baik dan bisa terus istiqomah. Sebelumnya bisa jadi malas-malasan. Namun karena melihat
temannya tidak sering tidur pagi, ia pun rajin. Sebelumnya menyentuh al Qur’an pun tidak. Namun
karena melihat temannya begitu rajin tilawah Al Qur’an, ia pun tertular rajinnya.
Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan
iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-
tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,
ِي إِلَى صِ َراطٍ مُسْ َتق ٍِيم ُ ُون َوأَ ْن ُت ْم ُت ْتلَى َعلَ ْي ُك ْم آَ َي
َ ات هَّللا ِ َوفِي ُك ْم َرسُولُ ُه َو َمنْ َيعْ َتصِ ْم ِباهَّلل ِ َف َق ْد ُهد َ ْف َت ْكفُر
َ َو َكي
“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan
kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang
teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
(QS. Ali ‘Imran: 101).
Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala
berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang
dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.
، يح ُه َ أَ ْو َت ِج ُد ِر، ب ْالمِسْ كِ إِمَّا َت ْش َت ِري ِه ِ صا ِحَ ْك مِن َ الَ َيعْ َد ُم، ِير ْال َحدَّا ِد
ِ َوك، ِب ْالمِسْ ك ِ ِيس الصَّال ِِح َو ْال َجل
َ ِيس الس َّْو ِء َك َم َث ِل
ِ صا ِح ِ َم َث ُل ْال َجل
ك أَ ْو َت ِج ُد ِم ْن ُه ِريحً ا َخ ِبي َث ًة َ ك أَ ْو َث ْو َب
َ َوكِي ُر ْال َحدَّا ِد يُحْ ِر ُق َب َد َن
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan
pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau
dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-
orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan
agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”[1]
Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.
Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad
bin Waasi’.”[3]
Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah
gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit
dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka
dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang
semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan
tenang”.[4]
Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan
mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat
kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh
teman dekatnya.”[5]
Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih teman bergaul. Jauhilah teman bergaul yang jelek jika
tidak mampu merubah mereka. Jangan terhanyut dengan pergaulan yang malas-malasan dan penuh
kejelekan. Banyak sekali yang menjadi baik karena pengaruh lingkungan yang baik. Yang sebelumnya
malas shalat atau malas shalat jama’ah, akhirnya mulai rajin. Sebaliknya, banyak yang menjadi rusak
pula karena lingkungan yang jelek.
Semoga Allah mudahkan dan beri taufik untuk terus istiqomah dalam agama ini.