Anda di halaman 1dari 13

AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

PENGERTIAN
‫األمر بالمعروف والنهي عن المنكر‬, al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahy ʿani-l-munkar)
perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah.
al-ma’rûf adalah segala hal yang dianggap baik oleh syari’at, diperintah melakukannya.
Sedangkan al-munkar adalah segala yang dilarang oleh syari’at atau segala yang menyalahi
syari’at.

ِ ‫َم ْن َرأَى ِمنْك ُْم ُمنْك ًَرا َفل ْيُ َغي ّ ِْر ُه بِيَ ِ ّد ِه َف ِإ ْن ل َْم يَ ْستَ ِط ْع َف ِبلِ َسا ِن ِه َو َم ْن ل َْم يَ ْستَ ِط ْع َف ِبقَلْب ِِه َو َذلِ َك أ َ ْض َع ُفال ْ ِإي ْ َم‬
‫ان‬
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan
tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang yang tidak mampu _dengan lisannya , jika tidak
mampu maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
 
َ ُ ‫خ ْي ًرا ل َّ ُه ْم ِّمن ْ ُه ُم ال ُْمؤْ ِمن‬
‫ون‬ َ ‫ان‬ ِ َ‫ام َن أ َ ْه ُل ال ْ ِكت‬
َ َ ‫ابلَك‬ َ ‫هلل َول َْو َء‬
ِ ‫ون ِبا‬ َ ُ ‫وف َوتَن ْ َه ْو َن َع ِن ال ُْمنك َ ِر َوتُؤْ ِمن‬ ِ ‫ون ِبال َْم ْع ُر‬ َ ‫ت لِلن ّ َِاستَأ ْ ُم ُر‬ ْ ‫خ ِر َج‬ ْ ُ ‫خ ْي َر أ ُ َّم ٍة أ‬
َ ‫ُكنتُ ْم‬
‫ون‬
َ ُ‫اسق‬ َ
ِ َ‫َوأ ْكث ََر ُه ُم الْف‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik“. [Ali Imron :110]
HUKUM AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah SWT
kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an dan As-
Sunnah serta Ijma’ para Ulama.
Dalil :
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ ‫ع ِن ال ُْمنكَ ِر َوأ ُ ْوالَئِ َك ُه ُم ال ُْمفْل ِ ُح‬


‫ون‬ َ ‫خ ْي ِر َويَأ ْ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبال َْم ْع ُر‬
َ ‫وف َويَن ْ َه ْو َن‬ َ ‫َولْتَكُن ِّمنك ُ ْم أ ُ َّم ُة يَ ْد ُع‬
َ ْ ‫ون ِإل َى ال‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].
Sabda Rasulullah SAW :

‫ان‬ َ ‫َم ْن َرأَى ِمنْك ُ ْم ُمنْك َ ًرا َفل ُْي َغيِّ ْر ُه ِب َي ِد ِه َفإِ ْن ل َْم يَ ْستَ ِط ْع َف ِبل ِ َسا ِن ِه َفإِ ْن ل َْم يَ ْستَ ِط ْع َف ِبقَل ْ ِب ِه َو َذل ِ َك أ َ ْض َع ُفا ِإل‬
ِ ‫يم‬

Asy-Syaukaniy berkata, Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta
rukun syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak
kejayaannya.
DERAJAT KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam,
Para ulama berselisih tentang hal ini.
Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut adalah fardhu ‘Ain. Ini
merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir, Az Zujaaj,
Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syar’i, diantaranya:
Firman Allah :
‫ع ِن ال ُْمنك َ ِر َوأ ُ ْوالَئِ َك ُه ُم‬ َ ‫خيْ ِر َويَأ ْ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبال َْم ْع ُر‬
َ ‫وف َويَن ْ َه ْو َن‬ َ ْ ‫ون ِإل َى ال‬
َ ‫ع‬ُ ‫َولْتَكُن ِّمنك ُ ْم أ ُ َّم ُة يَ ْد‬
َ ‫ال ُْمفْلِ ُح‬
‫ون‬
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. [Ali
Imran:104]
Mereka mengatakan bahwa kata‫ ِم ْن‬dalam ayat ‫ ِمنْك ُ ْم‬untuk penjelas dan
bukan untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian
semua umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir ayat yaitu:
‫ َ أوُـ ْو ِالَئـك ُه ُم الُـْمفْلِ ُحـ َون‬Menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka
yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan mencapai keberuntungan
tersebut hukumnya fardhu ‘ain.
Sedangkan pendapat kedua memandang amar ma’ruf nahi
mungkar fardhu kifayah.
Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang
menyatakan secara tegas adalah Abu Bakr Al-Jashash , Al-
Mawardiy, Abu Ya’la Al-Hambaliy, Al Ghozaliy, Ibnul Arabi, Al
Qurthubiy , Ibnu Qudamah, An-Nawawiy , Ibnu Taimiyah , Asy-
Syathibiy dan Asy-Syaukaniy.
Mereka berhujjah dengan dalil firman Allah :

‫ع ِن ال ُْمنك َ ِر‬
َ ‫وف َويَن ْ َه ْو َن‬ َ ‫ون إِل َى ال َْخيْ ِر َويَأ ْ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبال َْم ْع ُر‬ َ ‫ع‬ُ ‫َولْتَكُن ِّمنك ُ ْم أ ُ َّم ُة يَ ْد‬
َ ‫َوأ ُ ْوالَئِ َك ُه ُم ال ُْمفْل ِ ُح‬
‫ون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang
beruntung“. [Ali Imran:104]
Mereka mengatakan bahwa kata‫ ِم ْن‬dalam ayat ‫ ِمنْك ُْم‬untuk
menunjukkan sebagian. Sehingga menunjukkan hukumnya
fardhu kifayah.
Keutamaan Amar Ma’rûf Nahi Munkar
1. Termasuk kewajiban paling penting dalam Islam.
2. Sebagai sebab keutuhan, keselamatan dan kebaikan bagi
masyarakat.
3. Menghidupkan hati.
4. Sebagai faktor yang bisa mengundang pertolongan, kemuliaan
dan kekuasaan di bumi.
5. Amar ma’rûf nahi munkar termasuk shadaqah.
6. Menolak marabahaya.
7. Orang yang mencegah dari perbuatan mungkar akan
diselamatkan oleh Allâh SWT.
8. Amar ma’rûf nahi mungkar termasuk sifat-sifat orang mukmin
yang shalih.
9. Amar ma’rûf nahi munkar adalah jihad yang paling utama.
10.Amar ma’rûf nahi munkar termasuk sebab dosa diampuni.
11.Amar ma’rûf nahi munkar adalah perkataan yang paling baik
dan seutama-utama amal.
Kaidah-kaidah Amar Ma’rûf Nahi Munkar
1. Syari’at adalah pokok dalam menetapkan amar ma’rûf nahi munkar
Sesungguhnya yang menjadi timbangan dan tolok ukur dalam
menentukan sesuatu itu ma’rûf atau munkar adalah Kitâbullâh dan
Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang menjadi
kesepakatan Salafush Shalih, dan bukan perkara-perkara yang menyelisihi
syari’at namun dianggap baik oleh manusia.

2. Memiliki ilmu dan bashirah tentang hakikatamar ma’rûf nahi munkar


Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz rahimahullah berkata kepada para da’i yang
mengajak manusia ke jalan Allâh dan pelaku amar ma’rûf nahi munkar,
“Hendaklah engkau berada di atas bayyinah dalam dakwahmu,
maksudnya berada di atas ilmu. Jangan engkau menjadi orang yang tidak
tahu terhadap apa yang engkau dakwahkan:
3. Mendahulukan yang paling penting sebelum yang penting.
Sesungguhnya memulai dengan perkara yang paling penting kemudian
yang penting merupakan kaidah yang harus ada dalam melaksanakan
kewajiban amar ma’rûf nahi munkar. Yaitu hendaklah pelaku amar ma’rûf
nahi munkar memulai dengan memperbaiki yang ushûl (pokok-pokok)
‘aqidah. Jadi, pertama kali ia menyuruh untuk mengikhlaskan ibadah
hanya kepada Allâh Azza wa Jalla semata dan melarang perbuatan syirik,
bid’ah, dan khurafat; Kemudian ia menyuruh untuk mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat; kemudian menyuruh untuk melakukan kewajiban-
kewajiban lainnya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan haram,
kemudian menyuruh untuk melaksanakan sunnah-sunnah dan
meninggalkan perkara-perkara yang dimakruhkan.

4. Memikirkan dan menimbang antara maslahat dan mafsadat


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata menjelaskan kaidah
ini, “Amar ma’rûf tidak boleh menghilangkan kema’rufan lebih banyak,
atau mendatangkan kemungkaran yang lebih besar. Nahi munkar tidak
boleh mendatangkan kemungkaran yang lebih besar atau menghilangkan
kema’rufan yang lebih kuat daripadanya.
KESIMPULAN
Syari’at Islam dibangun di atas kaidah mendatangkan maslahat
(kebaikan) dan menyempurnakannya serta mencegah mafsadat
(kerusakan) dan menghilangkan atau meminimalisirnya. Oleh
karena itu, diantara kaidah penting dalam amar ma’rûf nahi
munkar ialah memperkirakan maslahat sehingga disyaratkan
dalam amar ma’rûf nahi munkar agar tidak menimbulkan
mafsadat yang lebih besar dari kemungkaran atau yang
sepertinya. Apabila mengingkari kemungkaran menimbulkan
kemungkaran yang lebih besar maka kewajiban mengingkari
kemungkaran itu menjadi gugur bahkan tidak boleh dilakukan.
DAKWAH DALAM ISLAM
Pengertian
Dakwah ( ‫ دـعوة‬, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru,
mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai
dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan
masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan,
seruan atau ajakan.
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara dan tuntunan untuk
menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau
melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu.
Orang yang menyampaikan dakwah disebut "da'i" sedangkan yang menjadi
objek dakwah disebut "mad'u“
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya,
keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa
pada saat itu.
Tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap
pribadi muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban
tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap
sebagai penyambung tugas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassallam untuk menyampaikan dakwah.
.
َ ُ ‫ع ِن ال ُْمنك َِر َوتُ ْؤ ِمن‬
‫ون‬ َ ‫ت لِلن ّ َِاستَأ ْ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبال َْم ْع ُر‬
َ ‫وف َوتَن ْ َه ْو َن‬ ْ ُ ‫ك ُنتُ ْم َخيْ َر أ ُ َّم ٍة أ‬
ْ ‫خ ِر َج‬
١١٠﴿ … ‫ـه‬ ِ َّ ‫﴾ ِبالل‬
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS: Ali Imron 110)
Di dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memerintahkan setiap
muslim untuk menghilangkan kemungkaran sesuai dengan kemampuannya;
َ َ
‫ان‬ِ ‫ْإيم‬َ ‫ َو َذلِ َك أ ْض َع ُفال‬, ‫ َف ِإ ْن ل َْم ي َ ْس َت ِط ْع َف ِب َقل ْ ِب ِه‬،‫ َف ِإ ْن ل َْم يَ ْستَ ِط ْع َف ِبلِ َسا ِن ِه‬, ‫َم ْن َرأى ِمنْك ُْم ُمنْك ًَرا َفل ْيُ َغ ِيّ ْر ُه ِبيَ ِد ِه‬
“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah
dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak
bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR.
Muslim).
urgensi dakwah dalam Islam. Bahwa dakwah merupakan kewajiban seorang muslimin
dan muslimat dan tak ubahnya dengan kewajiban-kewajiban lain. Rasulullah SAW
dalam haditsnya pernah bersabda:
‫ﻠﻬﺎ‬َ ‫ﻼﻫﺎ َﻭﺑَ ْﻌ ُﻀ ُﻬﻢ ﺃ َ ْﺳ َﻔ‬ َ ‫ﻋ‬ ْ َ ‫ﻌﻀﻬﻢ ﺃ‬ ُ َ‫ﺎﺏﺑ‬ُ ‫ﺄﺻ‬ َ ‫ﻋﻠﻰ َﺳ ِﻔﻴﻨَﺔٍ َﻓ‬ َ ‫َﻤﺜﻞ َﻗﻮﻡ ﺍﺷ َﺘ َﻬ ُّﻤﻮﺍ‬ ِ ‫ﺍﻟﺮﺍ ِﻗﻊ ِﻓﻴﻬﺎ ﻛ‬ َ ‫ﻋﻠﻰ ُﺣ ُﺪﻭ ِﺩ ﺍﻟﻠﻪ َﻭ‬ َ ‫َﻣﺜَ ُﻞﺍﻟ َﻘﺎ ِﺋﻢ‬
‫ َﻓﻘَﺎﻟ ُْﻮﺍ ﻟ َْﻮ ﺃَﻧﺎ َﺧ َﺮ ْﻗﻨَﺎ ﻓﻲ ﻧ َ ِﺼﻴْ ِﺒﻨَﺎ َﺧ ْﺮﻗًﺎ َﻭﻟ َﻢ ﻧ ُ ْﺆ ِﺫ َﻣ ْﻦ‬،‫ﻗﻬ ْﻢ‬ ُ ‫ﻋﻠﻰ َﻣ ْﻦ َﻓ ْﻮ‬ َ ‫ﻣﺮ ْﻭﺍ‬ُّ ‫ﺍﺳﺘَﻘُ ْﻮﺍ ِﻣﻦ ﺍْﻟﻤﺎ َ ِﺀ‬ َ
ْ ‫ﻳﻦ ﻓﻲ ﺃ ْﺳﻔَﻠِ َﻬﺎ ﺍِ َﺫﺍ‬ َ ‫ﻜﺎﻥ ﺍﻟ َّ ِﺬ‬
َ ‫َﻓ‬
‫ﺠ ْﻮﺍ َﺟ ِﻤﻴْ ًﻌﺎ‬ ُّ َ ‫ﻋﻠﻰ ﺃَﻳْ ِﺪﻳْ ِﻬ ْﻢ ﻧ‬
ُّ َ ‫ﺠ ْﻮﺍ َﻭﻧ‬ َ ‫ﺧ ُﺬ ْﻭﺍ‬َ َ ‫ َﻭ ِﺇ ْﻥﺃ‬،‫ﺍﺩ ْﻭﺍ َﻫﻠَﻜ ُْﻮﺍ َﺟ ِﻤﻴْ ًﻌﺎ‬
ُ ‫ َﻓ ِﺈ ْﻥ َﺗ َﺮﻛ ُْﻮ ُﻫﻢ َﻭ َﻣﺎ ﺃ َ َﺭ‬،‫َﻓ ْﻮ ِﻗﻨﺎ‬
“Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan yang melanggarnya
adalah seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian
atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah
membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu
mereka berkata: ‘Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak
akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami’. Tetapi jika yang demikian itu
dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki),
akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan,
maka akan selamatlah semuanya”. (HR. Bukhari)
Perintah Berdakwah
Mengenai perintah untuk berdakwah sekaligus keutamaannya dijelaskan
dalam ayat-ayat berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman,
‫ون ِبالل َّ ِه‬ َ ُ ‫ع ِن ال ُْمنْك َِر َوتُ ْؤ ِمن‬ ِ ‫ون ِبال َْم ْع ُر‬
َ ‫وف َوتَن ْ َه ْو َن‬ َ ‫ت لِلن ّ َِاستَأ ْ ُم ُر‬ ْ ‫خيْ َر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
َ ‫كُنْتُ ْم‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah” (QS. Ali Imron: 110).
‫ين‬َ ‫ال ِإن َّ ِني ِم َن ال ُْم ْسلِ ِم‬ َ ‫حا َو َق‬ً ِ‫ع ِم َل َصال‬ َ ‫عا ِإل َى الل َّ ِه َو‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح َس ُن َق ْول ًا ِم َّم ْن َد‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33).
‫ور‬ ِ ‫ع ْز ِم ال ْأ ُ ُم‬
َ ‫عل َى َما أ َ َصابَ َك ِإ َّن َذلِ َك ِم ْن‬ َ ‫اص ِب ْر‬ ْ ‫ع ِن ال ُْمنْك َِر َو‬ َ ‫وف َوان ْ َه‬ِ ‫َوأ ْ ُم ْر ِباـل َْم ْع ُر‬
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah)” (QS. Luqman: 17).
Berdakwah Sesuai Kemampuan
Para ulama memberikan kaedah, “Kewajiban itu berkaitan dengan kemampuan”.
Sebagaimana kata Ibnu Taimiyah :
‫اج ِت ِه ْم‬ ْ َ ‫عل َى أ‬
َ ‫عيَا ِن ِه ْم ف ََه َذا يَتَن َ َّو ُع ِبتَن َ ُّو ِع ق َْد ِر ِه ْم َو َم ْع ِر َف ِت ِه ْم َو َح‬ َ‫ب‬ ُ ِ‫َوأ َ ّ َما َما يَج‬
“Kewajiban yang mengenai individu itu bertingkat sesuai pada kemampuan, tingkat
ma’rifah (pengenalan) dan kebutuhan”
Kaedah di atas didukung oleh dalil-dalil berikut ini.
‫ل َا يُكَلِ ّ ُفالل َّ ُه نَفْ ًسا ِإلَّا ُو ْس َع َها‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al
Baqarah: 286).
‫ون‬ َ ‫خالِ ُد‬ َ ‫يها‬ َ ‫ابال َْجن ّ َِة ُه ْم ِف‬ ُ ‫ح‬ َ ‫فَ ْف ًسا ِإلَّا ُو ْس َع َها أُول َ ِئ َك أ َ ْص‬ ‫ل َا نُكَلِ ّ ُ ن‬
“Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”
(QS. Al A’rof: 42).
‫ين ِم ْن َح َر ٍج‬ ّ ِ ‫عل َيْك ُْم ِفي‬
ِ ‫الد‬ َ ‫َو َما َج َع َل‬
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan” (QS.
Al Hajj: 78).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ
‫استَ َط ْعتُ ْم‬ْ ‫َو َما أ َم ْرتُك ُْم ِب ِه فَاف َْعل ُوا ِمن ْ ُه َما‬
“Dan apa yang diperintahkan bagi kalian, maka lakukanlah semampu kalian” (HR.
Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai