I. PENDAHULUAN
Sederhana adalah kata sifat yang bermakna “bersahaja” atau “tidak
berlebih-lebihan”. Orang yang hidup sederhana adalah orang yang hidup dengan
bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Ketika kekurangan, orang yang sederhana
tidak akan menghalalkan segala cara, termasuk menyusahkan dirinya, untuk
memperoleh harta agar dihormati oleh orang lain. Begitu pula, ketika mempunyai
harta lebih, orang sederhana tidak akan tergoda untuk bermewah-mewahan,
menumpuk hartanya di rumah sendiri, tidak pula memanjakan diri dengan segala
fasilitas serba lux.
Kesederhanaan adalah kisah langka di era modern. Buktinya, banyak dari
kita yang selalu merasa “tidak cukup”, meski hidup sudah tercukupi. Bahkan
karena tidak bisanya hidup sederhana, ada orang yang sedang dihukum pun nekad
membawa kemewahan ke dalam penjara. Mungkin baginya, tidak sah hidup di
zaman kini tanpa melekatkan berbagai atribut kemewahan dalam dirinya.
Menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang
bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa
Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni
bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada
Allah SWT perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita
berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya
infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal
saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal
positif lainnya akan terkena pahala yang sama
II. PEMBAHASAN
A. QS. Al-Maun Ayat 1-7
(1). tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(2). Itulah orang yang
menghardik anak yatim, (3). dan tidak menganjurkan memberi Makan orang
miskin.(4). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (5). (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya, (6). orang-orang yang berbuat riya, (7). dan
enggan (menolong dengan) barang berguna..
B. Mufradat
C. Tafsir Ayat
d. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari salatnya. (Al-Ma'un: 4-5). Makna yang dimaksud ialah orang-
orang munafik yang mengerjakan salatnya terang-terangan, sedangkan
dalam kesendiriannya mereka tidak salat. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya: bagi orang-orang yang salat. (Al-Ma'un: 4) Yaitu mereka
yang sudah berkewajiban mengerjakan salat dan menetapinya, kemudian
mereka melalaikannya. yang lalai dari salatnya. (Al-Ma'un: 5) Dan tidak
disebutkan "yang lalai dalam salatnya". Adakalanya pula karena tidak
menunaikannya di awal waktunya, melainkan menangguhkannya sampai
akhir waktunya secara terus-menerus atau sebagian besar kebiasaannya.
D. Kandungan Ayat
Ayat 1 dan 2: maksudnya adalah orang yang membenci anak yatim
termasuk oarang yang mendustakan agama, walaupun dia beribadah. Karena itu
rasa benci, sombong tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang mengaku
beragama
Ayat 3: dia tidak mau menggalakkan/ mendorong orang supaya memberi
makan orang miskin. Dilahapnya sendiri saja, dengan tidak memikirkan orang
miskin. Atau tidak dididiknya anak istrinya supaya menyediakan makaanan bagi
orang miskin jika mereka datang meminta makanan. Orang seperti itupun
termasuk orang yang mendustakan agama. Karena dia mengaku menyembah
Allah padahal hamba Allah tidak diberinya pertolongan dan tidak dipedulikannya.
Ayat 4 dan 5: dia telah melakukan salat tetapi salat itu hanya membawa
celaka saja karena tidak dikerjakan dengan ikhlas. Tidak timbul dari kesadarnnya,
bahwa seorang manusia sudah mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada
Allah salah satunya adalah kewajiban menunaikan salat 5 waktu.
Ayat 6: termasuk sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah riya.
Walaupun dia beramal, kadang-kadang dia bermuka manis kepada anak yatim,
kadang memberi makan orang miskin, kadang dia kelihatan khusuk pada salatnya
tetapi semua itu dikerjakan karena riya. Yaitu karena ingin dilihat dan dipuji oleh
orang lain maka hidupnya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan sehingga
tidak mendapat ridha Allah.
Ayat 7: orang yang mendustakan agama selalu menahan bahkan
menghalang-halangi orang lain yang akan menolong sesama. Rasa cinta tidak ada
dalam orang yang mendustakan agama. Yang ada hanyalah rasa benci, hatinya
terlalu suka kepada benda yang fana. Insaf dan adil tak ada dalam hatinya. Dia
menyangka begitulh hidup yang baik padahal itulah yang akan membawanya
celaka.
III. GAMBAR
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang dianggap telah menjalankan
perintah Allah dengan sempurna apabila telah memenuhi dua syarat berikut:
1. Ikhlas melakukannya karena Allah
2. Merasakan kebutuhan yang dirasakan orang-orang lemah dan bersedia
membantu mereka
Dengan demikian, semakin jelas bahwa agama Islam menuntut kebersihan
jiwa, kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan kerjasama antara sesama
makhluk Allah. Karena tanpa itu semua, mereka yang shalat pun akan dinilai
sebagai orang yang telah mendustakan agama dan mengingkari hari kebangkitan.
B. Saran
Kami dari Kelompok menyadari bahwa masih kurang sempurnya makalah
yang kami sajikan ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk memperbaiki dan kesempurnaan dari makalah kami ini.