Anda di halaman 1dari 5

Menjadi Muslim Yang Ramah

(disampaikan oleh dr. M Faiq Sulaifi dalam kajian rutin RSMB)

Akhlak kepada Sesama

Berakhlak mulia kepada sesama hamba ialah dengan menempuh cara sebagaimana yang
dikatakan oleh sebagian ulama, yaitu yang tercakup dalam tiga ungkapan berikut ini:

1. Kafful adza (menahan diri dari mengganggu): yaitu dengan tidak mengganggu sesama
baik melalui ucapan maupun perbuatannya.
2. Badzlu nada (memberikan kebaikan yang dipunyai): yaitu rela memberikan apa yang
dimilikinya berupa harta atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya.
3. Thalaqatul wajhi (bermuka berseri-seri, ramah): dengan cara memasang wajah berseri
apabila berjumpa dengan sesama, tidak bermuka masam atau memalingkan pipi,
inilah husnul khuluq.1

Wajah yang Ramah


Di antara hadits yang menerangkan keutamaan sikap ramah adalah sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam:

ٍ‫شٍْئًب ًََى ٌْ أَُْ رَيْقَى َأخَبكَ ِث ٌَجْوٍ طَيْق‬


َ ِ‫ىَب َرذْقِشََُ ٍِ ِْ اىْ ََعْشًُف‬

“Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya
bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.”2

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berbuat
ma’ruf (kebaikan) dan segala perbuatan baik yang mudah (untuk kita lakukan) meskipun
hanya sedikit seperti berwajah ramah ketika bertemu sesama.”3

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

ِ‫َرَجّسُ َُلَ فًِ ًَجْوِ أَخٍِلَ ىَلَ صَذَقَخٌ ًََأٍْشُكَ ثِبىْ ََعْشًُفِ ًََّْيٍُلَ عَِْ اىْ َُنْنَشِ صَذَقَخٌ ًَإِسْشَبدُكَ اى َشجُوَ فًِ أَسْض‬

َ‫ّشٌْمَخَ ًَاْى َعظٌَْ َعِْ اىّطَشٌِقِ ىَل‬


َ ‫ذجَشَ ًَاى‬
َ ْ‫اىّضَيَبهِ َىلَ صَذَقَخٌ ًَثَصَشُكَ ىِي َشجُوِ اى َشدِيءِ اْىجَصَشِ َىلَ صَذَقَخٌ ًَِإٍَب َطزُلَ اى‬

ٌ‫ل َىلَ صَذَقَخ‬


َ ٍِ‫صَذَقَخٌ ًَإِفْشَا ُغلَ ٍِِْ دَْىٌِكَ فًِ دَْى ٌِ أَخ‬

1
Faidlul Qadir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir: 3/284, Dalilul Falihin: 5/25. Atsar di atas diriwayatkan dari ucapan
Ibnul Mubarak rahimahullah.
2
HR. Muslim: 4760, Ahmad: 20542 dari Abu Dzarr al-Ghifari radliyallahu anhu.
3
Syarh an-Nawawi ala Muslim: 16/177.

1
"Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau berbuat ma'ruf dan
melarang dari kemungkaran juga sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang
tersesat juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah,
menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan
air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah."4

Tetap Tersenyum
Walaupun disakiti, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap tersenyum. Anas bin Malik
radliyallahu anhu berkata:

‫ججَزَ ثِ ِشدَائِو‬
َ َ‫شٍَخِ فَ َأدْسَمَوُ َأعْشَاثًٌِ ف‬
ِ ‫ُمنْذُ َأٍّْشًِ ٍَعَ سَسٌُهِ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ًَعََيٍْوِ ثُشْدٌ َّجْشَاًٌِّ غَيٍِظُ اْىذَب‬

ٍِِْ ِ‫شٍَخُ اى ِشدَاء‬


ِ ‫َججْزَحً شَ ِذٌذَحً قَبهَ أَّسٌ فََنظَشْدُ إِىَى صَ ْفذَخِ عَبرِقِ اىَنجًِِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ًَقَذْ أَّثَشَدْ ِثيَب دَب‬

ٍ‫ّضذِلَ ّثُ ٌَ َأٍَ َش ىَوُ ِثعَّطَبء‬


َ َ‫شِذَحِ َججْزَرِوِ ّثُ ٌَ قَبهَ ٌَب ٍُذَ َذُ ٍُ ْشىًِ ٍِِْ ٍَب ِه اىيَِو اىَزِي ِعنْذَ َك فَبْىزَفَذَ إَِىٍِْو ف‬

"Saya berjalan bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam, ketika itu beliau


mengenakan kain (selimut) Najran yang tebal ujungnya, lalu ada seorang Arab badui (dusun)
yang menemui beliau. Langsung ditariknya Rasulullah dengan kuat, Anas melanjutkan;
"Hingga saya melihat permukaan bahu beliau membekas lantaran ujung selimut akibat
tarikan Arab badui yang kasar. Arab badui tersebut berkata; "Wahai Muhammad berikan
kepadaku dari harta yang diberikan Allah padamu", maka beliau menoleh kepadanya diiringi
senyum serta menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan sesuatu kepadanya."5

Bahkan dalam kondisi sakit yang keras pun beliau tetap tersenyum. Anas bin Malik
radliyallahu anhu berkata:

ٌُْ‫أََُ أَثَب ثَنْشٍ مَبَُ ٌُصَيًِ َىيٌُْ فًِ ًَجَعِ سَسٌُهِ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عَيٍَْوِ ًَسَيٌََ اىَزِي ُرٌُفًَِ فٍِوِ َدزَى ِإرَا مَبَُ ًٌٌَُْ اىِبّْثَنٍِِْ ًَى‬

ُ‫ذجْشَحِ فََنظَشَ إَِىٍْنَب ًَ ُىٌَ َقبئٌٌِ مَأََُ ًَ ْجيَوُ ًَسَقَخ‬


ُ ْ‫سزْشَ اى‬
ِ ٌََ‫صُفٌُفٌ فًِ اىصَيَبحِ مَّشَفَ سَسٌُهُ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَي‬

ِ‫ذُِ فًِ اىصَيَبحِ ٍِِْ فَشَحٍ ِثخُشًُجِ سَسٌُه‬


ْ ًََّ ‫صذَفٍ ّثٌَُ رََجّسٌََ سَسٌُهُ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ضَبدِنًب قَبهَ فَُجِيْزنَب‬
ْ ٍُ

ٌََ‫صفَ ًَ َظَِ أََُ سَسٌُهَ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَي‬


َ ‫اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ًََّنَصَ أَثٌُ ثَنْشٍ عَيَى عَقَِجٍْوِ ىٍَِصِوَ اى‬

4
HR. At-Tirmidzi: 1879 dan ia berkata hadits hasan, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman: 3377 (3/220), al-Bazzar
dalam Musnadnya: 4070 (2/108) dan di-hasan-kan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah nomer: 572.
5
HR. Al-Bukhari: 2916 dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah: 6/417.

2
‫خَب ِسجٌ ىِيصَيَبحِ فَأَشَبسَ إَِىٍْيٌِْ سَسٌُهُ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ِثٍَذِهِ أَُْ أَرٌَُِا صَيَبرَنٌُْ قَبهَ ّثٌَُ َدخَوَ سَسٌُهُ اىيَوِ صَيَى‬

َ‫ّسزْشَ قَبهَ َفُزٌُفًَِ سَسٌُهُ اىيَوِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ٍِِْ ٌَ ٌٍِْوِ رَىِل‬
ِ ‫اىيَوُ عَيٍَْوِ ًَسَيٌََ فَأَ ْسخَى اى‬

“Abu Bakar biasa salat mengimami mereka saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
sakit yang beliau meninggal karenanya. Sampai suatu hari Senin ketika mereka bershaf-shaf
ketika salat, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyingkap tirai bilik, kemudian
melihat kami. Saat itu beliau sedang berdiri seakan-akan wajahnya adalah lembaran mushaf,
lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tersenyum tertawa. Anas berkata,
"Tercenganglah kami, padahal kami sedang salat, karena gembira dengan keluarnya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Abu Bakar mundur untuk bergabung ke dalam shaf
dan menyangka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam keluar untuk salat. Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berisyarat dengan tangannya kepada mereka untuk
menyempurnakan salat mereka." Anas berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
masuk, kemudian menurunkan tirai." Anas berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pun meninggal pada harinya itu."6

Ringan Tangan
Islam memerintahkan agar sesama muslim saling bersaudara satu sama lainnya, sehingga
dengan adanya rasa persaudaraan satu dengan yang lainnya maka tidak akan ada saling
zhalim satu sama lainnya, tidak aka nada perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang
kepada saudaranya yang lain.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ً‫اىْ َُّسْيٌُِ أَخٌُ اىَُّْسْيٌِِ ىَب ٌَظْيَُِوُ ًَىَب ٌُّسْيَُِوُ ٍَِْ مَبَُ فًِ دَبجَخِ َأخٍِوِ مَبَُ اىيَوُ فًِ دَب َجزِوِ ًَ ٍَِْ فَ َشجَ َعِْ ٍُّسْيٌٍِ مُشْثَخ‬

ِ‫سزَشَُه اىيَوُ ًٌٌََْ اىِْقٍَبٍَخ‬


َ ‫سزَشَ ٍُّسْيًَِب‬
َ ٍَِْ ًَ ِ‫فَ َش َج اىيَوُ َعنْوُ ثِيَب مُشْثَخً ٍِ ِْ مُشَةِ ًٌٌَِْ اىِْقٍَبٍَخ‬

"Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zhalim
dan aniaya kepada saudaranya yang muslim. Barang siapa yang membantu kebutuhan
saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang
muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari
kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya
pada hari kiamat kelak."7

Mengucapkan Salam

6
HR. Muslim: 636, Ahmad: 12205 dan Abu Awwanah dalam Musnadnya: 1650 (1/446)
7
HR. Al-Bukhari: 2262, Muslim: 4677, at-Tirmidzi: 1346 dari Abdullah bin Umar radliyallahu anhuma.

3
Termasuk bagian dari sikap ramah adalah mengucapkan salam ketika bertemu. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ًَ‫جنَخَ َدزَى رُ ْؤٍِنٌُا ًَىَب ُرؤٍِْنٌُا َدزَى َرذَبثٌُا َأًَىَب َأدىُنٌُْ عَيَى شًَْءٍ ِإرَا َفعَْيزٌَُُهُ رَذَبَثْجزٌُْ أَْفّشٌُا اىّسَيَب‬
َ ‫ىَب رَذْخُيٌَُُ اْى‬

ٌُْ‫َثٍْنَن‬

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian
hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian
lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”8

Saling Berjabat Tangan


Termasuk bagian dari sikap ramah adalah saling berjabat tangan ketika bertemu. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫ٍَب ٍِِْ ٍُّسْيٍََِِِْ ٌَْيزَِقٍَبُِ َفٍَزَصَب َفذَبُِ إِىَب غُفِشَ َىيََُب َقجْوَ أَُْ ٌَ ْفزَشِقَب‬

Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni
(dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“9

Al-Imam Qatadah (ulama tabiin) rahimahullah berkata:

ٌَْ‫صذَبةِ اىَنجًِِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ قَبهَ َّع‬


ْ َ‫قُيْذُىِأَّسٍ أَمَبَّذْ اىَُْصَبَفذَخُ فًِ أ‬

“Aku bertanya kepada Anas (bin Malik): “Apakah para sahabat Nabi shallallahu alaihi
wasallam itu saling berjabat tangan?” beliau menjawab: “Ya.”10

Dan berjabat tangan dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan kesan yang
indah. Anas bin Malik Radliyallahu anhu berkata:

َ‫ّسذُ دَ ِشٌشًا ًَىَب دٌِجَبجًب أَْىٍََِ ٍِِْ مَفِ اىَنجًِِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَيٌََ ًَىَب شَََِْذُ سِحيًب قَّطُ َأًْ عَشْفًب قَّطُ أَطٍَْت‬
ْ ِ‫ٍَب ٍَّس‬

ٌََ‫ٍِِْ سٌِخِ َأًْ عَشْفِ اىنَجًِِ صَيَى اىيَوُ عََيٍْوِ ًَسَي‬

8
HR. Muslim: 81, at-Tirmidzi: 2612, Abu Dawud: 4519 dan Ibnu Majah: 67 dari Abu Hurairah radliyallahu anhu.
9
HR. Abu Dawud: 4536, at-Tirmidzi: 2651, ia berkata hasan gharib dan di-shahih-kan oleh al-Albani dalam
Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud: 5212.
10
HR. Al-Bukhari: 2792.

4
“Saya tidak pernah menyentuh sutra dan tidak pula kain dibaj yang lebih lembut daripada
telapak tangan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Saya juga tidak pernah mencium bau sama
sekali yang lebih harum dari bau Nabi shallallahu alaihi wasallam.”11

Berjabat tangan dilakukan dimana saja dan kapan saja apabila bertemu dengan orang lain,
termasuk juga seharusnya juga dilakukan ketika berjumpa di masjid atau di dalam barisan
shaf shalat, jika keduanya belum berjabat tangan sebelum shalat maka berjabat tangan
setelahnya, hal ini sebagai pelaksanaan sunnah yang agung itu di samping karena hal ini bisa
menguatkan dan menghilangkan permusuhan.

Kesimpulan

Semua sikap di atas hendaknya kita terapkan ketika bertemu dengan sesama kaum muslimin.
Itu semua termasuk akhlak yang mulia yang dianjurkan oleh al-Islam.

Akhlak yang mulia ini diwasiatkan oleh Luqman pada anaknya, sebagaimana yang
digambarkan dalam al-Quran :

ٍ‫خزَب ٍه َفخٌُس‬
ْ ٍُ َ‫ت مُو‬
ُ ِ‫ش فًِ اىْأَسْضِ ٍَ َشدًب إِ َُ اىيَ َو ىَب ٌُذ‬
ِ ََْ‫صعِشْ خَذَكَىِينَبسِ ًَىَب ر‬
َ ُ‫ًَىَب ر‬

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan mengenai ayat tersebut: “Janganlah kamu
palingkan wajahmu dari orang lain ketika kamu berbicara dengannya atau diajak bicara.
Muliakanlah lawan bicaramu dan janganlah bersifat sombong. Bersikap lemah lembutlah dan
berwajah cerialah di hadapan orang lain”12

Semoga bermanfaat. Amien.

11
HR. Al-Bukhari: 3297, Muslim: 4299 dan at-Tirmidzi: 1938.
12
Tafsir Ibnu Katsir: 6/338.

Anda mungkin juga menyukai