Anda di halaman 1dari 6

 

Etos Kerja Dalam Islam


a. Pengertian Etos Kerja 
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
b. Konsep Kerja dalam Islam 
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya.
Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada
Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau
pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan
dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam
menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat kelak.
    Kerja atau amal dalam Islam mencakup segala bentuk amalan atau
pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga
dan masyarakat sekelilingnya serta negara.
AYAT-AYAT TENTANG ETOS KERJA
o Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Q.S. Al-Ashr (103) : 1-3)
o Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 148)
o Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al- Qashash (28) : 77)
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi :
o “Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung
berdasarkan apa yang diniatkannya”
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :
o “Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan
berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan
yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas.
Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
            Dalam kisah disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para
sahabat kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya." Mendengar itu Rasul
pun menjawab, "Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil,
itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang
sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya
sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilillah." (HR Ath-Thabrani).
            Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja
adalah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa
dilepaskan dari kerja. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah
kepada-Nya? Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh
aktivitas kerjanya.
Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
• Pendorang timbulnya perbuatan.
• Penggairah dalam aktivitas.
• Penggerak, sebagai motivasi yang akan  menentukan cepat lambatnya suatu
perbuatan.
etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang
penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang
untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran,
yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan
dimensi syariat (aku berbuat).

Etos Kerja: Dimensi Ma’rifat


Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,
Tahu apa pekerjaanku,
Tahu siapa pesaingku dan kawanku,
Tahu produk yang akan dihasilkan,
Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku,
Tahu siapa relasiku,
Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan
 
Etos Kerja: Dimensi Hakikat
Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan dilangkahkan. Setiap
pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan untuk menetapkan cita-cita
merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Etos Kerja: Dimensi Syariat
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan hendaklah
mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata yang telah
diyakini kebenarannya.

Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai serta
cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang
hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah.

Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup


selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam
ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari
pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita
kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-
ungkapan tadi.
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja
yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan
nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-
Qur’an dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas
dengan usaha sedalam-dalamnya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW
yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung
pada niat pelakunya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,


Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu
tergantung pada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasullah bersabda: Bekerjalah untuk dunia-mu seakan-akan kamu
hidup untuk selamanya, dan beribadahlah untuk akhirat-mu
seakan-akan kamu mati besok.

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung


dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin
bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai