لطف الله بالخلق من مجازفات الشيخ عبيد ورميه بالعظائم على من
أهل السنة أقرب الطوائف الى الحق:قال
“Kasih Sayang Allah kepada Makhluq dari Sikap Serampangan Syaikh Ubaid dan
tuduhannya dengan dosa besar terhadap orang yang berpendapat: “Ahlus Sunnah
adalah kelompok yang paling Dekat kepada Al-Haqq.”
Pertanyaan:
Adakah ulama-ulama terdahulu yang mengucapkan ucapan bahwa “Ahlus Sunnah
adalah kelompok yang paling mendekati kebenaran” selain si dungu Al-Hajuri ini?
Jawab:
Yang ada adalah ucapan “Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq.” Adapun ucapan bahwa
“Ahlus Sunnah adalah kelompok yang paling mendekati kebenaran”, maka ini adalah
ucapan muhdats bahkan menentang manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidaklah
muncul ucapan ini kecuali dari orang jahil yang tidak pantas disebut ulama’.
Firman Allah
1
Perhatikanlah bahwa Allah menyatakan “ada umat yang memberi petunjuk dengan Al-
Haqq”. Allah tidak menyatakan “ada umat yang memberi petunjuk dengan yang lebih
dekat kepada Al-Haqq”.
Hadits Nabi
Bahkan Rasulullah sendiri yang membantah orang jahil ini dengan sabdanya:
ةم أ
خذ ول وهأ ن
م ن و
م ن
م و حقق ول ي و أ
ضررهأ ن ن ع وولى ال ن و
ري و
ظاه م م ممتيِ و نأ مف ة م ن ل و
طائ م و ول ت ووزا أ
حتى يأ نت م و
ك مأر الل مهم ووهأ ن
م ك وذ ول م و يِ أ نو م و و
“Akan selalu ada suatu Thaifah (kelompok kecil, pen) yang menang di atas Al-Haqq.
Tidak berbahaya bagi mereka orang-orang yang meninggalkan mereka sampai
datangnya perkara Allah dalam keadaan mereka seperti itu.” (HR.Muslim: 3544, Ibnu
Majah: 10 dari Tsauban ).
Perhatikan sabda beliau “Akan selalu ada suatu Thaifah (kelompok kecil, pen) yang
menang di atas Al-Haqq”!! Beliau tidak mengucapkan: “Akan selalu ada suatu
Thaifah yang paling dekat kepada Al-Haqq (kebenaran)”. Ini menunjukkan ucapan
orang ini yang kemudian dibela oleh para fanatikus beratnya adalah menyelisihi sabda
Rasulullah .
Maka perhatikanlah sabda beliau tentang Kelompok yang selamat yaitu Al-Jama’ah,
yaitu sesuatu (kelompok) yang mana aku dan para sahabatku ada di atasnya.” Dan
beliau tidak menyatakan “Yang paling mendekati sesuatu (kelompok) ) yang mana
aku dan para sahabatku ada di atasnya” Sebagaimana ucapan orang jahil ini.
Ketika perjanjian Hudaibiyah disetujui oleh kedua pihak, Umar bin Al-Khaththab
bertanya kepada Rasulullah :
ل ب وولى و
قا و م ع وولى ال نوباط م م
ل فو و سونا ع وولى ال ن و
حقق ووهأ ن ل الل مهم أل و ن
سو و
ويا ور أ
“Wahai Rasulullah, bukankah kita (kaum mukminin, pen) di atas Al-Haqq sedangkan
mereka (kaum kafirin, pen) di atas kebatilan?” Beliau menjawab: “Benar.” (HR. Al-
Bukhari: 2945, Ahmad: 15975).
Atsar Sahabat
حد و و
ك ت وو ن ما ووافوقو ال و و
وومإن ك أن ن و، حقق ة و
ماع و أ
ج و
ال و
“Sesungguhnya Al-Jama’ah hanyalah kelompok yang sesuai dengan Al-Haqq
meskipun kamu seorang diri.” (Al-Wajiz fi Aqidatis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal
Jamaah: 25).
Coba bandingkan ucapan Ibnu Mas’ud dengan ucapan orang ini. Beliau tidak
menyatakan: “Sesungguhnya Al-Jama’ah hanyalah kelompok yang paling mendekati
Al-Haqq meskipun kamu seorang diri.” Ini menunjukkan bahwa ucapan orang ini
adalah ucapan batil.
3
وأما أهل الحق وهم أهل السللنة فقللالوا هللذا هللو الختيللار أن يكللون
المام فاضل عدل محسنا فإن لم يكن فالصبر على طاعللة الجللائرين
من الئمة أولى من الخروج عليلله لن فلليِ منللازعته والخللروج عليلله
الخ...استبدال المن بالخوف
“Adapun Ahlul Haqq yaitu Ahlus Sunnah, maka mereka berkata bahwa ini (imamah,
pen) adalah dalam keadaan ikhtiyar (tidak terpaksa, pen) yaitu adanya Imam dalam
keadaan orang yang utama, adil dan berbuat ihsan. Maka jika tidak ditemui (imam yang
adil) maka bersabar dalam menaati penguasa yang zhalim lebih utama daripada
memberontak kepadanya, karena di dalam melengserkan dan memberontak mereka
terdapat perbuatan mengubah keadaan aman menjadi keadaan mencekam…dst.” (At-
Tamhid lima fil Muwaththa’ minal Ma’ani wal Asanid: 23/279).
ونحللن وإن كللان الصللحابة رضللى الللله عنهللم قللد كفينللا البحللث عللن
أحوالهم لجإماع أهل الحق من المسلمين وهم أهل السنة والجماعة
على أنهم كلهم عدول
“Dan kami, meskipun para Sahabat radliyallahu anhum telah kami cukupkan dari
membahas keadaan mereka karena adanya ijma’ (kesepakatan) Ahlul Haqq dari kaum
muslimin yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah bahwa mereka (para Sahabat, pen)
semuanya adalah orang-orang yang adil.” (Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhab: 1/7).
Perhatikanlah ucapan Ibnu Abdil Barr “Adapun Ahlul Haqq yaitu Ahlus Sunnah”, dan
beliau tidak mengucapkan “Adapun Aqrabut Thawaif ilal Haqq (yang paling
mendekati Al-Haqq) yaitu Ahlus Sunnah.”
4
(dan dosa lainnya masih tetap tersisa) yaitu: konsekuensi dan wajibnya bertaubat
atasnya…dst.” (Dalilul Falihin Syarh Riyadlis Shalihin: 1/94).
وأما قوله فهيِ نائلة" الخ ففيه دليل لمذهب أهل الحق أهللل السللنة
إن كل من مات غير مشرك بالله تعالى ل يخلد فيِ النللار ولللو مللات
، يعنيِ ففيه رد على من أنكر ذلك،مصرا ة على الكبائر
“Adapun sabda Rasulullah “Syafaatku akan didapatkan oleh umatku yang mati tidak
dalam keadaan musyrik..dst”, maka di dalamnya terdapat dalil bagi madzhab Ahlul
Haqq yaitu Ahlus Sunnah bahwa setiap orang yang mati tidak dalam keadaan musyrik
kepada Allah Ta’ala tidak kekal di neraka meskipun ia terus-menerus di atas dosa besar,
yakni di dalam hadits ini terdapat bantahan terhadap orang-orang yang
mengingkarinya…” (Mir’atul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 7/342).
فمن سلك سبيل أهل السللنة اسللتقام قللوله وكللان مللن أهللل الحللق
والستقامة والعتدال وإل حصللل فلليِ جإهللل وكللذب وتنللاقض كحللال
.هؤلءا الضلل
“Maka barangsiapa yang menempuh jalan Ahlus Sunnah maka istiqamahlah (teguhlah)
ucapannya dan ia termasuk Ahlul Haqq dan Istiqamah dan Keadilan. Dan kalau tidak
demikian maka ia akan terjatuh ke dalam kebodohan, kedustaan dan kontradiksi seperti
keadaan orang-orang bodoh ini.” (Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah: 4/168).
واتفق أهل الحق من جإميع علماءا أهل السنة أن عثمان رضلليِ الللله
وللقتللل أسللباب تقتضلليه لللم يللأت عثمللان،عنه قتل مظلوما ة شللهيدةا
،شيئا ة منها
“Dan Ahlul Haqq dari semua ulama Ahlus Sunnah telah bersepakat bahwa Utsman
terbunuh secara terzhalimi dan dalam keadaan syahid. Dan pembunuhan tersebut
memiliki beberapa sebab yang tidak pernah dilakukan oleh Utsman sedikit pun.”
(Mir’atul Jinan wa Ibratul Yaqzhan fi Ma’rifati Hawaditsiz Zaman: 1/42).
5
وأهل السنة الذين نذكرهم أهللل الحللق ومللن عللداهم فأهللل البدعللة
فإنهم الصحابة رضيِ الله عنهللم وكللل مللن سلللك نهجهللم مللن خيللار
التابعين رحمه الللله عليهللم ثللم أصللحاب الحللديث ومللن إتبعهللم مللن
ِالفقهاءا جإيل فجيل إلى يومنا هذا أو من اقتدى بهللم ملن العللوام فللي
شرق الرض وغربها رحمة الله عليهم
“Dan Ahlus Sunnah yang kami sebutkan mereka adalah Ahlul Haqq. Dan orang-
orang selain mereka adalah Ahlul Bid’ah. Karena mereka (yaitu Ahlus Sunnah Ahlul
Haqq) adalah para Sahabat radliyallahu anhum dan setiap orang yang menempuh jalan
mereka dari orang-orang baik para Tabi’in rahimahumullah kemudian Ahlul Hadits dan
orang yang mengikuti mereka dari kalangan Fuqaha’ dari generasi ke generasi sampai
hari ini, atau orang yang mengikuti mereka dari golongan awam di timur bumi dan
baratnya, semoga Allah merahmati mereka.” (Al-Fashlu fil Milal wal Ahwa’ wan Nihal:
2/90).
سللول أ أ
ه هأللوو ه الل ملل أ
ه ووور أ ما وقال و أ جعوألو و
ن و ن فوي و نما م سن مةم ووا ن م
لي و حقق ووال ر ل ال ن وما أ وهن أ و
ووأ م
. ماد أه أقاد أه أ وواع نت م وب اع نت م و
ج أ
ذي ي و م حقم ال م م ال ن و
“Dan adapun Ahlul Haqq was Sunnah wal Iman maka mereka menjadikan perkara
yang diucapkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai kebenaran yang wajib diyakini dan
dijadikan sandaran.” (Syarhut Thahawiyyah fil Aqidatis Salafiyyah: 1/140).
Demikianlah mereka semua menyatakan bahwa Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq.
Mereka tidak menyatakan bahwa Ahlus Sunnah adalah Kelompok yang paling dekat
dengan Al-Haqq.
Dan yang aneh dari para pengkultus orang ini adalah sikap mereka yang menutup-tutupi
kesalahan orang ini dengan menyatakan Syaikh kami tidak menyatakan demikian, Syaikh
kami menyatakan bahwa Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq. Dan sebagainya. (Lihat
ocehan mereka dalam Ar-Radd ala Arafat: 18).
Maka Penulis katakan: Lalu mengapa Syaikh kalian menulis risalah tersebut?
Paling-paling tujuannya adalah untuk membela pernyataannya. Apalagi tulisan
jelek tersebut dimuat di Situs Hizbi jelek kalian.
Demikian pula penjelasan Al-Allamah Al-Faqih Ibnu Utsaimin terhadap hadits iftiraqul
ummah. Beliau berkata:
،وهذه الفرقة هيِ الفرقة الناجإية الللتيِ نجللت فلليِ الللدنيا مللن البللدع
وهلليِ الطائفللة المنصللورة إلللى قيللام،وتنجو فلليِ الخللرة مللن النللار
وهللذه.- عللز وجإللل- الساعة التيِ ل تزال ظاهرة قائمللة بللأمر الللله
الفرق الثلث والسبعون التيِ واحدة منها على الحللق والبللاقيِ علللى
،الباطل
“Dan firqah ini adalah Al-Firqatun Najiyah yang selamat di dunia dari bid’ah-bid’ah dan
selamat di akhirat dari neraka. Dialah At-Thaifah Al-Manshurah (kelompok yang
ditolong) sampai hari kiamat yang selalu menang dan tegak dengan perintah Allah –azza
wajalla-. Ke-73 firqah ini salah satunya di atas Al-Haqq sedangkan sisanya di atas Al-
Bathil,…” (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibnu Utsaimin: 1/38).
أنهم من كان على مثل ما كان عليه النللبيِ صلللى الللله عليلله:الثالثة
وهللذه الصللفة تللبين،وسلم وأصللحابه رضللوان الللله عليهللم أجإمعيللن
المراد من الصفتين قبلها وتللدل علللى أن أهللل الحللق هللم الجماعللة
. ولللو كللانوا مللن أقللل النللاس،والسواد العظم من كانوا وأين كللانوا
.والله أعلم
“Yang ketiga: bahwa mereka (golongan yang selamat) adalah orang yang berada di atas
ajaran Rasulullah dan para Sahabat beliau . Sifat ini menjelaskan maksud dari 2 sifat
7
sebelumnya dan menunjukkan bahwa Ahlul Haqq adalah Al-Jama’ah dan As-
Sawadul A’zham, siapapun mereka, dimanapun mereka walaupun mereka jumlahnya
paling sedikit. Wallahu a’lam.” (Ithaful Jama’ah biMa Ja’a fil Fitan wal Malahim wa
Asyrathis Sa’ah: 1/267).
Munaqasyah
Sekarang mari kita bandingkan ucapan orang ini dengan ucapan para ulama yang
dijadikan rujukan olehnya. Perlu diketahui bahwa para ulama yang dijadikan rujukan oleh
orang jahil ini atas pendapatnya yang sesat ada 8 orang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Al-Lajnah Ad-Daimah yang terdiri dari Al-Allamah Ibnu Baz, Al-Allamah Abdurrazzaq
Afifi, Abdullah Ghudayyan dan Ibnu Qu’ud. Kemudian Al-Allamah Muqbil, Ibnu
Utsaimin dan Syaikh Shalih Fauzan.
Persaksian bahwa “Ahlus Sunnah adalah kelompok yang paling dekat kepada
Al-Haqq” adalah persaksian Ahlul Bida’ wal Ahwa’ bukan persaksian Ahlus
Sunnah.
Persaksian di atas hanyalah kutipan Syaikhul Islam saja dan bukan persaksian
Syaikhul Islam.
Jahilnya orang ini di mana ia tidak bisa membedakan yang mana persaksian
beliau sendiri dan yang mana kutipan beliau terhadap persaksian kelompok
lain.
Bagaimana persaksian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah terhadap Ahlus Sunnah? Beliau
berkata:
Dalam menta’yin suatu orang atau thaifah, tidak boleh dikatakan bahwa si
Fulan atau Thaifah Fulanah adalah Ahlul Haqq.
10
Dari penjelasan beliau di atas kita harus membedakan antara ithlaq dan ta’yin. Ithlaq
harus didasarkan pada nash Al-Kitab dan As-Sunnah dan tidak bisa diganggu gugat.
Adapun ta’yin maka ia bersifat ijtihadi sehingga bisa diralat dan diganggu gugat.
Secara ithlaq, Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq menurut Al-Kitab dan As-Sunnah.
Adapun secara ta’yin, maka seseorang perlu mempelajari syarat-syarat dan penghalang
penerapan ithlaq tersebut pada suatu orang atau thaifah agar tidak jatuh pada tazkiyyah
tanpa ilmu.
Tentang kaedah tazkiyyah, Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh berkata:
م مبال ن و
جن مللةم( يعنلليِ ل نشللهد للمحسللن شللهود أ ل وهألل ن
قللول الطحللاوي )ووول ن و ن
فل نشللهد لحللد مللن أهللل، وكذلك ل نشللهد للمسلليِءا بالنللار،بالجنة
شهمد و له رسول الله القبلة بجنةث ول نار إل من و
“Ucapan Ath-Thahawi “kami tidak mempersaksikan mereka dengan surga” maksudnya
adalah kita tidak mempersaksikan (baca: memvonis) seorang yang baik sebagai
penghuni surga. Begitu pula kita tidak mempersaksikan seorang yang jahat sebagai ahli
neraka. Maka kita tidak boleh mempersaksikan seseorang dari ahlul kiblat dengan surga
atau neraka kecuali orang yang dipersaksikan oleh Rasulullah .” (Ithafus Sa’il bi Ma fith
Thahawiyah minal Masa’il: kaset 27/17). Termasuk dalam hal ini (mempersaksikan
seseorang sebagai Ahli surga atau Ahli neraka) adalah mempersaksikan bahwa si Fulan
atau Thaifah Fulanah adalah Ahlul Haqq.
Adapun keterangan dari Al-Quran, As-Sunnah dan ucapan para ulama yang dibawakan
oleh Penulis di atas bahwa “Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq”, maka itu semuanya
adalah keterangan secara ithlaq.
Adapun secara ta’yin terhadap kedudukan seseorang tertentu atau kelompok tertentu
yang ditanyakan kepada seorang ulama maka jawaban ulama tersebut bukan jawaban
ithlaq akan tetapi dengan bentuk tafdlil seperti: “Si Fulan adalah lebih dekat kepada Al-
Haqq dari si B” atau “Thaifah Fulanah adalah thaifah yang paling baik di antara yang
ada” dan sebagainya.
11
Sebagai contoh bentuk ta’yin terhadap status jamaah-jamaah sekarang adalah Fatwa Al-
Lajnah Ad-Daimah -yang dijadikan sandaran oleh orang ini dalam risalahnya-:
Tanya: “Dalam dunia islam dewasa ini ada banyak firqah dan thariqat shufiyah seperti: di
sana ada Jamaah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, orang-orang Sunni, Syiah. Jamaah
manakah yang menerapkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya ?
Jawab: “Jamaah Islamiyah yang paling dekat kepada Al-Haqq dan yang paling
bersemangat menerapkannya adalah: Ahlus Sunnah yaitu Ahlul hadits dan Jamaah
Ansharus Sunnah kemudian Ikhwanul Muslimin. Secara global masing-masing firqah
dari firqah-firqah ini dan lainnya di dalamnya terdapat kesalahan dan kebenaran. Maka
wajib atasmu untuk tolong-menolong bersama mereka dalam kebenaran dan menjauhi
dari kesalahan mereka dengan disertai saling menasehati dan tolong-menolong dalam
kebaikan dan taqwa…….dst.”
12
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (ketua), Abdur Razzaq Afifi (wk ketua), Abdullah bin
Ghudayyan (anggota), Abdullah bin Qu’ud (anggota). (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah:
2/238).
Sekarang mari kita perhatikan ucapan orang jahil ini (apakah sama dengan ucapan Lajnah
Daimah?):
Dari judul risalahnya, seseorang yang membaca akan menilai bahwa orang ini
sedang mengadakan taq’id (menjelaskan hakekat Ahlus Sunnah) bukan sedang
menilai terhadap kedudukan Jamaah Fulan, Thaifah Fulanah dan sebagainya.
Orang jahil ini menolak keras terhadap orang-orang yang membantahnya. Seolah-
olah pendapatnya tidak bisa diganggu gugat karena memiliki landasan dalil syar’i.
Sehingga perbuatan orang jahil ini adalah merupakan suatu kezhaliman karena
berdalil dengan fatwa yang bersifat ta’yin terhadap ucapannya yang bersifat ithlaq.
Demikian pula pernyataan Al-Allamah Muqbil Al-Wadi’i yang dijadikan sandaran oleh
orang jahil ini. Beliau –dalam pernyataannya- sedang mengadakan penilaian terhadap
jama’ah-jama’ah yang ada yang mengaku diri mereka sebagai Ahlul Haqq. Beliau
berkata:
13
فمللن تللوفرت فيلله هللذه الصللفات فلليِ سللورة العصللر والمؤمنللون
والحديث فهللو مللن الفرقللة الناجإيللة سللواءا كللان حجازيللا أم يمنيللا أم
،شاميا أم أي بلد كان
Dan manusia yang paling dekat dari orang yang dapat menerapkan sifat-sifat ini
adalah Ahlul Hadits…..” (Riyadlul Jannah fir Raddi ala A’da’is Sunnah cetakan keempat:
20-21).
Pada alinea kedua beliau sedang men-ta’yin. Beliau menyatakan bahwa manusia
yang paling dekat dari orang yang dapat menerapkan sifat-sifat ini (dari
kalangan orang-orang yang mengaku golongan yang selamat, pen)… dst.
Begitulah ketika menta’yin tokoh atau kelompok, seorang Ahlus Sunnah tidak
boleh memastikan tetapi hanya menyatakan kata-kata pendekatan karena ilmunya
secara pasti ada sisi Allah.
Maka perhatikanlah antara ucapan Asy-Syaikh Muqbil dan ucapan orang jahil ini. Maka
perbedaannya jauh sekali.
Sebenarnya cara menta’yin Ahlul Haqq ketika muncul orang-orang sesat yang mengaku
sebagai Ahlul Haqq sudah diajarkan oleh Al-Quran, yaitu dengan menggunakan isim
tafdlil. Ketika orang-orang Yahudi dan Nashara berlomba-lomba untuk mengaku sebagai
pengikut Ibrahim , maka Allah menjawab:
14
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS.
Ali Imran: 68).
Kemudian yang penting untuk diketahui adalah bahwa orang-orang yang menjadi
bagian dari Ahlus Sunnah yang merupakan Ahlul Haqq, juga berbeda-beda tingkatan
mereka dalam kedekatan mereka kepada Al-Haqq.
قتل أهلل و
م أقنللور أ
ب فة ث ي و ن أ أ ن
خت ول م و ن ع وولى فأنرقوةث أ
م ن جإو و
خأر أ ث ذ وك وور مفيهم قوون ة
ما ي و ن دي ث ح م مفيِ و
حققن ال ن و
م ن ن مفت وي ن م
ال م
طائ م و
“Di dalam sebuah hadits yang mana beliau menyebutkan kaum yang keluar
memberontak (yaitu Khawarij, pen) ketika ada perselisihan umat. Kaum ini akan
diperangi oleh Thaifah yang paling dekat kepada Al-Haqq di antara 2 thaifah yang
berselisih.” (HR. Muslim: 1770, Ahmad: 11353).
Hadits di atas menjelaskan bahwa thaifah Ali bin Abi Thalib dengan orang-orang
yang besertanya yang memerangi sekte Khawarij adalah lebih dekat kepada Al-Haqq
daripada thaifah Muawiyah bin Abi Sufyan dan teman-temannya. Dan sudah maklum
bahwa kedua-duanya termasuk Ahlus Sunnah.
Demikian pula antara Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman ketika memutuskan
persengkatan antara 2 orang yang berselisih tentang kambing salah satunya yang merusak
kebun temannya. Keputusan Nabi Sulaiman lebih mendekati Al-Haqq dari pada
keputusan Nabi Dawud . Allah berfirman:
م ال ن و
قللونم م ت فميللهم غ ون ولل أ
ش ن ف و
ث إ مذ ن ن و وحنر م ن مفيِ ال ن و ما محك أ و
ن إ مذ ن ي و ن
ما وسل وي ن و
داأوود و وو أ وو و
عل ن ة
ما ما وو م ن ووك ألل آت وي نونا أ
حك ن ة ما وسل وي ن وها أ مونا و ن فو و
فه م ن دي و شاه م م م و مه م نحك ن م
ووك أمنا ل م أ
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing
kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh
mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang
hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan
15
hikmah dan ilmu.” (QS. Al-Anbiya’: 78-79). Dan keduanya adalah termasuk Ahlul
Haqq.
Demikian pula dari ketiga generasi yang telah ditazkiyyah oleh Rasulullah atas
keutamaannya, generasi Shahabat lebih mendekati Al-Haqq daripada generasi
Tabi’in, generasi Tabi’in lebih mendekati Al-Haqq daripada generasi Tabi’ut
Tabi’in.
أ
ن ي وألون وهأ ن
م م ال م م
ذي و ن ي وألون وهأ ن
م ثأ م م ال م م
ذي و ممتيِ قونرمنيِ ث أ م
خي نأر أ م
و
“Sebaik-baik umatkau adalah generasiku (Sahabat), kemudian generasi setelahnya
(Tabi’in), kemudian generasi setelahnya.” (HR. Al-Bukhari: 3377, Muslim: 4603, Abu
Dawud: 4038, At-Tirmidzi: 2147, An-Nasa’i: 3749. Lafazhnya adalah milik Al-Bukhari).
ولما كان أهل الخير نللادرا فلليِ القللرن الرابللع اقتصللر علللى القللرون
الثلثة فلليِ أكللثر الروايللات لكللثرة أهللل العلللم والصلللحا فيهللم وقلللة
السفه والفساد منهم
“Dan ketika orang-orang shalih pada generasi keempat (setelah Tabi’ut tabi’in) berjumlah
sangat sedikit. Maka Rasulullah membatasi dan hanya menyebut 3 generasi saja
dalam kebanyakan riwayat karena banyaknya Ahlul ilmi dan orang-orang shaleh
serta sedikitnya orang-orang yang dungu dan rusak dalam ketiga generasi tersebut.”
(Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 17/306).
Termasuk dalam jenis ini adalah ucapan Al-Allamah Al-Faqih Ibnu Utsaimin –yang
dijadikan landasan oleh orang jahil ini untuk mendukung ucapannya yang sesat-:
16
لنهم أقللرب،وإنما كان اتباع سبيلهم من منهج أهل السنة والجماعة
، وكلما بعد الناس عن عهللد النبللوة،إلى الصواب والحق ممن بعدهم
قربللوا مللن، وكلمللا قللرب النللاس ملن عهللد النبللوة،بعدوا من الحللق
ِ وكلما كان النسان أحرص علللى معرفللة سلليرة النللبيِ صلللي،الحق
. كان أقرب إليِ الحق،الله عليه وسلم وخلفائه الراشدين
“Mengikuti jalan mereka (Muhajirin dan Anshar) termasuk manhaj Ahlus Sunnah wal
Jamaah karena mereka (Muhajirin dan Anshar) lebih dekat kepada Al-Haqq dan
kebenaran daripada orang-orang setelahnya. Semakin jauh manusia dari masa
kenabian maka semakin jauh mereka dari Al-Haqq dan semakin dekat manusia dari masa
kenabian maka semakin dekat mereka kepada Al-Haqq. Dan setiapkali seseorang lebih
bersemangat untuk mengetahui sirah Nabi dan Khulafa’ur Rasyidin maka ia akan
lebih dekat kepada Al-Haqq.” (Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, maktabah Al-Hikam
Ad-Diniyyah, cet. 2: 429).
Dan sejenis dengan ucapan di atas adalah keterangan Asy-Syaikh Shalih Fauzan:
Demikianlah penjelasan beliau berdua –yang dijadikan sandaran oleh orang jahil ini-
yang menerangkan bahwa generasi As-Sabiqunal Awwalun lebih dekat kepada Al-Haqq
daripada generasi Tabi’in dan generasi Tabi’in lebih dekat kepada Al-Haqq daripada
generasi Tabi’ut Tabi’in dan seterusnya. Dan mereka semua adalah Ahlus Sunnah.
17
Coba kita bandingkan ucapan orang jelek ini (“Ahlus Sunnah adalah kelompok yang
paling dekat kepada Al-Haqq”) dengan penjelasan para ulama di atas! Kalau kita
paksakan ucapan orang jelek ini untuk diterapkan pada Bab ini, maka akan
menghasikan konsekuensi yang sangat rusak:
Thaifah Ali dan sahabatnya adalah Ahlus Sunnah karena mereka adalah
kelompok yang paling dekat kepada Al-Haqq. Sementara thaifah Mu’awiyah
dan sahabatnya adalah bukan Ahlus Sunnah karena tidak lebih dekat kepada Al-
Haqq. Subhanallah.
Nabi Sulaiman adalah Ahlus Sunnah karena paling dekat kepada Al-Haqq
sedangkan Nabi Dawud bukanlah Ahlus Sunnah. Subhanallah.
Orang yang paling bersemangat mengetahui sirah Nabi dan khulafa’ur rasyidin
adalah Ahlus Sunnah karena mereka paling dekat kepada Al-Haqq sementara yang
kurang bersemangat bukanlah Ahlus Sunnah karena mereka bukan orang yang
lebih dekat kepada Al-Haqq. Subhanallah.
Demikianlah ucapan rusak orang jahil ini jika diterapkan pada bab ini. Subhanaka hadza
buhtanun azhim.
18
kepada Al-Jama’ah adalah kelompok yang paling dekat kepada Al-Haqq.”
(Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah: 3/270).
Dari ucapan beliau dapat diambil faedah bahwa Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq
karena terbebas dari perselisihan dan perpecahan. Sedangkan kelompok (sekte) yang
paling dekat kepada Al-Haqq adalah bukan Ahlus Sunnah karena mereka masih
mengalami perpecahan meskipun paling sedikit. Sebagai contoh adalah sekte Asy’ariyah
yang paling dekat kepada Al-Haqq dalam masalah sifat-sifat Allah di antara sekte-sekte
yang ada. Akan tetapi sekte Asy’ariyah bukanlah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Coba bandingkan ucapan Syaikhul Islam dengan ucapan orang jahil ini! Betapa jauh
bedanya. Kalau ucapan orang jahil ini (“Ahlus Sunnah adalah kelompok yang paling
dekat kepada Al-Haqq”) diterapkan pada Bab ini maka sekte Asy’ariyyah adalah
Ahlus Sunnah karena Asy’ariyyah adalah kelompok yang paling dekat kepada Al-
Haqq di antara sekte-sekte yang ada. Maha suci Allah dari ucapan jelek ini.
Dari penjelasan Syaikhul Islam di atas terdapat faedah bahwa Ahlus Sunnah adalah
Ahlus Shidqi yaitu orang-orang yang menjadikan kejujuran sebagai agama baik
kejujuran dalam aqidah, manhaj, amalan, ucapan dan sebagainya. Sedangkan kelompok
yang paling jujur bukanlah Ahlus Sunnah akan tetapi Khawarij. Cukuplah ini
sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal.
19
ن كوا وول وت و م
جد و م ن أو ن
شور أ مأنوا ال ني وأهود و ووال م م
ذي و نآ و ذي و داووة ة ل مل م مس عو و شد م المنا م ن أو وجد و مل وت و م
م أ وقنربهم مودة لل مذين آمنللوا ال مللذين قوللاألوا إنللا نصللارى ذ وللل و و
من نهألل ن
ن م ك ب مللأ م م مم و و و م و و وأ ن و و م ة م م و و أ
و
ست وك نب مأرو و
ن م ول ي و ن ن ووأرهنوباةنا ووأن مهأ ن
سي وسي م قم ق
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat kasih sayangnya dengan
orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini
orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-
orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena
sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.” (QS. Al-Ma’idah: 82).
Dari ayat di atas terdapat pelajaran bahwa orang-orang yang paling dekat kasih-
sayangnya kepada kaum Mukminin bukanlah kaum Mukminin melainkan kaum
Nashara.
Adapun kaum Mukminin maka mereka adalah kaum yang saling menyayangi di antara
mereka. Mereka juga menjadikan kasih 20amper dan bencinya karena Allah .
Allah berfirman:
Rasulullah bersabda:
سللد م إ م و
ذا ل ال ن و
ج و مث ولل أم و م ووت وعوللاط أ م
فه م ن مهملل نح مم ووت وورا أ
واد قه م ن
ن فملليِ وتل و ممني و ل ال ن أ
مللؤ ن م مث و أ
و
مى ح م ن
سهورم ووال أ سد م مبال م ج و ن
سائ مأر ال و ه و و
عى ل أ دا وضو ة ت و و
ه عأ ن من ن أ
شت وكى مو ا ن
“Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang dan rahmat mereka adalah
seperti satu tubuh yang utuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit maka
seluruh bagian tubuh akan mengeluh tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim:
4685, Ahmad: 17648 dari Nu’man bin Basyir ).
Cukuplah penjelasan di atas sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Adapun
orang jahil pemilik ucapan jelek ini serta para pembebeknya maka mereka adalah
orang-orang yang tidak mampu memahami petunjuk dengan benar. Ketidakmampuan
memahami dalil-dalil agama dengan benar adalah salah satu sifat khas orang-orang
munafik. Allah berfirman:
20
ديةثا
ح م
ن و
قأهو و
ف و
ن يو ن
دو و قونم م ول ي و و
كا أ ل هوؤ أولمءا ال ن و فو و
ما م
“Maka mengapa orang-orang munafik itu 21amper-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun?” (QS. An-Nisa’: 78).
Salah Penisbatan
Di antara kesalahan fatal orang jahil ini adalah ia menisbatkan nukilan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah terhadap persaksian sekte-sekte sesat sebagai persaksian pribadi Syaikhul
Islam sebagaimana yang Penulis paparkan pada bagian Munaqasyah di atas. Ia
menyangka bahwa Syaikhul Islam juga mendukung pendapatnya karena beliau juga
menyatakan bahwa “mereka (Ahlus Sunnah) adalah lebih pantas dari kelompok
lainnya dan lebih dekat kepada Al-Haqq”. Padahal ucapan tersebut adalah
persaksian sekte-sekte sesat terhadap Ahlus Sunnah yang beliau nukilkan dalam
kitab beliau.
Perbuatan ini adalah menyerupai perbuatan kaum Nashara yang berdalil dengan Al-
Qur’an bahwa Isa Al-Masih adalah putra Allah. Mereka berdalil dengan firman Allah:
Padahal ayat ini adalah nukilan dan celaan Al-Quran terhadap ucapan kaum Yahudi dan
Nashara bukan persaksian Al-Quran bahwa Uzair dan Al-Masih adalah putra Allah. Maha
suci Allah dari apa yang mereka ucapkan.
Isim Tafdlil
Isim tafdlil dipakai dalam Bahasa Arab untuk membandingkan sesuatu sifat. Contoh:
Fungsi isim tafdlil adalah sebagaimana penjelasan Al-Allamah Ibnu Hisyam An-Anshari
An-Nahwi:
21
لن الصفات الدالة على التفضيل هيِ الدالللة علللى مشللاركة وزيللادة
كأفضل وأعلم وأكثر
“Karena sifat-sifat yang menunjukkan atas tafdlil adalah yang menunjukkan atas
“berserikat” dan “tambahan” seperti: Afdlal (lebih utama), a’lam (lebih tahu), aktsar
(lebih banyak)…” (Syarh Qathrun Nada wa Ballush Shada: 277-278).
Kata “aqrab (lebih dekat)” berserikat dalam “kedekatan” dan memiliki tambahan “lebih
dekat”.
Kata “akbar (lebih besar)” berserikat dalam “kebesaran” dan memiliki tambahan “lebih
besar.”
Oleh karena batasan “isytirak (berserikat)” adalah tidak jelas maka ketika seseorang
mau menerangkan kaedah, definisi Ahlus Sunnah dan lainnya, maka hendaknya ia
membatasi diri dengan keterangan yang ma’tsur dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta
penjelasan ulama As-Salaf dan hendaknya ia tidak membuat istilah-istilah baru.
22
Adapun ucapan orang jahil ini (“Ahlus Sunnah adalah kelompok yang paling dekat
kepada Al-Haqq”), maka tidak ada As-Salaf yang mendahuluinya.
Di awal pembicaraan halaman ini si muqallid ini membela dan menyanggah tuduhan
dengan menyatakan:
وال لو رجإع الى الشريط لوجإد أن فيها تفصيل الكلم حيث قال الشيخ
الخ...,( )الذي أعتقده أن أهل السنة هم أهل الحق: -–حفظه الله
“Dan jika tidak demikian kalau ia (Syaikh Arafat) merujuk pada kasetnya maka ia akan
mendapati bahwa di dalamnya ada perincian ucapan yaitu ketika Syaikh –hafizhahullah-
berkata: “Yang aku yakini adalah bahwa Ahlus Sunnah adalah Ahlul Haqq”….dst.” (Ar-
Radd ala Arafat: 18).
Kemudian ia melanjutkan pembelaannya bahwa orang jahil ini juga berkata bahwa Ahlus
Sunnah adalah Ahlul Haqq dan ia sebutkan dalil-dalilnya mirip seperti dalam risalahnya
yaitu Luthfullah bil Khalq…. Tanpa ada tambahan dalil dan keterangan yang
memuaskan dari para pembebeknya. Bahkan di akhir pembelaannya si pembebek ini
mencari pembenar atas ucapan syaikhnya dengan mengutip dialog antara Al-Allamah
Ibnu Utsaimin dan Al-Allamah Rabi’ Al-Madkhali tentang firqah-firqah mana yang ada di
atas Al-Haqq. Maka Al-Allamah Ibnu Utsaimin berkata:
Penulis katakan: Dialog antara kedua Syaikh yang kalian comot untuk mendukung
kesesatan kalian adalah dalam masalah ta’yin sebagaimana yang telah dibahas. Adapun
ucapan Syaikh kalian (“Ahlus Sunnah adalah kelompok yang paling dekat kepada Al-
Haqq”) maka ucapan tersebut dalam masalah ithlaq. Oleh karena itu banyak ulama yang
mengingkarinya.
Penulis katakan: Di antara tanda kebatilan kalian adalah sikap kalian yang plin-plan
(kontradiksi). Di awal pembahasan kalian mengatakan bahwa Ahlus Sunnah adalah
Ahlul Haqq sedangkan pada akhirnya kalian menyatakan bahwa Ahlus Sunnah adalah
23
kelompok yang paling dekat kepada Al-Haqq dengan mencomot dialog 2 orang
Syaikh.
فمن سلك سبيل أهل السللنة اسللتقام قللوله وكللان مللن أهللل الحللق
والستقامة والعتدال وإل حصللل فلليِ جإهللل وكللذب وتنللاقض كحللال
.هؤلءا الضلل
“Maka barangsiapa yang menempuh jalan Ahlus Sunnah maka istiqamahlah (teguhlah)
ucapannya dan ia termasuk Ahlul Haqq dan Istiqamah dan Keadilan. Dan kalau tidak
demikian maka ia akan terjatuh ke dalam kebodohan, kedustaan dan kontradiksi
seperti keadaan orang-orang bodoh ini.” (Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah: 4/168).
Dan untuk diketahui bahwa orang jahil ini dan para pembebeknya membentuk suatu
sindikat besar yang bernama sindikat Hizbiyyah Ashabiyyah Jahiliyyah atau Fanatisme
golongan. Masing-masing anggota membangun loyalitas golongan dengan pembelaan
yang membabi buta pada syaikh mereka baik syaikhnya itu benar atau salah.
Rasulullah bersabda:
و و صنر أ و و
ل الل مللهم أن ن أ
صللأره أ إ م و
ذا سللو و جإ ة
ل ي وللا ور أ ل ور أ قا و ما فو ومظ نألو ة ما أون و ظال م ةك و خا و ان ن أ
ل تحجللزه أوو و ن و و و
صللأره أ قوللا و و ن أ أ أ ن مللا ك وي نلل و
ف أن ن أ ظال م ة ذا ك وللا وت إم و ما أفوورأي نلل و مظ نألو ة ن و كا و و
صأره أك نو ن ن ذ ول م ون الظ رل نم م فوإ م م م ن ه م من وعأ أ
تو ن
“Tolonglah saudaramu baik dalam keadaan menganiaya atau dianiaya!” Seseorang
bertanya: “Wahai Rasulullah, aku menolongnya jika ia dianiaya. Maka menurut
engkau bagaimana aku menolongnya jika ia berbuat aniaya?” Maka beliau
menjawab: “Kamu halangi dan kamu cegah ia dari perbuatan aniaya. Maka itu
adalah menolongnya.” (HR. Al-Bukhari: 6438, At-Tirmidzi: 2181, Ahmad: 11511).
Penutup
24
Ternyata risalah yang ditulis oleh orang ini memiliki banyak kesalahan dan
penyimpangan. Kedelapan ulama yang dijadikan rujukan oleh orang ini tidak ada yang
sesuai dan tepat mengena pendapat barunya. Bahkan ini menunjukkan bahwa orang ini
tidak bisa mendudukkan keterangan ulama pada tempatnya sehingga tampaklah
kebodohannya. Kemudian ia juga tidak bisa membedakan mana yang masuk ithlaq dan
mana ta’yin.
Semoga Allah menjadikan kita istiqamah di atas Al-Haqq sampai maut menjemput kita.
Amien. Wallahu a’lam.
25