0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan27 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap hidup dan kerja. Islam melihat hidup sebagai kebermaknaan yang berkelanjutan dari dunia hingga akhirat dengan melaksanakan kewajiban agama. Kerja dipandang sebagai perintah agama dan sumber rezki yang halal serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Etos kerja Islam mencakup niat ikhlas, kerja keras, serta memiliki cita-cita tinggi.
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap hidup dan kerja. Islam melihat hidup sebagai kebermaknaan yang berkelanjutan dari dunia hingga akhirat dengan melaksanakan kewajiban agama. Kerja dipandang sebagai perintah agama dan sumber rezki yang halal serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Etos kerja Islam mencakup niat ikhlas, kerja keras, serta memiliki cita-cita tinggi.
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap hidup dan kerja. Islam melihat hidup sebagai kebermaknaan yang berkelanjutan dari dunia hingga akhirat dengan melaksanakan kewajiban agama. Kerja dipandang sebagai perintah agama dan sumber rezki yang halal serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Etos kerja Islam mencakup niat ikhlas, kerja keras, serta memiliki cita-cita tinggi.
Menurut saudara bagaimana seharusnya kita bekerja dalam hidup ini ?
Diskusikan dengan teman di samping anda.
Siapa yang mau berbagi pengetahuan ?
Hakekat Hidup dan Kerja HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT (Q.S. Ali Imron: 169). Yaitu jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Al-Hadis). Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al- hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al- Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al- Waajid). Kerja atau amal maknanya adalah melakukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Kerja dalam makna ini menurut Islam terbagi kepada: 1. Kerja yang bercorak jasmani. 2. Kerja yang bercorak aqli/fikiran. konsep kerja menurut Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syarak, dan sebagai imbalan akan diberi upah atau bayaran. Ayat dan hadis Rasul tentang pentingnya bekerja : "Dan katakanlah wahai Muhammad, beramallah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan." (al-Taubah: 105) "Tidaklah ada makanan seseorang itu yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil usaha tangannya sendiri". (Riwayat al-Bukhari) “Sesungguhnya apabila seseorang di antara kalian mengambil tambang kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah lebih baik baginya dari pada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunai keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian meminta-minta padanya, adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak.” (HR. Bukhari & Muslim) Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya, dan kerja sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah SWT. Adapun prinsip kerja, adalah : 1. Kerja sebagai Sumber Nilai; 2. Kerja sebagai Sumber Pencaharian; 3. Kerja sebagai Azas Kemajuan Umat. Rahmat Allah terhadap Orang yang Rajin Bekerja. Umar bin Khattab berkata “aku benci orang berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja untuk dunia atau untuk kepentingan di akhirat kelak”. Khalifah umar sangat menghargai dan menyenangi orang yang rajin bekerja dan beraktifitas sebagai muslim yang ta’at, Umar selalu mendorong umat Islam untuk memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas. Rasulullah bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain. Dan akau berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika hidup dan mati). (HR. Bukhari & Muslim) Orang muslim yang berhasil dalam hidupnya adalah orang meninggalkan perbuatan yang melahirkan kemalasan/tidak produktif dan digantinya dengan amalan yang bermanfa’at. Sabda Rasulullah saw. Dari Abu hurairah “Sebaik- baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfa’at” (HR. Tarmizi). Bekerja bagi seorang muslim adalah dalam rangka mendapatkan rezki yang halal dan memberikan manfa’at yang sebesar-besarnya bagi masyarakat sekaligus sebagai ibadah kepada Allah swt. Firman-Nya :“Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (al-Jumu’ah: 10) Bekerja merupakan perintah Allah SWT, dan menjadi kewajiban setiap manusia, semenjak masa Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW. Nabi Daud as tidak makan melainkan dari hasil jerih payah kerja tangan beliau sendiri, Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu, Rasulullah SAW adalah seorang pedagang. Beliau juga pernah bersabda, “Tidak seorang Rasul pun diutus Allah kecuali ia bekerja sebagai penggembala domba. Para sahabat bertanya, “Bagaimana dengan dirimu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Ya, saya dulu mengembala domba untuk penduduk Makkah.” (HR. Bukhari, 8/21) Rasulullah SAW. sebagai seorang teladan selalu memberikan motivasi kepada semua sahabatnya untuk selalu giat dan bekerja dengan benar, seperti dalam penuturan beliau:
“Pedagang yang lurus dan jujur kelak akan tinggal
bersama para Nabi, Shiddiqin, dan Syuhada’,” (HR. Tirmidzi). “Setiap Muslim yang menanam satu tanaman atau menyemai satu semaian lalu (buahnya) dimakan oleh manusia atau binatang, maka ia dianggap telah bersedekah.” (Muttaffaqqun ‘alaih) Bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad, jika sang konsisten terhadap hukum Allah, suci niatnya, serta dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga bahkan masyarakat dan negara. Disabdakan : “…kalau ada seseorang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiayai anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha Fisabilillah. Jikalau ia keluar bekerja untuk kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itupun Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk keluarganya, maka ia Fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja untuk pamer atau untuk bermegah-megahan, maka itulah Fisabili Syaithan atau karena mengikuti jalan Syaithan.” (HR. Thabrani 2/148) Akhlak Dalam Bekerja Pandangan Islam mengenai akhlak dalam bekerja atau disebut juga dengan etos kerja Islami, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan begitu sebaliknya. Adapun etos kerja yang islami tersebut adalah: 1. Niat ikhlas karena Allah semata; 2. Kerja keras, dan; 3. Memiliki cita-cita yang tinggi. Menurut Dr. Musa Asy’arie etos kerja islami adalah rajutan nilai-nilai khalifah dan abd yang membentuk kepribadian muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah bermuatan kreatif, produktif, inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual, sedangkan nilai-nilai ‘abd bermatan moral, taat dan patuh pada hukum agama dan masyarakat. Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah, sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja, atau etos yang tinggi, dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, diantaranya: Orientasi kemasa depan; Kerja keras, tekun, ulet dan teliti serta menghargai waktu; Bertanggung jawab; Hemat dan sederhana; Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat. Keutamaan Kerja Keras Menunjukkan telah mengoptimalkan potensi dirinya. Seseorang dapat mengubah nasib dirinya agar menjadi lebih baik. Menunjukkan sikap tanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Dapat hidup mandiri sehingga tidak menjadi beban orang lain. Turut serta dalam memajukan lingkungan sekitar dan negara. Menunjukkan persiapan agar dapat menggapai kesuksesan pada hari esok. Keutamaan Tekun dan Ulet Menjadi orang yang disukai Allah. Memiliki perencanaan yang matang dalam menjalankan sesuatu. Pekerjaan menjadi cepat selesai sehingga tidak membuang waktu. Bersikap disiplin dalam menyelesaikan sesuatu. Tidak mudah bergantung pada orang lain. Bersikap optimis dalam menjalani hidup. Keutamaan Teliti Terhindar dari kesalahan atau kekeliruan dalam melakukan sesuatu. Terhindar dari sifat suuzan atau buruk sangka terhadap orang lain. Meningkatkan kesempurnaan setiap pekerjaan. Terhindar dari penyesalan akibat kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja Profesonal berarti berkualitas, bermutu dan ahli dalam satu bidang pekerjan yang menjadi profesinya. Suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang memang ahlinya, tentu akan mendapatkan hasil yang bermutu dan baik. Sebaliknya suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang bukan profesinya, akan mendapatkan hasil yang tidak bermutu dan bahkan akan berantakan. Sabda Rasul Saw. “Bila menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran” Hadis di atas, menegaskan bahwa seseorang dalam bekerja, apapun pekerjaannya, kalau ingin mengharapkan hasil yang berkualitas dan baik, maka dia harus profeisinal/ahli dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Dalam Sabda yang lain Rasul sampaikan:
“Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat sebaik- baiknya (profesional) ” (HR. Baihaqi ) Which of the strategies we’ve covered would you like to try in your own classes? Summarize the most important points in today’s lecture.