Anda di halaman 1dari 7

AMAL-AMAL YANG DAPAT MEMASUKKAN KE SURGA DENGAN SELAMAT

‫َيا َأُّيَها الَّناُس َأْفُش وا الَّس اَل َم َو َأْطِعُم وا الَّطَع اَم َو ِص ُلوا اَأْلْر َح اَم َو َص ُّلوا ِبالَّلْيِل َو الَّناُس ِنَياٌم َتْد ُخ ُلوا اْلَج َّنَة ِبَس اَل ٍم‬
“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam
hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” HR. Abu Dawud.

1. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,( ‫“ )َأْفُش ْو ا الَّس اَل َم‬Sebarkanlah salam.”
Sebarkanlah salam di antara kalian ! Jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya !
Dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫َو ِإَذ ا ُحِّييُتْم ِبَتِح َّيٍة َفَح ُّيوا ِبَأْح َس َن ِم ْنَها َأْو ُر ُّد وَها‬

Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :

‫ َأَو اَل َأُد ُّلُك ْم َع َلى َش ْي ٍء ِإَذ ا َفَع ْلُتُم ْو ُه َتَح اَبْبُتْم ؟ َأْفُش ْو ا‬، ‫ َو اَل ُتْؤ ِم ُنْو ا َح َّتى َتَح اُّبْو ا‬، ‫اَل َتْد ُخ ُلْو َن اْلَج َّنَة َح َّتى ُتْؤ ِم ُنْو ا‬
‫الَّس اَل َم َبْيَنُك ْم‬

Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai ?
Sebarkanlah salam di antara kalian.[2]
Salam juga merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Makna Menyebarkan Salam


Menyebarkan salam maksudnya selalu mengucapkannya setiap kali bertemu atau berjumpa meskipun
sudah mengucapkan salam saat perjumpaan sebelumnya. Seorang Muslim yang tidak mau mengucapkan
salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َأْع َج ُز الَّناِس َم ْن َع ِج َز ِفْي الُّد َعاِء َو َأْبَخُل الَّناِس َم ْن َبِخَل ِبالَّس َالِم‬.

Selemah-lemah manusia adalah orang yang lemah (malas) berdo’a kepada Allâh, dan sebakhil-bakhil
manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam.[4]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ َفِإْن َح اَلْت َبْيَنُهَم ا َش َجَر ٌة َأْو ِج َداٌر َأْو َح َج ٌر ُثَّم َلِقَيُه َفْلُيَس ِّلْم َع َلْيِه َأْيًضا‬، ‫ِإَذ ا َلِقَي َأَح ُدَك ْم َأَخ اُه َفْلُيَس ِّلْم َع َلْيِه‬
Apabila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaklah ia
mengucapkan salam kepadanya ! Kemudian apabila keduanya terhalang pohon atau tembok atau batu
lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi.[5]
Praktek menyebarkan salam seperti ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan :

‫ُكَّنا ِإَذ ا ُكَّنا َم َع َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفُتَفِّر ُق َبْيَنَنا الَّش َجَر ُة َفِإَذ ا اْلَتَقْيَنا َس َّلَم َبْعُضَنا َع َلى َبْع ٍض‬

Kami (para shahabat) apabila berjalan bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami
terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari kami mengucapkan salam kepada
sebagian lainnya.[6]
Apabila umat Islam ini memahami dan menyadari betapa pentingnya ifsyâ-us salâm (menyebarkan
salam), insya Allâh akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai sesama kaum Muslimin.

Tentang penyebutan isyarat dalam hadits tersebut, hal itu dilakukan dalam shalat. Adapun di luar shalat,
isyarat tersebut tidak diperbolehkan karena menyerupai perbuatan Yahudi, kecuali, apabila diiringi
dengan salam.

Keenam, seorang anak, ibu, atau bapak yang hendak masuk rumah hendaklah mengucapkan salam,
demikian pula ketika keluar rumah.

Ucapan salam adalah kalimat yang disenangi oleh Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َأْفُش ْو ا الَّس َالَم َبْيَنُك ْم‬


Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat[13]

2. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ( ‫“ )َو َأْطِع ُم ْو ا الَّطَعاَم‬Berikanlah makan.”


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya Azza wa
Jalla disebutkan :

‫… َم ا َنَقَص ْت َص َد َقٌة ِم ْن َم اٍل‬


Sedekah tidak mengurangi harta…[15]

‫َأْنِفْق ُأْنِفْق َع َلْيَك‬


Berinfaqlah ! Niscaya Aku akan berinfaq kepadamu.”[16]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata kepada Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu anhma,

‫ َو اَل ُتْو ِع ْي َفُيْو ِع َي ُهللا َع َلْيِك‬، ‫ َو َال ُتْح ِصْي َفُيْح ِص َي ُهللا َع َلْيِك‬، ‫ َأْو َأْنِفِقْي‬، ‫ َأِو اْنَض ِحْي‬، ‫ِاْنَفِح ْي‬.

Infakkan, atau sedekahkan, atau nafkahkanlah, dan janganlah kamu menghitung-hitungnya sehingga
Allâh akan menghitung-hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan Janganlah kamu menakar-nakarnya
sehingga Allâh menakar-nakar pemberian-Nya kepadamu.[17]

Orang yang memberi makan atau berinfak pasti akan diganti oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla
berfirman : ‫َو َم ا َأْنَفْقُتْم ِم ْن َش ْي ٍء َفُهَو ُيْخ ِلُفُه‬

…Dan apa saja yang kamu infakkan, Allâh akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.
[Saba’/34: 39]

Adapun jika engkau menahan rizki yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadamu, maka Allâh Azza wa Jalla
juga akan menahan rizki-Nya kepadamu. Memberi makan memiliki keistimewaan yang agung, khususnya
orang-orang yang memberi makan kepada para tamu dan orang yang membutuhkan. Mereka memiliki
keutamaan yang besar, terlebih lagi orang yang tinggal di tempat umum (lalu mereka suka memberi
makan). Namun yang perlu diingat, memberi makan dan berinfak serta ibadah-ibadah lainnya wajib
dilakukan dengan ikhlas karena Allâh . Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫﴾ ِإَّنَم ا ُنْطِع ُم ُك ْم ِلَو ْج ِه ِهَّللا اَل ُنِر يُد ِم ْنُك ْم َج َزاًء َو اَل ُشُك وًرا‬٨﴿ ‫َو ُيْطِعُم وَن الَّطَع اَم َع َلٰى ُحِّبِه ِم ْس ِكيًنا َوَيِتيًم ا َو َأِس يًرا‬

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang
ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan
Allâh , kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [al-Insân/76:8-
9]

3. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ( ‫“ )َو ِص ُلْو ا اَأْلْر َح اَم‬Sambunglah tali silaturrahim.”
al-Arhâm adalah jamak dari rahim. Maksudnya kerabat yang memiliki hubungan kekeluargaan dari ibu
atau bapak, seperti paman, bibi, kakek, nenek, sepupu, dan lainnya. Mereka adalah al-arhâm. Allâh Azza
wa Jalla berfirman :

‫َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم‬

…Bertakwalah kepada Allâh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan… [an-Nisâ’/4:1]
Maksudnya bertakwalah kepada Allâh Azza wa Jalla dan bertakwalah dalam urusan kekeluargaan agar
engkau tidak memutusnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫َو آِت َذ ا اْلُقْر َبٰى َح َّقُه‬

Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat… [al-Isrâ’/17:26]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

‫َو اْع ُبُدوا َهَّللا َو اَل ُتْش ِرُك وا ِبِه َشْيًئا ۖ َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًنا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبٰى َو اْلَيَتاَم ٰى َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَج اِر ِذ ي اْلُقْر َبٰى‬

“Dan beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat…” [an-Nisâ’/4:36]

Banyak ayat yang memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim dan ancaman bagi yang memutus
tali silaturrahim. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫﴾ ُأوَٰل ِئَك اَّلِذ يَن َلَع َنُهُم ُهَّللا َفَأَصَّم ُهْم َو َأْع َم ٰى َأْبَص اَر ُهْم‬٢٢﴿ ‫َفَهْل َع َس ْيُتْم ِإْن َتَو َّلْيُتْم َأْن ُتْفِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض َو ُتَقِّطُعوا َأْر َح اَم ُك ْم‬

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allâh ; lalu dibuat tuli
(pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” [Muhammad/47: 22-23]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

‫ُأ َٰل‬
‫َو َيْقَطُعوَن َم ا َأَم َر ُهَّللا ِبِه َأْن ُيوَص َل َو ُيْفِس ُد وَن ِفي اَأْلْر ِض ۙ و ِئَك َلُهُم الَّلْعَنُة َو َلُهْم ُسوُء الَّد اِر‬

“…Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allâh agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi;
mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” [ar-Ra’d/13:25]

Silaturrahim itu memiliki keistimewaan yang agung, merupakan sebab masuk Surga. Dan memutus
silaturrahim menyebabkan laknat dan terjauhkan dari rahmat Allâh Azza wa Jalla .
4. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ( ‫“ )َو َص ُّلْو ا ِبالَّلْيِل َو الَّناُس ِنَياٌم‬Shalatlah di waktu malam, di saat
manusia sedang tidur.”
Ini mencakup shalat-shalat wajib, seperti shalat ‘Isya dan shalat Shubuh, juga mencakup shalat malam,
karena malam adalah waktunya orang-orang tidur. Jika seseorang bangun dan shalat maka ini
menunjukkan keimanannya karena dia lebih memilih shalat dari pada tidur dan istirahat. Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫َتَتَج اَفٰى ُج ُنوُبُهْم َع ِن اْلَم َض اِج ِع‬

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya…” [as-Sajdah/32:16]

Seorang Muslim yang beriman kepada Allâh dan hari Akhir, dia berusaha untuk mengerjakan shalat wajib
yang lima waktu berjamaah di Masjid. Dia juga berusaha untuk bangun di tengah malam untuk
melakukan shalat Tahajjud di saat manusia sedang tidur. Di tengah malam dan di akhir malam dia
gunakan untuk bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla , shalat malam, berdo’a dan minta ampun kepada
Allâh Azza wa Jalla atas semua dosa-dosanya.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukan Tahajjud sampai kakinya bengkak, ketika beliau
ditanya bukankah engkau sudah diampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidaklah pantas aku menjadi hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang
bersyukur ?” Shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih, menghapuskan dosa-dosa dan
merupakan kemuliaan bagi seorang Muslim. Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memberikan kekuatan
kepada kita untuk dapat merutinkan shalat malam meskipun sedikit.

Barangsiapa mengerjakan keempat amalan ini, yakni menyebarkan salam, memberi makan,
menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam ketika manusia tertidur, akan masuk surga dengan
sejahtera, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫اْدُخ ُلوَها ِبَس اَل ٍم آِمِنيَن‬

Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman. [al-Hijr/15:46]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

‫اْدُخ ُلوَها ِبَس اَل ٍم ۖ َٰذ ِلَك َيْو ُم اْلُخ ُلوِد‬

Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. [Qâf/50: 34]
Itu adalah balasan mereka, pahala atau ganjaran yang sesuai dengan jenis amalan yang dikerjakan.
Masuk surga merupakan cita-cita tujuan terbesar seorang Mukmin. Masuk surga itu mudah bagi siapa
yang Allâh mudahkan. Semua yang ada dalam surga berupa kebaikan, kenikmatan, kelezatan dan
kebahagiaan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allâh Azza wa Jalla . Amal-amal untuk masuk surga
semuanya mudah dan tidak sulit. Ada seseorang berkata kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan kepadaku amalan yang bisa memasukkanku ke
surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau telah
bertanya sesuatu yang besar, tapi itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan, yaitu beribadahlah kepada
Allâh dan jangan menyekutukannya dengan suatu apa pun…”[18]

Ini adalah hadits yang agung, karena keempatnya termasuk akhlak yang mulia. Menyebarkan salam,
memberi makan, dan menyambung tali silaturrahim manfaatnya untuk orang lain, sedangkan shalat
malam di saat yang lain tertidur manfaatnya untuk orang yang melakukan amalan tersebut.

FAWAAID HADITS

Sangat dianjurkan menyebarkan salam kepada seluruh kaum Muslimin, yang dikenal maupun yang tidak.
Salam merupakan syi’ar agama Islam dan merupakan salah satu keindahan syari’at Islam.
Haram hukumnya mengganti ucapan salam dengan kalimat-kalimat lain.
Orang yang lebih dahulu mengucapkan salam adalah orang yang dicintai Allâh Azza wa Jalla .
Mengucapkan salam hukumnya sunnah yang sangat ditekankan, sedangkan hukumnya menjawab salam
wajib
Haram hukumnya memberi salam kepada Yahudi, Nashrani, dan orang-orang kafir lainnya.
Anjuran memberi makan kepaa orang miskin, orang yang susah, dan orang yang membutuhkan.
Orang yang memberi makan mendapat ganjaran yang besar.
Orang yang berinfaq dan memberi makan maka tidak berkurang hartanya.
Wajib menyambung silaturrahim dan haram memutuskannya
Silaturrahim melapangkan rezeki dan memanjangkan umur
Sangat ditekankan (sunnah muakkadah) bangun tengah malam untuk shalat Tahajjud saat orang sedang
tidur.
Shalat malam (Tahajjud) kebiasaan orang-orang shalih.
Shalat malam memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seorang Muslim.
Shalat malam membuat seorang Muslim mulia.
Amal yang disebutkan dalam hadits di atas bila dikerjakan dengan ikhlas dan ittibâ’ akan memasukkan
seorang Muslim ke dalam surga.
Seluruh amal-amal ketaatan dalam Islam adalah mudah bagi orang yang diberikan hidayah taufiq oleh
Allâh Azza wa Jalla .

Anda mungkin juga menyukai