Anda di halaman 1dari 14

TATA CARA MERAWAT ORANG SAKIT

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Sakit dalam Pandangan Islam


Dalam setiap perjalanan hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi dan
situasi yakni sehat, sakit atau mati. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup sehat
dan mengabaikan perintah Allah SWT, sebaliknya pada kondisi sakit dianggap sebuah beban
penderitaan, malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT.
Dalam Q.S. Saad: 27 Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu
ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik itu semua.
‫ار‬ َ َ‫اط اًل ۚ َٰذَلِك‬
ِ َّ‫ظ ُّن الَّذِينَ َكفَ ُروا ۚ فَ َو ْي ٌل ِللَّذِينَ َكفَ ُروا ِمنَ الن‬ َ ‫س َما َء َو ْاْل َ ْر‬
ِ َ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما ب‬ َّ ‫َو َما َخلَ ْقنَا ال‬
Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.
Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka.

Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah
SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya
“Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan berbagai cobaan.
Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa
yang murka (tidak ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah SWT”
(H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi).
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh setiap
manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak menurunkan juga
obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi saw bersabda:
‫َّللاُ دَا اء ِإ ََّّل أ َ ْنزَ َل لَهُ ِشفَا اء‬
َّ ‫َما أ َ ْنزَ َل‬
Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya
(HR Bukhari)
Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah SWT berupa penghapusan
dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya. Sebagaimana sebuah
hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, “Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit
atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-
kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”

2. Jenis Penyakit
a. Penyakit fisik/ lahir
b. Penyakit batin/ hati, seperti syirik, kufur, iri atau dengki, dan lain sebagainya

3. Macam-macam Orang Sakit


Orang yang sakit dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Orang yang sakit ringan,
b. Orang yang sakit berat atau keras, dan
c. Orang yang sedang menghadapi sakaratul maut

4. Anjuran Bagi Orang yang Sakit


a. Berbaik sangka kepada Allah SWT
b. Bersabar atas apa yang menimpanya, tidak berputus asa
c. Menerima takdir Allah SWT atasnya
d. Bersyukur kepada Allah SWT
e. Memperbanyak istighfar
f. Memperbanyak doa
g. Banyak muhasabah diri
h. Senantiasa mengharapkan rahmat Allah SWT atasnya
i. Tawakkal
j. Tetap menjalankan ibadah sesuai kemampuan
k. Membaca buku-buku agama untuk menguatkan batinnya
l. Mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran
m. Tidak boleh mengharapkan kematian bagi dirinya
n. Hendaklah segera menunaikan segala tanggungan-tanggungan (utang) kepada orang lain atau
memberi wasiat kepada keluarganya atau yang lainnya

5. Sifat-Sifat Perawat Orang Sakit


a. Ikhlas
b. Penuh kasih sayang
c. Pemaaf
d. Cermat/ teliti
e. Penuh tanggung jawab
f. Patuh pada peraturan
g. Menyimpan rahasia

6. Perawatan Bagi Orang Sakit


a. Pengobatan Medis
b. Pengobatan Non Medis, meliputi:
 Doa-doa
 Mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an
c. Pengobatan alternatif lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam

7. Pendampingan Terhadap Orang Sakit


Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu
hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk
kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang
merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba Allah
swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-Nya. Kita dapat mendampinginya sebagai
wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan menyadari segalanya kembali atas
kehendaknya
https://muslimafiyah.com/adab-dan-akhlak-terhadap-orang-sakit.html

http://sahabatsejatimayah.blogspot.co.id/2012/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html

. Berikut beberapa adab dan akhlak berkaitan denga orang sakit serta beberapa contoh aplikasi
dan pengalaman kami sebagai petugas medis sesuai kenyataan di lapangan.
>>Menghibur dan memberikan nasihat kesabaran kepada orang sakit

Ini peran kita ketika menjenguk dan menjaga orang sakit, mereka sangat butuh hiburan, teman
mengobrol untuk melupakan sejenak sakitnya. Akan tetapi yang paling penting adalah kita
ingatkan tentang akhirat dan pahala yang sangat besar diakhirat kekal, dunia abadi yang tidak
bisa dibandigkan dengan dunia.

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫صابِ ُر ْونَ أ َ ْج َر ُه ْم ِبغَي ِْر ِح‬


ٍ ‫ساب‬ َّ ‫ِإنَّ َما يُ َوفَّى ال‬

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas“. (Surat Az Zumar : 10).

Kita menghibur dengan hadits-hadits berikutnya:

Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

‫يض ِم َّما يَ َر ْونَ ِم ْن‬ ِ َ‫ت ِب ْال َمق‬


ِ ‫ار‬ ْ ‫ض‬ َ ‫يَ َودُّ أ َ ْه ُل ْالعَا ِفيَ ِة يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة أ َ َّن ُجلُودَ ُه ْم قُ ِر‬
.‫ب أ َ ْه ِل ْالبَالَ ِء‬
ِ ‫ث َ َوا‬
”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di
dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di
dunia.”[1]

Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

‫ َحتَّى ْال َه ُّم يُ ِه ُّمهُ؛‬،‫ب‬ َ ‫ َوالَ َو‬،‫ َوالَ َحزَ ٍن‬،‫ب‬


ٍ ‫ص‬ ٍ ‫ص‬ َ َ‫ْب ْال ُمؤْ ِمنَ ِم ْن ن‬
ُ ‫صي‬ َ ‫َما ِم ْن‬
ِ ُ‫ش ْيءٍ ي‬
َ ‫ِإالَّ يُ َك ِف ُر هللاُ ِب ِه‬
‫ع ْنهُ ِس ِيئَاتِ ِه‬

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan
diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”[2]
Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

َ ‫س ِد ِه َو َما ِل ِه َو َولَ ِد ِه َحتَّى يَ ْلقَى هللاَ َو َما‬


‫علَ ْي ِه‬ َ ‫َما يَزَ ا ُل ْالبَالَ ُء ِب ْال ُمؤْ ِم ِن َو ْال ُمؤْ ِمنَ ِة فِي َج‬
‫َط ْيئَة‬
ِ ‫خ‬

“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada
anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”[3]

Menghibur dengan doa ketika menjenguk:

َ ْ ‫الَ بَأ‬
َ ‫س‬
.ُ‫ط ُه ْور إِ ْن شَا َء هللا‬

“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah.” [4]

Contoh Aplikasinya:

Ketika rasa sakit agak mereda atau pasien baru bangun tidur, kita ajak ngobrol ringan dan sedikit
ajak bercanda. Karena terlalu serius juga bisa membuat pasien jenuh. Jangan lupa coba ajak
pasien jika mampu berjalan-jalan sekitar kamar atau diluar kamar boleh sambil membawa infus
jika memang bisa. Agar pasien tidak jenuh. Kita berusaha memasukkan kegembiraan kepada
saudara muslim kita.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

‫أفضل األعمال أن تدخل على أخيك المؤمن سرورا‬

“Sebaik-baik amal Shalih adalah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu
yang beriman”[5].

>>banyak bersabar dan memohon agar diberikan kesabaran merawat orang sakit

Memang menjaga dan menunggu orang sakit memang butuh kesabaran ekstra, melayaninya,
mengambilkan sesuatu, kurang tidur sampai mengurus ketika ia BAB dan BAK. Ini sangat
menguras tenaga dan banyak menghabiskan waktu.

. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,


‫صب ِْر‬ َ ‫طا ًء َخي ًْرا َوأ َ ْو‬
َّ ‫س َع ِمنَ ال‬ َ ‫ي أ َ َحد‬
َ ‫ع‬ ِ ‫َو َما أُع‬
َ ‫ْط‬
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”[6]

Contoh aplikasinya:

Menjaga orang sakit terutama sendiri bisa dibilang cukup melelahkan, apalagi yang dijaga adalah
anak kecil. Sehingga ada yang bilang, kalau anak kecil sakit maka orang tua yang jaga sakit.
Karena mereka juga kurang tidur, sering bangun tengah malam. Belum lagi terkadang yang sakit
agak manja, belum duduk sebentar sudah dipangil oleh yang sakit untuk ambil ini ambil itu atau
perbaiki keadaan tubuhnya.

Belum lagi mengurus orang yang sudah agak berumur, terkadang harus “mencebok”,
membersihkan “iler”, “ingus” dan lain-lainnya. Terlebih lagi orang tua kita, kita harus banyak
bersabar menjaga mereka ketika sakit.

Terlabih lagi orang yang sakit terkena sakti stroke dengan hampir lumpuh total, maka mulai dari
proses memandikan, melap badan, menggendong dan mengantakan bolak-balik ke kamar mandi,
serta harus bersabar dengan ucapannya yang tidak jelas atau ngelantur bahkan emosinya tidak
stabil bisa marah-marah sendiri.

Hal yang lain misalnya:

-terpaksa tidur dilantai bawah

-makan seadanya

-menunggu atau tidur diluar ruangan operasi atau ICU

>>Hendaknya penunggu pasien juga memperhatikan waktu yang banyak ia habiskan dan
berusaha untuk “mencuri waktu” untuk ibadah dan ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,

ُ‫الص َّحةُ َوالفَ َراغ‬ ِ َّ‫ِن ْع َمتَا ِن َم ْغبُون ِفي ِه َما َك ِثير ِمنَ الن‬
ِ :‫اس‬
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan
nikmat waktu luang”.[7]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menukilkan perkataan Imam Syafi’i rahimahullah,
beliau berkat,

َ ُ‫ ْال َو ْقت‬:‫ أ َ َحدُ ُه َما قَ ْولُ ُه ْم‬:‫صو ِفيَّةَ فَلَ ْم أ َ ْست َ ِفدْ ِم ْن ُه ْم ِس َوى َح ْرفَي ِْن‬
،‫سيْف‬ ُّ ‫ص ِح ْبتُ ال‬
َ
.“ ‫طعَ َك‬ َ َ‫ط ْعتَهُ َوإِ َّال ق‬
َ َ‫فَإ ِ ْن ق‬

“Saya menemani orang sufi, aku tidak mendapat manfaat kecuali dua, salah satunya: “Waktu
laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan
menebasmu”[8]

Maka salah satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri waktu” untuk Al-
Quran. Karena AL-Quran memang bisa mengobati kesedihan, kegelisahan hati serta bisa
mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua Ayat dalam Al-Quran.

Allah Ta’ala berfirman,

‫وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين‬

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar/kesembuhan dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syingkiti rahimahullahu menafsirkan,

،‫هو شفاء يشمل كونه شفاء للقلب من أمراضه ; كالشك والنفاق وغير ذلك‬
‫ كما تدل له قصة الذي رقى الرجل‬،‫وكونه شفاء لألجسام إذا رقي عليها به‬
‫ وهي صحيحة مشهورة‬،‫اللديغ بالفاتحة‬

“ini adalah penawar/kesembuhan yang mencakup penawar hati dari penyakit-penyakitnya


seperti ragu-ragu, kemunafikan dan lainnya. Dan juga mencakup penawar bagi penyakit badan
jika diruqyah pada badan. Sebagaimana ditunjukkan pada kisah seorang laki-laki yang
tersengat kalajengking kemudian diruqyah dengan Al-Fatihah. Kisah ini adalah shahih dan
masyhur.”[9]
Contoh aplkasi:

Kadang ketika pasien tertidur atau istirahat, kita bisa membaca Al-Quran atau menghapalkan,
bisa menyembuhkan penyakit hati kita dan penyakit badan pada pasien. Atau saat pasien dibawa
masuk ruang operasi berjam-am, kita menunggu dengan membaca Al-Quran, menghapalkan doa
daripada mengobrol-ngobrol tidak jelas.

Atau membacakan ketika dia sadar, biarkan yang sakit mendengarnya atau menyimaknya, jika
perlu kita bacakan arti dan terjemahannya, semoga ia menjadi sabar dan diberi ketenangan hati.
Kita bisa memilih ayat-ayat mengenai kesabaran dan peringatan bahwa dunia ini tidak ada apa-
apanya dengan siksa di akhirat nanti.

>>Berdakwah kepada Allah dan agama kepada orang sakit

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ألن يهدي هللا بك رجال واحد خير لك من حمر النعم‬

“Allah memberi petunjuk kepada satu orang melalui perantaraanmu itu lebih baik daripada
seekor unta merah.”[10]

Contoh aplikasi:

Jiwa orang sakit sangat labil, ia akan mendengarkan apa saja masukan dari orang yang
memberikan perhatian atau ia sangat berharap pada orang tersebut, misalnya dokter atau orang
yang setia menemani dan membantunya selama sakit.

Jelaskan tetap jaga shalat selama sakit, ingatkan ketika waktu shalat, jika tertidur pulas atau
istirahat bisa dijamak shalatnya. Jangan sampai ia lewatkan waktu shalat karena amal tergantung
dengan shalatnya.

Bahkan ini dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada seorang anak muda Yahudi yang pernah
menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam datang menjenguknya. Kemudian beliau bersabda, ‘Masuklah Islam! Maka dia pun
masuk Islam.”[11]
>>Hendaknya pula penunggu pasien membiasakan untuk berdzikir dan mengingatkan
pasien untuk berdizkir.

Allah Ta’ala berfirman,

ْ َ ‫ط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُهم ِب ِذ ْك ِر ّللاِ أَالَ بِ ِذ ْك ِر ّللاِ ت‬


ُ ُ‫ط َم ِئ ُّن ْالقُل‬
‫وب‬ ْ َ ‫الَّذِينَ آ َمنُواْ َوت‬

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

Syaikh Prof. Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,

Demikian juga kami nasehatkan agar banyak berdzikir, berdoa dan berharap kesembuhan
kepada Allah, agar Allah menyembuhkan orang yang sakit dari kaum muslimin, menghilangkan
kesedihan, kegelisahan dan kesusahkan mereka. Wallahu a’lam [12]

Contoh aplikasi:

Berdizkir sangat mudah, ingatkan orang yang setiap waktu untuk berdzikir, kalimat yang mudah-
kalimat yang ringkas, insyaAllah ia akan selalu ingat. Apalagi pasien dengan kesadaran yang
lemah, ini perlu terus diingatkan. Asalkan janga ramai-ramai mengingatkan seperti majelis dzikir
jamaah, maka ini membuat ribut dan bahkan membuat pasien takut karena ia mengira ia sudah
hampir meninggal.

>>Hendaknya penunggu pasien juga berusaha menghapalkan doa-doa kesembuhan dan


mengajarkan kepada pasien.

Misalnya:

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam menjenguk
sebagian keluarganya (yang sakit) lalu beliau mengusap dengan tangan kanannya sambil
membaca,

َ‫ ِشفَا ًء ال‬،‫شافِي الَ ِشفَا َء إِالَّ ِشفَا ُء َك‬ َ ‫ أ َ ْن‬،‫ف‬


َّ ‫ت ال‬ َ ْ ‫ب ْالبَأ‬
ِ ‫ ا ْش‬،‫س‬ ِ ‫اس أ َ ْذ ِه‬
ِ َّ‫اللَّ ُه َّم َربَّ الن‬
‫سقَ ًما‬
َ ‫يُغَاد ُِر‬
“Ya Allah, Rabb seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkau adalah
Dzat yang Maha Menyembuhkan. (Maka) tidak ada obat (yang menyembuhkan) kecuali obatmu,
kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.”[13]

Atau mengajarkan doa kesembuhan yang dibaca oleh pasien.

dari Utsman bin Al-Ash radhiallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia pernah mengeluhkan
penyakitnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penyakit ditubuhnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ضع يدك على الذي تألم من جسدك و قل باسم هللا ثالثا و قل سبع مرات أعوذ‬
‫باهلل و قدراته من شر ما أجد و أحاذر‬

“Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, “bismillah” tiga kali,
lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “A’udzu billahi wa qudrootihi min syarri maa ajidu wa
uhaadzir”, “Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaannya
dari segala keburukan yang kudapatkan dan kukhawatirkan.”[14]

Doa yang lainnya:

‫يم َربَّ ْالعَ ْر ِش ْالعَ ِظ ِيم أ َ ْن يَ ْش ِفيَ َك‬


َ ‫ّللاَ ْالعَ ِظ‬
َّ ‫أ َ ْسأ َ ُل‬

“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk
menyembuhkanmu. Dibaca tujuh kali.” [15]

Masih banyak adab yang lain, misalnya:

-menanyakan ada hutang puasa nadzar atau Ramadhan atau tidak?

-menjenguk lawan jenis, boleh jika tidak menimbulkan fitnah dan dengan keberadaan mahram

– Sunnah menghadapkan orang yang sakit ke arah kiblat ketika akan meninggal

-boleh menjenguk orang kafir dengan tujuan menampakkan akhlak Islam dan mendakwahkan

-memperhatikan waktu menjenguk

-jangan lama-lama menjenguk orang sakit

-jangan memaksa orang sakit menceritakan sakitnya dengan lama dan mengulang-ulangi
-dudk menjenguk di posisi dekat kepada karena lebih akrab sebagaimana hadits

-jangan menakut-nakuti pasien, jika perlu kita “berbohong” dengan “tauriyah”

Peran perawat tidak sebatas memberikan pengobatan secara fisik namun juga pengobatan psikis
pasien. Perawat juga bisa membimbing ritual keagamaan sesuai dengan keyakinan klien, seperti
cara bertayamum, salat sambil tiduran, atau berzikir dan berdoa. Bila perlu perawat dapat
mendatangkan guru agama pasien untuk dapat memberikan bimbingan rohani hingga merasa
tenang dan damai, berikut beberapa contoh perawat dalam membimbing pasien beribadah :

1. Membimbing pasien untuk berwudhu atau bertayamum (thaharah)


Seorang perawat harus memiliki rasa perhatian penuh terhadap pasien, bahkan perawatpun harus
mampu dalam membantu pasien saat bersuci. Pada saat hendak melaksanakan ibadah maka
perawat harus bisa membantu pasien untuk bersuci (thaharah) terlebih dahulu.
Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Alquran dan sunah. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan
(basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).

2. Membimbing pasien sholat apabila telah tiba waktunya


Shalat hukumnya fardhu (wajib) bagi setiap orang yang beriman yang telah memenuhi syarat,
baik laki-laki maupun perempuan walaupun dalam keadaan sakit. Shalat dibebankan kepada
setiap kaum muslimin dan tidak boleh meninggalkannya, kecuali bagi orang gila, anak kecil
yang belum baligh, dan wanita yang sedang haid atau nifas.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mendirikan shalat, sebagaimana
disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’anul Karim di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
”Maka dirikanlah shalat itu, sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.” (Q. S. An-Nisa’: 103)

3. Membimbing pasien berpuasa


Berdasarkan pendapat sejumlah ahli kesehatan, puasa dapat memberikan berbagai manfaat bagi
yang melaksanakannya, di antaranya untuk ketenangan jiwa, mengatasi stres, meningkatkan daya
tahan tubuh, serta memelihara kesehatan dan kecantikan. Puasa selain bermanfaat untuk
ketenangan jiwa agar terhindar dari stres, juga dapat menyehatkan badan dan dapat membantu
penyembuhan bermacam penyakit. Terutama jika saat bulan ramadhan, beberapa pasien dengan
penyakit tertentu(ringan) dapat berpuasa. “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah:
185). Perawat diwajibkan mengetahui mana saja pasien yang bisa berpuasa atau tidak.

Suatu kewajiban apabila pasien muslim melakasanakan ibadah solat, sebagai perawat diwajibkan
untuk mengingatkan solat terhadap pasien dan apabila pasien membutuhkan pertolongan dalam
bimbingan atau pendamping pada saat berwudhu dan solat, perawat harus bersedia mendampingi
pasien.

Tata Cara Shalat bagi Orang sakit

• Jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan keadaan berdiri, maka shalat dapat dilakukan
dengan posisi duduk

• Jika tidak mampu melaksanakan dengan cara duduk, maka shalat bisa dilakukan dengan cara
berbaring menghadap kiblat dengan miring di sisi kanan (lebih baik daripada sisi kiri)

• Jika tidak mampu melaksanakan dengan cara miring, maka shalat bisa dilaksanakan dengan
cara menelentang, kedua kakinya diarahkan ke kiblat dan lebih baik kepalanya diangkat sedikit
untuk menghadap ke kiblat

• Jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan ruku’ dan sujud, maka bisa dengan memakai
isyarat dengan kepala

• Jika tidak mampu mengisyaratkan dengan kepala dan mata pada waktu ruku’ dan sujud, maka
bisa dilaksanakan dengan isyarat mata.

• Jika tidak mampu mengisyaratkan dengan kepala dan mata, maka shalat dapat
dilaksanakan dengan hati.

Karena perawat yang juga berperan membimbing ritual keagamaan terhadap pasien selain itu
juga perawat harus mampu memberikan pengetahuan tentang ilmu kesehatan maupun ilmu
tatakrama keagamaan terhadap pengunjung yang membesuk pasien, seperti doa menjenguk
orang sakit berikut :
Apabila pasien telah sembuh dan akan pulang, perawat bisa membimbing pasien dan keluarga
untuk berdoa mensyukuri kesembuhan yang telah Allah berikan, berikut doa menysukuri doa
kesembuhan :

‫اللهم اني اسالك فرجا قريبا وصبرا جميًل ورزقا واسعا والعافية من جميع البًلء واسالك تمام العافية واسالك دوام العافية‬
‫واسالك الشكر علي العافية واسالك الغني عن الناس وَّلحول وَّلقوة اَّل باهلل العلي العظيم‬

“Wahai Tuhanku, bahwasanya aku memohon kelapangan dalam waktu yang dekat, kesabaran
yang sempurna, rizki yang luas, terhindar dari segala bala. Ya Allah aku memohon kepada
Engkau untuk pandai mensyukuri nikmat sehat yang Engkau limpahkan. Ya Allah aku memohon
kepada Engkau kecukupan dari manusia (tidak memerlukan kepada orang lain). Tak ada daya
dan tak ada tenaga, kekuatan melainkan dengan Allah yang MahaTinggi lagi MahaBesar”

Peran perawat sebagai pembimbing rohani selain peran utama merawat pasien secara
fisik(kesehatan) maupun secara psiko(kejiwaan) amatlah vital, karena perawat hampir setiap
waktu ada berada di samping pasien saat di rumah sakit. Maka sangat wajib bagi seorang
perawat mempunyai ilmu dan kemampuan dalam ilmu kerohanian pasien selain hal medis.
Semoga dengan materi ini kita dapat membuka wawasan terhadap para perawat muslim bahwa
tugas perawat bukan hanya menyembuhkan fisik di dunia saja namun juga membantu urusan
akhirat kelak.

https://id.scribd.com/presentation/321803655/Ibadah-dalam-kondisi-sakit-menurut-agama

https://artikel.masjidku.id/articles-item.php?id=2384

Anda mungkin juga menyukai