Anda di halaman 1dari 3

1.

Bergaul dengan mukmin

Adab pertama adalah sebaiknya kita berteman dekat dengan orang mukmin. Ingatlah bahwa
teman dekat sangat mempengaruhi karakter kita nantinya. Rasul sendiri telah menyarankan agar
kita dekat dengan mukmin.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan seorang mukmin. Janganlah
memakan makananmu melainkan orang bertakwa,” (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi no.
2395. Hadits ini hasan kata Syaikh Al Alba )

Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali menjelaskan,

ُ‫ه‬1‫ َد ِم ْن‬1‫ َوِإ َّما َأ ْن ت َِج‬، ُ‫ه‬1‫ا َع ِم ْن‬1َ‫ َوِإ َّما َأ ْن تَ ْبت‬، َ‫ ِذيَك‬1ْ‫ك ِإ َّما َأ ْن يُح‬
ِ 1‫ فَ َحا ِم ُل ْال ِم ْس‬، ‫ير‬
ِ ‫خ ْال ِك‬ ِ ‫ح َوالسَّوْ ِء َك َحا ِم ِل ْال ِم ْس‬
ِ ِ‫ك َونَاف‬ ِ ِ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
ِ ِ‫يس الصَّال‬
‫ َوِإ َّما َأ ْن تَ ِج َد ِريحًا خَ بِيثَة‬، ‫ك‬ َ َ‫ق ثِيَاب‬ َ ‫ير ِإ َّما َأ ْن يُحْ ِر‬
ِ ‫ َونَافِ ُخ ْال ِك‬، ً‫ِريحًا طَيِّبَة‬

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau
harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan
kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan
Muslim 2628)

2. Selalu berkata baik

Ketika kita berbicara dengan teman, hendaknya gunakanlah perkataan yang baik.
Berkomunikasilah dengan tutur kata yang lembut dan penuh kasih sayang. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya (HR Abu
Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284)

3. Berpakaian yang baik

Sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk selalu menjaga aurat dalam Al Quran,

َ ِ‫ك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن ۚ ٰ َذل‬
‫ْن ۗ َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا‬1َ ‫ك َأ ْدن َٰى َأ ْن يُع َْر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذي‬ َ ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ َأِل ْز َوا ِج‬
َ ِ‫ك َوبَنَات‬
‫َر ِحي ًما‬

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]
Maka ketika kita bergaul, hendaknya kita juga tetap menjaga pakaian yang kita gunakan untuk
selalu sopan dan menutu aurat dengan sempurna, terutama jika berada di keramaian.

Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan yang tampak
menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan
melihat pakaianmu…Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan
tidak menjadi bahan celaan dalam pembicaraan orang atau bahan ejekan orang-orang tukang
cemooh.”

4. Tidak memotong pembicaraan

Ketika teman sedang berbicara, maka janganlah kamu memotong pembicaraan mereka.
Memotong pembicaraan seseorang merupakan perbuatan yang tidak sopan dan tidak menghargai
orang lain.

Rasulullah bersabda, “Jika engkau mengatakan ‘diamlah’ kepada orang-orang ketika mereka
sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri.” (HR. Ahmad 2/318, dishahihkan Al
Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/328)

5. Menghindari debat

Untuk menjaga pertemanan yang baik, maka sudah sebaiknya kita menghindari debat. Bahkan
meskip[un kita tahu bahwa kita berada di pihak yang benar, namun hendaknya kita
menghindarinya.

Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,

‫ان‬ َ ‫ َوهُ َو يُ ِهي ُج ْال َعد‬،ٌ‫ فَِإ َّن نَ ْف َعهُ قَلِيل‬،‫ك َو ْال ِم َرا َء‬
ِ ‫َاوةَ بَ ْينَ اِإْل ْخ َو‬ َّ َ‫يَا بُن‬
َ ‫ ِإيَّا‬،‫ي‬

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu,
karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang
bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi)

6. Saling menasehati

Salah satu adab berteman yang baik yang saat ini banyak ditinggalkan adalah saling menasehati.
Sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita saling mengingatkan dan menasehati. Saling
menasehati juga merupakan perintah Allah SWT yang termaktub dalam Al Quran,

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
7. Saling memberi hadiah

Rasa kasih sayang dalam sebuah pertemanan akan semakin indah jika dibarengi dengan saling
memberi hadiah. Tidak perlu memberikan hadiah yang mewah, namun hanya dengan hadiah
yang kecil saja sudah sangat menyenangkan hati teman.

Rasulullah pernah bersabda:

‫تَهَا ُدوْ ا ت ََحابُّوْ ا‬

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam
Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

8. Menjaga rahasia

Dalam pertemanan, jika terdapat sebuah rahasia yang disampaikan maka hendaklah disimpan
rapat-rapat. Sebagaimana yang telah dicontohkan para sahabat.

Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

‫ فَلَ َّما‬. ‫أت َعلَى ُأ ِّمي‬ ُ ‫ط‬ َ ‫ فَأ ْب‬، ‫حاج ٍة‬ ِ ‫ي رسول هللا – صلى هللا عليه وسلم – َوأنَا ْأل َعبُ َم َع ال ِغ ْل َم‬
َ ‫ فَبَ َعثَني ِإلَى‬، ‫ فَ َسل َم َعلَ ْينَا‬، ‫ان‬ َّ َ‫أتَى َعل‬
َ َّ ُ ْ ُ ُ
: ‫ قالت‬. ٌّ‫ إنها سر‬: ‫ َما َحا َجتهُ ؟ قلت‬: ‫ قالت‬، ‫ بَ َعثني رسو ُل هللا – صلى هللا عليه وسلم – لِ َحا َج ٍة‬: ‫ك ؟ فقلت‬ َ ُ َ ‫ َما َحبَ َس‬: ‫ قالت‬، ‫ت‬ ُ ‫ِجْئ‬
ُ ِ‫ك بِ ِه يَا ثَاب‬
‫ت‬ 1َ ُ‫أحداً لَ َح َّد ْثت‬َ ‫ت بِ ِه‬ ُ ‫ َوهللاِ لَوْ َح َّد ْث‬: ٌ‫ال أنَس‬
َ َ‫ ق‬، ً‫ال تُ ْخبِ َر َّن بِسرِّ رسول هللا – صلى هللا عليه وسلم – أ َحدا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-
main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam
kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat
mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang
menahanmu?’”   Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk sesuatu keperluannya.”   Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?”   Aku menjawab, “Itu
adalah rahasia.”   Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut kepada siapapun juga.”   Anas berkata, “Demi
Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan
memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al
Bukhari dengan ringkas)

Anda mungkin juga menyukai