Anda di halaman 1dari 17

14.

2 Ekuilibrium dalam pasar


Faktor Produksi yang
Kompetitif
Pasar faktor produksi kompetitif berada pada
ekuilibrium ketika harga input sama
menyetimbangkan kuantitas permintaan dan
kuantitas penawaran.
A. Pasar Tenaga Kerja
Pengertian pasar faktor produksi tenaga kerja adalah jumlah
permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja yang diperlukan
untuk kegiatan produksi. Dengan demikian pasar tenaga kerja
tergantung dari luas dan sempitnya kegiatan produksi atau
pemakaian input tenaga kerja akan ditentukan oleh tuntutan dunia
usaha atau lapangan produksi.
Sumber daya manusia memiliki karakteristik yang berbeda
dengan faktor produksi lain. Sumber daya manusia berupa tenaga
fisik, keterampilan, dan daya pikir.Dengan majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini diperlukan juga tenaga kerja
yang yang berkualitas, yang mempunyai keahlian dan ketrampilan
yang tinggi. Kualitas tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan cara-
cara merekrut tenaga kerja berkualitas, menyediakan kondisi kerja
Keterangan:
SS: penawaran tenaga kerja pertama
S1S1: penawaran tenaga kerja kedua
S2S2: penawaran tenaga kerja ketiga
DD: permintaan tenaga kerja
W: tingkat upah

Kondisi awal keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi


pada titik E yang merupakan perpotongan kurva permintaan
DD dan kurva penawaran tenaga kerja SS. Di titik ini, tingkat
upah yang terbentuk adalah W. Ketika penawaran berkurang,
dari SS menjadi S1S1, upah menjadi naik, dari W menjadi
W1. Sementara itu, ketika penawaran tenaga kerja bertambah
menjadi S2S2, upah akan turun menjadi W2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bila permintaan
tenaga kerja tetap sementara penawaran tenaga kerja naik,
maka upah menjadi turun. Begitu pula sebaliknya, bila
penawaran tenaga kerja turun, maka upah akan menjadi naik.
Pasar Output Kompetitif
Gambar dibawah menunjukkan ekuilibrium untuk pasar tenaga
kerja. Pada titik A, tingkat upah ekuilibriumnya adalah Wc dan
ekuilibrium kuantitas penawarannya adalah Lc. Karena pekerja
memilki informasi sempurna, mereka menerima
upah yang identik dan menghasilkan
Produk pendapatan marginal tenaga
kerja yang identik dimanapun mereka
diperkerjakan. Apabila ada pekerja
yang menerima upah yang lebih
rendah dari pada produk marginalnya,
memberikan upah yang tinggi
pada pekerja tersebut akan
menguntungkan perusahaan.
penjelasan

Apabila pasar output juga bersifat persaingan sempurna, kurva


permintaan atas suatu input mengukur manfaat yang dinilai oleh konsumen
produk tersebut pada penggunaan sambahan input tersebut dalam proses
produksi. Tingkat upah juga mencerminkan biaya bagi perusahaan dan bagi
masyarakat dari penggunaan satu unit tambahan input tersebut. Dengan demikian,
titik A pada gambar kurva sebelumnya, manfaat marginal dari satu jam kerja (atau
produk pendapatan marginalnya, MRPL) sama dengan biaya marginalnya (tingkat
upah w).
Ketika pasar input atau output juga bersifat persaingan sempurna,
sumber daya yang digunakan secara efisien karena selisih antara manfaat total
dan biaya total mencapai maksimum. Efisiensi mensyaratkan bahwa tambahan
pendapatan yang berasal dari penggunaan satu unit tenaga kerja tambahan
(produk pendapatan marginal tenaga kerja, MRPL) sama dengan manfaat yang
diberikan bagi konsumen atas tambahan output tersebut, yang ditunjukan oleh
harga dari produk tersebut dikalikan dengan produk marginal tenaga kerja, (P)
(MPL).
Ketika pasar output tidak berbentuk persaingan sempurna,
syarat MRPL = (P) (MPL) tidak lagi berlaku. Pada gambar dibawah
bahwa kurva yang mencerminkan harga produk dikalikan dengan
produk marginal tenaga kerja [(P)(MPL)] berada diatas kurva produk
pendapatan marginal [(MR)(MPL)]. Titik B adalah upah ekuilibrium
Wm dan ekuilibrium penawaran tenaga kerja LM. Tetapi karena harga
produk tersebut adalah ukuran nilai yang diberikan konsumen dari
setiap unit tambahan output yang mereka beli, (P)(MPL) adalah nilai
yang diberikan konsumen unit tambahan tenaga kerja. Oleh karena
itu, ketika LM tenaga kerja dipekerjakan, biaya marginal WM bagi
perusahaan lebih rendah ketimbang manfaat marginal bagi konsumen
VM. Meskipun perusahaan memaksimalkan labanya, ouput nya berada
dibawah tingkat efisien dan perusahaan menggunakan input yang
lebih rendah ketimbang tingkat efisiennya. Efisien ekonomi akan
meningkat apabila lebih banyak tenaga kerja digunakan dan, pada
gilirannya, lebih banyak output yang diproduksi. Manfaat bagi
konsumen akan melampaui hilangnya laba perusahaan.
Pasar Output Monopolistik

Kurva disamping
menunjukan bahwa ketika
produsen memiliki kekuatan
monopoli, nilai marginal
pekerja VM lebih besar
ketimbang upah WM. Dengan
demikian hanya sedikit
pekerja yang direkrut.

Titik B menetukan kuantitas


tebaga kerja yang direkrut
perusahaan dan tingkat upah
yang diberikan.
B. RENTE EKONOMI
Konsep rente ekonomi membantu dalam memahami bagaimana pasar
faktor produksi bekerja. Ketika membahas pasar output dalam jangka
panjang dapat didefinisikan rente ekonomi sebagai pembayaran yang
diterima perusahaan di atas biaya minimum dari memproduksi
outputnya. Untuk pasar faktor produksi, rente ekonomi merupakan
selisih antara pembayaran yang dilakukan untuk memperoleh suatu
faktor produksi dan jumlah minimum yang harus dihabiskan untuk
memperoleh penggunaan faktor produksi tersebut.
Atau
Dapat juga diartikan bahwa rente ekonomi adalah jumalah yang
bersedia dibayarkan perusahaan untuk membayar suatu input
dikurangi dengan jumlah minimum yang dibutuhkan untuk
membelinya.
Konsep rente ekonomi terhadap pasar tenaga kerja kompetitif
ekuilibrium tenaga kerja adalah w*, dan kuantitas penawaran tenaga
kerja adalah L*. Kurva penawaran tenaga kerja merupakan kurva
berkemiringan posistif, dan permintaan tenaga kerja merupakan kurva
produk pendapatan marginal yang berkemiringan negatif. Karena kurva
penawaran menandakan berapa banyak tenaga kerja yang ditawarkan
pada setiap tingkat upah, pengeluaran minimum yang dibutuhkan
untuk memperkenalkan L* unit tenaga kerja ditunjukkan oleh bidang
berwarna gelap AL*0B, yang berada dibawah kurva penawaran
sebelah kiri penawaran tenaga kerja ekuilibrium L*.
Dalam pasar persaingan sempurna, seluruh tenaga kerja dibayar
dengan upah w*. Upah ini diisyaratkan untuk mendapatkan pekerja
“marginal” terkahir agar menawarkan tenaganya, tetapi pekerja lain
memperoleh rente karena upah mereka lebih besar ketimbang upah
total sama dengan segiempat 0w*AL*, rente ekonomi yang diperoleh
tenag kerja ditunjukkan oleh bidang ABw*.
Perhatikan bahwa jika kurva penawaran berbentuk elastis sempurna, rente ekonomi
akan menjadi nol. Rente timbul hanya ketika penawaran sedikit inelastis. Dan
ketika penawaran menjadi elastis sempurna, seluruh pembayaran atas satu faktor
produksi merupakan rente ekonomi karena faktor produksi ini akan ditawarkan
tanpa memedulikan berapa harga yang ditawarkan.
Rente ekonomi terkait dengan
penggunaan tenaga kerja yang
merupakan kelebihan dari upah
dibayar yang melebihi jumlah
minimum yang diperlukan untuk
merekrut pekerja. Upah ekuilibrium
ditunujukkan oleh A, pada
perpotongan kurva penawaran
tenaga kerja dan kurva permintaan
tenaga kerja. Karena kurva
penawaran berkemiringan positif,
sebagian pekerja bersedia menerima
pekerjaan dengan upah yang lebih
rendah daripada w*. Bidang berwarna
hijau ABw* merupakan rente
ekonomi yang diterima oleh seluruh
pekerja.
C. Pasar Tanah
Penggunaan tanah sebagai faktor produksi asli sangat
penting untuk dipahami. Ini tak lepas dari fakta bahwa tiap
usaha produksi memerlukan tanah. Selain itu, perbedaan sifat
tanah seperti kesuburannya, Ietak, banyaknya tanah yang
digunakan untuk produksi dan tempat tinggal, menentukan
jumlah permintaan tanah. Hal ini semakin diperkuat dengan
lahan untuk industri yang terus bertambah karena
perkembangan industri begitu pesat, sehingga permintaan
tanah semakin lama semakin bertambah. Hal yang menarik
dalam pasar tanah ini adalah bentuk penawarannya. Persediaan
tanah terbatas karena jumlah tanah di dunia tetap dan tidak
bertambah, sementara permintaan selalu bertambah. Sehingga,
proses pembentukan harga faktor produksi tanah akan tampak
sebagaimana gambar berikut :
Keterangan:
SS : penawaran tanah
DD : permintaan pertama
D1D1 : permintaan kedua
D2D2 : permintaan ketiga
R : harga sewa tanah

Kondisi awal keseimbangan terjadi pada titik E dengan tingkat sewa


OR, titik pertemuan kurva permintaan DD dan kurva penawaran SS.
Bila permintaan akan tanah meningkat, yang terlihat dari bergesernya
kurva permintaan menjadi D1D1, maka sewa tanah naik menjadi OR1.
Sementara itu, apabila permintaan tanah turun menjadi D2D2, maka
sewa tanah ikut turun pula menjadi OR2. Yang menarik di sini, adalah
nilai keseimbangan tanah tidak berubah, tetap senilai OQ. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa harga sewa tanah terbentuk dari
permintaannya. Semakin tinggi permintaan semakin tinggi harga sewa
tanah, dan sebaliknya semakin rendah permintaan semakin rendah
harga sewa tanah.
Sewa Tanah
Salah satu contoh penawaran faktor produksi yang inelastis
adalah tanah. Kurva penawarannya berbentuk inelastis sempurna
karena tanah untuk perumahan (atau untuk pertanian) bersifat tetap,
setidaknya dalam jangka pendek. Dengan penawaran tanah yang
inelastis, harganya sangat bergantung pada permintaan. Permintaan
atas tanah ditunjukkan oleh D1, dan harga per unitnya adalah s1.
sewa tanah total ditunjukkan oleh segiempat hijau. Tetapi ketika
permintaan atas lahan bertambah menjadi D2, nilai sewa per unit
tanah meningkat ke s2, dalam hal ini, sewa tanah total meliputi
bidang berwarna biru juga. dengan demikian, peningkatan
permintaan atas tanah (pergeseran ke kanan pada kurva
permintaan) menghasilkan harga yang lebih tinggi per akre dan
rente ekonomi yang lebih tinggi. Perhatikan gambar berikut :
Ketika penawaran tanah
berbentuk inelastis sempurna,
harga pasar untuk tanah
ditentukan pada titik
perpotongan dengan kurva
permintaan. Keseluruhan nilai
tanah dengan demikian
merupakan rente ekonomi.
Ketika permintaan
ditunjukkanoleh oleh s1, dan
ketika permintaan bertambah
menjadi D2, sewa per acre
bertambah menjadi s2.
Contoh : Gaji Tentara
US Army memiliki persoalan tenaga kerja selama
bertahun-tahun. Selama perang saudara AS, hampir 90% dari
angkatan besenjata adalah pekerja tidak terampil yang terlibat
dalam pertempuran darat. Sejak saat itu, bentuk peperangan
telah berubah. Angkatan darat kini hanya mencakup kurang
dari 20% dari angkatan bersenjata. Sementara, pada akhir
abad ke-20, perubahan teknologi telah mengakibatkan
kelangkaan teknisi terampil, pilot terlatih, analis komputer,
ahli mekanik, dan tenaga kerja terampil lain untuk
mengoperasikan peralatan militer yang canggih. Bagaimana
militer AS merespons kelangkaan tersebut? Ilmu ekonomi
memberikan sebagian jawabannya.
Militer AS membayar gaji perwiranya berdasarkan
lamanyatahun mengabdi. Pada gilirannya, perwira dengan
berbagai tingkat kemampuan dan keterampilan biasanya
dibayar dengan gaji yang sama. Terlebih lagi, sebagian
perwira terampilan diberikan gaji yang kurang sepadan
dibandingkan jika mereka bekerja disektor swasta.
Gambar kurva berikut, menunjukkan inefisiensi yang timbul dari kebijakan
penggajian seperti ini. Tingkat upah ekuilibrium w* merupakan tingkat upah yang
menyamakan permintaan atas tenaga kerja dan penawarannya. Dengan struktur gaji
yang tidak fleksibel, pihak militer membayar gaji w0, yang berada dibawah gaji
ekuilibrium. Pada w0, kuantitas permintaan tenaga kerja lebih besar ketimbang
kuantitas penawarannya, dan terjadi kelangkaan pekerja terampil.
Selama satu dekade terakhir ini, militer AS mengubah struktur gajinya untuk
mempertahankan angkatan bersenjata yang efektif. Pertama, kenaikan gaji 2,7
persen diberlakukan pada tahun 2007, diikuti dengan kenaikan 3,9 persen pada
tahun 2009 dan 3,4 persen pada tahun 2010. sekalipun demikian, gaji tentara tetap
rendah : pada tahun 2011, prajurit satu memperoleh gaji $20.470, sersan $24.736,
kapten $43.927, dan mayor $49.964 . Akan tetapi, militer AS selangkah lebih maju,
dengan menambah jumlah bonus penugasan kembali, yang selektif ditujukan bagi
pekerjaan yang terampil dimana kelangkaan tenaga kerja terjadi. Militer AS juga
memetik keuntungan dari tingginya angka pengangguran AS yang tetap bertahan
tinggi sejak tahun 2008 hingga 2011 dengan menekankan pada pelatihan teknis
yang diberikan, ditambah dengan fasilitas perumahan, makan, kesehatan , dan
pendidikan gratis atau subsidi. Hasil dari kebijakan inisebenarnya untuk mendorong
pasar atas tenaga kerja terampil di bidang militer agar kembali pada tingkat upah
ekuilibrium pasa w* seperti yang ditunjukkan gambar kurva berikut.
Kelangkaan personel militer
terampil
Ketika gaji w*
dibayarkan pada personel
militer, pasar tenaga kerja
berada pada ekuilibrium.
Ketika gaji berada
dibawah w*, yaitu pada
w0, terjadi kelangkaan
personel militer karena
kuantitas permintaan
tenaga kerja lebih besar
dari pada kunaitas
penawarannya.

Anda mungkin juga menyukai