Anda di halaman 1dari 18

Menganggap Diri Paling Salafy, Akhlaq Jahiliyyah

Oleh: dr. M Faiq Sulaif


Di antara sekian banyak akhlaq jahiliyyah yang harus dijauhi oleh setiap pencari
kebenaran adalah memiliki perasaan bahwa dirinya paling berilmu, paling salafi, atau
ma’hadnya yang paling salafi atau menganggapnya sebagai markiz dakwah salafiyah
yang paling murni sedunia (sebagaimana yang dikutip dengan tulisan yang tebal dan
jelas oleh sebuah Situs Hizbi yang penuh dengan fitnah) dan sebagainya. Ucapan-ucapan
semisal ini tidaklah muncul kecuali dari mulut orang-orang yang memiliki penyakit
jahiliyyah. Yang aneh adalah mereka masih mengaku diri mereka paling salafi atau paling
murni ke-salafi-annya dalam keadaan mereka terjangkiti penyakit jahiliyyah ini.

Perbuatan ini dinamakan ‘tazkiyatun nafs’ yang artinya merasa diri paling bersih, paling
alim atau paling salafi.

Larangan Menganggap Diri Sendiri Paling Baik


Allah  berfirman:

‫شلاَيء وللل‬
‫ن يِ ل ل‬
‫مل م‬ ‫ل الل للل ي‬
‫ه يِ يلزك كلليِّ ل‬ ‫م لبل إ‬
‫سللهي م‬ ‫ن أ لن م ي‬
‫ف ل‬ ‫ن يِ يلز ك‬
‫كلوُّ ل‬ ‫م لتللر إ إل لللىَ ال للل إ‬
‫ذيِ ل‬ ‫أللل م‬
‫ل‬
‫ن فلإتيِلل‬ ‫موُّ ل‬‫يِ يظ مل ل ي‬
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap diri mereka
bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka
tidaklah dianiaya sedikitpun.” (QS. An-Nisa’: 49).

Al-Imam Qatadah berkata tentang ayat di atas:

‫ )نحن‬:‫ فقاَلوُّا‬،‫ زكوُّا أنفسهم بأمر لم يِبلغوُّه‬،‫وهم أعداء الله اليِهوُّد‬


.َ‫ ل ذنوُّب لنا‬:‫ وقاَلوُّا‬.(‫أبناَء الله وأحباَؤه‬
“Mereka adalah musuh-musuh Allah yaitu kaum Yahudi. Mereka menganggap diri
mereka bersih dengan sesuatu perkara yang mana mereka tidak sampai kepadanya.
Mereka berkata: “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya.” Dan mereka
berkata: “Kami tidak memiliki dosa.” (HR. Ath-Thabari dengan sanad hasan. Ash-
Shahihul Masbur: 2/64-65).

Al-Allamah Alimul Yaman Asy-Syaukani berkata:

‫ فل يِبعد صدقهاَ علللىَ جميِللع هللذه‬،‫ التطهيِر والتنزيِه‬: ‫ومعنىَ التزكيِة‬


‫ واللفظ يِتناَول كل مللن زكللىَ نفسلله بحللق أو‬،َ‫التفاَسيِر وعلىَ غيِرها‬
1
‫ ويِللدخل فلليِّ هللذا التلقللب باَللقللاَب‬،‫بباَطللل مللن اليِهللوُّد وغيِرهللم‬
. َ‫ ونحوُّهما‬، ‫ وعز الديِن‬، ‫ كمحيِيِّ الديِن‬،‫المتضمنة للتزكيِة‬
“Dan makna ‘tazkiyah’ adalah menganggap diri suci dan bersih. Dan tidaklah jauh
kebenaran makna ‘tazkiyah’ atas semua tafsir ini dan yang lainnya. Dan lafazh ini
(tazkiyah, pen) meliputi semua orang yang men-tazkiyah dirinya
(merekomendasikan dirinya dengan kebaikan, pen) dengan cara yang benar atau
yang batil dari kalangan Yahudi dan lainnya. Dan termasuk dalam perkara ini adalah
memberikan laqab (nama julukan) yang mengandung ‘tazkiyah’ seperti Muhyiddin
(orang yang menhidupkan agama), Izzuddin (kemuliaan agama) dan lain
sebagainya.” (Fathul Qadir: 2/160).

Maka bandingkanlah penjelasan Al-Allamah Asy-Syaukani di atas dengan klaim mereka


bahwa mereka memiliki markaz dakwah salafiyyah paling murni sedunia. Padahal
ilmu mereka sangat sedikit jika dibanding dengan ilmu beliau.

Allah berfirman:
‫ل‬ ‫كوُّا أ لن م ي‬
َ‫قى‬
‫ن ات ل ل‬
‫م إ‬ ‫م هيوُّل أع مل ل ي‬
‫م بإ ل‬ ‫سك ي م‬
‫ف ل‬ ‫فللل ت يلز ك‬
“Maka janganlah kalian mengatakan diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui
tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32).

Al-Allamah Asy-Syaukani berkata tentang ayat di atas:

‫ فللإن تللرك تزكيِللة‬،َ‫ل تمدحوُّهاَ ول تبرئوُّهاَ عن الثآللاَم ول تثنللوُّا عليِهللا‬


،‫ وأقرب إلىَ الخشوُّع‬،‫النفس أبعد من الريِاَء‬
“Janganlah kalian memuji diri kalian sendiri, merasa diri kalian bebas dari dosa dan
janganlah kalian menyanjung diri kalian sendiri, karena meninggalkan ‘sifat memuji
diri sendiri dan merasa bersih’ adalah lebih jauh dari sifat riya’ dan lebih mendekati
khusyu’.” (Fathul Qadir: 7/77).

Kisah Nabi Musa alaihissalam


Allah  pernah menegur Nabi Musa  karena menyatakan bahwa beliau adalah orang yang
paling alim di jamannya.

Dari Abdullah bin Abbas  bahwa Rasulullah  bersabda:

2
‫م‬‫ل ت لعمل للل ي‬‫ل هللل م‬ ‫قللاَ ل‬ ‫ل فل ل‬‫ج ل‬ ‫سلراإئيِ ل‬
‫ل إ إذ م ل‬
‫جاَلءه ي لر ي‬ ‫ن ب لإنيِّ إ إ م‬ ‫م م‬‫ملل ل إ‬ ‫سىَ إفيِّ ل‬ ‫موُّ ل‬ ‫ب ليِ ملناَ ي‬
‫ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ضلللر‬ ‫خ إ‬ ‫سىَ ب لللىَ ع لب مد يلناَ ل‬ ‫يِّ إ إللىَ ي‬
‫موُّ ل‬ ‫ح ل‬ ‫سىَ لل فلأو إ‬ ‫موُّ ل‬‫ل ي‬ ‫قاَ ل‬ ‫من م ل‬
‫ك فل ل‬ ‫م إ‬‫دا أع مل ل ل‬ ‫ح ل‬‫أ ل‬
....‫ة‬ ‫ت آيِ ل ل‬ ‫ه ال م ي‬
‫حوُّ ل‬ ‫ه لل ي‬
‫ل الل ل ي‬‫جعل ل‬ ‫ل إ إللىَ ل ي إ‬
‫قيِ كهإ فل ل‬ ‫سإبيِ ل‬‫سىَ ال ل‬ ‫موُّ ل‬‫ل ي‬ ‫سأ ل ل‬‫فل ل‬
“Suatu ketika Musa berada di majelis perkumpulan Bani Israil. Tiba-tiba ada seorang
laki-laki mendatangi beliau dan bertanya: “Apakah engkau mengetahui ada orang
yang lebih alim (berilmu) dari engkau?” Beliau menjawab: “Tidak ada.” Maka Musa
mendapatkan wahyu: “Ya, ada (seseorang yang lebih alim darimu) yaitu hamba Kami
Khadlir.” Maka Musa bertanya kepada Allah tentang jalan untuk menemui Khadlir
kemudian Allah jadikan ikan huut sebagai tanda… dst.” (HR. Al-Bukhari: 6924,
Muslim: 4385, At-Tirmidzi: 3074).

Sedangkan di dalam riwayat Muslim, Nabi Musa  berkata:


‫ل‬ ‫مل‬ ‫ل‬
ِّ‫مكني‬ ‫خيِ ملرا ولأع مل ل ل‬
‫م إ‬ ‫جلل ل‬
‫ض لر ي‬ ‫ماَ أع مل ل ي‬
‫م إفيِّ المر إ‬ ‫ل‬
“Aku tidak mengetahui di muka bumi ini ada seseorang yang lebih baik dan lebih alim
dariku.” (HR.Muslim: 4386).

Dalam riwayat lain:


‫قاَ ل ل‬ ‫ل‬ ‫فلسئ إ ل ل‬
‫م إ إل ليِ مهإ‬
‫م يِ ليرد ل ال معإل م ل‬
‫ه ع لل ليِ مهإ إ إذ م ل ل م‬
‫ب الل ل ي‬
‫ل ألناَ فلعلت ل ل‬ ‫س أع مل ل ي‬
‫م فل ل‬ ‫ل أيك اللناَ إ‬ ‫ي‬
“Maka Musa ditanya: “Siapakah di antara para manusia yang paling alim?” Maka
beliau menjawab: “Aku.” Maka Allah menegurnya karena ia tidak mengembalikan
ilmu kepada-Nya.” (HR. Al-Bukhari: 4356, Muslim: 4385).

Al-Allamah Al-Aini berkata:

‫وقيِل جاَء هذا تنبيِهاَ لموُّسىَ وتعليِماَ لمن بعده ولئل يِقتدي بلله غيِللره‬
‫فيِّ تزكيِة نفسه والعجب بحاَله فيِهلك‬
“Dan dikatakan bahwa teguran ini datang untuk memperingatkan Musa dan
mengajari orang-orang setelahnya dan agar tidak ditiru oleh selainnya dalam sikap
merasa diri paling baik dan rasa bangga (ujub) dengan keadaannya sehingga menjadi
binasa.” (Umdatul Qari: 3/40).

Kalau Nabi Musa  yang maksum saja ditegur oleh Allah  karena ucapan beliau bahwa
beliau adalah orang yang paling alim, maka mereka yang bukan Nabi lebih pantas
untuk ditegur karena ucapan mereka bahwa markiz mereka adalah markiz salafiyah
yang paling murni sedunia. Wallahul musta’an.

3
Sikap Tawadlu’ dari Al-Imam Malik
Beliau adalah Al-Imam Malik bin Anas, seorang ulama besar di kota Madinah yang tidak
diragukan lagi keilmuan beliau.

Al-Imam Sufyan bin Uyainah berkata:

.‫ وهوُّ حجة زماَنه‬،‫ماَلك عاَلم أهل الحجاَز‬


“Malik adalah orang alimnya penduduk Hejaz. Beliau adalah hujjah masanya.” (Siyar
A’lamin Nubla’: 8/57).

Al-Imam Adz-Dzahabi berkata:

،‫ولم يِكن باَلمديِنة عللاَلم مللن بعللد التللاَبعيِن يِشللبه ماَلكللاَ فلليِّ العلللم‬
،‫ والحفظ‬،‫ والجللة‬،‫والفقه‬
“Dan di Madinah tidak dijumpai seorang alim setelah tabi’in yang seperti Malik
dalam keilmuan, fiqih, kebesaran dan hafalan.” (Siyar A’lamin Nubala’: 8/58).

Meskipun mendapat banyak tazkiyah dari para ulama’, beliau tidak pernah menyatakan
bahwa diri beliau adalah orang yang paling alim, paling salafi atau kitab Al-
Muwaththa’ karya beliau adalah kitab yang paling murni. Bahkan beliau pernah
berkata:

،‫ فيِّ أن يِعلق الموُّطأ فيِّ الكعبة‬:‫شاَورنيِّ هاَرون الرشيِد فيِّ ثآلثآة‬


‫ فإن‬،" ‫ أماَ تعليِق " الموُّطأ‬:‫فقلت‬....،‫ويِحمل الناَس علىَ ماَ فيِه‬
......‫ وكل عند نفسه مصيِب‬،‫ وتفرقوُّا‬،‫الصحاَبة اختلفوُّا فيِّ الفروع‬
“Harun Ar-Rasyid bermusyawarah denganku dalam 3 perkara: (di antaranya adalah)
beliau ingin menggantungkan kitab Al-Muwaththa’ di Ka’bah dan menganjurkan
manusia untuk mengamalkan isi kitab tersebut…… Maka aku katakan: “Adapun
menggantungkan Al-Muwaththa’ maka sesungguhnya para sahabat telah ber-ikhtilaf
(berbeda pendapat) dalam masalah furu’ dan mereka telah menyebar (ke berbagai
negeri). Dan masing-masing mereka telah benar menurut ijtihad mereka…dst.” (Siyar
A’lamin Nubala’: 8/98 dan isnad atsar di atas di-hasan-kan oleh Adz-Dzahabi).

Antara Tazkiyah yang Boleh dan yang Dilarang


Al-Imam An-Nawawi berkata:

‫ فاَلمللذموُّم‬،‫ مللذموُّم; ومحبللوُّب‬:‫إعلم أن ذكر محاَسن نفسه ضرباَن‬


،‫أن يِذكره للفتخاَر وإظهاَر الرتفاَع والتميِز علىَ القران وشبه ذلللك‬
‫ وذلللك بللأن يِكللوُّن آمللرا‬،‫والمحبللوُّب أن يِكللوُّن فيِلله مصلللحة ديِنيِللة‬
4
،َ‫ أو معلمللا‬،‫ أو ناَصحاَ أو مشيِرا بمصلحة‬،‫ أو ناَهيِاَ عن منكر‬،‫بمعروف‬
‫ أو يِللدفع عللن‬،‫ أو مصلللحاَ بيِللن اثآنيِللن‬،‫ أو مللذكرا‬،َ‫ أو واعظا‬،َ‫أو مؤدبا‬
‫ فيِذكر محاَسللنه ناَويِللاَ بللذلك أن يِكللوُّن هللذا‬،‫ أو نحوُّ ذلك‬،‫نفسه شرا‬
...‫أقرب إلىَ قبوُّل قوُّله واعتماَد ماَ يِذكره‬
“Ketahuilah bahwa menyebutkan kebaikan diri sendiri ada 2 macam: tercela dan terpuji.
Yang tercela adalah menyebutkan kebaikan diri untuk berbangga-bangga,
menampakkan kelebihan, menampilkan sikap menonjol atas teman sejawat atau
semisalnya. Dan yang terpuji adalah jika di dalamnya terdapat maslahat secara
agama. Yaitu ketika menjadi seseorang yang memerintahkan kebaikan, atau melarang
kemungkaran, atau menasehati, atau memberi arahan dengan kemaslahatan, atau
mengajar, atau mengajar adab, atau memberikan wejangan, atau mendamaikan di
antara 2 orang, atau menolak keburukan atas dirinya dan sebagainya maka seseorang
boleh menyebutkan kebaikan dirinya dengan niat agar ucapannya lebih bisa diterima
atau dijadikan pegangan.” (Al-Adzkar lin Nawawi: 278-279).

Di antara dalil yang digunakan oleh An-Nawawi untuk tazkiyah yang diperbolehkan
adalah ucapan orang shalih dari Madyan kepada calon menantunya yaitu Nabi Musa :

‫ستجدنيِّ إن شاَء الله من الصاَلحيِن‬


“Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” (QS.
Al-Qashash: 27).

Sekarang marilah kita nilai klaim mereka ‘bahwa markiz mereka adalah markiz
salafiyah yang paling murni sedunia’, apakah termasuk klaim yang terpuji ataukah
tercela?

Pertama: Motivasi dari klaim tersebut adalah karena berbangga-bangga melebihkan


markiz mereka atas markiz-markiz salafiyyah yang lain di dunia. Bahkan mengarah
kepada ashabiyah dan hizbiyyah kepada markiz dan syaikh mereka karena mereka
terbukti men-tahdzir dan memusuhi salafiyyin yang tidak membela markiz dan syaikh
mereka.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:

‫ أن الذي لبد منه عندهم تعصب النساَن لطاَئفته‬: ‫الثاَلثة والتسعوُّن‬


َ‫ونصر من هوُّ منهاَ ظاَلماَ أو مظلوُّما‬
“Masalah jahiliyyah yang ke-93: “Bahwa perkara yang pasti ada pada orang-orang
jahiliyyah adalah sikap ta’ashshub (bersikap sektarian atau hizbiyyah atau pembelaan
yang membabi buta, pen) seseorang atas kelompoknya (baca: markiznya, pen) dan

5
membela (dengan mati-matian, pen) orang dari kelompok tersebut baik dalam posisi
menganiaya atau yang dianiaya.” (Masa’ilul Jahiliyyah: 21).

Rasulullah  bersabda:
‫ل‬ ‫ل‬ ‫صمر أ ل ل‬
‫ل الل لللهإ أن م ي‬
‫صلليره ي إ إ ل‬
‫ذا‬ ‫سللوُّ ل‬ ‫ج ل‬
‫ل يِ لللاَ لر ي‬ ‫ل لر ي‬ ‫قاَ ل‬ ‫مظ ميلوُّ ل‬
‫ماَ فل ل‬ ‫ماَ أوم ل‬ ‫ظاَل إ ل‬‫ك ل‬ ‫خاَ ل‬ ‫ان م ي‬
‫ل تحجللزه أول‬ ‫ل‬ ‫ن ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫صلليره ي قلللاَ ل ل م ي ي ي م‬ ‫مللاَ ك ليِ ملل ل‬
‫ف أن م ي‬ ‫ظاَل إ ل‬ ‫ذا ك لللاَ ل‬‫ت إإ ل‬ ‫ماَ أفللرأيِ ملل ل‬ ‫مظ ميلوُّ ل‬ ‫ن ل‬ ‫كاَ ل‬‫ل‬
‫صيره ي‬‫ك نل م‬ ‫ن ذ لل إ ل‬‫ن الظ كل مم إ فلإ إ ل‬ ‫م م‬ ‫ه إ‬ ‫من لعي ي‬
‫تل م‬
“Tolonglah saudaramu baik dalam keadaan menganiaya atau dianiaya!” Seseorang
bertanya: “Wahai Rasulullah, aku menolongnya jika ia dianiaya. Maka menurut
engkau bagaimana aku menolongnya jika ia berbuat aniaya?” Maka beliau
menjawab: “Kamu halangi dan kamu cegah ia dari perbuatan aniaya. Maka itu
adalah menolongnya.” (HR. Al-Bukhari: 6438, At-Tirmidzi: 2181, Ahmad: 11511).

Mereka melanggar hadits ini karena mereka terbukti men-tahdzir dan mencela orang-
orang yang berdiam diri atau tawaqquf dalam masalah markiz mereka.

Kedua: Calon mertua Nabi Musa  hanya menggunakan kata ‘termasuk orang-orang
yang baik’ dan tidak menggunakan isim tafdlil yaitu bentuk lebih (comparative) seperti
lebih baik atau bentuk paling (superlative) seperti paling baik. Sementara mereka
menggunakan isim tafdlil dalam klaim mereka ‘bahwa markiz mereka adalah markiz
salafiyah yang paling murni sedunia’. Coba perhatikan kata-kata ‘paling murni
sedunia’.

Ketiga: Calon mertua Nabi Musa  menyatakan ‘Insya Allah’ sedangkan mereka tidak
menyatakannya bahkan memastikan kebenaran klaim tersebut karena mereka terbukti
men-tahdzir dan mencela orang-orang yang tidak membela mereka.

Keempat: Ruang lingkup ucapan mertua Musa  adalah masalah mahar pernikahan.
Maka dalam lingkup kecil, seseorang boleh berucap: “Saya Insya Allah tidak termasuk
orang yang mengecewakan dalam menjamu tamu,” atau “Saya Insya Allah termasuk
orang yang bertanggung jawab dalam mengurus keluarga,” dan sebagainya. Sedangkan
mereka menyatakan klaim tersebut dalam ruang lingkup yang lebih besar. Seolah-olah
mereka berkata ‘bahwa markiz mereka adalah markiz salafiyah yang paling murni
sedunia’ dalam masalah aqidah, akhlaq, fiqih, tafsir dan sebagainya.

Dari keempat poin di atas terbukti bahwa klaim mereka adalah klaim tercela dan
hizbiyyah. Wallahul musta’an.

Manakah yang Lebih Murni?


Selain itu dalam klaim ‘bahwa markiz mereka adalah markiz salafiyah yang paling
murni sedunia’, mereka telah berbuat su’ul adab (baca: kurang ajar) kepada
6
Rasulullah  karena klaim tersebut diucapkan tanpa meminta ijin dan permisi dulu kepada
beliau. Mereka tidak bertanya dulu kepada beliau apakah ada markiz salafiyyah yang
lebih murni dari milik mereka. Dan ternyata jawabannya adalah didapati markiz
salafiyyah yang lebih murni dari milik mereka yaitu markiz salafiyyah di kota beliau
Madinah.

Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda:


‫م‬ ‫م‬
َ‫ها‬
‫حرإ ل‬ ‫ة إ إللىَ ي‬
‫ج م‬ ‫ماَ ت لأرإيز ال م ل‬
‫حيِ ل ي‬ ‫ديِن لةإ ك ل ل‬ ‫ن ل ليِ لأرإيز إ إللىَ ال م ل‬
‫م إ‬ ‫ماَ ل‬ ‫نامإ‬
‫ليِ ل‬ ‫إإ ل‬
“Sesungguhnya Al-Iman akan berkumpul ke Madinah sebagaimana ular berkumpul
ke sarangnya.” (HR. Al-Bukhari: 1743, Muslim: 210).

Al-Allamah Al-Mubarakfuri berkata:

،‫والمراد أن أهل اليِماَن يِفرون بإيِماَنهم إلىَ المديِنة وقاَيِة بهاَ عليِلله‬
‫ وهذا إخباَر عن آخر الزماَن حيِللن‬،َ‫أو لنهاَ وطنه الذي ظهر وقوُّي بها‬
.َ‫يِقل السلم ويِنضم إلىَ المديِنة فيِبقىَ فيِها‬
“Maksud hadits ini adalah bahwa Ahlul Iman akan berlari dengan membawa iman
mereka ke Madinah untuk menjaga iman mereka atau karena Madinah merupakan
tempat muncul dan bertambah kuatnya iman. Dan ini adalah pemberitaan tentang
akhir jaman ketika (orang-orang yang berpegang pada) Al-Islam berjumlah sedikit
dan bergabung ke Madinah dan tetap di sana.” (Mir’atul Mafatih: 1/607).

Dan untuk menjaga kemurnian markiz salafiyyah di Madinah, Rasulullah  memperberat


sangsi bagi orang-orang yang berbuat bid’ah di dalamnya.

Dari Ali bin Abi Thalib  bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ة الل لهإ لوال م ل ل‬


‫حد إلثآاَ فلعلل ليِ مهإ ل لعمن ل ي‬ ‫ل‬ ‫م ل‬
‫ملئ إك لةإ لواللناَ إ‬
‫س‬ ‫حد للثآاَ أوم آلوىَ ي‬
‫م م‬ ‫ث إفيِلهاَ ل‬ ‫حد ل ل‬‫نأ م‬ ‫ل م‬
‫ف وللل ع لد م ل‬
‫ل‬ ‫صمر ل‬ ‫ن لل يِ ي م‬
‫قب ل ي‬ ‫ل‬
‫ه ل‬ ‫من م ي‬ ‫ل إ‬ ‫مإعيِ ل‬
‫ج ل‬‫أ م‬
“Barangsiapa yang berbuat bid’ah di dalamnya (kota Madinah) atau melindungi
pelaku bid’ah maka ia mendapatkan laknat Allah, Malaikat dan manusia semuanya.
Tidak diterima amalannya baik yang wajib ataupun yang sunnah.” (HR. Al-Bukhari:
1737, Muslim: 2433, At-Tirmidzi: 2053, Abu Dawud: 1739).

Mengapa demikian?

Al-Allamah Al-Faqih Ibnu Utsaimin menjawab:

7
‫ وهوُّ يِأرز إليِهاَ كماَ تللأرز‬،‫ وموُّئل اليِماَن‬،‫لن المديِنة عاَصمة السلم‬
‫ ويِللأتيِّ إليِهللاَ المسلللموُّن مللن مشللاَرق الرض‬،َ‫الحيِللة إلللىَ جحرهللا‬
‫ نيِرة واضللحة‬،‫ فلبد أن تبقىَ المديِنة علىَ السنة المطهرة‬،َ‫ومغاَربها‬
‫ وأشللد‬.‫ل تخاَلطهاَ بدعة؛ لن من رأىَ البدعة فيِهاَ ظن البدعللة سللنة‬
‫الناَس فيِّ التحذيِر من البدع ماَلك بن أنس إماَم دار الهجللرة رحملله‬
،َ‫الله تعاَلى‬
“Karena Madinah adalah ibukota Al-Islam, tempat berlidungnya Al-Iman. Iman akan
kembali bergabung kepadanya seperti ular kembali berkumpul ke sarangnya. Kaum
muslimin akan mendatangi Madinah dari penjuru timur dan barat bumi. Maka suatu
keharusan bagi Madinah untuk tetap di atas As-Sunnah yang disucikan, sebuah kota
yang bercahaya lagi jelas tidak terkontaminasi dengan bid’ah. Karena orang yang
melihat kebid’ahan (yang dibiarkan, pen) di dalamnya akan menyangkanya sebagai
sunnah. Dan ulama yang paling keras dalam memperingatkan dari berbagai
kebid’ahan adalah Al-Imam Malik bin Anas Imam Kota Hijrah yaitu Madinah –
semoga Allah merahmati beliau-,….” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, syarh hadits
ke-28: 61/11).

Dan puncak kemurnian markiz salafiyyin di Madinah adalah ketika munculnya Dajjal –
semoga Allah melaknatnya-. Ketika itu kota Madinah mengadakan penyaringan dan
orang-orang kafir dan munafiq akan terpental dari Madinah.

Dari Anas bin Malik  bahwa Rasulullah  bersabda:

َ‫قاَب إهل ا‬
‫ن نإ ل‬‫م م‬‫ه إ‬ ‫س لل ي‬ ‫ة ل ليِ م ل‬‫ديِن ل ل‬ ‫ة لوال م ل‬
‫م إ‬ ‫مك ل ل‬‫ل إ إلل ل‬‫جاَ ي‬ ‫سيِ لط لؤ يه ي الد ل ل‬ ‫ن ب لل لد ل إ إلل ل‬ ‫م م‬‫س إ‬‫ل ليِ م ل‬
‫ل‬
َ‫ة ب إأهمل إهلللا‬‫ديِن للل ي‬
‫م إ‬‫ف ال م ل‬
‫جلل ي‬ ‫م ت لمر ي‬ ‫سللوُّن للهاَ ثآ يلل ل‬
‫حير ي‬‫ن يِ ل م‬‫صاَكفيِ ل‬‫ة ل‬ ‫مللئ إك ل ي‬‫ب إ إلل ع لل ليِ مهإ ال م ل‬ ‫ق ل‬
‫نل م‬
‫ق‬
‫ملناَفإ ل‬ ‫كاَفإرل ول ي‬‫ل ل‬ ‫ه كي ل‬ ‫ج الل ل ي‬ ‫خرإ ي‬ ‫ت فليِ ي م‬
‫فاَ ل‬ ‫ج ل‬‫ث لر ل‬‫ثآ للل ل‬
“Tidaklah ada dari suatu negeri pun kecuali akan diinjak (dimasuki) oleh Dajjal
kecuali Makkah dan Madinah. Tidak ada celah di Madinah kecuali ada Malaikat yang
berbaris yang menjaganya. Kemudian Madinah bergetar 3 kali untuk menggoyang
penduduknya. Maka Allah mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik dari dalam
Madinah.” (HR. Al-Bukhari: 1748, Ahmad: 12517).

Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ث‬ ‫فلليِّ ال مك إيِللير ل‬


‫خلبل ل‬ ‫هاَ ك ل ل‬
‫مللاَ يِ لن م إ‬ ‫شلللرالر ل‬
‫ة إ‬
‫ديِلنل ي‬ ‫يِّ ال م ل‬
‫م إ‬ ‫ف ل‬‫حلتىَ ت لن م إ‬
‫ة ل‬
‫ساَع ل ي‬
‫م ال ل‬
‫قوُّ ي‬ ‫لل ت ل ي‬
‫ديِد إ‬
‫ح إ‬ ‫ال م ل‬
“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai kota Madinah membersihkan perusuh-
perusuhnya seperti ubupan (tiupan pandai besi) membersihkan kotoran besi.” (HR.
Muslim: 2451, Ibnu Hibban dalam Shahihnya: 3734 (9/51-2).

8
Bahkan sebelum munculnya Dajjal –semoga Allah melaknatnya-, Madinah juga
mengadakan penyaringan untuk menjaga kemurniannya. Rasulullah  bersabda:

‫س‬
‫فيِّ اللناَ ل‬
‫ة ت لن م إ‬
‫ديِن ل ي‬ ‫يِّ ال م ل‬
‫م إ‬ ‫ب وله إ ل‬ ‫قوُّيلوُّ ل‬
‫ن يِ لث مرإ ي‬ ‫قلرىَ يِ ل ي‬ ‫قمريِ لةل ت لأ مك ي ي‬
‫ل ال م ي‬ ‫ت بإ ل‬ ‫ممر ي‬
‫ي‬
‫أ إ‬
‫ديِد إ‬‫ح إ‬‫ث ال م ل‬‫خب ل ل‬‫كيِير ل‬ ‫فيِّ ال م إ‬ ‫كل ل‬
‫ماَ يِ لن م إ‬
“Aku diperintahkan untuk menempati sebuah desa yang memakan desa-desa. Mereka
menyebutnya Yatsrib. Yaitu Madinah. Ia mengadakan pembersihan atas manusia
sebagaimana ubupan pandai besi membersihkan kotoran besi.” (HR. Al-Bukhari:
1738, Muslim: 2452).

Al-Allamah Abdur Ra’uf Al-Munawi berkata:

‫)تأكل القرىَ( أي تغلبهاَ فيِّ الفضل حتىَ يِكوُّن فضل غيِرهاَ باَلنسللبة‬
‫إليِهاَ كاَلعللدم لضللمحللهاَ فلليِّ جنللب عظيِللم فضلللهاَ كأنهللاَ تسللتقري‬
‫القرىَ تجمعهاَ إليِهللاَ أو الحللرب بللأن يِظهللر أهلهللاَ علللىَ غيِرهللم مللن‬
َ‫القرىَ فيِفنوُّن ماَ فيِهاَ فيِأكلوُّنه تسلطاَ عليِهاَ وافتتاَحهللاَ بأيِللدي أهلهللا‬
‫فاَستعيِر الكل لفتتاَح البلد وسلب الموُّال وجلبهاَ إليِه‬
“Maksud ‘memakan desa-desa’ adalah bahwa Madinah mengalahkan desa-desa lain
dalam keutamaan, sampai-sampai keutamaan yang lainnya jika dibandingkan dengan
Madinah seolah-olah menjadi tidak ada. Karena hilangnya keutamaan desa-desa
tersebut jika disandingkan dengan keutamaan Madinah seolah-olah Madinah
mengelilingi desa-desa dan mengumpulkannya menjadi satu atasnya. Atau dalam
peperangan dengan cara penduduk Madinah mengalahkan penduduk desa yang lain
kemudian memakan milik mereka dengan cara menguasai (ghanimah, pen) dan
menaklukkan mereka. Maka kata ‘memakan’ dipinjam untuk kata menguasai negeri-
negeri dan mengambil harta (ghanimah) serta membawanya ke Madinah.” (Faidlul
Qadir: 2/243).

Beliau juga berkata:

‫جعل مثل المديِنة وساَكنيِهاَ مثل الكيِر ماَ يِوُّقد عليِه فيِّ النلاَر فيِميِلز‬
ِّ‫به الخبيِث من الطيِب فيِذهب الخبيِث ويِبقىَ الطيِللب كمللاَ كللاَن فللي‬
‫زمن عمر رضيِّ الله عنلله حيِللث أخللرج أهللل الكتللاَب وأظهللر العللدل‬
‫والحتساَب فزعم عيِاَض أن ذا مختص بزمنه غيِر صوُّاب‬
“Dijadikan perumpamaan Madinah dan penduduknya seperti ubupan pandai besi
pada sesuatu yang dinyalakan dalam api, sehingga orang yang jelek dapat dibedakan
9
dari orang yang baik. Maka orang yang jelek akan pergi (dari Madinah) dan orang
yang baik akan tetap tinggal di dalamnya sebagaimana terjadi pada jaman Umar 
yang mengusir Ahlul Kitab (dari Madinah) dan menampakkan keadilan dan
keikhlasan. Maka persangkaan Qadli Iyadl bahwa ini (penyaringan Madinah) hanya
khusus pada jaman Nabi  adalah tidak benar.” (Faidlul Qadir: 2/243).

Cara penyaringan di Madinah ini jauh lebih baik daripada cara penyaringan di markiz
yang katanya paling murni sedunia. Wallahu a’lam.

Hejaz, Syam dan Yaman


Ketiga daerah yaitu Hejaz (Makkah dan Madinah), Syam dan Yaman adalah pusat cahaya
Al-Islam.

Tentang keutamaan Hejaz, Rasulullah  bersabda:


‫م‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ن‬
‫جد ليِ م إ‬
‫س إ‬ ‫ن ال م ل‬
‫م م‬ ‫ريِلباَ ك ل ل‬
‫ماَ ب لد لأ ولهيوُّل يِ لأرإيز ب ليِ م ل‬ ‫سيِ ليعوُّد ي غ ل إ‬ ‫م ب لد لأ غ ل إ‬
‫ريِلباَ ول ل‬ ‫سلل ل‬‫ن امل إ م‬ ‫إإ ل‬
‫م‬
َ‫ها‬
‫حرإ ل‬‫ج م‬
‫ة إفيِّ ي‬ ‫ماَ ت لأرإيز ال م ل‬
‫حيِ ل ي‬ ‫كل ل‬

“Sesungguhnya Al-Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam
keadaan asing seperti ketika datangnya. Dan ia (Al-Islam) akan kembali berkumpul
diantara 2 masjid seperti ular yang kembali berkumpul di sarangnya.” (HR. Muslim:
209, Ahmad: 16690).

Al-Imam An-Nawawi berkata:

‫وقوُّله صلىَ الللله عليِلله و سلللم بيِللن المسللجديِن أىَ مسللجدىَ مكللة‬
‫والمديِنة‬
“Dan maksud sabda beliau  ‘diantara 2 masjid’ adalah masjid Makkah dan masjid
Madinah.” (Syarhun Nawawi ala Muslim: 2/177).

Tentang keutamaan Syam, Rasulullah  bersabda:


‫ل أ ينللاَس ملل ي‬ ‫سللد ل أ لهملل ي‬
ِّ‫مت إللي‬
‫نأ ل‬‫ل إ م‬ ‫ وللل يِ للللزا ي ل‬،‫م‬ ‫ فللل ل‬،‫م‬
‫خيِ ملللر إفيِك يلل م‬ ‫شللاَ إ‬‫ل ال ل‬ ‫ذا فل ل‬ ‫إإ ل‬
‫ة‬
‫ساَع ل ي‬
‫م ال ل‬
‫قوُّ ل‬
‫حلتىَ ت ل ي‬ ‫خذ لل لهي م‬
‫م ل‬ ‫ن ل‬‫م م‬‫ن ل‬ ‫ لل يِ يلباَيلوُّ ل‬،‫ن‬‫صوُّإريِ ل‬
‫من م ي‬‫ل‬
“Jika Penduduk Syam binasa maka tidak ada kebaikan bagi kalian. Dan senantiasa
ada sekelompok manusia dari umatku yang ditolong oleh Allah. Mereka tidak
mempedulikan orang-orang yang meninggalkan mereka sampai datangnya hari
kiamat.” (HR. Ahmad: 15596 dan isnadnya di-shahih-kan oleh Syaikh Syu’aib Al-

10
Arna’uth dalam Tahqiq Musnad. Hadits ini juga di-shahih-kan oleh Al-Allamah Al-
Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah hadits: 403).

Tentang keutamaan Yaman, Rasulullah  bersabda:

‫ن لوال م إ‬ ‫ل‬ ‫ل ال ميِمن هي ل‬ ‫ل‬


‫ة‬ ‫حك م ل‬
‫ملل ي‬ ‫مللاَ ل‬
‫ه يِ ل ل‬
‫قلل ي‬ ‫ن لوال م إ‬
‫ف م‬ ‫مللاَ ل‬
‫ن يِ ل ل‬
‫ماَ ي‬ ‫م ألرقك أفمئ إد لة ل ا م إ‬
‫ليِ ل‬ ‫م‬ ‫جاَلء أهم ي ل ل إ‬ ‫ل‬
‫ة‬
‫ماَن إيِ ل ل‬
‫يِ ل ل‬
“Telah datang penduduk Yaman yang mana mereka memiliki hati yang paling halus.
Al-Iman adalah dari arah Yaman, Al-Fiqih dari arah Yaman dan Al-Hikmah dari arah
Yaman.” (HR. Al-Bukhari: 4037, Muslim: 73 dan ini adalah redaksi Muslim, At-
Tirmidzi: 3870).

Adapun markiz yang paling baik di antara 3 tempat di atas maka kota Madinah adalah
yang paling baik. Rasulullah  bersabda:
‫ل‬
‫خيِ ملللر‬
‫ة ل‬ ‫ديِن للل ي‬
‫م إ‬‫ن لوال م ل‬ ‫سللوُّ ل‬ ‫م يِ لب ي ك‬ ‫م ب إللأهمإليِهإ م‬ ‫ديِن لةإ قلوُّم ل‬ ‫م إ‬ ‫ن ال م ل‬‫م م‬ ‫ج إ‬ ‫خير ي‬ ‫م فليِ ل م‬ ‫شاَ ي‬ ‫ح ال ل‬ ‫فت ل ي‬‫تي م‬
‫ل‬
‫م‬‫م ب إللأهمإليِهإ م‬ ‫ديِن لةإ قلوُّم ل‬
‫م إ‬‫ن ال م ل‬ ‫م م‬ ‫ج إ‬ ‫خير ي‬ ‫ن فليِ ل م‬ ‫م ي‬ ‫ح ال ميِ ل ل‬‫فت ل ي‬‫م تي م‬‫ن ثآ ي ل‬
‫موُّ ل‬ ‫كاَينوُّا يِ لعمل ل ي‬‫م ل لوُّم ل‬ ‫ل لهي م‬
‫ج‬ ‫خللير ي‬‫ح ال معإلللراقي فليِ ل م‬ ‫فت للل ي‬
‫م تي م‬ ‫ن ثآ يلل ل‬‫موُّ ل‬ ‫كاَينوُّا يِ لعمل ل ي‬ ‫م ل لوُّم ل‬ ‫خيِ ملر ل لهي م‬ ‫ة ل‬ ‫ديِن ل ي‬ ‫ن لوال م ل‬
‫م إ‬ ‫سوُّ ل‬ ‫يِ لب ي ك‬
‫ل‬
‫ن‬
‫موُّ ل‬‫كاَينوُّا يِ لعمل ل ي‬
‫م ل لوُّم ل‬ ‫خيِ ملر ل لهي م‬ ‫ة ل‬ ‫ديِن ل ي‬‫م إ‬‫ن لوال م ل‬ ‫سوُّ ل‬ ‫م يِ لب ي ك‬ ‫م ب إأهمإليِهإ م‬ ‫ديِن لةإ قلوُّم ل‬ ‫ن ال م ل‬
‫م إ‬ ‫م م‬ ‫إ‬
“Syam akan dibuka. Kemudian suatu kaum keluar dari Madinah dengan membawa
keluarga mereka sambil mengajak orang lain untuk tinggal di Syam. Padahal
Madinah adalah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahuinya.
Kemudian Yaman juga akan dibuka. Maka suatu kaum akan keluar dari Madinah
dengan membawa keluarga mereka serta mengajak orang lain untuk tinggal di
Yaman. Padahal Madinah adalah lebih baik bagi mereka seandainya mereka
mengetahuinya. Kemudian Iraq juga akan dibuka. Maka suatu kaum akan keluar dari
Madinah dengan membawa keluarga mereka serta mengajak orang lain untuk tinggal
di Iraq. Padahal Madinah adalah lebih baik bagi mereka seandainya mereka
mengetahuinya.” (HR. Al-Bukhari: 1742, Muslim: 2459 dan ini adalah redaksi Muslim).

Al-Imam An-Nawawi berkata:

َ‫وفيِه فضيِلة سكنىَ المديِنة والصبر علىَ شللدتهاَ وضلليِق العيِللش بهللا‬
‫والله أعلم‬
“Dan di dalam hadits ini terdapat keutamaan bermukim di Madinah, bersabar atas
kerasnya dan sempitnya penghidupan di kota Madinah. Wallahu a’lam.” (Syarhun
Nawawi ala Muslim: 9/159).

11
Demikian kelebihan kota Madinah bila dibanding dengan kota-kota kaum muslimin yang
lainnya.

Oleh karena itu Rasulullah  memperingatkan orang-orang yang keluar dari Madinah
karena membenci Madinah. Beliau bersabda:

‫ل يِخرج أحد من المديِنة رغبة عنهاَ إل أبدلهاَ الله خيِرا منه‬


“Tidaklah seseorang keluar dari Madinah dalam keadaan membencinya kecuali Allah
akan menggantikan untuknya dengan orang-orang yang lebih baik darinya.” (HR.
Malik dalam Al-Muwathha’: 1572 dan ini adalah redaksi beliau, Muslim: 2426).

Dan ini berlaku untuk jaman Rasulullah  dan jaman setelah beliau sampai sekarang.

Al-Allamah Al-Mubarakfuri berkata:

‫صاَ باَلزمن النبوُّي ومن خرج من‬ ‫ الظهر أن ذلك ليِس خاَ ل‬: ِّ‫قاَل البي‬
‫الصحاَبة لم يِخرج رغبة عنهاَ بل إنماَ خرج لمصلحة ديِنيِللة مللن تعليِللم‬
.َ‫ انتهى‬- ‫أو جهاَد أو غيِر ذلك‬
“Berkata Al-Abbi: “Yang jelas adalah bahwa hadits ini tidak hanya dikhususkan untuk
jaman kenabian saja. Dan orang-orang yang keluar dari Madinah dari kalangan Ash-
Shahabah (seperti Ibnu Mas’ud, Mu’adz bin Jabal dan sebagainya) adalah tidak
keluar karena membenci Madinah akan tetapi karena mashlahat agama seperti
mengajarkan (Al-Islam) atau berjihad atau yang lainnya. Selesai.” (Mir’atul Mafatih:
9/514).

Dan beliau juga mendorong umat beliau untuk tinggal di Madinah. Beliau bersabda:

‫مةإ‬ ‫م ال م إ‬
‫قليِاَ ل‬ ‫فيِلعاَ يِ لوُّم ل‬ ‫دا أ لوم ل‬
‫ش إ‬ ‫شإهيِ ل‬ ‫ت لل ي‬
‫ه ل‬ ‫صب للر ع لللىَ لل ملوائ إلهاَ ول إ‬
‫شد لت إلهاَ ك ين م ي‬ ‫ن ل‬‫م م‬ ‫ل‬
‫ة‬
‫ديِن ل ل‬
‫م إ‬ ‫م‬
‫يِ لعمإنيِّ ال ل‬
“Barang siapa yang bersabar atas kelaparan dan kerasnya hidup di Madinah maka
aku akan menjadi saksi atasnya atau orang yang memberinya syafaat pada hari
kiamat.” (HR. Muslim: 2447, At-Tirmidzi: 3859).

Al-Imam An-Nawawi berkata:

َ‫قاَل العلماَء وفيِّ هذه الحاَديِث المذكوُّرة فيِّ الباَب مع ماَ سبق وما‬
َ‫بعللدهاَ دللت ظللاَهرة علللىَ فضللل سللكنىَ المديِنللة والصللبر علللى‬
‫شدائدهاَ وضيِق العيِش فيِهاَ وأن هذا الفضل بللاَق مسللتمر إلللىَ يِللوُّم‬
‫القيِاَمة‬
12
“Para ulama berkata: “Di dalam hadits-hadits tersebut dalam bab ini serta bab
sebelum dan sesudahnya terdapat beberapa dalil yang jelas atas keutamaan bermukim
di Madinah dan bersabar atas keras dan sempitnya kehidupan di dalamnya. Dan
keutamaan ini terus menerus ada sampai hari kiamat.” (Syarhun Nawawi ala Muslim:
9/151).

Bahkan Rasulullah  juga memperingatkan orang-orang yang membuat makar atas


penduduk Madinah. Beliau bersabda:
‫ل‬ ‫كيِد ي أ لهم ل‬
‫ح إفيِّ ال م ل‬
‫ماَإء‬ ‫مل م ي‬
‫ماَع ي ال م إ‬ ‫حد ل إ إلل ان م ل‬
‫ماَع ل ك ل ل‬
‫ماَ يِ لن م ل‬ ‫ديِن لةإ أ ل‬ ‫ل ال م ل‬
‫م إ‬ ‫لل يِ ل إ‬
“Tidaklah seseorang membuat makar atas penduduk Madinah kecuali ia akan
melebur seperti meleburnya garam dalam air.” (HR. Al-Bukhari: 1744).

Dalam riwayat Muslim beliau bersabda:

‫ح إفيِّ ال م ل‬
‫ماَإء‬ ‫مل م ي‬
‫ب ال م إ‬ ‫ماَ يِ ل ي‬
‫ذو ي‬ ‫ه الل ل ي‬
‫ه كل ل‬ ‫سوُّءل أ ل ل‬
‫ذاب ل ي‬ ‫ديِن لةإ ب إ ي‬
‫م إ‬ ‫ن أ للراد ل أ لهم ل‬
‫ل ال م ل‬ ‫م م‬
‫ل‬
“Barangsiapa yang ingin menimpakan keburukan atas penduduk Madinah maka
Allah akan menghancurkannya seperti garam yang hancur dalam air.” (HR. Muslim:
2458).

Al-Allamah Abdur Rauf Al-Munawi berkata:

‫فاَلمعنىَ من مس أهل المديِنة بسوُّء مريِدا أي عاَمدا عاَلمللاَ مختللاَرا‬


‫ل ساَهيِاَ ول مجبوُّرا )أذابه الللله( أي أهلكلله باَلكليِللة إهلكللاَ مستأصللل‬
َ‫بحيِث لم يِبق من حقيِقته شئ ل دفعة بل باَلتدريِج لكوُّنه أشد إيِلمللا‬
..‫وأقوُّىَ تعذيِباَ وأقطع عقوُّبة‬
“Maka makna dari hadits di atas adalah bahwa barangsiapa yang menyentuh
penduduk Madinah dengan keburukan dalam keadaan mengetahui (sangsinya, pen),
tidak terpaksa dan tidak lupa, maka Allah akan menghancurkannya secara
keseluruhan sampai ke pangkalnya sehingga tidak tersisa dari hakikatnya sedikitpun.
Siksaan tersebut tidak diberikan sekaligus akan tetapi secara bertahap (seperti
meleburnya garam dalam air, pen) karena demikian itu lebih menyakitkan, lebih
menyiksa dan lebih memutus hasil akhir…” (Faidlul Qadir: 6/65).

Al-Allamah Athiyyah Muhammad Salim berkata:

َ‫وإذا تأملنللاَ فلليِّ ذلللك فإننللاَ نجللد أن حرمللة المديِنللة وتعظيِللم شللأنها‬
...‫والحفاَظ علىَ أمر الديِن فيِهاَ من ضروريِاَت الديِن ؛‬

13
“Jika kita memperhatikan di dalamnya (dalam hadits tentang keutamaan Madinah,
pen), maka kita akan mendapati bahwa kehormatan kota Madinah, mengagungkan
keadaannya, dan para penjaga agama (para ulama, pen) di dalamnya (Madinah, pen)
adalah termasuk keharusan urusan Ad-Dien, dst.” (Syarh Bulughul Maram (dalam
kaset): 171/8).

Maka bandingkanlah hadits-hadits di atas dengan ucapan-ucapan mereka yang


menonjolkan para syaikh dari markiz mereka saja dan melecehkan ulama-ulama kota
Madinah dengan ucapan bahwa ulama Madinah secara khusus dan Saudi secara umum
adalah ulama-ulama yang digaji oleh pemerintah atau yang semisalnya. Ini adalah sikap
bodoh dan hizbiyyah jahiliyyah. Dan apakah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak
tahu bahwa Rasulullah  memperbolehkan bagi para ulama untuk mengambil upah atau
gaji dari mengajarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya?

Dari Abdullah bin Abbas  bahwa Rasulullah  bersabda:


‫ل‬ ‫ماَ أ ل ل‬ ‫إ ل‬
‫ب الل لهإ‬ ‫م ع لل ليِ مهإ أ م‬
‫جلرا ك إلتاَ ي‬ ‫خذ مت ي م‬ ‫حقل ل‬
‫نأ ل‬‫إ ل‬
“Sesungguhnya perkara yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah
Kitabullah.” (HR. Al-Bukhari: 5296, Ibnu Hibban dalam Shahihnya: 5146 (11/546-7)).

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

‫واستدل به للجمهوُّر فيِّ جوُّاز أخذ الجرة علىَ تعليِم القرآن‬


“Jumhur ulama berdalil dengan hadits ini atas bolehnya mengambil upah (gaji) atas
mengajar Al-Quran…dst” (Fathul Bari: 4/453).

Dan yang dilarang adalah mempersyaratkan gaji dalam mengajar.

Al-Imam Asy-Sya’bi berkata:

‫ل يِشترط المعلم إل أن يِعطيِّ شيِئاَ فليِقبله‬


“Seorang pengajar tidak boleh mempersyaratkan upah (gaji) kecuali ia diberikan
sesuatu maka hendaknya ia terima.” (Fathul Bari: 4/454).

Al-Hakam berkata:

‫لم أسمع أحدا كره أجر المعلم وأعطىَ الحسن دراهم عشرة‬
“Aku belum pernah mendengar salah seorangpun (dari ulama) yang membenci upah
atas pengajar. Dan Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri diberi gaji 10 dirham.” (Fathul Bari:
4/454).

14
Majelis Ta’lim di Masjid Nabawi
Mengikuti majelis ilmu di masjid-masjid kaum muslimin akan mendapat kemuliaan dari
Allah . Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ه‬
‫سللوُّن ل ي‬ ‫دالر ي‬ ‫ب الل لهإ وليِ لت ل ل‬‫ن ك إلتاَ ل‬‫ت الل لهإ يِ لت ميلوُّ ل‬‫ن ب يييِوُّ إ‬‫م م‬‫ت إ‬ ‫م إفيِّ ب ليِ م ل‬ ‫معل قلوُّم ل‬ ‫جت ل ل‬
‫ماَ ا م‬
‫ول ل‬
‫ة‬‫مللئ إك للل ي‬‫م ال م ل‬ ‫فت مهيلل م‬‫ح ل‬‫ة ول ل‬
‫ملل ي‬‫ح ل‬‫م اللر م‬ ‫ة ولغ ل إ‬
‫شلليِ لت مهي م‬ ‫كيِن ل ي‬
‫س إ‬‫م ال ل‬ ‫ت ع لل ليِ مهإ م‬ ‫م إ إلل ن للزل ل م‬
‫ب ليِ من لهي م‬
‫عن مد له ي‬‫ن إ‬ ‫م م‬ ‫ه إفيِ ل‬‫م الل ل ي‬ ‫ولذ لك للرهي م‬
“Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah dari rumah-rumah Allah
(yaitu masjid) dalam keadaan membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya di
antara mereka kecuali ketenangan akan turun atas mereka, rahmat Allah akan
melingkupi mereka, para Malaikat akan meliputi mereka dan Allah akan menyebut
mereka termasuk di dalam orang-orang yang berada di sisi-Nya.” (HR. Muslim: 4867,
Abu Dawud: 1243, Ibnu Majah: 221).

Keutamaan dalam hadits di atas akan didapati oleh siapapun yang mengikuti majelis ilmu
Al-Kitab dan As-Sunnah di semua masjid, baik itu masjid di Madinah, Makkah, Yaman,
Syam ataupun masjid di Indonesia.

Adapun mengikuti majelis ilmu di Masjid Nabawi maka terdapat tambahan keutamaan.

Rasulullah  bersabda:
‫ل‬
ِّ‫جاَه إللد إ فإللي‬ ‫كاَل م ي‬
‫م ل‬ ‫ن ل‬ ‫ه ك لللاَ ل‬ ‫خيِ ملللرا أوم ل إيِ يعلل ك ل‬
‫ملل ي‬ ‫م ل‬‫ذا ل إيِ لت لعلل للل ل‬
‫جد للناَ هللل ل‬‫س إ‬‫م م‬‫ل ل‬ ‫خ ل‬
‫ن دل ل‬
‫م م‬ ‫ل‬
‫هل‬
‫سل ي‬ ‫ل‬
‫ماَ ليِ م ل‬ ‫ل‬
‫كاَللناَظ إرإ إ إلىَ ل‬ ‫ن ل‬
‫كاَ ل‬‫ك ل‬ ‫ه ل إغليِ مرإ ذ لل إ ل‬ ‫ل‬
‫خل ي‬‫ن دل ل‬ ‫م م‬ ‫ل‬
‫ل اللهإ ول ل‬ ‫سإبيِ إ‬
‫ل‬
“Barangsiapa memasuki masjidku ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari kebaikan
atau mengajarkannya maka ia seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dan
barangsiapa yang memasukinya untuk selain itu maka ia seperti orang yang melihat
pada sesuatu yang bukan miliknya.” (HR. Ahmad: 8248, Ibnu Hibban dalam Shahihnya:
87 (1/288), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak: 310 (1/169) dari Abu Hurairah dan di-shahih-
kan olehnya menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dalam riwayat lain:


‫دي هل ل‬
…‫ذا‬ ‫ج إ‬
‫س إ‬
‫م م‬
‫جاَلء ل‬
‫ن ل‬
‫م م‬
‫ل‬
“Barangsiapa mendatangi masjidku ini….” (HR. Ibnu Majah: 223, Al-Baihaqi dalam
Asy-Syu’ab: 1698 (2/263) dan isnadnya di-shahih-kan oleh Al-Bushairi dalam
Mishbahuz Zujajah: 1/31 dan di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu
Majah: 186).

Al-Allamah Asy-Syaukani berkata:

15
‫قوُّله ) مسجدناَ هذا ( فيِه تصريِح بأن الجر المللترتب علللىَ الللدخوُّل‬
‫إنماَ يِحصل لمن كاَن فيِّ مسجده صلللىَ الللله عليِلله وآللله وسلللم ول‬
‫يِصح إلحاَق غيِره به من المساَجد التيِّ هيِّ دونلله فلليِّ الفضلليِلة لنلله‬
‫قيِاَس مع الفاَرق‬
“Sabda beliau ‘masjidku ini (masjid Nabawi)’ di dalamnya terkandung pernyataan
bahwa pahala yang diberikan untuk memasuki (masjid beliau) hanyalah diberikan
kepada orang yang berada di dalam masjid beliau  (saja) dan tidaklah benar jika
mengikutkan masjid-masjid yang lain yang keutamaannya di bawahnya dengan
masjid Nabawi. Karena perkara tersebut termasuk men-qiyas-kan (menganalogikan) 2
perkara yang berbeda.” (Nailul Authar: 2/165).

Al-Allamah Al-Faqih Ibnu Utsaimin berkata:

َ‫ والجاَمعاَت السلللميِة وغيِرهللا‬،َ‫نحن نعلم بأن العلم فيِّ أقطاَر الدنيِا‬


ِّ‫ ولكللن حيِنمللاَ يِللأتي‬،ِّ‫فيِّ المديِنة وغيِرهاَ من أقطاَر العاَلم السلللمي‬
‫ ويِسمع حللديِث رسللوُّل الللله صلللىَ الللله عليِلله‬،‫الطاَلب إلىَ الجاَمعة‬
‫ ويِأتيِّ مرة أخرىَ إلىَ مسللجد رسللوُّل الللله صلللىَ الللله عليِلله‬،‫وسلم‬
‫وسلم أولىَ جاَمعاَت العاَلم السلللميِّ يِجللد للحللديِث تلوة جديِللدة ل‬
‫يِجدهاَ فيِّ غيِر ذلللك المكللاَن؛ إذ كللاَن أول ملدرس ومعلللم فلليِّ تلللك‬
َ‫ فكاَن يِلقليِّ عللىَ رسللوُّل الللله صللى‬،‫المدرسة جبريِل عليِه السلم‬
‫ كماَ جاَء فلليِّ حللديِث عمللر‬،‫ ويِسمع المسلموُّن منه‬،‫الله عليِه وسلم‬
‫رضيِّ الله تعاَلىَ عنه‬
“Kita mengetahui bahwa Al-Ilmu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia dan di
berbagai universitas baik di Madinah ataupun di kota lainnya di penjuru dunia islam.
Akan tetapi ketika seseorang pelajar mendatangi universitas dan mendengarkan
hadits Rasulullah  , kemudian di lain waktu ia mendatangi masjid Rasulullah 
sebagai universitas yang paling utama di dunia islam, maka ia akan mendapati hadits
(yang telah ia dengarkan dari universitas lain tersebut, pen) sebagai bacaan baru yang
mana ia belum mendapatkannya di tempat lain. Ini karena awal pengajar dan guru di
madrasah tersebut adalah Jibril  . Maka Malaikat Jibril  mengajari Rasulullah  dan
kaum muslimin mendengarkannya dari beliau sebagaimana dalam hadits Umar  .”
(Syarhul Arbai’in An-Nawawiyyah: syarh hadits ke-36 (78/4)). Kemudian Syaikh
Utsaimin menyebutkan hadits Jibril .

16
Maka termasuk kebodohan yang nyata ketika seseorang mengajak orang lain untuk
menuntut ilmu ke markiznya dan men-tahdzir serta melarang untuk menuntut ilmu di
Masjid Nabawi, termasuk juga ke Jami’ah Islamiyyah yang diadakan di Masjid Nabawi.
Kemudian mereka juga melecehkan system pengajaran di Masjid Nabawi dengan
memberikan julukan kepada para salafiyyin lulusan Masjid Nabawi yang bergelar Lc.
dengan kepanjangan lucu-lucu. Dan ini juga menandakan seolah-olah mereka ingin
mendapatkan hukuman dari Allah secara perlahan seperti meleburnya garam dalam air.
Wal iyadzu billah.

Penutup
Dengan demikian klaim bahwa ‘markiz mereka adalah markiz salafiyah yang paling
murni sedunia’ adalah klaim hizbiyyah jahiliyyah dan termasuk su’ul adab kepada
Rasulullah .

Di antara do’a Rasulullah  adalah:

َ‫ك ل للنا‬
‫حلهاَ وللباَرإ م‬
‫ح م‬
‫ص ك‬ ‫ة أ لوم أ ل ل‬
‫شد ل و ل ل‬ ‫مك ل ل‬
‫ت ل‬‫حب لب م ل‬‫ماَ ل‬‫ة كل ل‬
‫ديِن ل ل‬ ‫ب إ إل ليِ ملناَ ال م ل‬
‫م إ‬ ‫حب ك م‬
‫م ل‬‫الل لهي ل‬
‫فة إ‬
‫ح ل‬ ‫ج م‬‫هاَ إ إللىَ ال م ي‬
‫ماَ ل‬
‫ح ل‬‫ل ي‬‫حوُّك م‬‫هاَ ول ل‬‫مد ك ل‬ ‫علهاَ ول ي‬ ‫صاَ إ‬
‫إفيِّ ل‬
“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana Engkau menjadikan
kami mencintai Makkah atau lebih cinta lagi. Sehatkanlah Madinah (dari wabah
penyakit) dan berkahilah sha’ dan muddnya dan pindahkan penyakit demamnya ke
Juhfah.” (HR. Al-Bukhari: 1756, Muslim: 2444 dan ini adalah redaksi Muslim).

Tulisan ini ditulis sebagai bentuk rasa cinta Penulis kepada Rasulullah , Salafush Shalih
serta kota Madinah. Penulis berharap agar kelak bisa dikumpulkan bersama mereka
meskipun derajat Penulis jauh di bawah mereka karena kurangnya amal dan banyaknya
dosa yang Penulis lakukan.

Dari Anas bin Malik , ia berkata:

َ‫مت لللى‬ ‫ل ل‬ ‫قللاَ ل‬ ‫سللاَع لةإ فل ل‬ ‫ن ال ل‬ ‫م ع للل م‬ ‫سل ل ل‬ ‫ه ع لل ليِ مهإ ول ل‬ ‫صللىَ الل ل ي‬ ‫يِّ ل‬ ‫ل الن لب إ ل‬ ‫سأ ل ل‬‫جلل ل‬ ‫ن لر ي‬ ‫أ ل‬
‫ل‬
‫ه‬ ‫ب الل للل ل‬ ‫حلل ك‬ ‫يِّلء إ إلل أ لن كلليِّ أ ي إ‬ ‫م‬ ‫شلل‬‫ل لل ل‬ ‫ت ل لهلللاَ قلللاَ ل‬ ‫ذا أع مللد لد م ل‬
‫ل ومللاَ ل ل‬
‫ة قلللاَ ل ل ل‬ ‫سللاَع ل ي‬ ‫ال ل‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫س‬ ‫ل أن للل ل‬ ‫ت قلللاَ ل‬ ‫حب لب ملل ل‬ ‫نأ م‬ ‫م م‬ ‫معل ل‬ ‫ت ل‬ ‫ل أن م ل‬ ‫قاَ ل‬‫م فل ل‬ ‫سل ل ل‬ ‫ه ع لل ليِ مهإ ول ل‬ ‫صللىَ الل ل ي‬ ‫ه ل‬ ‫سوُّل ل ي‬‫وللر ي‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫مللعل‬ ‫ت ل‬ ‫م أن ملل ل‬ ‫سللل ل‬ ‫ه ع لليِ مهإ ول ل‬ ‫صلىَ الل ي‬ ‫يِّ ل‬‫ل الن لب إ ك‬ ‫قوُّم إ‬ ‫حلناَ ب إ ل‬ ‫يِّلء فللر ل‬ ‫ش م‬ ‫حلناَ ب إ ل‬‫ماَ فلرإ م‬ ‫فل ل‬
‫ل‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫م ولأب لللاَ ب لك مللرل‬ ‫سل ل ل‬ ‫ه ع لل ليِ مهإ ول ل‬ ‫صللىَ الل ل ي‬ ‫يِّ ل‬ ‫ب الن لب إ ل‬ ‫ح ك‬ ‫س فلألناَ أ إ‬ ‫ل أن ل ل‬ ‫ت لقاَ ل‬ ‫حب لب م ل‬‫نأ م‬ ‫م م‬ ‫ل‬
‫ل‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫مثلل إ‬ ‫مللل ب إ إ‬ ‫م أع م ل‬ ‫ن للل م‬ ‫م ولإ إ م‬ ‫حب كلليِّ إ إيِ لللاَهي م‬ ‫م بإ ي‬ ‫معلهيلل م‬ ‫ن ل‬ ‫ن أكللوُّ ل‬ ‫جللوُّ أ م‬ ‫ملللر ولأمر ي‬ ‫ولع ي ل‬
‫م‬ ‫ل‬
‫ماَل إهإ م‬‫أع م ل‬
“Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah  tentang hari kiamat. Ia
berkata: “Kapan hari kiamat?” Rasululullah bertanya: “Apa yang kamu siapkan
17
untuknya?” Ia menjawab: “Tidak ada, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-
Nya.” Beliau berkata: “Kamu bersama orang yang kamu cintai.” Anas berkata: “Aku
belum pernah bergembira seperti gembiranya saya ketika mendengar sabda Nabi  :
“Kamu bersama orang yang kamu cintai.” Anas berkata: “Maka aku mencintai
Rasulullah  , Abu Bakar dan Umar dan aku berharap agar aku bisa bersama mereka
karena cintaku kepada mereka meskipun aku belum pernah beramal seperti amal
mereka.” (HR. Al-Bukhari: 3412, Muslim: 4777, At-Tirmidzi: 2307).

Semoga kita dijadikan oleh Allah termasuk orang-orang yang dicintai oleh-Nya dari
kalangan para Nabi, Shiddiqin, Syuhada’ dan Shalihin. Amien. Wallahu a’lam.

18

Anda mungkin juga menyukai