

Via HijrahApp

Anda mungkin juga menyukai