Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan
bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah
ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak
kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh.
Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya


dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan
mengutus para Rasul-Nya (Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para
Nabi sebanyak 124.000 semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari
di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-Musnad 5/178-179).

Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313
(dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir
8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang
dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang
menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian
dari kekafiran.

Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan
Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini,
karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya.
Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah kepalanya
lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan
keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal hal sebagai berikut :

1. Apakah Aqidah itu ?

2. Bagaimana Implementasi Aqidah saat ini ?

3. Bagaimana cara mengantisipasi bahaya penyimpangan aqidah ?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengertian dari aqidah

2. Untuk mengetahui pembagian aqidah

3. Untuk mengetahui penyimpangan aqidah saat ini

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah

Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam
(pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).
Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul.
Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.

Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As Sunah, bukan dari akal
atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang
terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan
diamalkan.
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna
"Aqa'id bentuk jamak rai aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-
raguan".

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu
dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini ke keberadaannya secara pasti dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Dalil tentang aqidah :

3
Dan firman-Nya Jalla waalaa:











Katakanlah: Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling
Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika
kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu
melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS.An-Nuur:54)

B. Ruang Lingkup Pembahasan Akidah Islamiyyah


Hasan al-Banna mengatakan bahwa ruang lingkup aqidah islam meliputi ilahiyah,
nubuwwah, ruhuniyah, dan samiyah.
1. Ilahiyah

Ilahiyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah,
seperti wujud, nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah swt.

a. Wujud Allah SWT

Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara dan indera.

1) Dalil Fitrah

Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan
fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari
tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat
memalingkannya. Rasulullah bersabda:









.



4
Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya
Yahudi, Kristen, atau Majusi. (HR. Al Bukhari)

Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna,
jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan ada semuanya itu tentu ada yang
mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui
adanya Allah di mana, kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta
sesuatu, lalu Allah mengabulkan doanya.

2) Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)

Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:

a) Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta
pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini
menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah.

b) Tanda-tanda para Nabi yang disebut mujizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak
orang merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para Nabi tersebut,
yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya
sebagai pemerkuat dan penolong bagi para Rasul.

3) Dalil Aqli (dalil akal pikiran)

Bukti akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa
semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan.
Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara
kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan
dapat menciptakan dirinya sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.

Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan
melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu
Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari
kehampaan.

4) Dalil Naqli (Dalil Syara)

5
Bukti syara tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu.
Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut
merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan
Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat
disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan
dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan
apa yang diberitakan itu.

Demikian juga adanya para Rasul dan agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan
umat manusia menunjukkan adanya Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul
kecuali ada yang mengutusnya. Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah
mengalami penyimpangan dan perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang
lurus.

Setelah kita mengenal dan mengimani keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan
diatas, maka perlu kita kenali Allah sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan
mengatur semua makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari
ketiadaan.

Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan
pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar biasa dan menundukkan kita sendiri
di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.

b. Mengenal sifat-sifat Allah swt (




)
Bagaimana kita mengenal sifat Allah? Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:

1. Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.


2.
Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul.
2. Nubuwwah

Nubuwwah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi
dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, dan keramat.

a. Nabi dan Rasul Allah

6
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat
untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah
manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk
menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah rasul.

b. Kitab-kitab Allah

Kitab-Kitab Samawi Yang Disebutkan Di dalam Al Quran:

Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa, Taurat, Zabur, Injil, dan Al Quran.

Nama-Nama Lain Al Quran

Al Furqan, At Tanzil, Adz Dzikru, Al Kitab, dan Al Quran.

Sifat sifat Al-Quran

Nuur, Mubin, Huda, Syiifa, Rahmah, Mauidzah, Basyir, Nazir, dan


Mubarak.

Sifat-sifaat Allah :

Terbagi menjadi 3, yaitu: 1. Sifat wajib, 2. Sifat Mustahil, 3. Sifat Jaiz

Sifat wajib:

1. Nafsiah, wujud (Ada). Adanya Allah itu adalah karena Zat-Nya
sendiri.
2. Saldiyah, sifat ini ada 5 macam: a. Qidam (dahulu/tdk bermulaan) b.
Baqa (kekal/tidak berkesudahan) c. Mukhlafatu Lil Hawadits
(berbeda dengan segala yg baru) d. Qiamuhu Binafsihi (berdiri
sendiri) e. Wahdaniyah (maha Esa)
3. Maani, sifat ini ada 7 macam: a. Qudrah (berkuasa) b. Irodah
(berkehendak) c. Ilmu (mengetahui) d. Hayat (hidup) e. Sama
(mendengar) f. Bashar (melihat) g. Kalam (berkata-kata)
4. Manawiyah, sifat ini ada 7 macam: a. Qadiran (selalu berkuasa) b.
Muridan (selalu berkehendak) c. aliman (selalu mengetahui) d.
Hayyan (selalu hidup), e. Samian (selalu mendengar), f. Basiron
(selalu melihat) g. Mutakaliman (selalu berkata-kata)
5. Sifat Mustahil
1. Al Adam, tidak ada.
2. Al Huduts, baru.

7
3. Al Fana, binasa.
4. Al Mumatsalah, serupa dengan makhlik.
5. Adamul Qiamuhu Binafsihi, tidak berdiri sendiri.
6. Al Taaddud, terbilang.
7. Al Azu, lemah.
8. Al Karohah, terpaksa.
9. Al Jahlu, bodoh.
10. Al Mautu, mati.
11. Al Ashommu, tuli.
12. Al Ama, buta.
13. Al Bukmu, bisu.
14. Azizan, selalu lemah.
15. Karihan, selalu terpaksa.
16. Jahilan, selalu bodoh.
17. Mayyitan, selalu mati.
18. Asham, selalu tuli.
19. Ama, selalu buta.
20. Abkam, selalu bisu.

Sifat Jaiz

Ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah.
Sifat ini adalah satu saja, yaitu Allah boleh mengerjakan sesuatu dan
boleh pula tidak mengerjakan sesuatu.

Kedudukan Al Quran

1) Al Quran adalah manhaj tarbiyah islamiyah


2) Al Quran sebagai kitab syariah
3) Al Quran sebagai petunjuk jalan dalam kehidupan ini
4) Al Quran sebagai penyeru kepada penghayatan (taddabur) ayat-ayat Allah
swt di dalam Al Quran atau alam ini
5) Al Quran sebagai mashdar marifah (referensi) sejarah yang mulia

3. Ruhaniyah

Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, dan roh.

4. Samiyah

8
Samiyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya
bisa diketahui lewat samai. Maksudnya, melalui dalil naqli berupa Al-
Quran dan As-sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-
tanda kiamat, surga, neraka, dan lainnya.

a. Alam Barzakh

Adapun peristiwa di alam kubur atau di alam barzakh bermula


apabila seseorang itu telah mati dan kemudiannya dimasukkan ke dalam
kubur. Di alam kubur itulah seseorang itu dikatakan berada di alam
barzakh. Barzakh ialah dinding pemisah di antara dua alam yang akan
dialami oleh setiap manusia yaitu di antara alam dunia dengan alam
akhirat. Setelah seseorang itu mati, dia akan kembali ke alam akhirat
tetapi sebelum menempuh alam akhirat, dia akan berada di alam barzakh
terlebih dahulu. Alam akhirat yang sebenarnya ialah alam Mahsyar iaitu
setelah berlaku kiamat yang seterusnya manusia akan menuju ke syurga
atau ke neraka. Jadi, alam barzakh ialah tempat seseorang itu akan
menunggu setelah dia mati sebelum dia dibangkitkan semula oleh Allah
SWT di hari kiamat nanti

b. Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam

Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam


hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat
hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:

1) Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang


seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan
mematikan semua orang kafir.

2) Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan,
hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.

9
3) Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah
yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.

4) Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu
Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima
taubat daripada orang yang berdosa.

5) Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan


mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu
dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang
Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.

6) Keluarnya bangsa Yajuj dan Majuj yang akan membuat kerusakan


dipermukaan bumi ini, yaitu apabila mereka berjaya menghancurkan
dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan
oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman
dahulu.

7) Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China,
Tsunami di Aceh.

8) Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico,
Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin

9) Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di


Mesir sebagai pembukanya.

10) Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar.
Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman.

C. Bahaya Penyimpangan Aqidah

Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang


berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi
berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akhirat
kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan

10
keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya
penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor di antaranya :

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena


kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang
menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.
2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang
benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima
aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan
apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat
petunjuk.
3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang
tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh
panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh
yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan,
atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka
sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan
tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan
kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika
mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya :
"Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan
pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."
5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau terhadap
peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan
ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima
tingkah laku dan kebudayaan mereka.
6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW
telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya,
maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau
memajusikannya" (HR: Bukhari). Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua,

11
maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang,
lingkungannya, dan lain sebagainya.
7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan
keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu
dalam pelajaran agama, itu pun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass
media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan
mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari
hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah
Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang
Khalik demi kebahagiaan dunia dan akhirat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa'
69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya."

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

D. Manfaat Mempelajari Aqidah

Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya
tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak
kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai
poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia
akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara
bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan
diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah :

12
1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik
bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan
suka maupun duka.
3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang
rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati.
Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap
kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda
antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit
putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak
ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau
menyekutukan Allah.

13
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As Sunah, bukan dari akal
atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang
terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan
diamalkan.

Atas dasar ini, akidah merzcerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mu'jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman
permulaan Islam.

Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa yang
menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti di
tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan Allah SWT, diterangkan
bahwa kandungan Al-Quran ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan
dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-
Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan
membebaskan pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah ).

Kita juga bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di
berbagai sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :

1. Dalam Sisi Pemikiran.

Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun kesalahan


yang terkadang menimpa manusia, adalah satu hal yang biasa dan bisa diantisipasi dengan
taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu untuk meningkatkan diri dan
tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan ampunan-Nya. Aqidah telah berhasil
memerdekakan manusia dari penindasan politik para penguasa zalim dan membebaskannya
dari tradisi menuhankan manusia lain.

2. Dalam Sisi Sosial.

Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat
Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan mengenal akidah,
mereka relah mengorbankan segala yang mereka miliki demi agama dan kepentingan sosial.
Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara ketamakan
manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban demi kemaslahatan
umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri setiap individu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, Yahya., Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994.

Arifin, H.M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden
Tayaran Press, 1982.

http://www.anekamakalah.com/2012/06/makalah-aqidah-islam.html?m=1 (diakses pada


tanggal 15 April 2017, pukul 21.36 WIB)

15
http://ardhi21.blogspot.co.id/2012/10/makalah-aqidah-islam_260.html?m=1 (diakses pada
tanggal 15 April 2017, pukul 22.43 WIB)

https://febriansururi.wordpress.com/2011/10/10/dalil-alquran-tentang-aqidah/ (diakses pada


tanggal 16 April 2017, pukul 10.17 WIB)

16

Anda mungkin juga menyukai