Jama’ah jum’at yang dirahmati Allah, Judul khutban kita pada kesempatan ini adalah sikap hidup
seorang muslim.
Sikap hidup dan pribadi seseorang muslim adalah manivestasi imannya, oleh sebab itu
seorang yang benar-benar iman kepada Allah swt serta melaksanakan perintahnya, sudah barang
tentu bahwa pribadinya akan dihiasi dengan cahaya iman itu sendiri, lalu perbuatan dan tata
hidupnya sangat terpuji. Dan orang yang demikian tidak akan mudah terombang ambing oleh
gemerlapnya keindahan dunia, mereka mengenal batas hidupnya dengan arti tidak mau
menceburkan dirinya dala kehancuran yang hanya disebablan urusan dunia semata-mata. Akan
tetapi mereka pun menyadari perlunya berusaha mencari kehidupan dunia sebagai bekal ibadah.
Sebagaimana dijelaskan rasulullah saw dalam sebuah sabdanya :
Artinya : Berusahalah untuk duniamu seolah-olah anda hidup sepanjang masa dan beramallah
untuk akhiratmu seolah-olah anda mati besok pagi.
Hadits di atas merupakan anjuran agar setiap muslim giat berusaha, baik untuk urusan
dunia maupun akhirat dan tidaklah dibenarkan berpangku tangan bergantung kepada nasib.
Dalam kesempatan lain nabi bersabda :
Artinya : Kehidupan dunia adalah sebagai ladang persamaian kehidupan akhirat.
Keterangan di atas merupakan penegasan yang nyata bahwa hakikat amaliah kita di dunia
ini bertalian erat dengan kehidupan kita di akhirat nanti. Kita menyadari selama hidup kita tidak
sedikit kebutuhan kita yang harus dipenuhi, namun semua itu harus didasari dengan kesadaran,
kepentingan yang lebih jelas, bekal hidup akhirat, sehingga setiap perbuatan yang kita lakukan
hendaknya dengan niat ibadah kepada Allah swt. Sebagai manusia kita menyadari, selama akal
fikiran masih waras banyak hal yang kita ingini dan berkecenderungan untuk memiliki. Hal ini
pula yang menyebabkan adanya keharusan berusaha. Di dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat
14 :
ِ 4 ِة َو ْالخَ ْي4ض
ل4 َّ ِب َو ْالف َّ 4 َر ِة ِمنَ ال4َا ِطي ِْر ْال ُمقَ ْنط44َ ۤا ِء َو ْالبَنِ ْينَ َو ْالقَن4ت ِمنَ النِّ َس
ِ َذه4 َّ ُّاس حُب
ِ هَ ٰو4الش ِ َُّزيِّنَ لِلن
هّٰللا
ِ ع ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا َۗو ُ ِع ْند َٗه ُحس ُْن ْال َم ٰا
ب ُ ث ۗ ٰذلِكَ َمتَا ِ ْْال ُم َس َّو َم ِة َوااْل َ ْن َع ِام َو ْال َحر
Artinya : Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan,
berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk
emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
Ayat di atas menyatakan secara tegas bahwa keinginan kecintaan dan kecenderunan
manusia terhadap kesenangan hidup dunia adalah merupakan hal yang wajar dan merupakan
hiasan yang diciptakan Allah. Tegasnya bahwa bila ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak
suka dan tidak menghendaki sama sekali kepda keduniaan berarti dia bukanlah orang yang
waras. Akan tetapi dalam lanjutan ayat di atas dinyatakan pula bahwa diantara kesenangan-
kesenangan itu maka kesenangan yang sebenar-benarnya/yang paling baik ialah decicion Allah
(syurga). Oleh sebab itu, sebagai muslim hendaknya kita bisa mencinta anak adalah semata-
mata karena memelihara amanah Allah, sebab bagaimanapun juga anak-anak yang kita pelihara
semua itu hanyalah amanah Allah yang harus kita penuhi sebaik-baiknya. Sehingga keberhasilan
dan kegagalan kita tidak akan menggoyahkan iman kita atau merusakkan ibadah. Itulah
perangai/perbuatan terpuji menurut Islam.