Anda di halaman 1dari 107

1 PENDAHULUAN

Secara kodrati manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang


bermasyarakat, yang saling membutuhkan satu sama lainnya.
Hidup berjamaah atau berkelompok pada manusia merupakan
“thabi’atu al-Kaun”, “Gharizah” atau pembawaan, sebagaimana
disyariatkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

ُ ‫َث‬ ۡ ‫ٗب و‬ ۡ ‫ُ ِّ ِّ َٰٓ‍ب‬ ْۚ‫ن‬


ٖ ٰ ‫علن‬
ََّ‫وٱ‬ ُ ُ ‫وإف‍ َ‍ت‍عارَل ل‍ئاََ‍ق َُ ُك‬
َ ‫شعوا َٰ َن َ ََج‬ َ ٓ ‫ِإ‬

َ ۡ ‫ه‬ ‫َ ُ ِّن ذ ََّن َخل‬


‫ُِس إلَّ‍ن‍ا ُّ َيا ٱََٰٓأ َٰ ك‍رٱ‬ َّ ‫ۡقن‬
َ َٰ ‫وك‍رَُك م‬

ْۚ ۡ ‫ن ٱ‬ ِّ ٞ ِّ ۡ
َ ‫ع‍ل َّ ِإُ ُكٰ‍ٱ َۡت َقىَّ َّل ِّل َٱ‬
‍َ ‫بريلل‬َََّّ ‫ٌمي َِّخ‬. َ ‫مُ ُك ع ي َند‬
١٣: ‫))إحلجرإت‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat-[49] :
13)

Tidak ada satu pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri, pasti


membutuhkan bantuan dan peran serta orang lain. Islam tidak
mengajarkan kepada umatnya untuk hidup menyendiri, menyepi,
dan menjauh dari hiruk pikuk kehipudan bermasyarakat.
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

َّ َّ ‫ل‬
ّ‫ِّ ِّ ل م ِّن‬ ِّ‫َإ ُ‍م ُن ِّإ ي َُي ّل م ؤ‬
‫َل‬ َ ‫ع‍وي َ َ ُ إم َن إف‬ َ
‫َو‬ َُ ‫ي ل إ‬
‫ى‬
ِّ
َ‫َإ ُل ٱ َذ‬
ِّ
ِّ ‫ض ُل ه‬ َ ‫صُِّ ب‬
ُ‫ل ؤ‬

‫‍ا‬ ُ ‫س‬ َ ُ ‫س‬


َّ ‫الط‬
َ ‫إلن‬ ‫‍ا‬َّ ‫الط‬
َ ‫إلن‬
‫ )روإه ٱ‬. ‫إ‬ َ
َ ‫ذٱَ ل صُِّ ب‬
‫ع‬
‫محد و‬
‫إلبخارى و‬
‫َي‬
‫إلبهيقى عن‬
‫إبن معر( ُه‬
Artinya: “Orang mukmin yang bergaul bersama manusia dan
bersabar atas gangguannya lebih utama dari pada orang
mukmin yang tidak mau bergaul dengan manusia dan
tidak bersabar atas gangguannya”. (HR. Ahmad
5:365/23147, al
Bukhari dalam Adabul Mufrad 140, dan al-Baihaqi
10:89/19961 dari Ibnu Umar)

Persatuan Islam (Persis) adalah nama organisasi kejam’iyyahan


yang digunakan untuk mengarahkan Ruhul Jihad, Ijtihad, dan
Tajdid agar tercapainya visi dan misi jamiyyah dan menjadi
landasan filosofis organisasi yakni persatuan rasa Islam,
persatuan usaha Islam, dan persatuan suara Islam. Nama
Persatuan Islam ini diberikan kepada Jamiyyah yang diilhami dari
firman Allah SWT :

ْۚ ‫ٱ‬ ‫ل ٱ ‍ب‬ ‫‍وإَ ‍ر‬


‫ )إل‬... ‫عت َو‬
َ ۡ
‫صم‬ ‫ِّإ‬ ‫و‬ ‍
ُ ‫ب‬
‍ َ ِ ِّ ِّ
ۡ ‫َّل ِّل‬ َّ‫و‬ ‫جياعا‬ََِّ َ ‫‍قُ َّل َتَ‍ف‬
١٠٣ : ‫) معرإن‬
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…”. (QS. Ali
Imran [3] : 103)

Rasulullah Saw, dalam sebuah hadits bersabda :


ِّ
( .‫اع‍ةََجم ُد ِّهلال َ َمع إ َلي روإه إلرتمذى‬
‍َ (
Artinya: “Pertolongan Allah bersama al-Jamaah”. (HR. at-Tirmidzi
4:466)

Dari pengertian hadits di atas, kita diperintahkan untuk Bersatu,


tapi hendaklah bersatu dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Kita tidak
menemukan dari dalil tersebut perintah “Bersatulah wahai kaum
muslimin”, karena persatuan merupakan “infi’al” yakni hasil dari
perbuatan dan tindakan, seperti kenyang itu merupakan hasil dari

Pendahuluan | 2
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

perbuatan makan. Persatuan merupakan hasil dari berpegang


teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.

Adapun bentuk jamiyyah Persis adalah hidup berjamaah,


berimamah, dan berimarah seperti yang dicontohkan dan
diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw. Selain itu, sejarah
berdirinya, pembentukan jamiyyah Persis juga berangkat-dari
keprihatinan melihat-kondisi umat-Islam Indonesia yang terpuruk
jatuh ke lembah kehinaan akibat-jauh dari pemahaman agama
yang benar.

***
Pendahuluan | 3

2 PILAR-PILAR

AL-JAMAAH
Nabi Adam dan Bani Adam ditempatkan di alam ini bukan untuk
disiksa atau menjadi sengsara dan hina, tetapi untuk diangkat
sebagai pemimpin (khalifah), yang harus mengatur, mengurus
kesuburan, dan kemakmuran dunia ini, sehingga Allah SWT
mengumpamakan sifat dunia ini seperti kebun )‫) إجلنة‬yang

menghasilkan berbagai sumber daya yang berguna untuk


keselamatan, kesenangan, dan kemakmuran manusia.

Manusia sebagai makhluk sosial, haruslah meyakini bahwa hidup


berjamaah dalam rangka menegakkan undang-undang Allah SWT
merupakan kewajiban umat Islam secara bersama-sama.
Tegaknya undang-undang Allah tersebut akan menjamin
keselamatan hidup Bani Adam baik di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman:

ۡ ۡ َٰٓ ‫ۡ ۗ َى‬ ِّ ‫ٱُهو ب‬ ِّ َّ ۡ


ُ ‫‍و‬ُُ ‫ماُك‬َ َ ‫ف‬ ِّ
‫ء‬ ِ َ ‫‍إت‬
ٰ‫ك‬ ‫ل‬ ‫َي‬ َ ‍
‫َج‬
َ ‫ي‬
َ ‫خل ‍عل‬ ‫ل‬ ّ َ َ ‫ُك‬
‫در‬ ‫ت‬
ُٖ‫ََٰ َج ۡ َع ٖض َ ۡ َوق ۡ َ‍ب‍ع َض‬

ِّ ۡ ‫َ‍ر‬ َ
َُ َٰ‫ۡل َف ٱَٰٓئ‬ ِّ‫ر‬
َ ‫ََ ۡ ض و‬ ‫بف‬ ‫َع‬ ‫كف‬

ُ ۡ ‫ ُ َ ُ‍هۥ ل‍إ‬ٞ ‫ِّح‬


ِّ َ

‫ق‬
ۡ ‫ِ َ‍ا ِّب وع‍ل‬ ‍
‫ن‬ َّ َ ُۢ
‫ ‍فور‬: ‫ )االنعام‬. ُ ‫و ل َّر‬

‫غ‬ ‫مي‬
‫‍ب‍ن ر‬
١٦٥ ‫)ُع ٱَك َ َِّسَّ‍ي ََّ ِإ‬
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa
di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia


Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-An’am
[6] : 165)

Untuk mengurus, mengatur, dan memakmurkan dunia tidak bisa


dilaksanakan secara sendiri, tetapi harus dilaksanakan secara
bersama (jama’i) dengan bersumber kepada undang-undang Allah
SWT, dengan demikian wajib adanya al-Jamaah yang harus
dibentuk berdasarkan tuntunan Rasulullah Saw, maka diperlukan
pilar yang kuat dalam membangun al-Jamaah.

2.1 Pilar Pertama : Ummat


2.1.1 Pengertian Ummat
Ummat secara bahasa berarti kumpulan sesuatu, baik
makhluk ikhtiyaran yang diberi iradah (khusus manusia)
maupun makhluk taskhiran yang hanya menerima
ketentuan nashib dari Allah (seperti binatang),
sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an:
1. Ummat sebagai makhluk ikhtiyaran – kumpulan
manusia

َ ِّ ُ ِّ ‫‍ا‬ ‫ِنم‍و‬ ِّ
َُ ‫ي َن ٱَّم‍ ة م‍ٱۡه‍يَ ََج َد‬
َ ‫س‬ِّ ‫ا‬‫ن‬َّ ‫ول‬ ‫ن‬ ‫ُقو‬
َ ‫س‬ ‫ُدو‬ ‫‍ن‬
ۡ َ ِِّّ ‫َجد م‬
‫َٰٓرا‬ ‫ۡمدي‬ ‫‍ل‬
َ
ََ‫َ ما‬‫د‬ ‫ء‬
َ ‫و‬َ ‫َن‬ َ ‫ع‬
‍َ
‫و َل‬
‫ُذودإ‬ َ ‫ت‬ َ ‫ت ۡ ِّي‬ َ ۡ َ‫َّم َ‍و ٱ‬
‫ن‬
: ‫ )إلقصص‬... ‫ِِّۖ ۡ َ‍مر ٱ‬
٢٣)
Artinya : “Dan tatkala ia (Nabi Musa) sampai di
sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di
sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan
(ternaknya), dan ia menjumpai di belakang
orang banyak itu, dua orang wanita yang
sedang menghambat (ternaknya)…”. (QS. al
Qashash [28] : 23)

2. Ummat sebagai makhluk taskhiran – kumpulan


binatang yang memiliki kesamaan jenis dan sifatnya
Pilar-Pilar al-Jamaah | 5
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

‫ِئَ ط‬ ُ ِّ ‫ُ َ َ َّ ُ َٰٓ‍إ‬ ُ‫ْۚ‍ا‬


ۡ َ ‫اٱلممٱلِ ۡهَحيِّطري ِّ َِب َناَيَِّٰٓ َٰٖ‍ل‬ ٌَ ‫طَ‍ن َُّك َّما َ‍ف‍رۡمث‬
‫ََّ ِّ َٰٓإ ُۡ ن ّبمَل ر إ‬ ۡ
َّْۚ ِ ٰ َ ِّ ِّۡ ‫ش َو‬ ُ ‫ۡل ٖة ِِّف ٱ َما م‍ن َد بو ُ َي‬ َ ‫َۡرِّ ض و‬
ۡ ِّ‫ِّ َش‬ ُ
٣٨ : ‫ )االنعام‬. ‫‍كت ل ِِّف ٱ‬ َ َٰۡ َ ‫) ُثٖءِّب م‍ن‬
Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di
bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab,
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.
(QS. al An’am [6] : 38)
Sedangkan Ummat menurut istilah adalah kumpulan
manusia yang satu sama lain memiliki ikatan yang kuat.
Ar-Ragib al-Ashfahani dalam Mu’jam Mufrodat Alfadlil
Qur’an dan Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar
mengemukakan bahwa :

Ummat adalah setiap kumpulan manusia yang


dihimpun oleh satu keyakinan (agama), atau oleh
satu zaman, atau oleh satu tempat.

Kemaslahatan manusia tidak akan berjalan secara


sempurna kecuali dengan membentuk komunitas, atau
perkumpulan, atau persekutuan, atau organisasi, karena
sebagian di antara mereka saling membutuhkan satu
sama lain, yang menjadi landasan pentingnya atau lebih
jauh dikatakan sebagai kewajiban untuk berada dalam
satu ikatan dan “garis komando” yang jelas adalah
sebagai berikut
‫ٗ ُ ْأي‬ ‫ل‍ي ِّف و‬ ‫رو‬
ِّ ‫مر ََخ ريِّ و‬
‫إل‬ َ ‫َ عرم ُ َو ِّنبل‬ َ‫َ ُم نكَ َْن َون َعِّن إ َ ُو‬
َ ِّ ُ ُ ٌ ‫ََّإ‬ ‫ل‬
‫‍ت ل‬
َ ‫نم‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ٱ‬ ‫ُك‬ ُ ‫م‍ة ي‬ ‫ن‬ ‫عو‬
َ ُ
‫د‬ ِ
ُ َ ‫فل‬
ُ ١٠٤ : ‫‍وٱلو إ ل معرإن‬ َ ‫إل‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫َك‬ ِّ ‫حون )ِّ ُم ئ‬ َ )
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh

Pilar-Pilar al-Jamaah | 6
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang


munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”. (QS. Ali Imran [3] : 104)

Para ahli tafsir sepakat bahwa makna ummat pada ayat


di atas adalah sekelompok orang. Bahkan Muhammad
Rasyid Ridlo dalam Tafsir Al-Manar memberikan makna
ummat dengan lebih khusus lagi yaitu:
َّ ‫ٍد إل‬ ‫ٌة‬
‍ََ ‫ِّإب َط َ رهُمَ َ ن ٱَف رَُ‍ف‍ة مُِّ َؤلم ُة‬
،‫إالع‍جم َ إل‬
ُ َ ِّ ِّ
‫‍ه‍ن‬ َّ ‫خ‬
‍ َ ‫ٱ‬ ‫ة‬ ‫م‬َ ‫ِّياع‍ةََجم ن إلص م‬
َّ َ ‍َ ‫َفه‬
ِّ ‫َ ش خص‬
‫ع‬ ‫ي‬ ‫ِّبن‬ ‫ِف‬ ‫َِّة‬ َّ ‫ۡإل ٱ إل‬
‫ي‍و‬ ِّّ ُ
َ ٌ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ح‬
َ ََ ‫َكل‬ ۡ َ ‫ا‬‫ب‬َ ‫ن‬ ‫و‬
َ ُ
‫ن‬ ‫كو‬ َِّ‫َضاء‬
‍‫و ُهم‬
‫‍ت ُضم‬ َ ‍‫‍ه‬
Artinya : “Bahwasanya ummat itu lebih khusus dari al
jamaah. Ia adalah sekelompok orang yang
tersusun dari orang-orang yang memiliki satu
ikatan yang mengikat satu sama lain, dan
memiliki satu kesatuan (hati), yang membuat
mereka seperti satu anggota tubuh di dalam
tubuh manusia”.

Keberadaan ummat dalam al-Jamaah bila di-qiyaskan


dengan satu daulah atau negara, maka rakyat dalam
negara merupakan ummat dalam al-Jamaah, tidak akan
berdiri sebuah negara tanpa ada rakyat dan tidak tegak
al-Jamaah tanpa didukung ummat, sebagaimana tidak
akan tegak sebuah jamiyyah tanpa anggota.

2.1.2 Karakteristik Ummat


Ummat Islam dalam catatan kisah dan sejarah telah ada
sejak manusia pertama Nabi Adam a.s diciptakan Allah
SWT, kemudian diikuti oleh manusia-manusia yang
lainnya. Diantara manusia yang telah diciptakan oleh
Allah SWT, dalam kitab Fathul Bari dijelaskan bahwa ada

Pilar-Pilar al-Jamaah | 7
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

yang terpilih sebagai Nabi kurang lebih berjumlah


124.000 orang dan dipilih sebagai Rasul sebanyak 313
orang.
Setiap Nabi atau Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw
diutus sebagai Rasul hanya untuk umat satu zaman,
sedangkan Rasulullah Saw diutus untuk seluruh ummat
manusia walaupun berbeda tugas dan zaman. Umat
pengikuti Nabi dan Rasul diberi gelar yang sama oleh
Allah SWT dengan sebutan Muslimun yaitu kelompok
orang yang berserah diri hanya kepada ketentuan Allah
SWT.
Sebagai Rasul terakhir, Nabi Muhammad Saw memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk membawa manusia dari
kegelapan menuju cahaya Ilahi Rabbi, dari Syirik kepada
Tauhid, sehingga mereka bisa menjadi sebaik-baiknya
ummat. Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan
Risalah Allah yang telah diberikan kepada ummat
sebelumnya, sebagaimana kisah dalam hadits:

ِّ ‫ل إو ِّ َ َّ ََُّّ ‍ل‬ َّ ‫ن‬


َّ‫سول إ ََّّللَّن‬
َ َُ ‫ع‬‍َ ‫ه‍يَ‍ص‍ل إ لل‬ َ ‫َس َل َقا‬ َّ َِ
‫ََة ر ري‬ ََُّّ
‫ث ِّل ِرِّ ل‬ َ َ‫ُهرع ن ٱ‬
َ ‫ض إ لل َع ُنه َٱ َ َِِّب‬ َ ِّ‫ِر‬
َ
‫َكَ ن َقب‬
‫ل‬
َ َ ٍ ‫م َِِّثل و ُج‬
َ َ‫َمث َل ۡإل‬
َّ ُِّ ‫‍ي‬ َ ‫‍ي‬ ‫م َ َ ُإ ََّّل‬
‫بهس‬ ُ َ
َ ‫ضع تقو‍ل َُ َ‍ون َ ُل َو ع َجب‍ َ‍وُ طوف َو ِّن‬ ُ َ ِّ‫َج ُل َون َه ُو‬ َ َ ‫ل َ ِ‍ٱ‬
َ ٍَ
‫َي َجع َل إل َّنافَ‍ة ن َزِّإويمِِّّبَ‍ن‍ةٍل‬
‫َََأ ب‬
َِّ ‫م‬ َ ‫َف ن‬
ِّ
‫ضع ب‬ َ ِّ‫و‬ ‫اءََن ِّبي‬

َ ‫َن ُه و حس َي ًتا‬
َّ ِّ ‫َََّأ‬ َُّ‫إٱلَََّن َ ُِّة وِّ بن‬
ُ ‫بن‍إلل‬َ ‫ل‬ ‫إل‬ ‫ن‬ َ
‫ف‬ ‫َل‬ ‫ا‬‫ق‬َ ‫ة‬ َ َ‫خاِت‬
ِّ
ِّ‫ )روإه إلبخاري( َه‍ذه‬.‫َِّّنبِّي ۡ َي‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Perumpamaanku dan nabi-nabi sebelumku
seperti seseorang yang membangun suatu
rumah lalu dia membaguskannya dan
memperindahnya kecuali ada satu labinah
(tempat lubang batu bata yang tertinggal belum
diselesaikan) yang berada di dinding samping
rumah tersebut, lalu manusia mengelilinginya dan
mereka terkagum-kagum

Pilar-Pilar al-Jamaah | 8
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

sambil berkata; 'Duh seandainya ada orang yang


meletakkan labinah (batu bata) di tempatnya ini".
Beliau bersabda: "Maka akulah labinah itu dan
aku adalah penutup para nabi". (HR. Bukhari
3271)

Allah SWT berfirman, bahwa manusia adalah sebaik

baiknya ummat (khoeru ummat) : ‫ُ ُنُت‬ ۡ ٍ


َُّ‫ري ٱ ۡك‬ َ ‫َخ‬ ‫مة‬
ُ ۡ‫ٱت ِّف َو ۡ ۡ َون ِّبُأ ۡل َّناِّس َتأ ِّٱ‬ ‫‍ن‬
‫مر‬ ُ ‫عرم‍ل‬ َ
‫ُو‬ ‍ِّ َ ‫ن َ‍ون‬
‫ع‬ ۡ َ َ ْۡ ‫ل‬
‫َۡل‬ ‫َ لٱ‬ ۡ ِّ‫َم َِّب ل‬
ۗ
َ ‫ۡو ء‬ َ ُ ‫ۡه‬ ‫ٱ‬ ‫َن‬ ‫م‬‫َإ‬ َ َٰ ‫ِّۡخ َرج ِّر ۡت ل ُنك َ‍ك‬
‫‍كت ل‬
َّ ِّ ‫َٱ ن و ِّ ۡ ٱ‍م‬
‫بأت ۡؤمِّ َُ ُث َ‍ك‍و ۡ َ ُن َو ُ ۡؤم‍م‍ل ُُْۡ‍ن ْۚ ‍مهُمَن َۡخرياإ‬
ُ ‫وَّ َّل ِّل ُن َو ِّن‬

‫ل‬
ۡ ‫ه ِّ ن‬
ُ ١١٠ : ‫ )إ ل معرإن‬. ‫‍ف ل ٱ‬
َ َٰ ‫ُقو‬
َ ‫) َس‬
Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali
Imran [3] : 110)

Ummat yang diharapkan oleh Rasulullah Saw adalah


ummat yang mampu menjadi pilar al-Jamaah, ummat
yang digambarkan oleh al-Qur’an sebagai Khoeru
Ummat (sebaik-baiknya ummat) memiliki karakteristik
sebaga berikut:
1. Melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar dalam
segala keadaan

ۡ ۡ ‫ن‍ي ِّف و‬
ْْۚۡ ‫َ ۡعرم‍ل ُ َو ِّنبُأمرَأ ۡ َع ٖض‬ ‫ن َ‍و َ َُو‬ َۡ
‫يب َٰٓ ِّل و‬
‫ُءاَي ۡ‍ٱ َ َۡۡع‬
‫‍ت ب‬
ُ ‫‍ن‬
َ َٰ ‫ُض ُه ُ‍م‬
ۡ ِّ ‫ِّ ۡ ٱ ن و‬
‫ۡؤم‍م‍ل َ ُن َو ُ ۡؤم‍م‍ل‬
َۡ ‫ٱ ر‬
... ‫َو ِّ ُنك‍م‍ل َعِّن‬
‫ )ٱ‬٧١ : ‫)إلتوبة‬
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang

Pilar-Pilar al-Jamaah | 9
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang


ma'ruf, mencegah dari yang munkar…”.
(QS. at-Taubah [9] : 71)

2. Iltizam dengan al-Haq, yaitu ummat yang senantiasa


konsisten dan komitmen dalam mengamalkan dan
membela al-Haq

ۡ ‫ۡ ‍أ ‍ب ۠ ة و‬ ‫ن‬ ‫ِّ ِّ ه‬
ُ ُ ‫مت ٱ ُۦذهََّٰن َ ِإ ُدوِّ ُۡع‍‍ب ُ ُك َ‍ف ه‍ َ‍رٱََّنَ َِّحدا ََٰ ُٱ‬
َٰٓ ُ ‫َّك‬
‫‍ا‬
‫ )م‍ ة و‬٩٢َّ : ‫ )إلنبياء‬. Artinya : “Sesungguhnya
(agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah Aku”. (QS. al-Anbiyaa [21] : 91)

3. Tidak durhaka kepada Rasulullah Saw


َُ ‫َ ري‬ ِّ ‫و ِّ َ َّ ََُّّ ‍ل‬
‫سول إ ََّّللَّن َرة َٱ َِِّب ُهر ن ٱ َون ُدخ َل‬ َ َُ ‫ع‬ ‍َ ‫ه‍يَ‍ص‍ل إ لل‬
ِّ ‫أ ن يو‬ َّ ُ
َّ‫سوإل ََّّللََي‬
َ َُ ‫َس َل َقا َل ُُك َع َ َ َم‬ َّ َ‫ِّمِته ٱ‬
‫ل‬ ‫َ ‍ال‬ َّ ُ
‫جن إ َ َم ن‬ َّ ‫َإ‬ ‫َة‬
ِ َ

‫ق‬ ‫ب‬ َ ‫ٱ‬ ‫ن‬ ‫َم‬ ‫ل‬ ‫روإ‬
َ
‫جن َد َخ َل إل‬ َّ ‫ََعصاِِّن َف َق د ٱ َ َبة َو‬
‫ )روإه إلبخاري‬.(
َ ‫ب َقا َل َم ن ٱَ َطا َ ِِّعن‬
ْ‫ي‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw


bersabda: Setiap umatku masuk surga selain
yang enggan, Para sahabat bertanya: Wahai
Rasulullah, lantas siapa yang enggan? Nabi
menjawab: Siapa yang taat kepadaku masuk
surga dan siapa yang membangkang aku
berarti ia enggan”. (HR. Bukhari 6737)
Beberapa ulama memberikan karakteristik lainnya yang
berkaitan dengan ciri-ciri ummat yang telah diterangkan
oleh Rasulullah Saw tersebut, yaitu:
1. Imam ar-Raghib al-Ashfahani dalam Mufradat al
Faadil Qur’an berpendapat bahwa ciri dari ummat
adalah kumpulan orang (al-Jamaah) yang memilih dan
memperhatikan ilmu (ad-Din), beramal shaleh,

Pilar-Pilar al-Jamaah | 10
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

dan mampu menjadi contoh dan teladan bagi yang


manusia lainnya.
2. Imam Said Hawwa, dalam pendapatnya memberikan
delapan ciri dari karakteristik ummat, yaitu kesatuan
dalam ‘Aqidah (wihdah fil ‘aqidah), kesatuan dalam
Ibadah (wihdah fil ibadah), kesatuan dalam adat dan
kebiasaan (wihdah fil ‘adat was-suluk), kesatuan
dalam sejarah (wihdah fit Tarikh), kesatuan dalam
bahasa (wihdah fil lughoh), kesatuan dalam metode
(wihdah fit thoriq), kesatuan dalam undang-undang
(wihdah fid dustur), dan kesatuan dalam
kepemimpinan (wihdah fil qiyadah).
3. KH. Endang Abdurrahman yang merupakan salah
satu tokoh perjuangan Persis, dalam Tafsir Qanun
Asasi dan Dakhili menjelaskan bahwa karakteristik
dari ummat yang utuh (kaljasadil wahidi) adalah
sekumpulan manusia yang menyatakan dirinya
sebagai muslim yang sealiran dalam pemikiran,
serasa, sesuara, seusaha. Adapun penjelasan
maksud dari ciri tersebut adalah sebagai berikut:
- Serasa yaitu rasa Islam, apabila satu jasad sakit,
anggota yang lain berusaha menyembuhkannya -
Sesuara yaitu suara Islam, yang diserukan adalah
kembalinya kepada ajaran al-Qur’an dan as
Sunnah
- Seusaha yaitu usaha Islam, usaha untuk
memajukan Islam dalam segala keadaan
Ciri-ciri tersebut haruslah melekat pada setiap
individu manusia muslim, sehingga akan
terbangunnya ummat yang diikat oleh satu kesatuan
yaitu Islam yang sumbernya berasal dari al-Qur’an
dan as-Sunnah yang shahih.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 11
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Berdasarkan dalil dan pendapat para ulama di atas,


dapat ditafsirkan lebih spesifik bahwa ciri-ciri khaira
ummat itu adalah:
1. Salimul Aqidah
Aqidah menurut bahasa ialah ikatan atau janji.
Aqidah yang diyakini oleh setiap muslim merupakan
dasar pertama dalam beramal, sebab diantara syarat
diterimanya amal perbuatan manusia adalah
keselamatan aqidahnya dari khurafat, takhayul, syirik
besar, syirik kecil, dan amalan-amalan yang dapat
membatalkannya.
Sedangkan itu, Aqidah menurut istilah yang
dijelaskan oleh Imam Ibnu Taimiyyah dalam Aqidah
al-Wasthiyah adalah perkara yang wajib dibenarkan
dengan hati dan dengannya merasa tentram jiwa
sehingga terbentuk keyakinan yang mantap tanpa
dicampuri ragu dan bimbang.
Prof. Dr. Moh. Syaltut dalam al-Islam Aqidah wa
Syar’iyyah memberikan pendapatnya terkait dengan
definisi Aqidah yaitu segi teoritis yang pertama kali
harus dituntut dan diyakini sebelum segala sesuatu
dengan suatu keimanan yang tidak tercampur
dengan keraguan dan tidak dipengaruhi oleh
keragu-raguan.
Secara garis besar, al-Quran menjelaskan bahwa
ada beberapa hal yang akan merusak Aqidah
seorang muslim, yaitu:
- Alihah, yaitu menyembah Tuhan selain Allah, apa
apa yang kamu maksudkan dengan sesuatu dari
segi mendatangkan kebaikan atau menolak bahaya,
dan kamu jadikannya sebagai sembahan.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 12
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

‫ا‬ ۡ
ُ ‫ َُيلُ ۡهَا و ۡ َُقون‬: ‫ )إلفرقان‬...‫َقون‬
‫َش‬

‫ي‬
‫ا‬
‫ُة‬
َّ
‫ل‬
َۡ

‫ي‬
ِّ
‫ل َه‬
‫إ‬
‫ل‬
ََٰٓ

‫ء‬
ِّ
‫ۦ‬
ِّ‫ه‬
ِّ
‫م‬
‫ن‬
‫ُد‬
‫و‬
َّ
َّ‫ن‬
َ
‫ت‬

‫ُذ‬
‫و‬
‫إ‬
‫ٱ‬
َ
‫و‬
)
٣
Artinya : “Kemudian mereka mengambil tuhan
tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah),
yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun,
bahkan mereka sendiri diciptakan…”. (QS.
al-Furqon [25] : 3)

- at-Thagut, dalam Mufrodat Rogib dijelaskan


sebagai suatu ungkapan dari setiap yang
melampaui batas dan setiap yang disembah
selain Allah SWT, baik secara perorangan

kelompok. ‫ن‬
maupun ِّ َ
ِۖ ً ‫َ‍ول )إلن ر‬
‫غوتَٰ‍ل‬ َ ُ‫ٱ‬ ِّ‫‍ن‬
ُ َ

‫ت‬ ‫ج‬ ۡ
‫وإب‬ ِّ ََّ
‫ُسول ٱم ٖ َّة‬ ‫ب‬
‫ َّط‬... ُ ٣٦ : ‫حل‬
‫ٱ‬ ۡ
‫) ُك َٱعث َنا‬
‫َّلل‬
‫ٱ ََّ َو ٱ‬ ‫دوإ‬
ُ‫ُۡعب‬ ‫ِِّف َُق ۡد‬
Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja),
dan
jauhilah Thaghut itu…”. (QS. an-Nahl [16]
: 36)

- al-Andad, yaitu sesuatu yang bisa menarikmu dari


agama Islam, baik berupa istri, tempat tinggal,
keluarga, atau harta.

ِّ ‍‫َ ‍م‬
‫ن‬ ‍ُ ِّ ‫‍وُ‍ن ‍ه‍‍ٱَن َدإادإ ُُِّيبَّ َّل ِّل‬
ََِّّۖ ِّ‫خ‍ذ م‍ن ُدو‬ ِ َ ۡ‫ل ِّل ُح بِّ ٱك‬
‫ٱَ َّتل َّناِّس َمن‬
ِّ ‫ن ٱ‬
‫ي َ َم‍و‬
‫ )إلبقرة‬...
١٦٥ : )
Artinya : “Dan diantara manusia ada orang-orang
yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya

Pilar-Pilar al-Jamaah | 13
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

sebagaimana mereka mencintai


Allah…”. (QS. al-Baqarah [2] : 165)

- Arbab, ialah orang memberi fatwa kepadamu


namun bertentangan dengan al-Haq, sedangkan
kamu mengikuti dan mentaatinya.
‫ٱ‬
‫ِّ ۡ ن ٱ ي‬
‫ يَ‍س م‍ل َ ۡب ََ َۡمر‬...
‫َِّّلل‬ َ ‫ارحبٱ‬ۡ ‫و‬
‫ٱ َو‬ َّ َ َ
‫ح َٱ‬
‫َّ ذ‬
‫َّت ُ ٓوإ‬ َ ‫) ن ُدوِّ ن‬٧١ : ‫) إلتوبة‬
‫ِّ ْ َ‍م‬
َۡ ‫ٗ َر ٗباب م‬
‫‍ٱُ‍ن َٰ ََ ُ ۡرهب ۡ ُۡه‬
Artinya : “Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) al-Masih putera
Maryam…”. (QS. at-Taubah [9] : 71)

Sementara itu, Abu Usamah Hasan bin Ali al-Awaji


menerangkan bahwa seseorang yang dinyatakan
menyimpang dari Aqidahnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

- Melakukan Syirik dalam beribadah kepada Allah


SWT
- Seseorang yang membuat perantara antara
dirinya dengan Allah, yang sampai memohon
pertolongan (syafaat) dan bertawakal kepada
perantara tersebut, maka secara ‘Ijma ulama
seseorang tersebut dinyatakan Kufur.
- Seseorang yang tidak menganggap kafir kepada
orang yang musyrik, meragukan kekufuran
mereka, atau menganggap benar aliran mereka, ,
maka secara ‘Ijma ulama seseorang tersebut
dinyatakan Kufur.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 14
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

- Seseorang yang meyakini bahwa selain petunjuk


Nabi adalah lebih sempurna dari pada petunjuk
Nabi, hukum atau aturan selain Nabi lebih baik
dari pada hukum Nabi, atau seseorang yang
menganggap lebih baik hukum thagut dari pada
hukum Allah SWT dan Rasul-Nya, , maka secara
‘Ijma ulama seseorang tersebut dinyatakan Kufur.
- Seseorang yang membenci sesuatu aturan yang
datang dari Nabi, walaupun ia mengamalkannya,
, maka secara ‘Ijma ulama seseorang tersebut
dinyatakan Kufur.
- Seseorang yang mencemooh sesuatu dari agama
yang dibawa Rasul dan menganggap rendah
pahala Allah, serta meremehkan siksa Allah, ,
maka secara ‘Ijma ulama seseorang tersebut
dinyatakan Kufur.
- Seseorang yang melakukan perbuatan sihir yang
di dalamnya termasuk teluh atau pelet, , maka
secara ‘Ijma ulama seseorang tersebut
dinyatakan Kufur.
- Seseorang yang membantu dan mendukung
orang musyrik untuk mengalahkan orang-orang
Islam.
- Seseorang yang meyakini bahwa Sebagian orang
seperti wali yang bebas keluar dari syariat yang
dibawa Nabi Muhammad Saw, sebagaimana Nabi
Hidlir keluar dari syariat Nabi Musa a.s, maka
secara ‘Ijma ulama seseorang tersebut
dinyatakan Kufur.
- Seseorang yang berpaling dari agama Alla, tidak
mau belajar, dan tidak mau mengamalkannya.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 15
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

2. Shahihul Ibadah
Ibadah menurut bahasa ialah merendahkan diri atau
tunduk. Syekh Ibnu Taimiyyah dalam Tathhirul Janan
wal Arkaan menjelaskan pengertian ibadah menurut
istilah ialah sebuah nama untuk semua perkara yang
dicintai dan diridhai oleh Allah SWT, baik amal lisan,
alam anggota badan, baik yang Nampak, maupun
yang tersembunyi.
Ibadah menurut Sebagian ulama terbagi menjadi
dua bagian penting yang menjadi ciri dari
masing-masing kriteria ibadah tersebut, yaitu:
- Ibadah Mahdlah, disebut juga Ta’abudi atau al
Qurbatu dalam arti ibadah yang langsung
berhubungan dengan Allah SWT berupa ritual
yang akal kita tidak boleh ikut campur dalam
menentukannya, baik berupa perintah maupun
larangan-Nya, seperti dalam hal melaksanakan
shalat, shaum, zakat, haji, dan ibadah lainnya.
Bentuk ibadah ini pada asalnya al-mamnu’ul
ashliyah yang pada pokoknya terlarang kecuali
ada dalil yang menerangkannya. Dalam
melaksanakan ibadah mahdlah ini apabila kita
menambahkan atau menguranginya maka
termasuk perbuatan bid’ah dlolalah.
- Ibadah Ghoer Mahdlah, disebut juga at-tho’atu
atau ibadah ‘adi dalam arti ibadah yang akal
fikiran mengetahui maksud dan manfaatnya,
pada dasarnya boleh albaroatul ashliyah kecuali
ada dalil yang melarangnya karena ibadah ini
berhubungan dengan urusan dunia, seperti dalam
hal perdagangan dan pernikahan, dimana akal
memahami kegunaan namun tetap tidak

Pilar-Pilar al-Jamaah | 16
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

melanggar akan ketentuan yang sudah


ditetapkan batasan-batasannya oleh agama.

Permasalahan-permasalahan dalam hal beribadah


sudah ada sebelum Rasulullah Saw diutus oleh Allah
SWT, karena aturan dalam ibadah ini sangat erat
kaitannya dengan segala kebutuhan dan
kepentingan hidup manusia di dunia, melaksanakan
ibadah yang kemudian datanglah agama dalam
memberikan batasan, perintah, serta larangan
terhadap pelaksanan Ibadah supaya menjadi
kemaslahatan yang seimbang baik di dunia maupun
di akhirat. Dengan demikian, akan selalu ada
hubungan dan ikatan antara pelaksanaan ibadah
ta’abudi dengan ‘adi, seperti pelaksanaan ibadah
Shalat dan tempatnya, dalam hal cara shalat tidak
boleh berubah kecuali apa yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah Saw, namun mengenai tempatnya
tidak diatur oleh Agama, dimana saja, tetapi Agama
memberikan ketentuan dan Batasan tempat yang
boleh digunakan dan tidak boleh digunakan untuk
melaksanakan Shalat.

Begitu pentingnya meneladani Rasulullah Saw


dalam hal Ibadah, sehingga Allah SWT dan
Rasulullah Saw mengancam orang-orang yang
tidak melaksanakan ibadah sesuai dengan apa
yang sudah disyariatkan lewat al-Qur’an dan
as-Sunnah. Seseorang yang merubah ibadah
termasuk golongan orang yang melakukan kegiatan
tercela yaitu Bid’ah dan Allah mengancam orang
tersebut, sesuai dengan firman
Nya:

Pilar-Pilar al-Jamaah | 17
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

ۡ ُۢ َ َ َ ُ ‫ؤإ‬
َُِّٰٓ‫َّللْۚ ٱذ ِّنبه‬:َُّ ‫ )إلشوري‬... َ‫‍كهُمۡم ٱل‬‍َ ُ َٰ
ۡ ‫ش‬
‫َأي‬
ۡ
َ
‫مِّن‬
‫َما‬
‫لي‬
‫ل‬
ِّ
‫َن‬
‫ٱهُم‬
َ
‫مِّ‍ل‬
‫ش‬َ َُ
‫ُعو‬
‫إ‬
٢)
١
Artinya : “Apakah mereka mempunyai sembahan
sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah?...”. (QS.
Asy-Syuraa [42] : 21)

Ancaman bagi seseorang yang melakukan


perbuatan bi’dah yang sudah Allah jelaskan dalam
al-Qur’an tersebut, diperkuat juga dengan hadits
dari Rasulullah Saw :

‫إ‬ َّ ُ ٍ َ ٌ‫ِّب‬
َُ ِ ُ‫ َفاوَّ َيُك‬، ‫كَ ُم َح َدث ِّت إ ۡ ُلُموِّ ر‬ ُ
ِ ‫‍ة‬‫َّن‬ ‍
‫ث‬ ‫د‬‫ح‬َ ‫م‬ ُ
‫دع‬ َ ‫ب‬ ِّ‫و‬ ، ‫‍ة‬ َ ‫ك‬ َّ
‫ر‬ ٍ ٍ َ
َ‫ )روإه إ بو دإود و إبن‬. ‫ك َض ََّلَلِِّف إل َّنا ِّ َو‬ َّ ُ‫‍ة‬ ُ ‫دع‬
‍َ ٌ ‫ض ََّلَل و‬
‫)ماجه‬
Artinya: "Jauhilah perkara-perkara yang baru, karena
sesungguhnya setiap yang baru adalah
perbuatan bid'ah dan setiap bid'ah adalah
kesesatan dan setiap kesesatan di dalam
neraka". (HR. Abu Daud 4607 dan Ibnu
Majah 43/42, dari Ibnu Mas’ud)
ِّ َ َ
‫جِّ‍‍ر مَِّ‍ن ۡإل َّن َ ُل مِ‍ا‬
‫ِّ س‬ ‫ِّ ن‬ ِّ
َ َ ‫يت ت ِِّبت َق د ٱ ُم ُسًَّ‍ن‍ة مُ َّنا‬ َ ‫ع دي َف‬
‫د‬
‫ت َد َعِّب َ َم ِّن إ َبشي ًئ ا‬ َ ِّ ‫حي َُّنه َم ن ٱَإ ث َل‬
َ‫ِّ ن ي ن َغ ريِّ ٱ‬ ُ
ُ ِّ
‫صم‬ َ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ٱ‬
َ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ وُ جوِّ ر‬،
َِّ‫ة َم ن َِّمع َل َِّّ‍ب‍ا م‬
‫‍ل‍ر‬ َ َ ِّ ِّ ََٰٓ ‫َل‬
َ َ‫ع ِّ َم ن َِّمع َل ِّّ َباث ُل ٱَثمم ه‍ي‬
‍َ ‫ُسو ُل َ َكن‬
َ َ ‫ع‬
‫َرضا َها إ‬
ٍ َ
‫َََّّلل َوضَّلََل‬
َ َ
َ‫ل ي و ن ٱ‬
ِّ
‫ُنق ُص َذ َِل‬
ِّ‫م‬
‫ )روإه إلرتمذى( ِّس ي َزِّإر َشي ًئ ا‬. ‫إل َّنا‬
Artinya : “Barangsiapa yang sepeninggalku
menghidupkan sebuah sunnah yang aku
ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala
semisal dengan pahala orang-orang yang

Pilar-Pilar al-Jamaah | 18
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

melakukannya tanpa mengurangi pahala


mereka sedikitpun. Barangsiapa yang
membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak
diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia
akan mendapatkan dosa semisal dengan
dosa orang-orang yang melakukannya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”
(HR. Tirmidzi 2677, derajat hadits ini
Hasan)

َ‫د َ رن ُه َفه َُو ِّ‍ي َ مِّرََّ ن َ َهذإ َما ل َحد َث ِِّف ٱ‬


‫سم‬ َ
َ‫ ) بخارى ومسَّل ٱ‬. ‫روإه إل ( َم ن‬
Artinya: “Barangsiapa membuat suatu perkara baru
dalam urusan kami ini (urusan agama) yang
tidak ada asalnya, maka perkara tersebut
tertolak”. (HR. Bukhari 2697 dan Muslim
1718)

َ َ ِّ َ ‫‍هُو‬ ‫د‬
‫ )روإه ‍م‍سَّل( َِّمع َل َمع ًَّل ل‬. ‫ََ رََّ ن َ‍ف ُ مرٱ ه‍يَس َعلي َم ن‬
Artinya : “Barangsiapa melakukan suatu amalan
yang bukan berasal dari kami, maka
amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim
1718)

Bid’ah sendiri dijelaskan dalam kitab al-Iishan


merupakan suatu ungkapan dari suatu cara dalam
agama yang diada-adakan dan menyerupai syariat,
dengan tujuan agar mendapatkan keutamaan yang
lebih dalam ibadah kepada Allah SWT. Imam Malik
memberikan pendapatnya bahwa siapa saja yang
berbuat bid’ah dalam Islam dan memandangnya
sebagai suatu kebaikan, maka dirinya telah
menuduh bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad
Saw telah menghianati Risalah atau Agama Allah.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 19
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

2.2 Pilar Kedua : Imamah


2.2.1 Pengertian Imam dan Imamah
Pengertian Imamah secara bahasa berarti
kepemimpinan, sementara Imam berarti pemimpin.
al-Qur’an kata ini digunakan dalam beberapa

َ ‫ل‍م‍إ ‍م‬
‫ا ََُِّ‍ن ِ َۡ ْۡوُ‍ن ‍َۡ‍ن‍ا‬
1. Jalan Umum
pengertian, diantaranya:

‫مِّن َتَ‍ق‍م َفأ‬


٧٩ ‫)همِّب‬
ٖۡ ‫)إحلجر‬ . ‫ ي ِّبا‬:
‫مام‬
َِٖ
Artinya : “Maka Kami membinasakan mereka. Dan
sesungguhnya kedua kota itu benar-benar
terletak di jalan umum yang terang”. (QS. al
Hijr [15] : 79)

2. Catatan
ۡ ٍ ‫َُُ َش‬ ‫ِف‬
َ ‫ك َ ۡ ءَْۚ وُ ََٰۡه‬
ُ ‫‍رإث ََء و‬
ُ‫كت ُب َما َق‬ َّ ‫‍ن ۡ َحصيٱ‬
َ َٰ َِّٰٓ ‫ه‬
ۡ ‫ن‬
ِّ ‫َّ ُدموَإ ََ ۡ َو ٰت وم‍ل‬
ۡ َ ُ ُ
ِ ‫ٱن ََّۡنَّن‬
‫َن‍إ همِّب‬
١٢ : ‫ )يس‬. )
ۡ‫ي ٖإ‬
‫مام‬
َِٖ
Artinya : “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang
orang mati dan Kami menuliskan apa yang
telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata
(Lauh Mahfuzh).” (QS. Yaasin [36] : 12)

3. Pedoman
ِّ ِّ ‫س‬ َٰٓ ‫َل‬
َ ‫ي َن ٖةب َٰ‍ن َ َكن َعٱ َ َفم َٰ ُب‬
َ ٰ ‫ُمو‬
َِّ‫‍ت ۦ كَِِّّلَۡم‍ن‬
ُ ِّٞ
‫َق ۡبن ُه و ِّم‍هدوُ ه‬
‫ِّ ِّن‬ ‫ۡ ‍ي‬
‫َشا َتل‍ َ ِّه م‬
‫و‬ ‫ۦ‬
‫ۚ ْ ‍ة‬
‫َّرب َۡمحً‍ ََرو )هود‬
١٧ :)
‫ما‬
‫ ماا ِ َإ‬...
Artinya : “Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan)
orang-orang yang ada mempunyai bukti yang
nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti
pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari
Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada

Pilar-Pilar al-Jamaah | 20
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Kitab Musa yang menjadi pedoman dan


rahmat?...”. (QS. Hud [11] : 17)

ِّ ‫ه‍ربَل ۡ ِّذ ٱ‬
4. Pemimpin atau Ketua
‫ََٰۡ ِ َٰٰٓ إَ‍ت‍ب ِإ‬
ِۖ ‫َأ َتم‬ ِۖ
‫قا َل َمااما‬ َ ‫نَّ ٖ ُهت َف َٰ َم‬ ‍ ‫و ۧ ب َ َل َّإ‬
ِّ ‫ِّك‬
‫ل‬
ِ ‫سإ‬ ِّ ‫ا‬‫ن‬َّ ‫ل‬ َ ‫َ هُهۥ ِّب‬ َ‫ر‬
َ ُ
‫ن ِّ َجا ِّع‍ل م ِ َق ِا‬
ِّ ‫َ ي ي‬ ِّ ‫ۡيل‬
:ِِّّ ‫ )إلبقرة‬. ‫م َ َٰ‍ل َّظ دي ٱَ َنا ُل َعهَِّّۡ ِِۖت َقا َل ل رِّ َم‍ن ُذو‬
١٢٤ )
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya
dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia".
Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini)
tidak mengenai orang yang zalim". (QS. al
Baqarah [2] : 124)

Pengertian Imam menurut istilah mengandung makna


pemimpin umat dalam urusan agama dan dunia, seperti
yang dijelaskan oleh Syeikh Ali bin Muhammad
al-Jarzani dalam kitabnya at-Ta’rifat yang menjelaskan
bahwa imam adalah seseorang yang memegang
khilafah
(kepemimpinan umum) dalam urusan agama dan dunia.
Sejalan dengan pendapat tersebut, al-Aqad dalam ad
Dimoqratiyah fil Islam menjelaskan bahwa imam adalah
seseorang yang mampu memimpin manusia dalam
menegakkan hukum (syariat). Adapun syarat yang
diperlukan bagi seorang pemimpin adalah bersatunya
kemampuan untuk menegakkan hukum tersebut, dan
setiap orang yang mampu memimpin manusia serta
menjaga hukum-hukum tersebut, maka dirinya termasuk
ke dalam kategori pemimpin Islam yang benar.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 21
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

2.2.2 Hukum mengangkat Imam, Berbai’at, dan Ta’at


kepadanya
1. Mengangkat Imam
Rasulullah Saw menjelaskan bahwa dalam urusan
mengangkat imam adalah sesuatu yang sangat
penting, apalagi jika terjadi kondisi sekumpulan
manusia yang terdiri dari beberapa orang. Hal
tersebut terkisahkan dalam beberapa haditsnya,
dalam kaitannya dengan hal ini, Rasulullah Saw
memerintahkan bahwa apabila ada tiga orang dalam
suatu kumpulan maka harus diangkat satu orang
untuk menjadi pemimpin yang dapat dipercayai dan
ditaati.

ََُّّ َ ِّ ‫و‬
‫ه‍ي‍إ لل َعل‬
َّ
َ ‫َعب‬
َ ‫ن‬ ‫َع‬ ‫َّل‬ ‫َس‬
ِّ َ ََُّّ َّ ‫ِب‬
َِّّ‫ِض إ لل َع ُنه ٱَ ِّن َ م ٍ‍ع‍رو رب‍د إ ََّّلل‬ َ ِّ‫إلن َّ َص‍ل‬ َِّّ ‫ن‬
‫ُك‬ ٍ َ َ َ َّ َّ َ َ
َ ‫ِّبف‬
َ ‫ن‬ ‫و‬
َ ِّ
‫ن إل مَّلة‬ۡ ‫إ‬
َ ‫ض‬ ِّ‫ر‬ ‫ٱ‬ ‫ل‬
ِ ‫‍مر‬ ‍
‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫وإ‬ ُ ‫َح ُده ٱ هيم‬
ِّ
:‫ل‬ َ ِّ ٍ َ َ ُ‫ون‬
‫ حصيح لغريه‬،‫ث‍هل ل‍ل َُِّي َقا َ )روإه ٱ محد‬ َ ‫( َيَّل‍ث‍ة‬
Artinya : “Dari Abdillah ibn Amir ra, sesungguhnya
Nabi Saw bersabda : Tidak halal bagi tiga
orang yang berada di suatu daerah/wilayah di
bumi kecuali mereka menjadikan salah satu
mereka sebagai amir/pemimpin atas mereka”.
(HR. Ahmad, derajat hadits ini shahih li
ghoerihi)

Dalam prosesnya, mengangkat seorang pemimpin


haruslah dengan cara yang terbaik bukan dengan
cara yang penuh kecurangan karena hal tersebut
termasuk perbuatan yang jahat, Imam at-Thabrani
menjelaskan dalam Fathul Bari yang memperkuat
tentang pentingnya mengangkat pemimpin dengan
cara yang baik karena sebaik-baiknya perkara adalah
kepemimpinan yang didapatkan dengan cara yang

Pilar-Pilar al-Jamaah | 22
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

benar, dan sejahat-jahatnya kepemimpinan adalah


yang didapatkannya dengan cara yang salah.

2. Bai’at
Bai’at merupakan bagian yang menyeluruh dalam
kehidupan berjamaah dan merupakan perwujudan
dari kesiapan ummat untuk ta’at kepada imam. Bai’at
dijelaskan dalam Lisanul Arab IX sebagai transaksi
atas ijab jual beli dan atas sumpah setia dan
ketaatan, bai’at adalah sumpah setia dan ketaatan.
Imam al-Maraghi memberikan arti lain dari makna
bai’at itu sendiri, yaitu ikatan perjanjian yang dibuat
oleh manusia atas dirinya dalam upaya melaksanakan
ketaatan kepada imam, menunaikan janji yang telah
disepakati dan yang telah menjadi kewajiban bagi
mereka.
Sementara itu, KH. Ikin Shadiqin dalam makalahnya
menjelaskan bahwa bai’at yaitu memberikan
perjanjian untuk mendengar dan ta’at kepada
pemimpin, bukan dalam kemaksiatan, baik dalam
keadaan senang maupun terpaksa, dalam keadaan
sulit atau mudah, serta tidak akan menentang
perintahnya, dan menyerahkan segala urusan
kepadanya.
Definisi bai’at tersebut tampak bahwa bai’at itu bukan
proses Islamisasi atau pengislaman seseorang
dengan cara mengucapkan dua kalimah syahadat di
depan imam, melainkan perjanjian antara pemimpin
dan yang akan dipimpin (ummat) untuk
melaksanakan aturan Allah dan Rasul-Nya serta
aturan lainnya yang tidak bertentangan dengan
aturan Allah dan Rasul-Nya. Bai’at yang merupakan
perjanjian untuk ta’at dengan menyerahkan diri
sepenuhnya atas putusan dan

Pilar-Pilar al-Jamaah | 23
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

perintah pemimpin dalam kepentingan al-Jamaah


yang tidak bertentang dengan syara.
Untuk memperkuat pengertian di atas, pada zaman
Rasulullah Saw telah terjadi beberapa macam bai’at,
hal tersebut juga dituliskan oleh Allah dalam firman
Nya:

ََّ َ َ ِّ‫‍م‬ ‫‍ا‬ ‫ا َّنم‬


‫ُعون‬ ‫ٱ‬ ‫ُد‬
َ ‫َّل ِّل َّلل ي‬ ََّ‫يف‬ ‫ٱ‬ ‫ق‬ ‫‍و‬ ۡ‫يم‬
َۡ ۡ ‫د‬ُِّّ ‍ َ

‫ف‬ ‫ن‬ ْۚ ‫ن‬ َ َ

‫ف‬ ‫َث‬ َ ‫َ َِّ‍ك‬
‫َّ ن ٱ‬ ُ ‫ي‬ ‫ي َّنم‬
‍ ُ‫ي‬
‫ّل َّ ِإ‬
ِّ ‫‍ي‬ ‫ي‬
‍ ‫ن‬‫ب‬َ َ ِّ ‫ا‬ ‫إ‬ ‫َك‬ ‫ُعون‬
َ ِ َ ‫ٱاِّ َبا‬
‫ع‬ َ ‫هٱ‬ ‫ِّ ت‬ ‫‍ظ‍ اإ‬
‫ع ‍ميا ۡ ًجرٱَيهِّۡؤ َُ َََّّيلل َ‍ف‍س ُ ۡيَٰ‍ َه َد َعال َ ََ ِٰف‬
‍ِّ َ
ُ‫ِّ َل‬ ‫ِّبم‬
: ‫ َن )إلفتح‬. ‫َۡ َم ۡن ٱَوۦِۖ و ۡ َنف سهِّ ٰ‍ك ُث َعي‬
١٠ )
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji
setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di
atas tangan mereka, maka barangsiapa yang
melanggar janjinya niscaya akibat ia
melanggar janji itu akan menimpa dirinya
sendiri dan barangsiapa menepati janjinya
kepada Allah maka Allah akan memberinya
pahala yang besar”. (QS. Al-Fatih [48] : 10)

Rasulullah Saw bersabda dalam hadits yang


diriwayatkan oleh Ibnu Umar:

‫ِّ َل‬ ‫ٌ ‍ب‬


‫ع‍ة َ َمي‍ َ ِ ِّسف ُع ُنِّ‍ق‍ه‍ي ََ َم ن َما َت َو‬
‫م‬
‍ ‫)روإه‬ . ‫م‬ ‫َت‬ ‫ا‬‫ت‬َ ‫َجاي‬ ‫ة‬ً‫ِّ ِِّّ‍هل‬
َّ ‫‍س‬
‫َّل‬ ‫(ي‬
َ
‫ج‍ة َ ُل ًو‬
‍َ َّ‫ ة ُح‬Artinya : “Barangsiapa yang
melepaskan tangannya dari ketaatan pada pemimpin,
maka ia pasti bertemu Allah pada hari kiamat dengan
tanpa argumen yang membelanya. Barangsiapa
yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya,
maka ia mati dengan cara mati jahiliyah.” (HR.
Muslim 1851).

Pilar-Pilar al-Jamaah | 24
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Pada zaman Rasulullah Saw, setidaknya ada


beberapa bentuk dan pelaksanaan bai’at. Bentuk
bai’at yang ada pada zaman Rasulullah Saw
diantaranya Bai’at ‘alal Islam, Bai’at ‘ala Nushroti wal
Man’I (menolong dan membela), Bai’at ‘alal Jihad,
Bai’at ‘alal Hijrah, Bai’at ‘alal sam’i wath-tho’ati, Bai’at
untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban

Adapun bai’at yang telah dilaksanakan pada zaman


Rasulullah Saw, diantaranya :

- Bai’at Aqabah Ula, bai’at yang dilaksanakan pada


tahun ke-11 dari kenabian, tepatnya pada musim
Haji yang berkaitan dengan adanya pernyataan
dari enam orang dari penduduk Yastrib (Madinah)
untuk masuk Islam dan mereka pun berjanji
kepada Nabi Muhammad Saw untuk
menyampaikan risalahnya kepada masyarakat di
Madinah, dan pada tahun berikutnya datanglah 10
orang ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji
dengan cara Jahiliyyah, termasuk enam orang
yang sudah masuk Islam sebelumnya, kemudian
mereka bertemu Rasulullah Saw dan kemudian
mereka berbaiat kepada Nabi untuk taat dan
memeluk Islam.

- Bai’at Aqabah Tsaniyyah, bai’at yang dilaksanakan


pada tahun ke-13 dari kenabian, dimana ada
sejumlah 73 orang laki-laki dan dua orang
perempuan datang dari Madinah untuk
menunaikan ibadah haji dan mereka berjanji akan
bertemu dengan Rasulullah Saw di Aqabah,
mereka bertemu Rasulullah pada suatu malam,
dan saat itu Rasulullah Saw ditemani oleh
pamannya al-Abbas

Pilar-Pilar al-Jamaah | 25
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

yang pada saat itu belum masuk Islam, mereka


berbai’at kepada Nabi Muhammad Saw.

- Bai’atur Ridwan, disebut juga Bai’atus Syajarah,


bai’at yang terjadi pada tahun ke-6 H pada saat
Rasulullah Saw bermaksud untuk menunaikan
ibadah Umrah bersama Ummu Salamah yang juga
diikuti sekitar 1.500 orang sahabat. Dalam
perjalanan menuju Hudaibiyyah (±8km dari
Mekkah), rombongan tersebut dihadang oleh Kafir
Quraisy untuk tidak meneruskan rencana
Umrahnya. Kemudian Nabi memerintahkan kepada
Utsman bin Affan ke Mekkah untuk menjelaskan
kedatangan Nabi Saw bersama sahabatnya, juga
mengajak mereka untuk masuk Islam, serta
memberi kabar gembira kepada kaum muslimin di
Mekkah bahwa futuh Mekkah sudah dekat
waktunya. Tiba-tiba sampai berita kepada Nabi
Saw bahwa Utsman bin Affan telah dibunuh oleh
Kafir Quraisy, kemudian Nabi Saw mengajak kaum
muslimin untuk berbai’at yang dilakukan di bawah
pohon Syamrah, isi dari bai’at tersebut adalah
bahwa mereka siap untuk berjihad sampai titik
darah penghabisan.

- Bai’at di Khandaq, dalam sebuah hadits dari Anas


bin Malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
bai’at ini dilakukan saat terjadinya perang Khandaq
atau Ahzab kaum Anshar yang menyatakan bai’at
dalam bentuk syair sebagai pernyataan kesetiaan
untuk tetap berjihad di jalan Allah. Bai’at tersebut
berisi pernyataan: Kami adalah orang-orang yang
berbai’at kepada Nabi Muhammad Saw untuk

Pilar-Pilar al-Jamaah | 26
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

berjihad selama kami hidup. Kemudian Nabi Saw


menjawab bai’at tersebut dengan sebuah kalimat:
Ya Allah, tidak ada kehidupan yang kekal kecuali
kehidupan akhirat, maka muliakanlah kaum Anshar
dan Muhajirin.

- Bai’at Nisa’i atau Mu’minat, bai’at yang


dilaksanakan terhadap wanita-wanita mu’min yang
datang ke Madinah dengan niat hijrah dari Mekkah,
padahal diantaranya ada yang suaminya masih
dalam keadaan Kafir.

- Bai’at ‘alal Islam, berdasarkan hadits dari Ibnu


Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bai’at
ini dilaksanakan ketika masuk Islamnya Dlimad
yang merupakan seorang Kahian (ahli
membacakan mantra) dan bermaksud akan
mengobati Rasulullah Saw yang dianggap gila.
Tetapi pada saat dirinya bertemu Rasul, Dlimad
merasa kagum dengan muqaddimah khutbah
yang dibacakan oleh Rasulullah sehingga Dlimad
meminta Rasul untuk mengulang kalimat tersebut.
Kemudian Dlimad berbai’at dihadapan Rasulullah
atas Islam, Rasul pun membai’atnya dan berkata :
Dan atas kaum mu, kemudia Dlimad menjawab :
Dan atas kaumku.

Bai’at yang telah dilaksanakan pada zaman


Rasulullah Saw dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang telah ditentukan. Bai’at yang merupakan awal
perjanjian antara pemimpin dan yang dipimpin untuk
taat dalam segala keadaan. Untuk memperkuat nilai
dari bai’at, Hasan al-Bana dalam Fathi Yakan,
menyebutkan secara garis besar rukun-rukun dari
bai’at, yaitu

Pilar-Pilar al-Jamaah | 27
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

kefahaman (al-Fahm), keikhlasan (al-Ikhlash), bekerja


(al-Amal), Jihad (al-Jihad), rela berqurban (at
Tadhliyyah), ketaata (at-Tho’ah), keteguhan (ats
Tsabat), totalitas (at-Tajjarud), persaudaraan (al
Ukhuwah), dan kepercayaan (ats-Tsiqah).

3. Ta’at
Seseorang yang sudah meyakini bahwa hidup
berjamaah itu hukumnya wajib, dan dalam berjamaah
itu diwajibkan adanya seorang imam, maka mentaati
imam-pun menjadi wajib, dan apabila tidak ada
ketaatan maka yang ada adalah merajarelanya
kemaksiatan, bencana, dan tersebarnya fitnah. Allah
berfirman :
‫ََٰٓأه‬ َّ
‫ُل‬ ‫لر ٱ‬ ‫ِّطيُعوإ‬ َٰ ‫ٱ‬ ‫ا‬‫ي‬َ ُّ ‫ّل‬
ِّ ‫َ ءي‬
‫وِّ ِ ل ٱٱ َو‬
ُ
‫ون‬
َ
َ‫ٱ ََّٱ‬
ََّ ‫لل و‬ ‫ٓوإَإمنََ‍ن‬
ِۖ ۡ
ِّ‫َ‍ف‍اُ ُك ۡ‍ن ِّ‍م‍ر ِم‬ َّ ‫ي‬
ُ ‫س‬
ۡ
ۡ ‫ل ٱَ َ ِّطي‬
‫ُعوإ‬
‫ٱ‬ ُ ‫ِّ ُنُت‬ ‫ۡ ٱ‬
ُ ‫ومي‍ل َوَّ َّل ِّل ُن َون‬
َِّۡ‫ِّبأت ۡؤم ۡ‍ن كَِّ ُسوِّ ل إلر َوَّ َّل ِّل‬
‫َش ُُعت َ َن‬ ‫َل ٱ ه إه‬
َٰ ‫ِدوُ ُٖء َف ِرِّ ف َ َۡ ۡ ۡ‍ت‬
ۡ ‫‍خ‬ ٞ َ ‫ً ۡ‍ح‬
‫َّ‍لِّ‍ويۡ َ‍س ُن َتأ ٱَوِّ َِل َۡخرِّ‍ي ِّْۚر ََٰذَٰٓۡل‬
٥٩ : ‫ )إلنساء‬. ‫) ٱ‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS.
an-Nisaa [4] : 59)

Rasulullah Saw bersabda :


‫ع‬
َ ‫ و َف َق د ٱَ َطا‬،‫م ن ٱَ َطا َ َ َم ن ََعصاِِّن َف َق د ََعص َهلال‬
َ ‫َع‬
‫‍بخاري‬ ‫ِن‬
‫َ َم ن‬ ‍‫ ))روإه إل‬. ‫ و‬،‫ َوم ن ٱَ َطا َعِّ ٱَ َطا َ ِِّعن‬،‫َهلال‬
‫د‬
‫( ََعص ٱَمِّ ريِّي َف َق د ََعص ٱَم اِِّن ِّ ريِّي َف َق و مسَّل‬
Pilar-Pilar al-Jamaah | 28
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Artinya : “Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia


telah taat kepada Allah dan barangsiapa
yang
durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka
kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada
amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku
dan barangsiapa yang durhaka kepada imam,
maka ia durhaka kepadaku”. (HR. Bukhari
7173 dan Muslim 1835)

2.2.3 Imamah adalah Amanah


Imamah (kepemimpinan) dalam al-Jamaah bukanlah
sebuah kebanggan apalagi kemewahan, melainkan
amanah dan tanggung jawab. Bagi seorang pemimpin,
setiap kali bertambah orang yang dipimpinnya dan
semakin luas medan geraknya, maka akan semakin
berat amanah dan tanggung jawabnya di hadapan Allah
SWT. Kesadaran akan hal tersebut akan
membangkitkan semangat dan menjadi motivasi untuk
melaksanakan amanat itu sebaik-baiknya. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah Saw senantiasa
mengingatkan kepada kita semua sebagai manusia,
yaitu :

ََُّّ َّ َ ِّ ‫و‬
ِّ‫ه‍يَ‍ص‍ل إ لل َعإل ََّّلل‬
َّ
َ ‫َعب‬
َ ‫ن‬ ‫َع‬ ‫َّل‬ ‫َس‬
ِّ ‫‍م ر‬ ََُّّ َ
َ ِّ‫َّلل‬
ُ َّ ‫إ‬ ‫‍د‬ ‫َ ن معرب‬ َُ ِّ َ ُ

‫ن‬ ْ ‫َع‬ ‫لل‬ ‫إ‬ ‫ِض‬
َ ِّ ‫سولَّن را َٱ‬ َ
ٌ ‫ِّ ِّ ‍ي‬ ‫ما‬ َّ َ‫عإ‬
ٍُ ‫‍هَّع‍ َ ُئ‍‍ول َع ن ُ ُرك‍‍ه‬ ‍ ‫َل إل َّنا ِّس ّرلِّي َُعم َإ ِ لَ‍ف‍ات‬
َ‫‍س ع وإ‬
ِّ‫ُك َم‍ ٍَ َل ُُك‍‍ه ُ ُك ر َقا َل ٱَ ه‬
‫‍إع ل‬ َ َ ِّ ِّ ‫‍س ُهو‬ ٌ ‫ِّ ‍ي‬
َّ ُ ‫ُج‬ ٍََّ ‍
‫بع‬
َ ‫ِّل‬ ‫ه‬ ‫ٱ‬ ‫‍ل‬ ‫َي‬
‫َ َوه ت‬ ‫م‬
‍ ‫ر‬
َ ‫ن‬ ‫َع‬ ‫ل‬ ‫تِّع‍ َ ُئ‍‍و‬
‍ ‫و‬
‫رإلر‬
‫َو‬
‫‍س ُهو‬ ٌ ‫ِّ ِّ ‍ي‬
َ َ ‍‫‍هَّع‍ َ ُئ‍‍ول َع ن َرم‬ ‍‫ت‬
ِّ ‫ِه ِّ و‬ ‫ُ‍د إلر ‍ب‬
ُ ‫‍ول َع ْ ُن َممس ِّ َََِّ‍له َو َِجا َوي‬
َّ ‫ِّت‬ ٌََ ‍‫َع‍ َ و ُئ‬ ‫ج ِّ‍ل‬
ُ ‫إل‬ َُ‫عَِّع‍‍يإ رٱ‬ ٌ َ َ ‫ز‬
‫‍ه‬ ‫م‬ َ ‫‍و‬
‫ل ب َ ََ ة رم َ ُُك‍ ُك‬ ‍ ‫‍ة‬ ِّ ‫ه‬ ‫ٱ‬ ‫ل‬ ‫َ و‬
‫إع و‬
‫ر َ ٍ َر‬
َ ‫‍إع‬ َ ِّ‫‍س ُهوِّ ِّ و‬ ٌ
‍َ ‫ف ُك‍‍ه ُ ُك ُئ‍‍ول َع ُنه ٱَم‍ َ َده َ ي‍ل َما ِّل س‬
ٍ ‫ع‬ َ ‫ل‬
‫ن ِّ ِّ ‍ي‬ ٌ
‫ )روإه إلبخاري و‬. ‫‍هَّع‍ َ‍ر‬ ‍ ‫س ُئ‍‍ول َع َ ت‬
‫(مسَّل‬
Artinya : “Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah Saw
bersabda: "ketahuilah Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai

Pilar-Pilar al-Jamaah | 29
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

pertanggungjawabannya atas yang di pimpin,


penguasa yang memimpin rakyat banyak dia
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah
pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,
dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah
suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawabannya terhadap
mereka, dan budak seseorang juga pemimpin
terhadap harta tuannya dan akan dimintai
pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah,
setiap kalian adalah bertanggung jawab atas
yang dipimpinnya". (HR. Bukhari 6605 dan
Muslim)
Baik dan buruknya amal seorang pemimpin, berhasil dan
tidaknya mencapai tujuan serta cita-cita, akan dinilai oleh
Allah SWT, sebagaimana tercermin dalam firman Allah

SWT: ُ ُ
ََُّّ ‫ٱف وإَۡمعل ِّل‬
َ‫ٱق‬ َ ‫لل ََمع َ َسر َيى‬
‫ٱ‬ ِّ ‫نل ‍ ُنُت ُُك ِّبم‬ ۡ
‫نُإ‬ ‫ۡ ٱ ََّلل‬
َ ‫ُئ‬ َ
.ۡ ‫غ‍ي‍ل ِِّّ َٰ ٰ َع ِ َو َو َعم‍ت ۡ‍ا كَ ُ‍نَِّب فيَدةَٰل َّش َه َو‬ ‍َ
١٠٥ : ‫) )إلتوبة‬
ۡ ‫و ِّ ۡ ٱ َُ ُل ۥ و‬ ‫‍رت و‬
‫َر ُك ول ِّب‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫و‬‫ن‬ُ ُ
‫س‬
‫َ د َ‍ه َ َ َ ِۖ ؤم‍م‍ل ُسو‬
ََ ۡ

Artinya : “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah


dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui
akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan”. (QS. at-Taubah [9] : 105)

Menjadi seorang pemimpin al-Jamaah ibarat kepala bagi


tubuh, yang menentukan arah dan tujuan, serta
memikirkan jalan atau cara untuk meraih tujuan tersebut.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 30
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Kelemahan al-Jamaah serta ketidakmampuan mencapai


tujuan yang erat kaitannya dengan kelemahan dan
ketidak mampuan pimpinan. Menjadi pemimpin al
Jamaah bukanlah merupakan pelampiasan ambisi
pribadi, melainkan sebuah amanah dan tanggung jawab
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
SWT. Rasulullah Saw bersabda :
‫ِّ َ ‍صاب‬ ‫ِّ َ ن ُهو‬ َ
‫َ ُج ًَّل‬ ‍َ ‫ِّهيمفَ َ‍وةٍل‬
‫َع‬ َ ‫ن ُه َفق َرض ُهلال م‬
‫‍إم‬
‫‍ل ر‬
‫ت عم‬َ َ ‫ع‬ ‍َ
‫د َم ِّن َخا‬
‫ُ إ س َ ُل و‬
‫ن َهلال إس ؤل ََ ُ و َ َر‬
ِّ
َۡ‫ )روإه إحالُك ( منو‬.‫ِّ ي‬
Artinya : “Siapa yang mengangkat seseorang untuk
mengelola urusan kaum Muslimin, lalu ia
mengangkatnya, sementara pada saat yang
sama dia mengetahui ada orang yang lebih
layak dan sesuai daripada orang yg dipilihnya,
maka dia telah berkhianat kepada Allah dan
Rasul
Nya”. (HR. al-Hakim)

2.2.4 Essensi Imamah


Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk ber
I’tisham kepada al-Qur’an dan as-Sunnah yang akan
mewujudkan persatuan yang hakiki dan persatuan lahir
batin demi mewujudkan kekuatan kebenaran dalam
sebuah al-Jamaah. Kekuatan kebenaran ini tidak
dihasilkan dari jumlah yang banyak dalam suatu al
Jamaah, tapi dari seberapa kuatnya komitmen kita
terhadap pokok ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah yang
telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita sebagai
pemersatu dan dijadikan jaminan oleh Rasulullah Saw
bahwa umat tidak akan tersesat selama berpegang
teguh kepada keduanya. Rasulullah Saw bersabda :
Pilar-Pilar al-Jamaah | 31
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

‫هلال و‬ ‫س‬
َ ‫ِل‬
ُ ‫ا‬ ‫م‬ ‫)روإه‬ ِّ ‫س‬ َ َّ‫ن‬ ُ
‫ر‬ ‫َِّة‬ ‫َل‬ ِّ‫و‬ (
ِّ َ ‫َ ن لي‬ ‫‍ه‬ ‫ك‬
َ ‫َك‬
َّ ‫‍ت ف‬ ُ

‫ي‬ ‫ٱ‬ ‫ُك‬ ُ ‫َ مر‬ ِّ ‫ضل‬ِّ َ
‫ت‬ ‫ن‬ ‍‫‍م‬ َ

‫ت‬ ‫َما‬ ‫وإ‬ ‫س‬
‫ِّّبم‬
‫ كَِِّّ ُُت‬: ‫ ا‬.
‫ت ت ا َب َر‬ َ

Artinya : “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara.


Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan
Sunnah Rasul Nya”. (HR. Malik, derajat hadits
ini shahih lighairihi)

Rasulullah Saw memberikan jaminan itu secara umum,


dalam keseluruhan perkara dan urusan, sebagaimana
terungkap dalam kata Lan Tadhillu. Seseorang yang ber
I’tisham kepada al-Quran dan as-Sunnah tidak akan
tersesat baik urusan Aqidah, Ibadah, Syari’ah,
Syiyasahm dan dalam urusan lainnya. Akan tetapi,
dalam realitanya sering terjadi ayat dan hadits yang
dijadikan rujukan sama namun memiliki natijahnya
(pengambilan kesimpulan) yang berbeda dikarenakan
perbedaan persepsi dan interpretasi, maka akan
berbeda pula dalam hal pengamalan dan penerapannya.
Imam al-Ghazali menerangkan bahwa di antara faedah
Imamah dan Imarah itu adalah adanya satu suara yang
ditaati atau ada satu suara yang menentukan. Namun,
jika melihat kenyataan di atas, masih banyaknya
perbedaan yang terjadi terutama dalam membuat
sebuah natijah. Oleh karena itu, salah satu essensi dari
adanya imam harus bisa memberikan keputusan akhir,
atau terwujudnya satu suara yang ditaati. Dalam hal ini,
Imam diperintahkan untuk bermusyawarah dan dalam
permusyawaratan itu Imam harus bisa memberikan
keputusan. Keputusan yang dihasilkan melalui
musyawarah yang disyariatkan dengan penuh hikmah
sebagai berikut:

Pilar-Pilar al-Jamaah | 32
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

- Supaya umat Nabi Muhammad Saw mengikuti apa


yang telah diamalkan oleh Rasulullah Saw
- Supaya timbul rasa kebersamaan (ukhuwah) dan satu
ikatan dalam mengerjakan dan menentukan sesuatu -
Supaya lebih mendekatkan pada tujuan permasalahan
- Supaya terjaga dari rasa penyesalan dikemudian hari -
Supaya jauh dari cemoohan orang yang tidak
menyetujuinya
- Menjaga dari pengaruh hawa nafsu karena merasa
lebih unggul dari orang lain
- Mengharapkan rahmat dan berkah Allah SWT,
sebagaimana firman Allah SWT:

ِّ‫م‬ َ ‫‍ل‍و ٱََِّّّلل‬


‫يظ‬ ۡ َ

‫غ‬ ‫ظا‬ ًّ
َ ‫ِّ‍ا و‬
‫َۡنمح ٖة مَ َ ۡهُم‍ن َت‬
َ ‫ر‬
ۡ ‫ضوإ‬ ‫ل‬ ِّ ‫َل‬ ِّ ‫َفَِّبم‬
ۡ ۡ ‫ف‬
َ ‫كُ َِۖ ن َت‬ ‫ل‍ل‬
‫ٱ ِّب َ‍ق‍ل‍ل‬
‫نف ۡه‬ َ ‫ن‬
ِۖ ‫َ‍ح‬
ۡ‫مِِّۖ ر‬ َۡ ‫َو ْۡعُ‍ن‍م ٱ‬ ‫فَ ۡ‍وِّ َِل‍أ‬
‍ُ ۡ
‫ع‍ف‬
ۡ ُ ‫و‬
َّ ‫َ ك ۡل ُۡٱ‬ ‫َ َوشا ِّ ۡ ۡر س‬
َ
‫هُم‍ل‬
‫ت ۡغ ِّف ۡر‬ َ ۡ ‫ه ِِّف‬
َ ‫‍و‍ا‬
ََ ‫ذإ ََع ۡزم َت َفَ‍ت َِ‍ف‬
َ‫لع‬
ۡ
‫ه‬ ‫َََّّللُُِّي‬
‫بٱ‬
ِّ ۡ ‫ۡي ٱ‬ ١٥٩ )
ِّ .ُ ‫ك َ َُ َتوم‍ل‬
ِّ
: ‫)إل معرن‬ ‫ٱ ََّّْۚلل َّن ِإ‬
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran [3] :
159)

Essensi lainnya dari Imamah adalah kemampuan


seorang imam dalam menegakkan Syariat Allah yang
harus terus diperjuangkan dalam bentuk dan dengan
cara yang berbeda, terutama bagi pemimpin yang ingin
Pilar-Pilar al-Jamaah | 33
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

menyuarakan Tathbliq asy-Syariah al-Islamiyah


(Penegakan Syariat Islam) dengan melaksanakannya
secara bertahap, dimulai dari pembersihan Aqidah,
Ibadah, Akhlaq, serta Muamalah, dan ada juga yang
menyuarakan untuk mewujudkan khilafah al-Islamiyah
dengan ditegakkannya hukum Jinayat.

2.2.5 Kaifiyah Pengangkatan Imam


Baik dan buruknya seorang imam akan tergantung pula
kepada orang-orang yang mengangkatnya, dalam kitab
an-Nihayah 1:72 diterangkan bahwa :
ِّ
ِّ ‫َ‍ج‍ر‬ ‫د‬ ‫ِّ ر‬
َ‫و إ فَ ُ وإ‬ ,َ ‫ف‬ َ ‫ذ‬‫َإ‬ ‫س‬َ ُ ‫و‬ ‫وإ‬ ُ‫ل ه ُيَو‬
َ‫ل‬ ‫وِّ إ‬ َ
‫ه ُي ُإل م‬ َ َّ ‫ص َذإإَح‬
‫ل‬
َ
‫إخلم‬
‫ُش‍إر‬
ََ .
َ ‍‫إلنا وب‬
ُ ‫س‬
‫و‬ ‫‍هَ ر َُيا‬
َ
Artinya : “Apabila masyarakat berlaku saleh dan baik,
tentu dipimpin oleh orang-orang yang paling
baik, dan apabila masyarakat itu perusak dan
berprilaku buruk, tentu dipimpin oleh orang
orang yang paling jahat”.

Keterangan an-Nihayah tersebut dikemukakan dalam


memberikan penjelasan terhadap sebuah hadits

‫عن َإب بكرة ِرض هلال عنه قال إلنىب‬


berikut:

‫ )ر‬.‫ كام تكونوإ َيول عليُك‬:‫صلىاهلل عليه وسَّل‬


‫( وإه إحالُك و إليلم‬
Artinya : “Dari Abi Bakrah ra, Nabi saw bersabda :
Sebagaimana keadaan kamu, begitulah
diangkat pemimpin untuk kamu”. (HR. al-Hakim
dan ad Dailamy)

Al-Qur’an secara umum telah memberikan petunjuk


tentang kaifiyah atau sistem dalam menyelesaikan
banyak urusan ummat, termasuk soal kaifiyah
pengangkatan imam, yakni melalui Syura atau
Musyawarah (sebagaimana tertuliskan dalam surat Ali
Imran ayat 159).

Pilar-Pilar al-Jamaah | 34
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

2.2.6 Syarat-Syarat menjadi Imam


Tidak setiap manusia mampu menjadi imam, hanya
mereka yang memenuhi kriteria tertentu. Seorang
pemimpin tidak hanya dituntut sebagai seorang yang ahli
ilmu dan al-Fadlu (kemampuan dalam menggerjakan
sesuatu) saja, namun banyak syarat yang dituntut dari
seseorang untuk menjadi pemimpin, sehingga terkadang
sulit kita menentukan sosok manusia yang memenuhi
syarat tersebut. Tentu saja pada akhirnya kita harus
memilih orang yang paling mendekati syarat-syarat
tersebut. Diantara syarat tersebut antara lain:
1. Mukhlis, yakni seseorang yang senantiasa Ikhlas
karena Allah SWT dalam menunaikan tugas dan
kewajibannya, baik sebagai pribadi maupun sebagai
pemimpin.

2. Cerdas dan Sehat, kecerdasan seorang pemimpin


akan sangat berpengaruh terhadap berhasil dan
tidaknya dalam mencapai suatu tujuan, dengan
kemampuan dalam merumuskan dan menentukan
Langkah
langkah strategis yang benar dan terarah. Demikian
juga dengan kondisi kesehatan baik dari segi fisik
mapun psikis yang sangat berpengaruh terhadap
sukses tidaknya seseorang dalam memimpin ummat.

3. Tawadhu, merendahkan hati dan tidak


membanggakan diri kepada manusia.

4. Penyantun, penuh kasih sayang, lembut, dan ramah.


Pemimpin akan dihadapkan kepada berbagai tipe
manusia serta berbagai persoalan yang memerlukan
sikap santun.

5. Berani dan Sportif, tidak pengecut dan membabi buta.


Keberanian dalam mengatakan yang Haq, pandai

Pilar-Pilar al-Jamaah | 35
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

menyimpan rahasia, dan memiliki kemampuan dan


mengakui kekurangan dan kesalahannya.

6. Jujur dalam berkata dan berbuat, sikap ini akan


melahirkan ketentraman dan meningkatkan
kepercayaan orang banyak kepadanya.

7. Pemaaf, kemampuan dalam menahan amarah dan


berlaku ikhlas. Seorang pemimpin akan selalu
dihadapkan pada situasi yang penuh dengan
persoalan yang akan membangkitkan amarah, oleh
sebab itu, sikap pemaaf ini lah yang akan menghiasi
diri seorang pemimpin.

8. Menepati Janji dan Setia terhadap Bai’at.


Ketidaksetiaan seorang pemimpin terhadap janji dan
bai’atnya akan melahirkan kecurigaan dan keraguan
dalam melaksanakan tugas yang telah disepakati
bersama.

9. Sabar, menjadi pemimpin adalah jalan dakwah yang


cukup panjang dan sulit serta penuh dengan
rintangan dan ujian, maka kesabaran adalah modal
utama bagi seorang pemimpin.

10. Adil, meskipun terhadap diri sendiri. Keadilan seorang


pemimpin akan menjadikan setiap anggota tenang
dan sadar akan hak dan kewajibannya, sementara itu
pemimpin yang dzalim akan melahirkan sikap pura
pura dan munafik di kalangan anggota.

11. Lapang Dada, tidak melayani umpatan dan pengadu


domba. Pemimpin yang menemukan masalah akan
mencari solusi melalui musyawarah bukan dengan
mengumpat ataupun mengadu domba.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 36
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

12. Pelindung bagi Ummatnya, pemimpin haruslah


memenuhi hak ummatnya yaitu menjadi tameng
pelindung bagi ummatnya.

2.2.7 Orang yang Tidak Boleh menjadi Imam


Sama halnya dengan kriteria seseorang boleh menjadi
imam dengan memenuhi syarat yang telah menjadi
standar yang sudah disepakati dalam suatu kumpulan.
Begitupun dalam bagian ini, tidak semua manusia bisa
menjadi seorang pemimpin, dibawah ini merupakan
beberapa kriteria pemimpin yang tidak boleh diangkat,
diantaranya:
1. Orang-orang kafir tidak boleh menjadi pemimpin,
Allah SWT berfirman:
َ ۡ ِّ َ‫ِّلن ٱ‬ َٰٓ ‫ن ٱ‬ ِّ ۡ ِّ ‫ِّن‬
َۡ ‫ريف كَ‍ل ٱ ِّ ُخذوإ‬
‫ل‬ َٰ ِّ‫و‬ َۡ ‫َءاَي‬ ِّ‫ُدو‬ ‫‍ن‬ ‫ْۚي ُ ۡؤم‍م‍ل م‬
‫‍وإ‬
‫َت َّتَإمُ‍ن ََن‬
‫ََٰٓأه‬ َّ
َٰ ‫ٱ‬ ‫ا‬‫ي‬َ ُّ ‫ّل‬
ِّ ‫ءي‬
... ‫َي‬
: ‫)إلنساء‬
١٤٤ )
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengangkat orang-orang kafir menjadi
wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang
orang mukmin…”. (QS. an-Nisaa [4] : 144)
2. Seseorang yang ambisius, kita dilarang memilih calon
pemimpin yang ambisius terhadap sebuah kedudukan
atau jabatan, yakni orang yang meminta-minta jabatan
karena kepentingan pribadi.

3. Seseorang yang Nepotis, kita dilarang memilih orang


yang memiliki sifat nepotis, dalam artian orang yang
suka mengangkat anggotanya bukan karena
kapabilitas, kecakapan, keahliannya dalam
memegang suatu urusan, melainkan karena
kedekatan atau kecintaannya.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 37
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

4. Wanita, dalam konteks al-Jamaah, tidak boleh


mengangkat wanita sebagai Imam, hal tersebut
ditegaskan oleh Rasulullah Saw:

‫مر مر َّل‬
َُ ‫إلبخاري‬ ‫ )روإه‬. ‫ُ (هُ إ َ وإ ٱَ َ وٌ م َوح َّ ِق فلي‬
َ
‫َ نل ٱًة‬
Artinya : “Tidak akan beruntung suatu kaum jika
mengangkat wanita sebagai pemimpinnya”.
(HR. Bukhari dari Abi Bakrah ra)

2.3 Pilar Ketiga : Syura

Pilar yang ke tiga bagi Jamiyyah yang meneruskan Jamaah


Rasulullah adalah Syura dalam arti adalah bermusyawarh.
Secara bahasa, dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa
Syura mengandung arti mengambil sesuatu untuk
mendapatkan yang terbaik.

Sedangkan menurut istilah, ar-Raghib al-Ashfahani


menjelaskan bahwa syura adalah mengambil kesimpulan
dengan bertukar fikiran satu sama lain. Dengan kata lain,
Syura berarti memusyawarahkan perbedaan-perbedaan
pendapat atas sesuatu untuk melahirkan kebaikan dan
kebenaran yang ada di dalamnya.

Syura merupakan fitrah manusia yang telah Allah


anugerahkan, sebab dengan diberikannya akal fikiran,
manusia memiliki perbedaan, baik dalam melaksanakan
sesuatu kebaikan bahkan untuk berbuat sesuatu yang salah
menurut agama. Allah SWT berfirman:

َ َ ۡ ‫ا ر ِّم ‍م‬ ‫م‬ ِّ


‫َزقنُ َٰ ََّم ۡ َو َْۡيُ‍ن َ ٰى بُشور ُُۡهمرٱَ َٰوة وَّصلل ُٱ‬
َْۡ َ ‫ن و ي‬ ۡ

‫َ موإ‬
َۡ ُ ‫ٱ َقا‬
ِّ‫ّبم‬
‫وِّ ِّ َ‍رل‬

. ‫ُوَإج‬
ۡ ‫اب‬

‫َ‍ت‍س َن‬

َّ
‫ّل ٱ‬
ِّ ‫ٱي‬

‫ن‬
٣٨ : ‫) فُ َقو َ )إلشوري‬
Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang

Pilar-Pilar al-Jamaah | 38
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat


antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”. (QS.
Asy-Syuraa : 38)

Allah SWT sangat memperhatikan Syuro dalam kehidupan


ummat manusia sehingga Allah menamakan salah satu surat
dalam al-Qur’an dengan nama Asy-Syuraa yang artinya
musyawarah. Dan pada ayat 38, Allah SWT menjelaskan
bahwa kedudukan syura dalam syariat Islam adalah wajib,
karena kata syura pada ayat itu disejajarkan dengan ayat
sebelumnya (Asy
Syura ayat 37) yaitu tentang menjauhi dosa besar,
menunaikan perintah Allah SWT, menegakan shalat, dan
menafkahkan rizki dari Allah SWT, maka apabila keluar dari
Syura maka akan berdosa.
Imam al-Maraghi memberikan penjelasan yang lebih detail
tentang pentingnya musyawarah sebagai berikut: -
Musyawarah dapat menjelaskan keadaan, kadar kemampuan
akal, pemahaman, dan kadar kecintaan serta keikhlasan
terhadap kemaslahatan umum.
- Sesungguhnya akan manusia itu bertingkat, sedangkan daya
nalarnya berbeda-beda. Oleh karena itu kadang-kadang di
antara mereka memiliki kelebihan pandangan disbanding
yang lainnya (dan sebaliknya), sekalipun di kalangan para
pembesar.
- Sesungguhnya pendapat-pendapat dalam musyawarah diuji
keakuratannya, kemudia dipilih pendapat yang sesuai (baik
dan benar).
- Dalam musyawarah akan terbentuk kesatuan hati untuk
menghasilkan satu pemikiran dan kesatuan hati dalam
masalah tersebut yang sangat diperlukan agar dapat
memecahkan masalah.

Pilar-Pilar al-Jamaah | 39
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Dari beberapa pendapat dan keterangan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa musyawarah merupakan perintah Allah
SWT yang dilakukan untuk mengambil keputusan yang terbaik
sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Musyawarah sudah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para
sahabatnya, karena hal ini merupakan bagian dari kehidupan
al-Jamaah. Musyawarah dilakukan bersama para faqih dan
ahli ibadah, dan jika telah diputuskan keputusan dalam
musyawarah maka wajib ditaati, karena jika kita menentang
hasil musyawarah aka berakibat siksa dari Allah SWT.

Sepeninggal wafatnya Rasulullah Saw, para sahabat


meneruskan syariat musyawarah ini dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam melaksanakan pemilihan
pemimpin sebagai pengganti Rasulullah Saw dari kalangan
Khalifah yang empat (Khulafaur Rasyidin al-Mahdiyin) yaitu
pada masa pemilihan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Khalifah Umar bin Khattab, Khalifah Utsman bin Affan, dan
Khalifah Ali bin Abi Thalib.

***

Pilar-Pilar al-Jamaah | 40

3 MEWUJUDKAN

AL-JAMAAH
DI JAMIYYAH PERSIS
3.1 Kekuatan Jamiyyah Persis
3.1.1 Persis sebagai Jamiyyah yang Bervisi al-Jamaah
Terwujudnya Al-jamaah merupakan visi jamiyyah
Persatuan Islam, artinya Persis berjuang agar umat islam
mampu melaksanakan ajaran Islam secara kaffah baik
dalam kehidupan pribadi atau dalam kehidupan kolektif
komunal, sebagai sebuah masyarakat atau bangsa,
sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Persis merupakan Bunyanul Islam yang tersusun dari
berbagai kekuatan baik anggota, maupun pimpinan
yang memiliki Wihdatun fil Qoshdi (satu tujuan) sebagai
pengamal al Qur’an dan as-Sunnah, sebagai gerakan
Tajdid Persis juga berusaha secara terus menerus
melakukan tazkiyyah terhadap benalu-benalu yang
berasal dari luar Islam, baik dalam urusan Aqidah,
Ibadah, akhlaq, dan muamalah ummat, sebagaimana
Rasulullah Saw diutus Allah dengan tugas untuk
melakukan tazkiyyah aqidah dan ibadah dari munkarat,
bid’ah, takhayul, khurafat, dan syirik yang sudah
mandarah daging pada ummat jahiliyyah waktu itu,
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT:
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

‫ِّ ‍ا‬ ِّ ‫ُ ‍ي‬ ‫ِّ ِّ يء‬


‫ع‍ل‍و َۡإتل‍ ۡن ٱَ ُنف سهِّم مَ ُسول‍ ۡ رِّ هي َمع‬
‍َ َ‫ۦت‍هَٰ َإ َ ِّۡۡهيم‬
َ َ ََُّّ َ ۡ ِّ ‫ۡ‍ذ ب ِّن‬
ِّ‫ع َق ۡد َم َّن ٱل ف‬
َ ‫َث فِّ َِۡي إ ُ ۡؤم‍م‍ل ل ٱلل‬
ۡ ِّ ‫ٱ‬ ُ
َ
‫كت‬ َ ََٰ َ ۡۡ ِّ ‫َُ‍ل ل ِّ‍ن َقبن ََكنوإ ۡإ‬
‫ك‬

‫ِ َ ح ‍ة ول ب و ل‬ ‫َضل ۡ م‬
‫ٱ‬
‫ُُهُمم‬
‫ي‬ ‫عي هيم‬
َٖ ِّ‫ )إل ِّ َُ َۡ وِّ َُ‍زك‬.‫ل ل همِّب ٍۡي‬

َٰ ١٦٤ : ‫)و معرإن‬


Artinya : “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS.
Ali Imran [3] : 164)

Agar tumbuh serta terpeliharanya sikap ummat Persis


yang sam’an wa tho’atan terhadap imamah dan imarah,
KH. Entang Muchtar ZA mengatakan bahwa perlu
adanya pemikiran yang benar tentang Persis sebagai
Jamiyyah dengan visi dan misi al-Jamaah. Selama ini
pemahaman dan pandangan terhadap Persis sebagai
Jamiyyah masih dianggap sebagai alat, yang tentu
sifatnya sementara. Jika telah tercapai tujuannya, maka
alat tersebut bisa dibuang atau diganti.

Jika tersisa pemahaman model demikian, maka harga


Persis sebagai harakah tajdid yang selalu
memperjuangkan tegaknya Islam berdasarkan al-Qur’an
dan as-sunnah, tidak ada bedanya dengan organisasi
organisasi lainnya. Termasuk dengan kesebelasan sepak
bola, yang bisa bubar, dibubarkan, atau membubarkan
diri, tergantung kebutuhan yang terikat dengan materi
atau musim kompetis. Jika tidak bubar, pemainnya selalu
Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 42
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

berpindahpindah klub, tergantung klub mana yang bisa


menjanjikan bayaran serta bonus yang menggiurkan.

Memang tidak salah, jika Persis disebut jamiyyah dalam


arti organisasi, apabila dilihat dari sisi mekanisme kerja,
yang selama ini Persis tetap berjalan sesuai dengan
ketentuan kerja yang berlaku dan tetap dalam bingkai
struktural yang jelas, sesuai dengan Qanun Asasi dan
Qanun Dakhili. Dalam hal mekanisme sejak zaman Nabi
Muhammad Saw sampai generasi seterusnya menjadi
sebuah kekuatan, sebagai contoh:

- Nabi Muhammad Saw dalam Langkah dakwahnya


melalui beberapa tahapan, pertama Sirriyatud Da’wah
(dakwah secara sembunyi-sembunyi), kedua Idharul
Da’wah (dakwah secara terang-terangan), ketiga
Hijrah dari Mekkah ke Madinah al-Munawarah yang
dimulai dengan meng-Isra dan Mi’raj-kannya Nabi
Muhammad Saw sebagai wujud seleksi akan
keimanan ummat waktu itu.
- Pada saat Nabi Muhammad Saw mengirim surat, maka
surat itu memakai stempel/cap sebagai tanda
keabsahannya sesuai dengan hadits:

َّ ‫ن ي‬ َّ
‫ل‬
ََ ‫َس‬َّ َ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫‍ل‬ ‫ه َص‬
ََُّّ َ ِّ ‫و‬
‫ٱَ ه‍ي‍إ لل َعل‬
‫ر‬
َ‫ا ٱَ ََّم‬
ُ ‫ َإد ِّإ‬: ‫ن َما ِّ ٍِل َقا َ َلع ن‬
‫ت َب ل َِِّّنب‬
‫ٱَنَِّس ب‬
ُ‫ِّ َل ي ‍م‬ ‫ٗ َّ ‍ا‬ َّ َّ
:‫َُِّ‍ن ِ‍وإ‬ ‫قر‬ ‫ء‬
َ َ‫ُ ك‬ ‫ن‬ ‫و‬
َ َ

‫ت‬ ‫إ‬ ‫ب‬ ً ِ‫‍ال‬ ‍
‫ف‬َ .‫ما‬ ً
‫تو‬‫خ‬ُ ‫م‬‫ب‬َ ‫ن‬
َِّّ
ِ ‫إل‬ ‫َذ‬ َ
‫َّت‬ ‫ه َص َّلل‬
َُّ ‫إ‬ ‫‍ل‬
‫‍ال‍وم‍ َل إلر‬
‫ِإ‬ ‫إَ‍ق ِّ ‍ه‬
َّ ِّ ِّ
َ ِّ‫صه‬
ُ ِّ ‫ِّبي‬ ‫س‬ ‫ل‬
َ َّ ًَ‫ُظر ن ف‍ا م‬
‫َس‬
َ َ ‫ل وإ‬ ِّ ‫‍مو‬
‫ن‬
َ ‫ٱ‬ ِّ ‫ِن‬ ‫ك‬ َ ٍ ‫ِ ضة‬ َُّ ‫‍ي‬ ‫َخاَ‍ت ه‬
َ ‫َعل َن ق ُش َ وُ ل ُه ُم َحم‬

‫در‬
ٌَّ ‫ِّ (إل‍‍بخاري‬
‫و‬

‫ )روإه‬.‫إ ََّّلل‬
Artinya : “Dari Anas ibn Malik, ia berkata: Ketika Nabi
Saw ingin mengirimkan surat kepada Romawi,
mereka berkata: Sesungguhnya mereka tidak mau
membaca surat kecuali yang berstempel, maka Nabi
Saw membuat stempel dari perak,

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 43


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

seolah-olah aku melihat kilauannya dan


ukirannya bertuliskan Muhammad
Rasulullah”. (HR. Bukhari 6629)
- Mengirim surat ajakan untuk masuk Islam ke luar
Negeri, seperti Raja Najasi, Kisra, Hiraqla, dan lain
sebagainya.
- Daftar ulang anggota kaum muslimin untuk menyeleksi
kekuatan ummat pada saat mengahadapi perang,
diantaranya perang Uhud, sebagaimana
diriwayatkan:

َ ‫َ ل‬
ُ‫تبإك‬ ‫ )روإه‬... ‫و َ ُل ٱَ َناَ‍ف‍ك‬
‫َفة َرض هلال عنه َقا‬
‫ِّ َّلم‬
‫ صل هلال‬: ‫َتب ِّ م س َ ِ َ َلع ن ُح‬

‫َّ‍ف َ عليه وسَّل َذي ه‍‍ َقا وإ‬


َ
‫‍ظ‬
‫َل إل َِِّّنب‬
ِّ ‫َخ‬
َ ُ‫ ٍلرَ َسِّماَئ‍‍ةًَ‍ف‍ا‬. ‫ج ٗ ِّبل‬

َ ‫ن إل َّناِّس ِِّل َم ن َت‬


‫ل‬
‫(إلبخاري‬
Artinya : “Dari Hudzaifah ra berkata, Nabi Saw
bersabda: Tuliskan untukku nama-nama
orang yang sudah menyatakan masuk Islam.
Maka kami menuliskannya untuk Beliau
sebanyak seribu lima ratus orang laki-laki…”.
(HR. Bukhari 3060)
- Menjadikan Hudzaifah al-Yamani sebagai inteljen
(ashabus-sirri) sebagaiamana diungkap dalam kitab
Fathul Baari.
- Melaksanakan dan menjalankan mekanisme pemilihan
khalifah yang empat, sistem langsung, perwakilan,
formatur, dan lain sebagainya.

Melalui ungkapan Persis sebagai Jamiyyah, maka


tergambar secara konkrit sekumpulan orang-orang Islam
yang bercita-cita luhur dengan mempunyai keterampilan
kerja yang bertanggung jawab dan professional, mampu
memposisikan dirinya diatas posisi tertentu serta berbuat
sesuai dengan mekanisme kerja yang rapih.

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 44


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Apabila berbicara tentang jamiyyah atau organisasi yang


pengertiannya sebatas mekanisme kerja terutama
mengenai kemapanan, keutuhan dan kesolidan, tentu
saja ada yang lebih mapan, utuh dan solid dari pada
Persis. Oleh karena itu jika Persis hanya sekedar
jamiyyah saja, rasanya tidak ada istimewanya dengan
organisasi
organisasi yang lainnya. Dengan demikian apabila kita
berada dan berjuang dalam jamiyyah yang tidak ada
bedanya dengan yang lain, tidak mustahil akan lahir
penilaian minor dari dalam organisasi sendiri. Bahayanya
organisasi itu sendiri bisa dihancurkan oleh orang dalam
sendiri. Oleh karena itu, kita perlu memberi muatan
terhadap jamiyyah ini agar terdapat keistimewaan
keistimewaan yang dapat membedakan jamiyyah Persis
dengan yang lain. Muatan itu tidak lain adalah al-jamaah,
sehingga Persis sebagai jamiyyah berwawasan
al-jamaah. Sekilas pendapat ini akan menimbuulkan
banyak pertanyaan, diantaranya mengapa Persis harus
disebut organisasi berwawasan al-Jamaah? Bukankah
tidak ada bedanya antara jamiyyah dan al-Jamaah?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu kiranya kita


membandingkan dengan kasus seperti kita membaca
kalimat Madinatun maka mengandung arti kota yang ada
dimana saja karena kalimatnya nakirah, akan tetapi
apabila didepannya memakai alif-lam, menjadi al
Madinatu maka artinya adalah kota Madinah al
Munawaroh tempat Rasulullah Saw berhijrah dari
Makkah al-Mukaramah karena ma’rifat. Demikian pula
kalimat
jamaatun mengandung arti kumpulan apa saja, tetapi
apabila kalimatnya al-Jamaah maka memiliki makna

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 45


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

khusus sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw dan


sahabat Abu Bakar as-Shiddiq:

- Mendapat jaminan dari Rasulullah Saw akan masuk


surga, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh

َ ‫ل‬
Imam Abu Daud dari Muawiyyah bin Abi Sufyan ra: ‫َّن‬
ِّ َ ‫َ ِّا‬ َ‫‍ب‬
‫نت ِّۡي وِّل ث‍ك َتا ِّب‬
َ َ ‫ ٱَم ف‬:‫َم ن َ‍ق ِ‍ل إي َنا َف َقا َل‬

‫ع ن ٱَ ه ِّل إل‬ َ ‫إف َر َتقُوإ‬


َ‫ِّ‍ن ر‬ ‫‍ل‬ َّ َ ِّ ‫َّ ‍و‬
َ ‫سول إ ََّّللَّ ِل َإ‬ ‍َ ‫س َل َ‍ق ه‍يَ‍ص‍ل ُهلال‬
َ َُ ‫ع‬ َّ
َّ
ُ ‫ِّ َ ك ٱَ ِّمَّل ُم‬
‫ و ِّ ‍س ۡ ِّ ث ِّ ب‬، َّ ‫َّ ِّ ِّ‍إ‬
‫عَ َس‬ :‫ي‬ َ
‫‍ا‬ َ

‫ت‬ ‫ن‬ ‫ب‬
‍ َ‫ع‬ ً
‫ل‬ َّ ِّ ‫إلن َه‍ذهِ ََۡي م‬
‫وإ‬ ‫ِف‬ َ َ
َ ‫ت َ َوب‬
‫ُعون‬ َ َ ِّ ٌ‫رت ُق َع َِّحدة‬ َ ‫َّل ٍث ول‬
ِّ ‫ث َف‬
‫ِه‬ ‫ ن وس‬،‫ر‬
. ‫ َوجَّ‍ن‍ةِّ إل‬،ََ ‫ُةاع‍جم إ ِّل‬
‍َ َ َ ِّ ‫ِِّف إل َّنا ِّ س‬
‫ ()روإه إبو دإود‬Artinya : “Ketahuilah, ketika sedang
bersama kami, Rasulullah Saw bersabda: Ketahuilah!
Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari
kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh
puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah
menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk neraka dan
satu golongan masuk surga, yaitu al-Jamaah”. (HR.
Abu Dawud 4597, al-Bani mengatakan derajat hadits
ini Hasan)
- Sebagai penerus Rasulullah Saw dam para Sahabat
Rasulullah Saw, sebagaimana hadits yang diriwayatkan

oleh Imam at-Tirmidzi dari Abdullah bin Amr ra: ‫حص‬


ِّ َ ِّ ‫َو‬
‫ َما ٱَََّن‬:‫سول إ ََّّلل؟ َقا َل‬
َ ُ َ‫)روإهٱ ه‍ي‬
َ .‫ َقال َاِِّب‬...
‫َعلر‬
ُ ‫ِه‬
َ ‫ َو‬:‫م ن ِّ َ ََي‍وإ‬
‫(إلرتمذي‬
Artinya : “…Para sahabat bertanya, Siapakah mereka,
wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Mereka
adalah golongan yang berjalan di atas jalan
ditempuh oleh aku dan para sahabatku”. (HR.
Tirmidzi no. 2641, al-Bani mengatakan
derajat hadits ini Hasan)
Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 46
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

- Tidak akan dirasuki Sifat Dengki, sebagaimana hadits


yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Zaid bin Tsabit
ra:

ِّ َ َّ ِّ
ِّ ‫ ل َّللََ‍عم َّل ُص إل‬،
‫خ‬ ًَِ : ‫دإ‬
‫إب‬
َ ‫ُل‬ ‫ِّ ز‬
‫ٱٍ سَِّّ لُب ُم ِّهيَّن َ‍ق‍لَهل‬ ‫اع‍ةََجم ُ وُ م إل َ مِّر‬‍َ
َ َ ‫‍ا‬ َ َ
‫َع‍لُ‍غَِّّل ُث َِّخصا ٍل ل‬ . ‫حص ُةُمَ‍ن َو‬
َ ِّ‫َو ۡإل ُولة‬
َ
‫يث‬ ‫()روإه إمحد‬
Artinya : "Ada tiga hal yang dengannya hati seorang
muslim akan bersih (dari khianat, dengki dan
keburukan), yaitu: pertama, beramal dengan
ikhlas karena Allah; kedua, menasihati ulil
amri (penguasa); dan ketiga, berpegang
teguh pada al-Jamaah...”. (HR. Ahmad 183)

- Jalan keluar dari kehancuran, sebagaimana


diungkapkan oleh sahabat Abu Bakar as-Shiddiq

‫ل ج‬
ٌََ‫َ ل َ و ق‬
‫َ ِّح إل‬
َ َ ‫َ ِّ ا ِّل ِّط‬
َ َ ‫ٱُل‬
‫َث‬ َ ‫ب ِّ َ ل و ُف‬ ‫كن‬
َ ‫ن‬
‫َن‬ ‫عي‬ َ ِّ ‫و له‬
‫‍س‬
َ ‫ُ ‍ه‬ ٌ‫وة‬ ِّ‫ت لَ‍ف‍ا‬
‫ل‍م‬ َ‫زن‬
ُ
‫وت‬ ‫‍ق ر إ ُ َ‍و َترُه‬
ُ‫َ إ إ‍ل‬
‫ل‬ ‫إ إل‬ ‫ري‬ ‫م‬
‫إ إ ََ‍س‬ ‫ُو‬ َ ‫ُز و َف‬
‫ال‬
َ
َ‫َّطاع‍ل ة ما ِّجد‬ََ
‫و‬ ِّ
‫وإ‬ ُ َ َ ‫ش‬ َ
‫ست‬
َّ ‫ر تفا ق‬
‫إج َل‬ ‫و إل ُمَّز‬
‫َ وإ‬
‫ٱَٰٓن و‬
‫ماع َة‬.
َ
Artinya : “Bila kebathilan mempunyai kesempatan
mengadakan penyerbuan, dan pendukung
haq berusaha memperbaiki, tapi tidak
berbekas, tidak berhasil, sunnah Rasul mati
tidak berdaya, maka kamu jangan berpisah
dengan mesjid, carilah petunjuk dengan
al-Qur’an, dan jangan berpisah dengan
al-Jamaah”. (Jumhur Khitob Arobi: 183 dalam
Majalah Risalah)

Keistimewaan sebuah jamiyyah tergantung atas


muatannya, jika jamiyyah itu bermuatan al-Jamaah,
maka jamiyyah tersebut insya Allah akan mendapat
jaminan sesuai hadits Rasulullah Saw diatas, tetapi jika
jamiyyah itu hanya sekedar organisasi semata, maka
jelaslah tidak akan termasuk golongan yang mendapat
jaminan dari Rasulullah SAW tersebut.

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 47


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Demikian pula jika Persis sudah diberi muatan


al-Jamaah, maka tidak akan ada orang yang menjadikan
Persis sebagai alat, apalagi alat untuk memenuhi
kepentingan pribadi. Dan tidak akan ada anggota yang
mempunyai niat keluar dari keanggotaan Persis, karena
dibentengi oleh suatu keyakinan bahwa keluar dari
al-Jamaah itu jika dirinya mati sama dengan mati dalam
keadaan jahiliyyah.

3.1.2 Kekuatan Imamah

Kekuatan Imamah dalam Persis dibangun dan


diperjuangkan antara lain oleh:

- Peran para ulama yang cukup dominan, dan kuatnya


komitmen para pimpinan jamiyyah terhadap visi dan
misi jamiyyah.
- Kuatnya Nizham (aturan) dan sistem yang dibangun. -
Adanya pembidangan dan pembagian tugas yang jelas
dengan keberadaan Bidang-Bidang Garapan (Bidgar)
bagian otonom, dewan, dan lembaga.

Adapun untuk pembidangan dalam jamiyyah Persis


terdiri atas:

- Bidang Jamiyyah, yang mengkoordinasikan Bidgar


lainnya yaitu: Hubungan Antar Lembaga dan
Organisasi, Hubungan Luar Negeri, Pembinaan dan
Pengembangan Organisasi, Pembinaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
- Bidang Tarbiyah, yang mengkoordinasikan Bidgar
lainnya yaitu: Dakwah, Pendidikan Dasar dan

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 48


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Menengah, Pendidikan Tinggi, dan Bimbingan Haji


dan Umrah.
- Bidang Maaliyah, yang mengkoordinasikan Bidgar
lainnya yaitu: Perzakatan, Perwakafan, Sosial,
Ekonomi, dan Pengembangan Sarana Fisik.
- Bidang Kesekretariatan, yang mengkoordinasikan
Bidgar lainnya yaitu: Penyiaran dan Publikasi dan
Rumah Tangga.
- Bidang Keuangan (Kebendaharaan)

Sementara itu, Persis memiliki bagian Otonom dalam


Jamiyyah, yaitu Persatuan Islam Istri (Persistri), Pemuda
Persis, Pemudi Persis, Himpunan Mahasiswa Persis,
dan Himpunan Mahasiswi Persis.

Selain bagian Otonom, Persis juga memiliki lembaga


tinggi ke-Dewan-an yang ada terdiri atas:

- Dewan Hisbah, terdiri dari para ulama Persis yang


bertugas melakukan kajian tentang persoalan Aqidah,
Ibadah, Mu’amalah dan Akhlaq.
- Dewan Hisab dan Rukyat, terdiri dari para ahli Hisab
yang bertugas dibidang Hisab dan Ru’yat.
- Dewan Tafkir, terdiri dari para sarjana dan cendikiawan
dan ulama yang bertugas memberikan masukan ke
Pimpinan Pusat Persis tentang persoalan: Dakwah,
pendidikan, sosial, ekonomi dan politik.

Persis juga secara professional sudah memiliki beberapa


lembaga yang ada terdiri atas:

- PT. Karya Imtaq, yang melayani bimbingan Haji Plus


dan Umrah.

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 49


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

- Lembaga Bantuan Hukum Persis, yang bertugans


memberikan pelayanan dibidang advokasi hokum dan
pencerahan menyangkut masalah hokum positif.
- Pusat Zakat Umat, yang bertugas dibidang
pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah.

3.1.3 Ketaatan Ummat

Kuatnya ketaatan anggota Persis merupakan hasil dari


komitmen yang telah dibangun selama ini melalui
pembinaan yang intensif, rekrutmen anggota yang
selektif, dan Penekanan pada aspek kualitatif. Ketaatan
yang dituntut dalam jamiyyah ini memiliki visi dan misi al
Jama’ah tentu bukan ketaatan tanpa alasan, sebab
ketaatan anggota anggota Persis baik kepada Nizham
Jamiyyah maupun kepada Imam bukan taat karena
nama Persis atau pimpinannya, tetapi taat karena
jamiyyah ini konsisten memperjuangkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah, termasuk didalamnya keputusan Dewan
Hisbah, Dewan Hisab, dan Rukyat.

Ketaatan terhadap suatu keputusan pimpinan tetap


harus ditaati walaupun tidak sesuai dengan selera,
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari Ubadah bin Walid:

َ َ ٗ َ ِّ ‫ي َّ ‍بو‬
‫‍عل‬َ‫ي‬ ‫ٱ‬ ‫ا‬ َ
‫ن‬ ‫بي‬َ ‫ن‬ ‫‍ه‬‫َس َل َ‍ف ه‍ي‬ َّ ََ ‫ع َناا‬
ِّ ََُّّ َّ
... َ‫َص‍ل إ لل َعل م َيا ٱَ ََخ ُذه َف َقا َل ف‬
‫َ‍ا و َ ‍ل َ َ‍ر ْ َّن و‬
َ َ ‫س‬
‫ُع‬ َ ِّ ‫ي‬ ُ َ ‫ع َ‍ٱ‍ث‬ ‍َ ‫َدعاََّن إل َِِّّنب ا َنٱَ‍ن يًة‬ َ ‫عن‬ َ
‫ِّ و‬ ‫ْ َّن وِّ ‍ا و‬
َِّ‫َّطاع‍ة‬
‍َ ‫كر ِّشط َنا وِّ ِ ف َمن إل‬ َ ‫س َهَ‍ن ََ م‬
َ َ ِّ
‫حاإوإ ب فر‬ ِّ ِّ ِّ ِّ َ ‫ع‬
‫ً وإ‬َ ََ ً ُ ‫‍ع‬
‫َّلل‍م َن ُدك‬ِّ َّ ‫إ‬ ‫ن‬ ‫َ بيه‍ف‬ ‫إلع‬ ‫‍ل‬ ‫َّسم‬
َ َّ ُ
‫كَر ن ت‍ل ِٱَ ُل إ‬
َ
ُ ‫َرها ٌن ل ُن َنا ِّ َزع ۡإل‬
. )‫روإه‬ ‫ه‬
َ َ َ‫ٱ‬
‫مر‬
‫(إلبخاري‬

Artinya : “Nabi Saw memanggil kami sehingga kami


berbaiat kepada beliau. Ubadah melanjutkan;

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 50


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

diantara janji yang beliau ambil dari kami


adalah, agar kami berbaiat kepada beliau untuk
senantiasa mendengar dan taat, saat giat
maapun malas, dan saat kesulitan maupun
kesusahan, lebih mementingkan urusan
bersama, serta agar kami tidak mencabut
urusan dari ahlinya kecuali jika kalian melihat
kekufuran yang terang-terangan, yang pada
kalian mempunyai alasan yang jelas dari Allah”.
(HR. Bukhari 6532)

Ketaatan juga harus ditunjukan kepada pemimpin


meskipun tidak memiliki kesesuaian dengan diri kita atau
pemimpin tersebut melakukan hal yang tidak sesuai
dengan apa yang dicontohkan oleh al-Qur’an dan as
Sunnah. Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Auf bin Malik ra, mengatakan:

‫ر‬
َ
‫ف‬
‍ ‫ه‬ َُ ‫ي ََ ُل وُ هوإُهو‬
‫ن‬ ََ
‫عوإ‬
ُ ِّ‫َن‬ َ
‫ت‬
َِّ ٍ
‫‍ل‬
َ ‫‍اك‬ َ ‫َ‍مع‬ ‫َطاع‍ةًَدإ م‬
‍َ ‫ن‬
. ‫ن َ ُُت ِّ َي‍ذإ رإو‬
‫كرِّ ُ ُك َشي ًئ ا ت ُو لت م‍ٱ ََ ِ َ )روإه‬ َ
‫(مسَّل‬
...

Artinya : “Apabila kalian melihat dari pemimpin kalian


sesuatu yang kalian benci, maka bencilah
amalannya dan janganlah melepas ketaatan
kepadanya”. (HR. Muslim 1855)

Ibnu Hajar al-Ashqalani mengungkapkan suatu kejadian


pada zaman Utsman bin Affan saat beliau ada di Mina
(Safar) sahabat Utsman bin Affan mengimami shalat
dengan empat raka’at, kemudian Abdullah bin Mas’ud
mengucapkan istirja (kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi
roji’un) sebagai ungkapan telah terjadi kekeliruan,
sahabat Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khatab di
Mina melakukan jama’ qosor. Ibnu Mas’ud berkata:
berbeda dengan imam itu suatu perbuatan bahaya, tapi

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 51


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Abdullah bin Mas’ud sholat empat rakaat mengikuti


sahabat Utsman bin Affan. Maka wajar apabila Ibnu
Hajar al-Ashqalani dalam Kitab Fathul Baari
mengungkapkan bahwa sesungguhnya taat kepada
imam itu wajib, dan barangsiapa yang meninggalkan
kewajiban ia masuk neraka.

3.1.4 Mengutamakan Syura

Syura merupakan prinsip utama dalam jamiyyah dengan


Persatuan Islam. Persis sebagai jamiyyah dengan visi,
misi al-jamaah dalam gerak dan langkah jihadnya selalu
mengutamakan syura, baik untuk menentukan atau
memilih pemimpin mulai dari tingkat Pimpinan Jamaah
sampai Pimpinan Pusat, ataupun dalam menyusun
program jihad, termasuk dalam menentukan sikap
terhadap suatu keadaan, baik yang menyangkut
kepentingan jamiyyah khususnya maupun kepentingan
umat islam pada umumnya.

***

Mewujudkan al-Jamaah di Jamiyyah Persis | 52

4 DOKTRIN

JAMIYYAH
1.1 Mengembalikan Umat kepada al-Qur’an dan as-Sunnah

Kondisi masyarakat muslim di Indonesia sejak sebelum


merdeka sampai era reformasi, baik di bidang aqidah, ibadah,
akhlaq, dan muamalah banyak diwarnai dan terkontaminasi
oleh nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang termasuk kategori syirik,
bid’ah, dan munkarat. Kuatnya sikap taqlid buta dan
pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup, telah membuat
banyak masyarakat muslim semakin jauh dari tuntunan
al-Qur’an dan as-Sunnah. Upaya kolonial Belanda dalam
rangka memperkokoh kuku kolonialismenya dengan cara
sistematis, khususnya melalui cara pembodohan dan
pemiskinan kaum muslimin yang lebih memperparah keadaan.
Pemiskinan dilakukan dengan cara memonopoli kegiatan
ekonomi, pembodohan dilakukan melalui pembatasan
kesempatan belajar, pelarangan penerjemahan al-Qur’an,
pelarangan khutbah dengan bahasa Indonesia atau bahasa
daerah, dibatasinya penerbitan buku-buku agama, dan
kegiatan kegiatan lainnya. Setelah negeri ini merdeka,
monopoli ekonomi terus berlangsung, dengan system
ekonomi kapitalis telah melahirkan konglomerasi dan oligopoli.
Kemakmuran
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

hanya dirasakan oleh segelintir masyarakat yang mayoritas


non-muslim dan non-pribumi. Sistem pemerintahan yang
sekuleristik telah memberi andil semakin meluasnya maksiat
dan munkarat di segala bidang kehidupan.

Menimbang kondisi seperti itu, Persis menekankan bahwa


medan perjuangan jihadnya berada pada upaya
mengembalikan ummat kepada al-Qur’an dan as-Sunnah (ar
Ruju ‘ila al-Qur’an wa Sunnah), Allah SWT berfirman:

ُ ۡ ۡ ِۖ ۡ ‫ُُعت َ ََٰن‬ ‫ََٰٓأه‬ َّ


َ ُ ََّ‫ۡل وِّ ِ ل ٱٱ‬
َ‫سول‬ ِّ ِّ

‫م‬ ‫‍ن‬
َ ‫ِ‍ا ُك ‍ر م‬ ُ َ

‫ف‬ ‍ ‫ت‬ ‫‍ن‬
ۡ ۡ َ َ ‫ِف‬ ِّ ‫‍ي‬
َٰ ‫ٱ‬ ‫ا‬‫ي‬َ ُّ ‫ّل‬
ِّ ‫ني‬
ۡ ‫‍خ‬ ٞ ‫ُءَش‬ ‫َ ‍عوإ‬
‫من َ ۡ ِّ َِل َۡخرِّ‍ي ِّْۚر ََٰذَٰٓۡل‬
َ ‫َإ‬ ‫وإ‬ ٓ ‫ُعوإ‬
‫ي‬ ‫ِّط‬ َ‫ٱ ٱ‬
‫ولر ٱ ٱ ِّطُ‍ي ََََّّلل و‬
‫ٱ َل ٱ ه إه‬ ُ ‫ِّ ُنُت‬ ‫ٱ ۡ ٱ‬
ُ ‫َِّۡومي‍ل َوَّ َّل ِّل ُن َو ِّن‬
ُ ُ‫بأت ۡؤم ۡ‍ن‍‍كَِّ ُسوِّ إللر َوَّ َّل ِّل ِدو‬

ۡ ‫َ ًو‬ ‫ح‬
ۡ ‫وي‍ َتأ‬:ِّ ‫ إلنساء‬.‫) َ‍س ُن ٖء َفر َٱ َّل‬
٥٩

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”. (QS. an-Nisaa [4] : 59)

Rasulullah Saw bersabda : ِّ َ ِّ ‫ع‬


‫ت‬ ُ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ث‬ ‫‍ـ‬ ‫ب‬ ِّ‫ري‬ ‫َعبـ‬ ‫ِّن‬ َ ‫َ د ِّهلال‬
ِّ ‫س‬
‫ن‬
َ َ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫َل‬ ‫َقا‬ :‫َل‬ ‫ا‬‫ق‬َ ‫رض‬ ‫ره‬ ‫ت‬َ :‫ص‬ ‫ِّهلال‬ ‫ل‬ ُ‫و‬ َُ‫ك‬
ِّ ِّ
‫َج د هِّبـي ن َإ‬
‫ه‬ ‫ِِّّب هِّم كـُُت‬ ِّ
.ِّ ‫ن‬ ‫ــم‬ َ
‫ت‬ ‫َما‬ ‫وإ‬ ‫َّس‬ َ َ‫ك‬ :‫وا‬ ‫ِّهلال‬ ‫َب‬ ‫ا‬‫ت‬َ ‫بـيـ‬ ‫ـ‬ َ
‫ن‬
ِّ َ ُ ‫ه‬‫ة‬ ‫ـ‬ َّ
‫ن‬ ‫س‬ َ
ِّ َ ‫َ ن لي‬
‫َ مرُ ُك إ ـيف )روإه إبن عبد إلب‬ ِّ ‫ت ِّضل‬ َ (
Artinya : “Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya dari kakeknya
ra, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua
perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab
Allah dan Sunnah Nabi-Nya". (HR. Ibnu Abdil Barr)

Doktrin Jamiyyah | 54
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

1.2 Melakukan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

Selama syetan masih ada dan manusia tidak mampu


mengendalikan nafsu amarahnya, maka kemaksiatan,
kedzaliman, dan kemunkaran akan selalu ada di muka bumi
ini. Kita banyak menyaksikan bagaimana berbagai
kemaksiatan merajarela di tengah masyarakat, seperti
perjudian, praktek prostitusi, perampokan, korupsi,
ketidakadilan, pembunuhan, dan penganiayaan. Selain itu,
banyak pula masyarakat yang mendakwakan dirinya sebagai
muslim tapi tidak menunaikan ajaran Islam dalam peri
kehidupannya.

Allah SWT telah memerintahkan untuk melakukan amar ma’ruf


dan nahyi munkar, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:

‫ۡ َل ٱ‬ ‫ۡ ي‬ ۡ ‫‍ن‍ي ِّف و‬
ْۡ ‫عو‬
‫ن‬ َ ‫َ ۡعرم‍ل ُ َو ِّنبُأمرَأ َ َۡخريِّ ول ِۡ ُد‬ ‍ِّ َ ‫ن َ‍ون‬
‫ع َ َُو‬ َۡ
ۡ ِّ ُ ُ ۡ ٞ
‫‍ت‍ل‬َ ‫َإيَّ‍مةُ ُك ٱن م‬
‫‍كن‬
ۡ ‫‍فل‬ ُ َ ِّ ۡ ‫رو‬
ِّْۚ‫ُحوۡنِّ ُم‍ل‬
َ ‫وٱلو‬
َ َٰٓ

‫ك‬ َ ‫ٱ‬ َ
َٰ‫َ ُ ‍نك‍ل ‍ئ‬ ‫م‬

. )‫ )هُ ٱ‬١٠٤ُ : ‫إل معرإن‬
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali
Imran [3] : 104)

Tidak kurang dari 17 ayat dalam al-Qur’an yang menerangkan


tentang pentingnya ber-amar ma’ruf dan nahyi munkar, ini
menunjukan bahwa kedua fakta tersebut, baik ditinjau dari
sejarah maupun unsur kemasyarakatan merupakan syarat
mutlak dalam kehidupan suatu ummat.

Bukankah Bani Israil dilaknat karena tidak melaksanakan amar


ma’ruf dan nahyi munkar, sebagaimana firman Allah SWT:

Doktrin Jamiyyah | 55
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

َّ ‫َس ٱ ِّ د و‬ ‫مر‬ ِّ
ّ ‫ل َن ٱع‍ل ِّ َِل ُ َ ْۚي ََِّٰۡذن َ ۡب ي َ َعُ‍وۥَ َسا‬
‫ِّن‬ ِّ

َ ِّ ‫َس‬ َٰ َٰٓ ‫ِّ َل‬


‫َدإل ٰ‍ي َل َعءِّۡ َ ََِِِّٰٓن ُۢإ ن ب مُ‍وإ َف َرن ك‍ي‬

ۡ : ‫ )إالئدة‬.‫َع‍صوإِّب ُ‍م َ‍ون‬


‫َعل َفي َس َما‬ َ ‍َ ‫ا‬
‫َك ُنوِّإب‬
ْۚ ُ َ
َ‫ۡئ‍ل‍وُ ه‬
َ
‫علف‍ه‬ ٖ
‫َر‬
ۡ ‫منك‬
‫َون‬
‫َع َن َت َنا‬
َ
‫َه ل‬
َ ‫ۡ َي‬
‫عت‬
.‫ُدون‬ َ
‫َك ُنوإي‬
‫َّ َوك ُنوإ‬
-٧٩)
٧٨
Artinya : “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil
dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu”. (QS. Al-Maidah [5] : 78-79)

Ibnu Jarir berpendapat dalam Tafsir ath-Thobary bahwa


Rasulullah Saw bersabda:

َِّّ ِّ َ ُ ‫ل‬ ِّ َ ُ
ِّ‫‍دهَلِّي َن‬ ّ ‫ ل‬،‫ و َ عرم ُ َّن ٗبلمرْ َ‍ت‍أ‬،‫ْن‍وَّ ن َعِّن إلُو ف‬ َُ ‫‍ت‬ َ َ‫ر نك‬
‫ف ِِّس ِّبي‬
َِّ َّ َ
َ ‫خذن عُ‍س‬
‫إل‬ ‫ ولتأ‬, ‫دَ ي ل يوإ‬
َ ‫عب‬ ‫َن ُهلال‬ ‫ ٱَ خ َلو‬، ‫إ‬
‫ل َع‬ ُ‫و ِّطن‬
‫ب‬
َ ُ َ
،ٍَ ‫‍ر لوب ض ع‬ َ ِّ ‫ل ِِّن‬،
‫ُق‬ َ ‫ِّط‬
‍ ‫لإ‬
‫ب‬ ‫و َُنه َع و‬
َ‫ض‬
َ ِّ ‫لي‬
ِّ ُ‫ض‬
‫ُك‬
‫ول‬
‫ل‬
َ ‫ين‬
َ ‫ع‬ َ
ُ
‫تإ‬
َ ‫َ ََكَ ُك‬
‫ي‬
َ ‫و‬
‫ل‬
‫َْم‬ ُ ‫ن َع‬.
Artinya : “Demi Allah yang memegang jiwaku didalam qudrat
Nya, hendaklah kamu memerintahkan yang baik dan
mencegah yang munkar, dan hendaklah kamu tarik
tangan orang yang berbuat jahat dan janganlah kamu
bersepakat lagi dengan mereka atas sekalian pikiran
(yang tersirat), jika tidak nanti Allah SWT akan
memukul hati sebagian kamu dengan sebagian lagi,
dan akan melaknat kamu sebagaimana melaknat
mereka (Bani Israil)”.

Persis yang sejak berdirinya lebih banyak mengkhususkan diri


dala menunaikan tugas mulia ini, dengan menyiapkan para

Doktrin Jamiyyah | 56
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

kader da’I, memanfaatkan segala media dakwah dan dengan

segala cara yang ma’ruf, hal tersebut sesuai dengan kaidah : ُ


َ‫مرم ن ا ُٱ‬‫ٍ ‍ل عرِّ بم‬ َ ُ
َ َ َ َ

‫ف‬ ‫ف‬ ُ
‫َي و‬ ‫ٱ‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ه َم مر‬
ً
ُ ‫وف عر‬
Artinya : “Siapa saja yang memerintahkan kebaikan, maka
laksanakanlah secara baik pula”.
Diantara metode amar ma’ruf dan nahyi munkar yang telah
dijelaskan tersebut, Persis-pun mengamalkan cara-cara yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw sebagaimana diungkapkan :
1. Firman Allah SWT, dalam surat al-Jumu’ah ayat ke-2

ِّ ‫ُ ‍ي‬ ‫ِّ ِّ يء‬ ‫ۡ ٱ ِّعلي هيم ي‬


َ‫ع‍ل‍و َۡإتل‍ ْۡۡ ُنم م‬
‍َ َ‫كت ل ُُهُمم َُ َۡ وِّ َُ‍زكِّ َۦ وت‍هَٰ َإ َ ِّۡۡهيم‬ َ
‫ٱ‬ َ ۡ ‫َك ُنوإإ‬ ِّ ‫‍ان رل‬
َ ‫ح ‍ك‍ة ول‬ۡ ِّ َۡ ِ َ ‫ُسول‍ َ ُ ۡ م‍ن َقبن‬
ِّ ‫ٱ‬ َّ ِّ ۡ
َ ‫َثِف ٱّ‍لِّ‍ي ب‬ ‫ۡل َع‬
ُ ِّ‫ي م‬
َ َ
َٰ َ٢ ‫) ب ُهو ۧ َٰ ٖل ه‍‍مِّب فِّ َضلل‬
ٖۡ ‫)إمجلعة‬ .‫يو‬:
Artinya : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata”. (QS. al-Jumu’ah
[62] : 2)

Maksud dari ayat tersebut adalah :

- Membacakan ayat-ayat Allah baik qauliah maupun


kauniah kepada ummat manusia
- Mensucikan ummat dalam aqidah dan ibadah, baik teori
maupun praktek
- Mengajarkan al-Qur’an dan al-Hikmah (as-Sunnah) dalam
setiap waktu

2. Firman Allah SWT, dalam surat al-Ahzab ayat ke 46-48


Doktrin Jamiyyah | 57
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

ِّ ِّ ۡ ِّ ‫َ ۡ َأِّن‬
‫س‬ َ
‫َِّإ َۦ‬ ‫همن‬ ‫اجا‬ ‫ و‬.‫َ ريإ‬ ‫ا‬ ‫َش‬ ‫ٱب‬
َ ِّ ‫فََّ َّل ِّل َن ٱهُم مَِّّن َلي ِّب ُ ۡؤم‍م‍ل‬
‫َل ٱا إِّ ‍دإ‬ ‫ِّ‍ذن‬
َ ‫وۡهِّ ٗ ِِّبَّ َّل ِّل ِ ًعَ‍ي‬
َ َ ‫ي ِّ ِّبأ‍ى‬. ‫‍ا ا‬
َۡ ‫ض‍ َّل و َّل ك َك‍وَّ َّل ِّل َٰ‍ف َكْۚ وَّ َّل ِّل ل‬
‫ٱع‬
ُ ‫طع‬ َ‫ِّ ۡ ٱ‬ ‫ِّ ۡ ٱ‬ ‫َ ُٰ ٰۡىم‬ ‫ك‍و‬
ۡ َ ِّ ‫ت‬
َّ ‫ِّب‬ ُ ‫ريف كَ‍ل ِّل‬ َٰ ِّ‫و‬ ‫ن‬ َ ‫ُ م‍ل‬‫‍ن‬
َ ‫ف‬
َٰ ِّ
‫ق‬ ‫و‬ ‫ي‬ َ ‫َذ‬ ‫ۡعٱ‬ ‫د‬ ‫و‬
َ َۡ ‫َ‍َ‍ت‬
َ‫ و‬.‫اريإ‬

ۡ ‫) حزإب‬
٤٨-٤٦ ‫)إل‬:
Artinya : “Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah
dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi; Dan sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya
bagi mereka karunia yang besar dari Allah; Dan
janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir
dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu
hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah
kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai
Pelindung”. (QS. al-Ahzab [33] : 46-48)

Maksud dari ayat tersebut adalah :

- Menjadi Syahid, saksi sebagai penyampai amanat Allah


SWT.
- Menyampaikan kabar gembira yang menarik perhatian
ummat untuk berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as
Sunnah
- Menyampaikan peringatan kepada manusia yang berbalut
syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah
- Mengajak untuk berdakwah baik melalui lisan, tulisan,
dan perbuatan sehingga dapat menjadi uswah dan
qudwah dilingkungan ummat manusia
- Lampu penerang bagi seluruh manusia yang tidak akan
padam dan tidak bisa dipadamkan.

Doktrin Jamiyyah | 58
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

1.3 Menghidupkan dan Memelihara Ruhul Jihad, Ijtihad, dan


Tajdid

Upaya memelihara ruhul jihad dilaksanakan melalui


pembinaan para anggota khususnya dan umat Islam pada
umumnya melalui kegiatan pendidikan dan dakwah agar
memahami ajaran Islam secara utuh dengan baik dan benar,
kemudian mengamalkannya di dalam kehidupan, baik secara
sendiri
sendiri (fardi) maupun dalam kehidupan sebagai sebuah
masyarakat. Selain itu mereka juga dimotivasi untuk
mengajarkannya dan siap mempertahankan Islam dan
muslimin dari berbagai tantangan, hambatan, dan gangguan
musuh
musuh Islam dengan segala daya dan kemampuan, serta
potensi yang dimiliki, baik itu tenaga, fikiran, harta benda, jiwa,

dan raga. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT :

ُ َ ‫ۡع‍ظم‍ٱ‬ َ‫َّّل ٱ َّْۚ َ َجً‍ ِّع َند ٱَدرٱ‬ ‫ها ‍وإ‬


‫ف‬ ‫ن‬
ُ ۡ ‍َ ُ ‫جر َ وَإمُ‍ن ََن ءي ِّ َّل ِّل ‍ة‬
َ ‫وَإ‬
‫دوإِج و‬ ‫ِّۡل ََّأ ِف‬ ‫ِّسهِّم‬

‫ل‬
‫‍توبة‬ ‫)إ‬ .‫ن‬ ‫ُزو‬
َ َ َٰ َ ُ َ ‫ٱ‬ ‫ِّل‬ ‫ِّبي‬
‫س‬ ‫ب‬ ِّ‫مو‬ َ
َ ‫َۡ وهِّم َٰ َّل ِّل‬
ِّ
ۡ
ُ َ‫ٱ‬ َٰٓ ِّ
٢٠ ‫وٱلو‬ َ َٰ ُ‫ئَ‍ف‍ال َٰٓئِّ َك ُه‬:)
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri
mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah;
dan itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan”. (QS. at-Taubah [9] : 20)

Ruhul ijtihad dipelihara, dikembangkan, dan dimotivasi oleh


kenyataan al-Qur`an dan as-Sunnah yang diwariskan
Rasulullah Saw memiliki ayat-ayat dan hadits-hadits
ahkamnya cukup terbatas jumlahnya. Sementara tantangan
dan problematika yang terkait dengan persoalan manusia dan
kemanusiaan terus bermunculan dan berkembang dengan
pesat dan cepat. Diperlukan peran para mujtahid untuk
mengerahkan segala daya dan kemampuan dengan
memperhatikan dalil, nash, dan

Doktrin Jamiyyah | 59
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

kaidah-kaidah umum yang baku untuk memberikan respon


atau jawaban terhadap setiap persoalan yang muncul.

Persis melalui peran para Ulama dan Dewan Hisbah-nya terus


berusaha melakukan kajian dan penelaahan serta memberi
jawaban terhadap persoalan yang muncul. Selain itu, melalui
Lembaga Pendidikan yang ada, serta kegiatan pelatihan
pelatihan, Persis berusaha mempersiapkan kader-kader
Ulama dan mujtahid di masa mendatang.

Dalam menangkap essensi tajdid, di masyarakat kita muncul


dua kutub pemikiran yang secara diametral berbeda.
Pengertian tajdid pada satu sisi diartikan dengan usaha
merasionalisasikan teks-teks al-Qur’an dan as-Sunnah atau
ajaran agama, serta memberikan konsensi atau kelonggaran
terhadap ide-ide sekuler sebagai upaya modernisasi. Dengan
kata lain tajdid diartikan sebagai upaya untuk mengubah
hukum-hukum Islam yang sudah mapan agar sesuai dengan
kondisi dan perkembangan zaman. Jadi, perubahan tersebut
tidak hanya menuntut upaya pemecahan masalah-masalah
baru, tetapi lebih menghendaki perubahan-perubahan
mendasar terhadap teks-teks hukum Islam yang sudah ada
untuk disesuaikan dengan hukum produk manusia yang ada,
atau kondisi social yang tengah berlangsung dewasa ini.
Pembaharuan dari termonologi ini muncul dengan ide-ide
sekularisme atau liberalism Islam, reaktualisasi dan
pribumisasi Islam.

Akan tetapi, tajdid yang diusung Persis bukanlah sebagaimana


pengertian di atas, yakni membuat sesuatu yang baru,
mengganti atau mengubah agama itu sendiri, melainkan
memiliki prinsip i’adatul Islam ila ashliha, wa ihyaus sunnah,
yakni mengembalikan ajaran Islam kepada asalnya dan
menghidupkan sunnah. Tajdid bukanlah tahdits
(mengada-ada)

Doktrin Jamiyyah | 60
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

atau tabdil dan taghyir (mengganti atau mengubah), melainkan


identik dengan ibanah atau purifikasi, yakni membedakan
mana yang sunnah dan mana yang bid’ah, mana tauhid dan
mana syirik. I’adah memiliki prinsip untuk memulihkan Kembali
ajaran Islam sesuai dengan aslinya, dan Ihya memiliki prinsip untuk
menghidupkan Kembali ajaran Islam yang pengamalannya
terbengkalai dan terhenti.

1.4 Membentuk ash-Haabun dan Hawaariyun


Persis berupaya membentuk para anggotanya menjadi ash
Haabun dan Hawaariyun Islam yang mampu bertindak sebagai
da’i atau mubaligh dengan jalan memperdalam dan
memperkaya ilmu-ilmu yang berkenan dengan hukum-hukum
syara serta ajaran-ajaran Islam secara utuh, baik, dan benar,
serta mempelajari pula metodologi dakwah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rasulullah Saw:

‫ِّ‍ن‬ ‫ِّو ِّ َ َّ ََُّّ ‍ل‬ َّ ‫َُ ِب ن َن‬


َ َّ‫سول إ ََّّلل‬َ ُ َ َ ‍
‫ع‬ ‫لل‬ ‫إ‬ ‫‍ل‬ َ
‫ما م ه‍ي‍ص‬ َ ‫َل‬ ‫ا‬‫ق‬َ ‫ل‬
َ ‫َس‬ َّ َ ٍ ِّ‫عثهب‬
ِّ ِّ َ ٍ ‫ر‬
‫س‍عود ٱ ِّن َم‍‍ب‍د إ ََّّلل َع ن َعب‬ ‍ُ
ِّ ِّ ِّ ‫ي‬
َ‫ذون بَ‍أ‬ َ ‫خ‬ُ ُ ْ
‫ت‬ َّ
‫ن‬ ‫‍س‬ ُ‫مِّ َوه‬
َ َّ ‫‍نِِّل إ‬
‫حصا ٌب َيٱ َون‬ َ ٍ‫َقَّ‍ب‍مة‬ ِ ‫ل َ َ‍ك‬
ُ َ‫ري ِّ َِّّمت ن ٱ‬
‫َ ُل‬ ‫وهِّإ ََ‍حوه‬
ُ ُ َ ُ‫ُ ي‬ ََُّّ
‫قول‍وٌ ف‬ َ ُ ‫ا‬ ‫َم‬ ‫ن‬ ‫‍و‬ َ ‫َ‍ل ي‬ ‫ف‬ ‫عل‬ ‫و‬ َ ‫ن‬ ‫‍و‬
َ َ َ ‫ٱ‬ ‫ِف‬ ِّ ‫لل‬ ‫ُدون إ‬َ ‫قت‬َ
ِّ ‫َُ ‍ا‬ ِّ ِّ
ُ‫ي ع ده ُخل ن ُ‍ب‍ف مَِّّت لََِّ‍ن َِّ ِّإره َون ُث‬ َ
ُ َ
ُ ‫َؤ مرل ي َ‍ون َماَعل‬
ِّ
‫بَأ ف م ِّبه َ َم ن َجا َ َه ُده ِّب َقلٌن وُ ِّم‬
ِّ ِّ ِّ ِّ
‫‍فُهوهَسان ن َجا َ َه ُده ِّبل‬ َ َ‫ؤم‬
ِّ ِّ ِّ
َ ‫مٌن وُ م ؤمَ‍ َ‍‍فهُودهََ ن َجا َ َه ُده ِّبي َف َم‬
َ ‫ذ‬ِّ ‫ م َيا ِّن َحب ل ن َإ‬... ‫ِّ‍إء َرس وي ل‬
َّ ‫ِل‬ ِ ََ َ‫م‬
‫َ ()روإه إمحد و م‍‍سَّل‬
ٌَِّ‫ن وُ م ؤم‬
‫ل‬ ‫ة َخ‬
ُ ‫ر َفهُو َ ٍد‬ َ
Artinya : “Dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw
bersabda: Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh
Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia
memiliki pembela dan sahabat yang memegang
teguh sunah
sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian
datanglah setelah mereka suatu kaum yang
mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan

Doktrin Jamiyyah | 61
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan.


Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan
mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang
berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia
seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan
hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan
setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi". (HR.
Muslim 71 dan Ahmad 4379)

1.5 Mengembangkan Pendidikan dan Dakwah

Pendidikan dan dakwah merupakan jalan dan cara utama


yang dilakukan Persis dalam mengajak ummat agar menjadi
manusia yang berilmu, beriman, dan beramal shaleh. Hal ini
dimotivasi
oleh firman Allah SWT:
‫ِ م‍وان‍امء ِهٱل‬ ۡ ‫جرد ۡ ِ ۡ ٱل‍واُأوت ِهٱل‬
‫َينذ َون ُكمْ ُ َ َ َينذ َُِع ََٱ‬ ُ ْ‫َ َم‍ل‍ع‬
‫ۡر‬
‫هَّللف َي‬
ِ ۡ ‫ب َّللِريب‍ون خ‬
١١ : ‫ )اجمالدلة‬. ‫َ‍‍لُ َ َمَ‍عت‬ ‫) ُ‍ٱ ه‬
... َٰ‫ت‬
‫َ و َا‬

Artinya : “…Allah pasti akan meninggikan orang-orang yang


beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al
Mujadalah [58] : 11)

‫َّ ٱ‬ َ ‍ َ َّ ُ ‫ۡ ُوإ‬
َ ۡ ۡ ‫ي َّنم‬
َٰ ‫ن‬ َ

‫ل‬ ‫ع‬ َ ‫ن‬ۗ
َ َ ُ ِّ ‫‍ر َتذا َ ُِ َ إم ‍ن ل يي‬
‫و‬ َ ‫ّل‬ ‫‍و‬ َ ‫بَۡ‍ل‍ل ٱ وٱلُك‬

. َّ َۡ
ُ ‫ت ِّوي‬
)٩ : ‫ٱق ۡل َه ۡل َيس )إلزمر‬ َ ۡ ‫ّل‬ َ

‫ل‬ ‫ع‬
ِّ ‫وم ‍ن يي‬َ

‫ ِّب‬...
Artinya : “Katakanlah: Samakah orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Doktrin Jamiyyah | 62
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat


menerima pelajaran”. (QS. az-Zumar [39] : 9)

َُّ ٰٰ َ‫َّّ ِّل‬ َ ِّ ِّ


َُِۖ‫ٱلُ ن ٱي َهدُ‍ى‍م ٱَّلل‬ َٰٓ ‫ٱق ئَٰ و‬ ۡ َ ‫ د ن ٱيَ َول‬...
َّ
َ‫ه‬ ُ ‫ل‬ ‫ن‬
َ ۡ ‫ل‬
ِّ ّ ‫ُعون‬
َ ‫م‬
‫َ ك‬ ِّ‫ا‬
ْۚ ‫ُعون ٱَ ۥ َ َٰٓ َفي‬َ ‫َت َيس ۡ َِّّتب‬ ‫ب‬َ ‫عب َف‬
‍ۡ َ
‫ َش‬, ِّ
ۡ‫ٱ ِّب َٰ َب‬
‫ۡحس‬
َُ ُ ‫وإ‬
. ): ‫إلزمر‬ ‫وَٰٓ‍ل‍ئِّ َك ُۡه َٰٱ‬
ۡ ُ
‫ ) َلل‬١٨ۡ-١٧ ‫وٱلو‬
َ
Artinya : “…sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku;
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa
yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang
orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka
itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (QS. az
Zumar [39] : 17-18)

‫ْۚ َ ِهَّ ِّبأ‬ ‫كب‍ن ر ح‬


ِّ ‫ٱ َ ََّ ِ ۡإ َ‍س ُن‬
َّ ‫‍ٱِت ِّ َ‍ل َُهو‬
‫ل‬ ‫ِّبأبل‬
َ ‫ۡ ٱ ِّ ِّ ۡ ٱ ۡ ِّ ك‬ ِۖ ‫ِّدل ج و‬
ِّ ‫َ ٰ َسِّبي‬ َ ِّ ‫ح َ‍ك‍ةل‬
ۡ ِّ ۡ‫ع‍ظةم‍ل َو‬ ‍َ ‫‍ةِّح‍‍س ل َ ۡو‬َ ‫هُمۡ ََٰ َ َ َ‍ن‬
‫ر‬
ُ
‫ِ عإ‬ ‫ۡد‬
ِّ ۡ ‫دي‬
ُۡ
‫‍هَ‍ت‍م‍ل‬
َ‫ )ٱ‬١٢٥ : ‫إلن‬ َ
). ۡ
‫ع‬ ‫ِّبأ‬ ُ
‫ل‬ َّ ‫حل‬
ُ‫عن‬ ‫هوۦ و‬ َِّ
َ َ ‫َّل‬ ‫َض‬ ‫ن‬ َ َ ‫َل ُل ِّبم‬ َّ ِّ‫َسِّبي‬
َ ۡ َ‫ن ٱ‬
‫ع‬
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (QS. an-Nahl [16] : 125)

Persis berupaya menggali sumber daya dan dana untuk


membangun lembaga-lembaga Pendidikan, tenaga
kependidikan, membuat manhaj Pendidikan, dan
mengoptimalkan potensi wakaf. Di bidang dakwah, Persis
berusaha membangun sarana ibadah, mempersiapkan dan

Doktrin Jamiyyah | 63
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

membina para da’i, membangun jaringan serta sarana dan


prasarana dakwah.

Persis berupaya terus melakukan gerakan mendidik,


khususnya bagi para anggota dan kaum muslimin pada
umumnya untuk menjadi hamba Allah yang mengamalkan
syariat Islam dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung
jawab, serta menjadi uswatun hasanah bagi keluarga dan
masyarakat, baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq, dan
muamalah. Dengan tujuan agar semuanya menjadi
ibadurrahman yang mempunyai karakteristik seperti yang
dilukiskan dalam firman Allah SWT :
‫َ‬ ‫و َ ُ ُ ‍ال ۡ ٱ‬
‫َٰ‬ ‫ُم‬
‫ب‬ ‫َط‬ ‫َخا‬ ‫اما َسل وإ َون َ‍ق ‍َٰ ِّهَ‍ل‍ج ل ُ‬
‫مح اُد ٱِّ ‍ب ذإإ‬ ‫َٰ‬ ‫َّ‬ ‫واَّن‍رِّ ض َ ۡۡل َل ٱ ُ‬
‫ّل ِّن ٱَۡ َّلر َع‍ َ‍و َ ِ َۡ‬ ‫‍ي ِّ‬ ‫ي‬
‫‍‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫َۡ‬ ‫ن‬ ‫شو‬
‫َ‬ ‫ه َ‬ ‫ۡ‬
‫َّ ٱ ما‬ ‫صف َع َّنا ع َّ َنا ٱبُ َ‍ون رُقو َ‬ ‫ّن ۡإ ۡ‬ ‫ن‬
‫ّل ََٰ ا َّ‬ ‫‍ن يي ِّ‬ ‫‍‬
‫ل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ۡ‬ ‫ِّ‬ ‫ِۖ‬ ‫َ‬ ‫ج‬
‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َب‬ ‫َذإ‬ ‫ِ‬
‫ُ ي َل‬ ‫َّ ٱ‬ ‫و ُِّ دإ و ّبمِّ‬
‫يۡ‬ ‫ّل َو ُرتو ۡق ََع ۡم َ و ُ‬ ‫‍ي ِّ‬ ‫ي‬
‫‍‬ ‫ن‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫ن‬ ‫و‬‫َ‬ ‫ُ‬
‫ت‬ ‫بي‬ ‫‍رَِّ‬ ‫َيقَُسَّ ا ِّۡ ِّ َ‬
‫‍س‬ ‫إو‬ ‫َّ ٱ‬ ‫ْ ‍وإ َ َٰٓإ َ ُ‍قوإ‬
‫ّل ََ ُم َقااما وا ۡ َت َق ۡرت ُم‍‬ ‫ِّس‍فُ ۡم‍ل َذ ٱن َ‍ف َِن إي ِّ‬
‫ء َٰٓ‍ا ما إ‬
‫َساَ‍ن ًِإ ََ َكن َغر‬ ‫َ َِّ‬
‫َل‬ ‫ُ ۡ َل ي وإ َخر‬ ‫إ َذَّإ َبا ِّ َّ َس ۡ‬
‫َّإ‬
‫َٰهًا ء ِ َّل ِّل‬ ‫‍‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫ت‬ ‫ق‬ ‫ٱ‬ ‫ن‬ ‫و‬‫َ‬ ‫فلن‬
‫َّ‬ ‫ٱ‬ ‫ِت‍ل‬
‫‍ن ب‍و‬ ‫َّ ٱ ما و‬ ‫َ َ‬
‫َ َّ َ َمحر َۡ َو َم َعذإ‬ ‫يَ َ‍ك‬ ‫ۡ‬
‫ذ‬
‫َ َ َٰ َ َ‬‫و‬ ‫ق‬ ‫َ‬ ‫ِل‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫إا‬ ‫عون َ َمع ٱن ل يي ِّ َ‬
‫ّل‬ ‫ۡ ُد َ‬
‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫ۡ‬
‫ۡف َمن‬ ‫ي ِّل َِل َيع ۡل ََٰذ َ‬ ‫ُب ي‍ل َٰ َ ۡعف َ ُل ٱ ُ َض َق َٱَثاما َ‬
‫يَ‬ ‫ُ‬ ‫لٱ‬ ‫ۡ َّل ِّبأ‬ ‫وَل ي‬
‫َٰ‬ ‫َك‬ ‫ِّ‬ ‫‍‬
‫ب‬
‫َٰٓ‬ ‫َ‬
‫َِّلل إ َّلل د ‍ئ‬ ‫ُ‬ ‫ِّ‬ ‫َُّ‬ ‫ٱ‬ ‫َُّ‬ ‫ۡيز ُن َو ْۚن َ َ ق ول‬
‫ِّ‬ ‫ح‬
‫ب و‬ ‫‍ا ص ن و َّ‬ ‫ِّل‬ ‫ُ‬
‫ِۦ‬ ‫ََإم َ ََءل َمن َت َ‬ ‫ول‍احا َ‍ف‍أ ََِّٰمع َل ََمع‍ َّل َ‬
‫ِّ‍و ِّم ۡ ٱ س‬ ‫ۡ ِّ ُ‬
‫إيهَ‍ي ُۡل فَ َةَٰ َيقِّ‍ل َ ِّ‬ ‫ُم َهاًَّن‬
‫ِّح‍ ا و ََُّّ‬ ‫ص‬ ‫ِّل‬ ‫ي‬
‫َُّنهۥ ِ‍احا َ‍ف‍ا ََِّٰمع َل َ ََ َمن َت َب و ‍ميا َّرلل‬
‫ُ‍فو ‍ن ٱ ۡ وح‬
‫‍سن‬ ‫غ ارإ َ َ‍ك َ ٖۗت ََٰ َ َ‬ ‫َ‍‬
‫تو ُب ٔ َِِِّّٔإتمَُ‬
‫ۡ‬
‫وإ مرإ‬ ‫َّ‬ ‫َّ ٱ ما و ِّروإ‬ ‫ذإ‬
‫ّل َإا َ ك هۡ ِّغو َمرلل ِّبأ هَذإ َ ِ َََ‬ ‫َِن إي ِّ‬
‫َل ٱ‬ ‫َّ ٱ‬ ‫َ‬
‫ِإ ُوإكِّ‬ ‫َّ‬
‫َّل ِّل‬ ‫ا‬‫ت‬‫َ‬ ‫م‬‫و‬‫َ‬ ‫ب‬ ‫ٗ‬
‫َا‬ ‫ّل‬
‫نٱي ِّ‬‫ُدو‬
‫َ‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ۡش‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫وزوره‍‍ل َن‬
‫َّ‬ ‫زون ٱََ‍ن ََِّّ َنا َه ۡب لبُ َ‍ونرُقو َ‬ ‫ّب ۡ‬ ‫ُذ َ ت‬
‫ّل‬ ‫‍‬
‫ل‬
‫‍ن يي ِّ‬ ‫َ‬ ‫‍ا م‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫ََٰ‬ ‫ِّ‬ ‫رِّ‬ ‫ر ِّجَ‍ن‍اۡم ل ِّ َ‬
‫‍لوإ‍ير‬ ‫ٱ َّن وۡ ‍ي‬
‫َاا َُمع‍ َ‍ا ۡوه َيا ُ ‍‬
‫ص‍ا َ َ‍‬
‫ع هَِّ ۡم‬

‫ُۡي‬ ‫ُۡ‍زو َ‬ ‫َٰٓ‬ ‫‍وإا‍ ِّةبم ۡ‬


‫ً‬ ‫َ‬
‫صُ‍ب َ َ‍ف ُۡغرل ۡ َنٱئِّ َك َُ‍ي َٰ ولماما ِٱَ َٰ‬ ‫بِّ ٔ َٔإي َ َو َ‬
‫‍ذ‬ ‫ِّ‬ ‫ٱ ۡي و‬ ‫إ ۡ ِّ ۡ‬
‫ۡج‍عل ََة ٱَ ُۡع ٖ َّ َنا ‍قُ‍رَٰت َّ رِّ ُ‍ي َ‬ ‫ُ َّتِّ‍ق‍م‍ل‍ َنا ل َ‍‬
‫ؤإ ‍ب‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫ِّ َ ِۖ ۡ َ‬ ‫‍ا‬
‫ُدع‍آََٰ ِّ ِب لُ ُك رِّ ب ُ ۡ َع‍ َ ُم َقااما‬ ‫‍قُلي ُُؤ كُۡول َ‍‬ ‫فهَ‍ي ۡو و َن َّ‬
‫ِّ ُلي خ َ‬ ‫ْۚ‬ ‫ح‬ ‫إو‬
‫‍سن ۡت ُم‍‍س َن ف‍ه َيا ِّ ِّ َٰ‍ا َ ًَٰم َ‬ ‫ُق ۡل َما يا ۡ َت َق َر ُ َ‬
‫‍ا‬
‫َسل‍ ة و‬
‫َ‬
‫ِّت َّ‬
‫يَ‬
‫َ‬ ‫َُُت‬ ‫ُ ن ل‍س‬
‫زَإ ُۢم اِّكوُ ََ ۡ َ‍وف يفۡ ‍ۡ َف َق ۡد ك ‪) .‬إلفرقان ‪َ ) ٧٧َّ-٦٣ :‬‬
‫ذب‬
‫‪Artinya : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu‬‬
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan; Dan orang yang melalui

Doktrin Jamiyyah | 64
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan


mereka; Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan
kami, jauhkan azab jahannam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang
kekal; Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk
tempat menetap dan tempat kediaman; Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian; Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya); (yakni) akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam
azab itu, dalam keadaan terhina; kecuali orang-orang
yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah
dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang; Dan orang orang
yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya; Dan orang orang yang
tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya; Dan orang-orang yang apabila
diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang
yang tuli dan buta; Dan orang orang yang berkata: "Ya
Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati

Doktrin Jamiyyah | 65
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang


yang bertakwa; Mereka itulah orang yang dibalasi
dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena
kesabaran mereka dan mereka disambut dengan
penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik
tempat menetap dan tempat kediaman; Katakanlah
(kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak
mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu.
(Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya),
padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya?
karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)”. (QS. al
Furqan [25] : 63-77)

1.6 Menghidupkan Kegiatan Syari’ah Ijtimaiyah

Dalam upaya menyebarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, Persis


berupaya untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan lainnya yang sejalan dengan tujuan jamiyyah
serta tidak menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Saw, baik di bidang sosial, ekonomi, politik,
maupun budaya.

Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Persis bukan sebatas


dakwah bil-lisan (ceramah, khutbah, diskusi, halaqah, seminar)
atau bil-kitabah (dengan tulisan melalui penerbitan baik
majalah, buku, kitab, brosur, buletin, dan sebagainya, tapi juga
melalui upaya perbaikan kondisi sosial-ekonomi, sosial
pendidikan, bahkan melalui jalur politik, yang dilakukan secara
simultan. Kemiskinan ekonomi dan rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat muslim, sering dieksploitasi oleh
musuh-musuh Islam untuk menyesatkan dan memurtadkan
mereka. Banyak produk hukum dan kebijakan penguasa yang

Doktrin Jamiyyah | 66
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

sangat merugikan kegiatan dakwah dan kepentingan kaum


muslimin, sehingga dakwah mesti dilakukan secara
bersamaan, baik melalui pendekatan kultural maupun

َّ ‫لرس‬
structural. Rasulullah
Saw bersabda:
‫َقا َ ُ وُ ل ِّهلال َص‍ل‬
‫َّلل‬
َُّ ‫َ إ‬
َ ِّ
َّ ِّ‫ُ يَ ُل ُُت ٱَع ب‬ َ‫ه‍ي‬
ِّ ‫ إو‬: َّ
‫ه‬, َِ َ ‫سَّ َل‬
‫)روإه ي َعل اُك َفَأن‬ َِّ‫د م ن ٱ‬
‫ن َإذ َك َا‬
‫َِل َذإ َ َكن َش مِّر ُد ن‬
ِّ َ ‫ك‬ ُُ َّ (‫إمحد‬ َ
َ‫م ن ٱ‬ ِ‫ف‬
.‫َ‍ن‍ي ِّ‍فِا‬ ‫ِّ ِّ‍م‍ر‬

Artinya : “Rasululah Saw bersabda : Apabila ada sesuatu dari


urusan dunia kamu, maka kamu lebih mengerti akan
dia; apabila ada sesuatu dari urusan agama kamu,
maka hendaklah kamu mengikutiku”. (HR. Ahmad)
1.7 Memperkaya Perpustakaan Islam

Persis berupaya untuk memperkaya perpustakaan Islam


dengan jalan mengadakan penerbitan-penerbitan sebagai
bagian dari kegiatan dakwah yang memiliki tujuan lebih
tersebarnya lagi pemahaman terhadap ajaran Islam secara
utuh, baik, dan benar. Selain itu, sumber-sumber bacaan ini
sebagai upaya untuk meyakinkan ummat akan wajibnya
Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah. Upaya ini
dimotivasi pula oleh
firman Allah SWT :
‫َ ۡ ٱ‬
‫ ۚ ْ )و‬١ ‫وق َّل‍ل ََٰٓن‬
َ
َ ‫طر‬ : ‫ )إل َّقل‬.‫ن‬
‫ي‬
ُِّ ‫َ َما‬ ُ ‫ۡس‬ ‫َو‬
Artinya : “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”. (QS.
al Qalam : 1)

***

Doktrin Jamiyyah | 67

5 PROFIL DAN AKTIVITAS

DEWAN HISBAH
PERSIS
5.1 Sejarah Dewan Hisbah
Persis yang sejak awal didirikan merupakan sebuah kelompok
tadarusan atau kelompok kajian dari orang-orang yang prihatin
tenrhadap kondisi aqidah, ibadah, dan akhlak ummat yang
tenggelam dalam berbagai perbuatan bid’ah, syirik, dan
munkarat lainnya. Dibawah pimpinan H. Zam-zam dan H.
Muhammad Yunus, Persis kemudian membentuk sebuah
jamiyyah dengan misi dan doktrin utama ar-Ruju ‘ila al-Qur’an
wa as-Sunnah, dan mengambil peran aktif dalam menunaikan
tugas tajdid dalam arti islahul Islam, I’adatul Islam ila ashliha,
dan ibanah. Keberadaan Dewan Hisbah yang sebelumnya
bernama Majelis Ulama Persis bisa disebut sebagai lanjutan
atau mata rantai dari kelompok tadarusan atau kelompok
kajian yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Majelis Ulama Persis secara resmi berdiri pasca Muktamar VI


di Bandung, 15-18 Desember 1956. Mengenai peran, fungsi
dan kedudukan Majelis Ulama Persatuan Islam dinyatakan
dalam Qanun Asasi Persatuan Islam tahun 1957 pada Bab V,
pasal 1 dan 2, sebagai berikut:
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Pasal 1:
- Persatuan Islam mempunyai Majelis Ulama yang bertugas
menyelidiki dan menetapkan hukum-hukum Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan Pusat
Pimpinan menyiarkannya.
- Majelis Ulama diangkat oleh Pimpinan Pusat buat selama
lamanya
- Sesuai dengan kedudukannya sebagai waratsatul Anbiya,
Majelis Ulama mempunyai hak veto (menolak dan
membatalkan)segala keputusan dan langkah yang diambil
dalam segala instansi organisasi Persatuan Islam.
- Cara bekerja Majelis Ulama diatur dalam Qaidah Majelis
Ulama.

Pasal 2:
- Segala keputusan dan atau ketetapan yang diambil oleh
Majelis Ulama dalam lapangan hukum agama wajib
dipatuhi oleh Pusat Pimpinan dan segenap anggota
Persatuan Islam.
- Instansi Majelis Ulama hanya diadakan oleh Pimpinan
Pusat.
- Cabang-cabang berhak mencalonkan ulama daerahnya
kepada Pusat Pimpinan untuk menjadi anggota Majelis
Ulama, disertai riwayat hidup ulama tersebut.
- Pusat Pimpinan berhak menolak calon yang diajukan itu.

Majelis Ulama Persis sering membantu Majelis Tarjih


Muhammadiyah pada Tahun 1953-1956. Anggota yang
tergabung dalem Majelis Ulama Persis tersebut antara lain KH.
M. Tamim (Bogor), A. Hassan (Bangil), KH. Abdul Qadir
Hassan (Bangil), KH. E. Abdurrahman (Bandung), KH.
Munawar Khalil (Semarang), KH. Hasby Ash-Shiddiqy, KH. I.
Sudibja (Bandung),

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 69


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

KH. E. Abdullah (Bandung), KH. Abdullah Ahmad (Jakarta),


KH. Junus Khadiri (Jakarta), KH. Abdurrafiq (Bandung), KH.
Ma’sum (Jogyakarya)Tahun 1956-1960, KH. Ahmad Mansyur
(Bandung), KH. Imam Ghazali (Jakarta), KH. Ma’sum
(Jogyakarya), KH. Munawar Khalil (Semarang), KH. Sa’id B.
Thalib (Pekalongan), KH. O. Qomaruddin Shaleh (Bandung),
KH. M. Ali Alhamidy (Jakarta), KH. Abdul Qadir Hassan
(Bangil), KH. E. Abdullah (Bandung).

Pada masa Persis dipimpin oleh KH.E. Abdurahman antara


tahun 1962 – 1983, Majelis Ulama Persis berubah menjadi
Dewan Hisbah, dengan ketuanya KH. Abdul Qadir Hassan
(putra dari A. Hassan-Bangil). Kepemimpinan KH.E.
Abdurrahman (1983) dihadapkan pada berbagai persoalan
internal organisasi maupun persoalan eksternal dengan
munculnya berbagai aliran keagamaan yang sesat dan
menyesatkan seperti Aliran Pembaharu Isa Bugis, Islam
Jama’ah, Darul Hadits, Inkarussunnah, Syi’ah, Ahmadiyah dan
lain-lain.

Dewan Hisbah karena tempat yang jauh (Bangil dan


Bandung), sementara permasalahan umat semakin marak,
maka KH. Abdul Qadir Hassan langsung menjawab
permasalahan dalam Majalah Al-Muslimun rubrik Gayung
Bersambut, sedangkan K.H.E. Abdurahman lewat Majalah
Risalah dalam rubrik Istifta yang dipimpinnya atau menjawab
secara langsung berbagai permasalahan umat di setiap
pengajian.

5.2 Metodologi Istinbathu al-Ahkam


Dalam upaya memelihara konsistensi pengambilan istinbath
ahkam, terhadap berbagai problematika keummatan,
terutama yang terkait dengan masalah-masalah ijtihadiyyah,
yang nash atau dalil yang sarih tidak ditemukan. Dewan

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 70


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Hisbah Persis menetapkan at-Thuruq atau metodologi, dengan


uraian sebagai berikut:
5.2.1 Ahkamus Syar’i
Ahkam adalah bentuk jamak dari hukmun atau hukum,
menurut bahasa hukum ialah:
‫إثبات َشء عِ ل َشء إو‬
‫نفيه عنه‬
Artinya : “Menetapkan sesuatu terhadap sesuatu atau
meniadakan sesuatu daripadanya”.

Ketetapan itu ada yang ditentukan oleh syar’i, akal, dan


ada yang oleh adat. Ketetapan yang diatur oleh syar’i
(Allah dan Rasul-Nya) disebut hukum syara. Jadi hukum
syara’ adalah keputusan dan ketetapan yang ditentukan
oleh syari kepada seluruh manusia mukallaf yang
bersifat tuntutan dan pilihan.

Maka hukum syara’ terbagi kepada lima bagian:

- Ijab, ialah tuntutan yang bersifat keras untuk dilakukan


dan perbuatannya disebut wajib
- Nadb, ialah tuntutan yang bersifat tidak keras dan
perbuatannya disebut mandub
- Tahrim, ialah tuntutan agar ditinggalkan dengan
tuntutan yang keras dan perbuatannya disebut haram -
Karahah, ialah tuntutan agar ditinggalkan dengan
tuntutan yang tidak keras dan perbuatannya disebut
makruh
- Ibahah, ialah yang sifatnya pilihan, tidak dilarang untuk
dilakukanm dan tidak salah bila ditinggalkan,
perbuatannya disebut Mubah, Halal, atau Jaiz

Maka dilihat dari Hukum Syara’ seluruh aspek kehidupan


manusia tidak ada yang terlepas dari hukum, baik itu

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 71


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

wajib, haram, dan yang lainnya. Maka para ulama


dituntut untuk memberi kepastian hukum dalam semua
perilaku hidup manusia, baik dalam hal-hal yang pernah
terjadi, ataupun yang tidak pernah terjadi di Zaman
Rasulullah Saw, seperti masalah donor darah, bayi
tabung, transplantasi, transsexual, klonning, dan
masala-masalah kontemporer lainnya.

5.2.2 Sumber Hukum


Tidak ada perselisihan di kalangan ulama bahwa sumber
hukum syara’ adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, setiap
muslim dituntut untuk menerima ketentuan-ketentuan 1.
al-Qu’ran
al-Qur’an dijelaskan dalam al-Waiz ialah wahyu yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Saw yang ditulis dalam Mushhaf dan diriwayatkan
sampai kepada kita dengan jalan yang muttawatir
tanpa ragu.

Telah kita yakini bahwa al-Qur’an itu Qathiyyul Wurud,


pasti dan meyakinkan periwatannya, karena sampai
kepada kita dengan jalan muttawatir yang memberi
arti ilmu yaqin, oleh karena itu kandungan hukumnya
pun pasti benar, hanya dilalahnya terhadap hukum
terkadang Qathiyyud-Dilalah dan terkadang
Dzanniyud-Dilalah.

Qathiyyud-Dilalah ialah apabila lafadz-lafadz nya tidak


memberi kemungkinan arti lain, tetapi hanya memberi
satu pengertian saja, seperti ayat:

ِّ ِّ ۡ
َّ ُُ ََٰ‫ اا مَْۡ ُنمِّحٖ د م‬: ‫ )إل‍‍نور‬...‫)ََئ ة َجُل ٱ َ ٖ ِۖة‬
٢ ‫ك ۡو ُِّجُلوإ أ‬
ِّ ‫ٱة و‬
َّ‫زِِّإن َ‍ف‍ل َُ َيَّزإن‍‍ل‬

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 72


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Dzanniyud-Dilalah ialah apabila lafadz-lafadznya


memberikan kemungkinan beberapa arti dan tidak
menunjukkan kepada satu pengertian saja, seperti
ayat:
ۡ َ ‫‍ر‬
‫‍قُ َٰ َّن َثلَّص َن ِّ َبأ ُنف‬
ۡ‫ط‬
‫ُم‍ل َٱ‬
َ‫ُْۚوءثة‬: ‫ )إل‍‍بقرة‬... ‫ ) َٰ و ُت َق َّل‬٢٢٨َ ‫َ ِّس َِّهر َتبي‬
ٖ َٰٓ
Dari kedua ayat diatas terdapat dua ayat dengan
lafadz yang memiliki arti pasti dan lafadz yang
memiliki arti lain, seperti contoh dari ayat dengan


lafadz
Dzanniyud-Dilalah yaitu kata
‫ٖو َُْٰٓۚء‬ terdapat

yang” ‫قُر‬
dalam surat al-Baqarah ayat 228, kata tersebut dalam
ayat ini dapat diartikan dengan makna suci dan dapat
pula dimaknai haid, dan dalam kasus ini
dimungkinkan timbulnya perbedaan pendapat, karena
diperlukan qarinah-qarinah yang menguatkan salah
satu artinya. Berbeda dengan ayat yang memiliki
lafadz Qathiyyud
Dilalah yang secara makna tidak akan menimbulkan
perbedaan.

2. as-Sunnah
as-Sunnah adalah apa-apa yang datang dari Nabi
Saw selain al-Qur’an, baik ucapannya, perbuatannya,
dan sikap diamnya (taqrir).
Para ulama telah sepakat bahwa as-Sunnah dapat
dijadikan sebagai hujjah dalam menentukan hukum,
as-Sunnah dapat berfungsi seperti al-Qur’an dalam
menentukan hukum halal atau haram, wajib atau
sunnah, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:

ْۚ ‫ُُك ٱ َىء‬ ‫‍أ ‍ى‬ ۡ َ


... َ َ ‫إت‬ ُ
ٰ ‫ه ولر‬ ُ‫ذو‬ ُ
‫خ‬ ُ ‫ف‬
َ ‫ل‬ ُ‫سو‬ُ َّ َ

‫ن‬ َ ِ ‫َما‬ َٰ َ

‫ف‬ ‫ه‬ ُ
‫ن‬ ۡ
‫َع‬ ‫ُك‬ ُ ‫نُ‍ت‍وإ‬
َٰٓ
٧ : ‫و )إح َلش‬...‫َ)ما‬

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 73


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Artinya : “… Apa yang diberikan Rasul kepadamu,


maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah...”. (QS.
Al-Hasyr [59] : 7)

Rasulullah Saw bersabda : َ


‫ل قال رسول هلال صل هلال عليه‬
َ
‫ ِٱِّإ‬:‫وسَّل‬
ُ ‫وتي‬
َُِّ ‫اب َول مث‬
‫َ َمعُه‬. ِّ ‫ن‬ ‫ِّ ُت‬
‫كٱ‬
َ ‫إل‬
‫ت‬
)‫(إبو دإود‬
Artinya : “Rasulullah Saw bersabda: “Ketahuilah
sesungguhnya aku telah diberi (oleh Allah) al
kitab (al-Qur’an) dan semisalnya (as-Sunnah)
bersamanya”. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan at
Thabrani dari al-Miqdam bin Ma’dikarib).
Kedudukan as-Sunnah dalam Tasyri Islam memiliki
hubungan dengan al-Qur’an dimana dari segi
kandungannya memiliki tiga macam hubungan,
diantaranya:
- as-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang
telah ada dalam al-Qur’an, maka hukum tersebut
berarti mempunyai dua dasar hukum, yaitu al
Qur’an sebagai penetap atau penentu hukum,
sementara as-Sunnah sebagai penguat dan
pendukungnya, seperti : perintah mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, larangan syirik,
memakan riba, dan sebagainya.
- as-Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan pengikat
terhadap ayat-ayat yang masih mujmal, ‘am, atau
Mutlaq. Ayat-ayat al-Qur’an yang belum jelas
petunjuk pelaksanaannya kapan dan bagaimana,
dijelaskan dan dijabarkan dalam as-Sunnah,
seperti perintah shalat dalam al-Qur’an dijabarkan
dalam sabda Nabi Saw:

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 74


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

َ‫ي‬
ُِِّ‫ُنتمٱ َ َ ََك روإه‬
ِّ ِ َ (‫ )روإه إلبخاري و مسَّل‬. ُ ‫ٱ‬
‫صل َصل‬
Artinya : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari
628/7246 dan Muslim 1533)

Sementara itu, perintah Haji dijelaskan dengan


sabdanya:

ِّ ِّ َ َ
َ ‫ ن ل ٱَٱَعِّل ل َعد َحَّ ِّ ِجت َه‍ذهُحَّ ج ب‬. َ
َ ‫َفا‬
ِِّ ‫ن ل ُخ ٱَ ِّدرى‬
‫ُذوإ‬
‫)روإه‬
‫َعَِّ ن َم َنا‬ ‫(مسَّل‬
‫ِّسكَ ُ ُك‬
Artinya : “Ambillah dariku manasik-manasik kalian,
karena sesungguhnya aku tidak
mengetahui, mungkin saja aku tidak
berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim)

- as-Sunnah berfungsi untuk menetapkan hukum


atau syariat yang tidak ditegaskan dalam al-Qur’an,
seperti syariat tentang Aqiqah dan mengurus
jenazah yang ditetapkan berdasarkan sunnah.
Namun, untuk kedudukan sunnah ini, ada
kelompok yang tidak mau menerimanya, yaitu
kelompok inkaarus-sunnah.

Selain memiliki hujjah dan kedudukan, as-Sunnah pun


dapat diklasifikasikan dari segi bagaimana as-Sunnah
itu datang kepada kita. as-Sunnah yang ditinjau dari
segi banyaknya jalan periwayatan dan
penyandarannya dibagi menjadi dua sumber, yaitu

- Muttawatir merupakan hadits yang diriwayatkan


oleh banyak orang, dan mustahil mereka
bersepakat untuk berdusta, diterima dari banyak
orang sampai periwayatannya kepada Nabi

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 75


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

Muhammad Saw melalui penglihatan atau


pendengarannya langsung.
- Ahad merupakan hadits yang diriwayatkan oleh
beberapa orang serta terbatas dibawah jumlah
Muttawatir.

Berdasarkan data tersebut, maka hadits-pun


diklasifikasikan menjadi Qath’iyyul Wuru dan
Dzaniyyul Wuru. Klasifikasi tersebut akan menjadikan
peninjauan hadits dari segi sampainya ke tangan kita,
ada yang Qath’iyyul Wuru dan Dzaniyyul Wuru, maka
dilalahnya kepada hukum seperti al-Qur’an, ada yang
qath’i (pasti) apabila lafadznya tidak mengandung
beberapa makna, seperti hadits Rasulullah Saw:

ِ ‫ف َخس من إإلبل‬
‫شاة‬
Ada juga hadits Dzaniyyul Wuru, bila lafadznya
mengandung beberapa makna, seperti:

‫لصَّلة اال بفاَتة إلكتاب‬


Hadits seperti diatas masih memungkinkan adanya
ta’wil, sehingga ada yang memahami tidak sah ini
menurut pendapat jumhur ulama, dan ada juga yang
memahami tidak sempurna, seperti pendapat
Hanafiyyah.

5.3 Metode Istinbat Hukum


Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa nash al-Qur’an
dan as-Sunnah itu berbahasa Arab, untuk menghasilkan
pemahaman yang benar dari nash-nash itu tentunya harus
memperhatikan ushlub-ushlubnya, cara-cara yang ditunjukan

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 76


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

oleh nash itu dan makna lafadznya, baik leksikal maupun


struktural.
Oleh karena itu, para ulama ushul fiqih telah berupaya
menganalisa ushlub-ushlub bahasa Arab, disamping ungkapan
dan pembendaharaan katanya. Kemudian hasil Analisa dan
kaidah bahasa yang telah ditetapkan itu menjadi landasan
untuk mencapai pemahaman yang benar dari nash-nash
Syar’i. Oleh karena itu, cara istinbath harus dilandasi dengan
pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa, maksud-maksud
syar’i secara menyeluruh, cara-cara menuntaskan dalil-dalil
yang Nampak bertentangan, bagaimana men-tarjih, juga
tentang nasikh-mansukh, dan sebagainya.

Dengan dasar tersebut, maka ada beberapa hal penting yang


harus diperhatikan, yaitu:

1. Qaidah Ushuliyyah (Pokok Bahasa)


Qaidah-qaidah ini berhubungan dengan lafadz nash yang
ditinjau dari segi faidahnya untuk beberapa makna, dan
untuk menguasai faidah-faidah ini, mesti difahami terlebih
dahulu pembagian lafadz yang dinisbatkan kepada makna:
- Pembagian lafadz ditinjau dari makna yang diciptakan
untuknya mencakup khas, ‘am, dan musytarak. Dan
yang kha itu termasuk muthlaq, muqayyad, amar, dan
nahyi.
- Pembagian lafadz dari segi pemakaian arti, yang terbagi
pada hakikat, majaz, sharih, dan kinayah.
- Pembagian lafadz dari segi terang dan samarnya makna,
yang terbagi kepada dzahir, nash, mufassir, khafi,
mujmal, musykil, dan mutasyabih.
- Pembagian lafadz ditinjau dari cara memahami makna,
baik yang tersurat maupun tersirat. Dalam hal ini ahli
ushul fiqih membagi kepada empat cara, yakni Dalalatul
‘Ibarah, Dalalatul Isyarah, Dalalatul Dalalah, dan
Dalalatul

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 77


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong
Iqtido. (untuk lebih jelasnya, pembahasan yang terkait
dengan qaidah-qaidah lughgawiyyah, pembagiannya,
dan contoh-contohnya bisa dilihat dalam kitab-kitab
Ushul Fiqih)

2. Tujuan Umum Perundang-undangan Islam


Mengetahui tujuan-tujuan syariat yang umum adalah salah
satu hal yang sangat penting untuk dapat memahami nash
nash dengan benar, juga untuk dapat meng-istinbath hukum
dari dalil-dalil dengan cara yang dapat diterima. Seorang
mujtahid tidak cukup hanya mengetahui dalalah lafadz
untuk satu makna saja dan harus mengetahui rahasia
perundang-undangan dan tujuan umumnya sesuai dengan
tujuan pembuat syara dalam menetapkan hukum yang
berbeda-beda.

Tujuan umum pembuatan undang-undang itu adalah untuk


merealisasikan kemaslahatan dan menolak kemadlaratan
bagi manusia. Kemaslahatan manusia dalam kehidupannya
terdiri dari al-Umurd Dlaruriyyah, al-Umuru Hajiyah, al
Umuru Tahsiniyah, apabila tiga persoalan tersebut telah
ditempuh, maka terwujudlah hakikat kemaslahatan umat
manusia.

- al-Umurd Dlaruriyyah, dalam hal yang menjadi sendi


eksistensi kehidupan manusia yang harus ada demi
kemaslahatan mereka, dan apabila sendi-sendi itu tidak
ada, maka kehidupan mereka akan menjadi kacau,
kemaslahatan tidak menjelma, dan akan tersiar di tengah
tengah mereka kehinaan dan kerusakan. al-Umurd
Dlaruriyyah bagi manusia dengan makna ini terdiri dari
urusan Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, dan Harta.
Dengan urusan ini akan menjamin eksistensi dan
pemeliharaan
Profil Tokoh-Tokoh Persis | 78
Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

sebuah hukum seperti diwajibkannya beriman kepada


Allah SWT, diwajibkannya shalat, shaum, zakat, dan
kewajiban lainnya.

- al-Umuru Hajiyah, ialah hal-hal yang sangat dibutuhkan


oleh manusia untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan
dan menolak halangan-halangan, dan apabila hal-hal
tersebut tidak ada, maka tidak sampai menjadikan aturan
hidup manusia berantakan atau kacau, melainkan hanya
membawa kesulitan-kesulitan saja. Pada prinsipnya al
Umuru Hajiyah ini adalah untuk menghilangkan
kesulitan-kesulitan manusia dalam syariat Islam,
misalnya syariat rukhshah seperti bolehnya berbuka
shaum bagi yang sakit atau musyafir, bolehnya shalat
sambal duduk bagi yang sakit, dan sebagainya.
Sebagaimana firman
Allah SWT :
‫دٱ‬
‫بَل‬ ِّ ُ ۡ ‫)إلبقرة‬ ... ‫ي‬... ُ ُ ‫ِّري‬
ُ ُ ‫ع ۡ َْس‍ل ُُك ٱري ُ ِّد‬
١٨٥ :)
ََُّّ ُ ۡ ‫ي‬
‫َ‍ ُي ۡ َْس ول ُُك ٱلل ِّب‬
Artinya : “… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu...”. (QS.
al Baqarah [2] : 185)

- al-Umuru Tahsiniyah, ialah tindakan dan sifat yang harus


dijauhi dan mesti dihayati dengan kepribadian yang kuat.
Apabila hal tersebut tidak dipenuhi, tidak akan
mengakibatkan aturan manusia rusak dan tidak
membawa kesulitan bagi manusia, hanya dianggap
kurang harmonis oleh pertimbangan moral, akhlaq
terpuji, dan hati Nurani. Berkaitan dengan masalah ini,
dalam Islam disyariatkan ibadah-ibadah sunnat dalam
hal shalat, shaum, shadaqah, atau makan dengan
tangan kanan, dan sebagainya.

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 79


Kejamiyyahan Kelas XI MA Persis Tarogong

3. Menyelesaikan Nash-Nash yang Nampak Bertentangan


Dalam menentukan suatu hukum merupakan suatu
kenyataan jika akan timbulnya aneka ragam pendapat dan
pengamalan di kalangan ummat, berbeda fatwa dikalangan
ulama. Hal ini bukan berarti agama yang tidak sempurna
atau karena pentujuk yang tidak cukup, tetapi akibat dari
pemahaman dan persepsi yang berbeda disamping latar
belakang dan motivasi yang tidak sama.
Perbedaan pendapat pendapat dikalangan ummat tentunya
bukan untuk diabadikan dan dilestarikan, apalagi untuk
diwariskan, melainkan untuk diselesaikan. Allah SWT
berfirman:

َ ‫َش ُُعت‬ ‫ٱ َل ٱ ه إه‬


َّ ‫)إلنساء‬
ُ ... ‫س َفا وِّ للر َوَّ َّل ِّل ِدوُ ُٖء ف ِرِّ ف َ َۡ ۡ َٰۡ‍ن تن‬
َ َ
٥٩ : )
...
ِ
Artinya : “…Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al
Qur’an)”. (QS. an-Nisaa [4] : 59)

Para ulama telah membuat berbagai rumusan untuk


menyelesaikan dalil-dalil yang Nampak bertentangan,
diantaranya :
- Thariqatul Jam’i, ialah dengan cara menggabungkan dua
dalil yang nampak bertentangan, keduanya dapat dipakai
dan diamalkan. Selain itu, Thariqatul Jam’i juga bisa
menggabungkan dua dalil yang sama-sama shahih, akan
tetapi jika terdapat dalil yang satu shahih dan yang lainnya
dhaif, maka tidak digunakan Thariqatul Jam’I, tetapi diambil
yang shahih dan yang dhaif ditinggalkan.
- Thariqatul Tarjih, ialah dengan cara mengambil yang lebih
kuat dari dua dalil yang sama-sama shahih, misalnya
bila diantara hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam
Muslim bertentangan, maka diambil yang Imam Bukhari,

Profil Tokoh-Tokoh Persis | 80

Anda mungkin juga menyukai