Anda di halaman 1dari 33

Kuliah Al-Islam II

AKHLAK SOSIAL

Oleh : Baidarus, MM.,M.Ag


Bagaimana pandangan saudara tentang
Kehidupan Umat Islam saat ini ? Sudahkan
mencerminkan Masyarakat yang Islami ?

Coba kita curah pendapat !


Pandangan Islam tentang
Kehidupan Sosial.
 Sejak kelahiran belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama
yang memperhatikan dan peduli pada keseimbangan hidup antara dunia
dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan antara
manusia dengan manusia, dan hubungan antara urusan ibadah dengan
urusan muamalah.
 Jika diadakan suatu perbandingan antara perhatian Islam terhadap urusan
ibadah dengan urusan muamalah ternyata Islam menekankan urusan
muamalah lebih besar dari pada urusan ibadah dalam arti yang khusus.
 Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada
aspek kehidupan ritual.
 Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi sebagai masjid
tempat mengabdi kepada Allah dalam arti yang luas.
 Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah dalam arti yang khusus.
 Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Islam Alternatif telah menunjukkan
betapa besarnya perhatian Islam terhadap masalah sosial, dengan
mengajukan lima alasan sebagai berikut :
Pertama, dalam al-Qur’an atau kitab-kitab hadis, proporsi terbesar
kedua sumber Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.
Menurut Ayatullah Khumaini dalam bukunya yang dikutib Jalaluddin
Rahmat dikemukakan bahwa perbandingan ayat-ayat ibadah dan ayat-
ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding seratus,
untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
Kedua, bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam
Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan
waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh
diperpendek (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap
dikerjakan sebagaimana mestinya.
Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan
diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan.
Karena itu shalat yang dilakukan secara berjama’ah dinila lebih tinggi
nilainya daripada shalat yang dikerjakan sendirian dengan ukuran satu
berbanding dua puluh tujuh derajat.
Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah
dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan
tertentu, maka kifarat (tebusan)-nya ialah melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan masalah sosial.
Kelima, dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang
kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW katakan:
”Orang yang bekerja keras untuk menyantuni janda dan orang miskin,
adalah seperti pejuang di jalan Allah (atau aku kira beliau berkata) dan
seperti orang yang terus menerus shalat malam dan terus menerus
berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Masyarakat Dambaan Islam
 Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, sekalipun tidak memberikan
petunjuk langsung tentang suatu masyarakat yang dicita-citakan di masa
mendatang, namun tetap memberikan ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat
yang baik (dambaan).
 Ada beberapa term yang digunakan al-Quran untuk menunjukan arti
masyarakat ideal tersebut, antara lain :
1. Ummatan Wahidah (QS. 2:213)
Ummah berarti sekelompok manusia atau masyarakat, sedangkan
wahidah berarti satu. Dalam ayat tersebut secara tegas dkatakan bahwa
manusia dari dulu hingga kini merupakan satu umat. Allah SWT
menciptakan mereka sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan
saling membutuhkan. Jadi, ummatan wahidah adalah suatu ummat yang
bersatu berdasarkan iman kepada Allah dan mengacu kepada nilai-nilai
kebajikan.
2. Ummatan Wasatha (QS. 2:143)
Ummatan Wasatha maknanya adalah umat pertengahan atau
moderat. Posisi tengah menjadikan anggota masyarakat
tersebut tidak memihak ke kiri dan ke kanan, yang dapat
mengantarkan manusia berlaku adil.

3. Khairu Ummah (QS. 3:10)


Khairu ummah berarti umat terbaik atau umat unggul atau
masyarakat ideal. Umat terbaik tersebut mengemban tugas
menyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah.
Jadi, identitas khairu ummah adalah integritas keimanan,
komitmen kontribusi positif kepada kemanusiaan secara
universal dan loyalitas pada kebenaran dengan aksi amar
ma’ruf nahi munkar.
4. Baldatun Thayyibah (QS. 34:15)
Baldatun Thayyibah berarti negeri atau daerah
yang baik, yang tergambar dari tanahnya subur,
penduduknya makmur, serta pemerintahannya
adil.

Ciri Umum Masyarakat Ideal dalam al-Quran :


 Beriman;
 Amar Ma’ruf;
 Nahi Munkar.
Ciri Khusus Masyarakat Ideal dalam al-Quran :
 Adanya Kemauan untuk Hidup Lebih Baik, cirinya:
a. Memiliki ilmu yang memadai;
b. Mempunyai moral yang tangguh;
c. Kemampuan memilih strategi perjuangan;
d. Kemauan berjihad;
e. Mempunyai organisasi yang rapi dan kuat.
 Berlaku Jujur dan Adil dalam Masyarakat Pluralistik;
 Marhamah dan Menabur Kerahmatan;
 Ada Kesalehan Pribadi dan Sosial;
 Toleran terhadap Sesama dalam Perbedaan;
 Memiliki Budaya Kritik Membangun.
Toleransi Inter dan Antar Umat
Beragama dalam Islam.
 Kata toleransi berasal dari bahasa Arab, tasamuh, yang berarti sikap yang baik dan
berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan dengan orang lain yang tidak sesuai
dengan pendirian dan keyakinannya.
 Umat manusia diciptakan dengan berbagai ras, bangsa, suku, bahasa, adat,
kebudayaan, dan agama yang berbeda. Menghadapi kenyataan tersebut, setiap
manusia harus bersikap toleran atau tasamuh.
 Dengan sikap toleransi dan tasamuh yang luas dan terbuka, maka akan terbentuk
suatu masyarakat yang saling menghargai, menghormati, dan terjalinlah kehidupan
yang harmonis antar anggota masyarakat, bangsa, negara, maupun dalam kehidupan
secara umum.
 Kemudian masyarakat yang harmonis cenderung akan menghasilkan karya-karya
yang besar yang bermanfaat bagi manusia.
 Tanpa adanya toleransi, umat-umat beragama dalam masyarakat
multikultural akan selalu bersitegang.
 Dalam hadisnya, Rasulullah s.a.w. menegaskan pentingnya toleransi.
Hadits tersebut mengarahkan kepada umat Islam bersikap baik dan
bersahabat dengan orang-orang non muslim (mu’ahad) yang telah
melakukan perdamaian dan kerjasama dalam bidang sosial,
kemasyarakatan, kemanusiaan, kegiatan ekonomi, politik, dan
sebagainya.
 Dalam hadis lain, Rasulullah s.a.w. menjelaskan tentang kewajiban pada
setiap orang muslim untuk memberikan perlindungan terhadap orang
non-muslim minoritas yang berada di bawah kekuasaan orang-orang
muslim (dzimmi).
Toleransi Intern Umat Islam
 Toleransi (Tasamuh) intern umat Islam berarti berpegang teguh pada
pendapat sendiri, akan tetapi berkenan mengerti pendapat saudaranya
sesama Muslim.
 Oleh karena itu, tidak dibenarkan memonopoli kebenaran, kecuali yang
bersifat pasti (qath’i) . Kalau masih bersifat dugaan (dzanny) , yaitu
sesuatu yang termasuk daerah pemikiran dan daerah ijtihad , maka
harus ada keseimbangan di antara ilmu dan toleransi.
ْْ َ ‫لَنَا أ َ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْْم أ‬
 Toleransi ini yang biasa digaungkan dengan Ayat ‫ع َمالُ ُك ْْم‬
yang artinya: “Bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian” .
Ini adalah toleransi di antara Muslimin, selama tidak keluar dari batas
syari’at (inhiraf).
Toleransi Antar Umat Beragama
Secara terminologi pengertiannya yaitu mengerti dan bersikap toleran,
menenggang, menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan lain sebagainya yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah: 256
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah
berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui”.
Allah memberi petunjuk kepada umat Islam mengenai kode etik dan
moral pergaulan dengan penganut agama dan keyakinan lain, yaitu
berlaku baik dan adil terhadap mereka, jika mereka tidak berlaku zalim.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak
pula mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagi kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu orang lain
untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. 60: 8-9).
Prinsip-prinsip Islam dalam
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
 Kata sejahtera mengandung pengertian aman, damai, tenteram, dan
selamat, terlepas dari segala macama gangguan dan kesukaran. Al-
Quran menggunakan beberapa istilah yang berlainan untuk menunjuk
pengertia “sejahtera”, seperti; hasanah, sa’adah, shulh dan salam.
 Hasanah, menggambarkan suatu kondisi baik, secara umum dan luas,
jasmaniah maupun rohani (QS. 2:201).
 Sa’adah, lebih menggambarkan suatu keberuntungan dan kebahagiaan
sebagai lawan kesulitan, kesengsaraan dan celaka yg lebih bersifat
psikis (QS. 11:105, 108).
 Shulh, berarti perdamaian, antara yang satu dengan yang lain tidak
saling merugikan atau membahayakan (QS. 4:128).
 Salam, berarti selamat lebih bersifat situasional yang bebas, tidak
merasa tergantung pada sesuatu yang menyebabkan keterbatasan (QS.
5:16). Kondisi salam lebih menekankan suatu sikap yang teguh dan
utuh.
Sejak diturunkan, Islam telah mengajarkan prinsip-prinsip kesejahteraan
bagi pemeluknya. Kesejahteraan tersebut tidak hanya ditinjau dari unsur
terpenuhinya kebutuhan dasar jasmani seperti makan dan tempat tinggal
namun termasuk kebutuhan ruhani seperti ketenangan, kenyamanan,
penghormatan, perlindungan, persamaan kedudukan dalam hukum dan
peradilan.
Prinsip-prinsip ini dapat dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya:
Pertama , adanya perintah Allah dan rasul-Nya tentang keadilan,
persamaan hak dan kewajiban, perlindungan hukum dan jaminan
keselamatan yang tertuang dalam wahyu-wahyu Allah dan hadits
rasul-Nya.
Kedua , Praktek-praktek nabi Muhammad SAW baik saat di Makkah
maupun di Madinah senantiasa mengarah pada terciptanya keadilan,
kesetaraan, persamaan, jaminan sosial, perlindungan hak -hak pribadi
dan keamanan individu dan masyarakat.
 Sejarah menunjukkan, nabi Muhammad SAW berupaya sekuat mungkin
menciptakan kesamaan hak dan kewajiban di kalangan pengikutnya.
 Salah satu contoh yang penting diangkat adalah saat memerdekakan para
budak seperti Bilal dan `Ammar bin Yasir.
 Usaha ini ditujukan agar terciptanya kesamaan status antara dirinya sebagai
Rasul dengan orang-orang di sekitarnya sebagai pengikut.
 Dalam rangka menciptakan kesejahteraan sosial, Islam telah menetapkan
perangkat-perangkat dasar yang dapat dijadikan acuan bagi pemeluknya.
 Sebagai contoh demi terciptanya stabilitas sosial dalam masyarakat, al-Qur`an
dan hadits menetapkan adanya qishash bagi pelaku pembunuhan -meski
memberi maaf lebih utama-, hukuman rajam dan cambuk bagi pelaku zina dan
peminum khamar serta hukuman potong tangan bagi pencuri.
 Dari dimensi jasmaniah, Islam mewajibkan zakat
(zakat harta, zakat fithrah) bagi orang-orang yang
mampu, Infaq, shadaqah dan waqaf bagi mereka yang
memiliki kelebihan harta.
 Sementara dalam konteks keadilan dan kesetaraan
nabi Muhammad SAW menegaskan dalam salah satu
hadits yang artinya: “Seandainya Fathimah anak-ku
mencuri sungguh akan saya potong tangannya”.
 Islam tidak hanya memberikan perhatian pada kebutuhan yang
sifatnya materi namun juga kebutuhan-kebutuhan non material yang
sifatnya abstrak namun sangat berpengaruh terhadap sikap dan
tingkah laku seseorang.
 Semua ini ditujukan dalam rangka mewujudkan tatanan kehidupan
yang harmonis dalam banyak hal, harmonis antara si kaya dan si
miskin, penguasa dan rakyat, individu dan individu, yang pintar dan
yang bodoh, orang kuat dan yang lemah dan lainnya.
 Jika hal ini dapat terwujud dalam realitas kehidupan umat Islam
niscaya kesejahteraan sosial akan hadir dalam kehidupan yang
sesungguhnya bukan dalam catatan-catatan kertas para pengamat
masalah sosial.
Pandangan Islam terhadap: Kemiskinan,
Kebodohan, dan Pengangguran
Kemiskinan.
 Al-Quran menggambarkan kemiskinan dengan 10 kosa kata yang berbeda,
yaitu al-maskanat (kemiskinan), al-faqr (kefakiran), al-’ailat (mengalami
kekurangan), al-ba’sa (kesulitan hidup), al-imlaq (kekurangan harta), al-sail
(peminta), al-mahrum (tidak berdaya), al-qani (kekurangan dan diam), al-
mu’tarr (yang perlu dibantu) dan al-dha’if (lemah).
 Kesepuluh kosa kata di atas menyandarkan pada satu arti/makna yaitu
kemiskinan dan penanggulangannya. Islam menyadari bahwa dalam
kehidupan masyarakat akan selalu ada orang kaya dan orang miskin (QS An-
Nisa/4: 135). Sungguh, hal itu memang sejalan dengan sunnatullah itu
sendiri.
 Kemiskinan, menurut Islam, disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
karena keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2: 273), penindasan (QS
Al-Hasyr/59: 8), cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42), dan pelanggaran terhadap
hukum-hukum Tuhan (QS Al-Baqarah/2: 61).
 Namun, di negara kita sesungguhnya faktor-faktor di atas sudah mulai dibenahi,
walaupun ada yang secara sungguh-sungguh maupun setengah-setengah.
 Keniscayaan adanya orang kaya dan orang miskin, maka sudah sepatutnya
orang kaya (termasuk pemerintah) membantu orang miskin.
 Menurut Islam, dengan adanya bantuan orang kaya tersebut, agar orang miskin
tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dapat merendahkan martabatnya
sendiri (QS Al-Baqarah/2: 256).
 Islam sesungguhnya telah menyadari bahwa terkadang kefakiran (dan
kemiskinan) akan menjadikan manusia pada kekufuran.
 Untuk itu Islam pun memberikan sumbangsih solusi penanggulangan
kemiskinan dengan dua model: (1) wajib dilakukan dan (2) anjuran.
 Adapun yang mesti dilakukan adalah zakat (QS At-Taubah/9: 103),
infak wajib yang sifatnya insidental (QS Al-Baqarah/2: 177), menolong
orang miskin sebagai ganti kewajiban keagamaan, misalnya membayar
fidyah (QS Al-Baqarah/2: 184), dan menolong orang miskin sebagai
sanksi terhadap pelanggaran hukum agama (misalnya membayar kafarat
dengan memberi makan orang miskin) (QS Al-Maidah/5: 95).
 Sedang yang bersifat anjuran untuk dilakukan adalah sedekah, infak,
hadiah, dan lain-lainnya. Tentu saja semua hal di atas dilakukan bagi
orang yang mampu secara finansial. Namun, bagi yang tidak mampu
pun dalam hal itu diwajibkan juga, yaitu dengan memberikan nasihat,
spirit, dan motivasi kepada kalangan rakyat jelata.
Kebodohan.
 Islam memandang penanggulangan kebodohan itu sebagai ibadah,
sebaliknya membiarkan kebodohan dipandang sebagai tindak
kemungkaran.
 Karena kebodohanlah yang menjadi salah satu penyebab
kemerosotan dan keterbelakangan martabat manusia.
 Dalam hal menumpas kebodohan dalam Islam, ayat yang pertama
sekali diturunkan Allah memerintahkan untuk belajar dan menuntut
ilmu. (QS. Al-’Alaq: 1-5)
 Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
 Allah swt memuji orang-orang berilmu.
Pengangguran.
Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan
penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan
sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan.
Prinsip ekonomi dalam Islam adalah seseorang dituntut bekerja sesuai dengan
kemampuan kumulatifnya dan diberikan hak sesuai dengan kebutuhan
dasarnya (basic need).
Islam mengecam orang yang miskin karena tidak mau mendayaguna kan
kemampuannya : malas berfikir, malas bekerja dan berusaha. Orang yang
demikian dianggap sebagai dlulumun an nafs atau menganiaya diri sendiri.
Dr. Mohammad Iqbal pernah berkata: "Kafir yang aktif lebih baik daripada
muslim yang pasif."
 Islam sebagai agama yang hanya menghendaki kebaikan dan agama
yang sesuai dengan fitrah manusia, memerintahkan agar manusia
mencari harta.
 Harta adalah karunia Allah dan mencarinya adalah bemilai ibadah.
Islam memberi petunjuk agar dalam kegiatan mencari harta itu
menjadi mudah dan menyenangkan serta tidak menimbulkan
kerusakan dan pertumpahan darah.
 Di antara petunjuk Islam dalam hal mencari harta adalah sebagai
berikut:
a. Dalam Islam, motivasi dasar yang harus diletakkan oleh setiap
muslim dalam menjalan kan hidup ini adalah pengabdian kepada
Allah semata.
b. Alquran menegaskan bahwa cara yang terbaik untuk
mendapatkan kekayaan adalah dengan bekerja. Karena pada
dasamya seseorang tidak akan memperoleh sesuatu selain yang ia
usahakan.
c. Dalam hidup dan bekerja, Islam mengajarkan akan pentingnya
berorientasi ke masa depan, kerja keras, teliti, hati-hati, menghargai
waktu, penuh rasa tanggung jawab dan berorientasi pada prestasi
(achievement oriented) dan bukan prestise semata.
Artinya:
- Hidup harus punya cita-cita.
- Kerja santai, tanpa rencana, malas, boros tenaga, waktu
dan biaya adalah bertentangan dengan nilai-nilai ajaran
Islam. Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu
harus diisi dengan tiga hal yaitu : meningkatkan
keimanan, beramal shaleh (amal yang mensejahterakan)
dan berkomunikasi sosial.
- Semua masalah yang menjadi tanggung jawabnya
harus dihadapi dengan penuh rasa tanggung jawab
(responsibility) dan penuh perhitungan
(accountability).
- Hidup dalam Islam harus hemat dan berpola
kesederhanaan, tidak konsumtif dan berlebihan, tetapi
tidak kikir.
- Islam menilai bahwa sebaik-baik pekerjaan adalah
yang di kerjakan dengan sebaik-baiknya (ahsanu
amala)
Which of the strategies we’ve covered
would you like to try in your own classes?
Summarize the most important
points in today’s lecture.

Anda mungkin juga menyukai