BERAKHLAK MULIA
Sebagai masyarakat Muslim di negara ini, kita harus menjadi masyarakat yang
berakhlak mulia. Masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, terutama dalam
berinteraksi sosial dalam kehidupan kita.
Akhlak adalah tiang utama masyarakat. Masyarakat yang ideal dan berbudaya
adalah masyarakat yang memiliki akhlak mulia. Masyarakat yang tidak menjunjung
tinggi akhlak mulia, dan bahkan kehilangan akhlak akan masyarakat tersebt akan
lemah, terpuruk dan bahkan akan hancur. Sebuah syair mengatakan
إنما األمم األخالق ما بقيت فإن ذهبت أخالقهم ذهبو
Suatu bangsa dapat bertahan selama ia memiliki akhlak mulia, bila akhlaknya hilang
maka bangsa itu akan runtuh.
Rasulullah SAW lahir dan dihadirkan oleh Allah SWT di atas muka bumi ini misi
utamanya adalah menyempurnakan akhlak mulia, dan mendidik umatnya karakter yang
baik. Rasulullah SAW bersabda:
إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق
(Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia-HR Al-Bukhari)
Akhlak mulia bagi Rasulullah SAW merupakan indikator kuat dan tidaknya iman
seseorang: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ْأك َم ُل ْالم ُْؤ ِم ِني َْن إِ ْي َما ًنا أَحْ َس ُن ُه ْم ُخلُ ًقا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim)
Hampir semua syariat yang Allah SWT perintahkan kepada umat manusia, apapun
bentuk syariat itu ujung-ujungnya sebenarnya kita diajak untuk menata akhlak. Baik
akhlak terhadap Allah maupun akhlak manusia dengan sesamanya. Bahkan akhlak kita
terhadap lingkungan sekitar. Perintah melaksanakan shalat, umpanya, merupakan
perintah yang bertujuan untuk menata akhlak. Firman Allah SWT:
صالَ َة َت ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشآ ِء َو ْالمُن َك ِر َّ َوأَق ِِم ال
َّ صالَ َة إِنَّ ال
(Laksanakanlah shalat, karena sesungguhnya shalat itu bisa mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar) (QS Al Ankabut : 45). Jadi essensi shalat, jika kita ingin melihat
apakah shalat kita benar atau tidak dampaknya akhlak yang kita rasakan di lapangan.
Agama kita mengajarkan kepada kita nilai-nilai moral atau akhlak mulia yang harus kita
miliki dan harus kita laksanakan dalam hubungan kita sesama manusia dan dalam
kehidupan kita dalam bermasyarakat:
1. Berlaku Jujur:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َع َل ْي ُك ْم ِبالص ِّْد ِق َفإِنَّ الص ِّْد َق َي ْهدِي إِ َلى ْال ِبرِّ َوإِنَّ ْال ِبرَّ َي ْهدِي إِ َلى ْال َج َّن ِة
ب عِ ْندَ هَّللا ِ صِ ِّدي ًقا
َ َو َما َي َزا ُل الرَّ ُج ُل َيصْ ُد ُق َو َي َت َحرَّ ى الص ِّْد َق َح َّتى ُي ْك َت
“Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan
kebaikan akan membawa seseorang ke Surga, dan jika seseorang selalu berlaku jujur
serta memilih kejujuran sehingga akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat
jujur.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Menunaikan Amanah:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ِ إِنَّ اللَّـ َه َيأْ ُم ُر ُك ْم أَن ُت َؤ ُّدوا اأْل َ َما َنا
﴾٥٨﴿ أَهْ لِ َها
ت إِ َل ٰى
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya…” (QS. An Nisaa’: 58)
3. Menepati Janji
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
﴾٣٤﴿ ان َمسْ ُئواًل َ إِنَّ ْال َعهْدَ َك ۖ َوأَ ْوفُوا ِب ْال َع ْه ِد
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung
jawabannya.”(QS. Al Israa’: 34)
4. Berlaku adil.
Allah ta’ala berfirman:
ان َوإِي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء ْ
ِ إِنَّ اللَّـ َه َيأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل ِحْ َس
ُ َيع َو ْالمُن َكر َو ْال َب ْغي
َ ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر
﴾٩٠﴿ ُون
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan, memberi
ِ ِ
kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)
5. Menghormati orang tua
وقضى ربك أال تعبدوا إال إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك
الكبر أحدهما أو كالهما فال تقل لهما أف وال تنهرهما وقل لهما قوال
كريما واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما
ربياني صغيرا
Hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra/17:23)
6. Tawadhu’ (berendah diri):
Allah ‘azza wa jalla berfirman: