Anda di halaman 1dari 3

Nama : Annisa Kurrota Ayun Rosi Wijayanti

NIM : 20205244068

Kelas : Pendidikan Bahasa Daerah D

Mata Kuliah : Pragmatik

Rangkuman Bab 1

1.1 Pengantar historis

Dewasa ini topik 'pragmatik' sangat dikenal dalam linguistik, padahal 15 tahun yang lalu para
linguis hampir tidak pernah menyebutnya. Pada waktu itu pragmatik lebih banyak diperlukan
sebagai keranjang tempat penyimpanan data yang bandel, yang tidak terjelaskan, dan boleh
dilupakan dengan mudah.

Kesadaran-kesadaran tertentu pada linguistik, yaitu bahwa apa yang telah dibuang kedalam
keranjang dapat dikeluarkan lagi, kemudian dijahit dan ditambal menjadi sepasang pakaian
yang memadai . bagi generasi bloomfield linguistik berarti fonetik dan fonemik, dan juga
bagi yang cukup berani murfofonemik bagi mereka simpaksis dianggap terlalu abstrak untuk
dapat dipahami dan dipelajari. sikap itu berubah pada akhir tahun 1950-an chomsky
menemukan titik pusat simpaksis namun bagi seorang strukturalis ia menganggap makna
terlalu rumit untuk dipikirkan secara sungguh-sungguh.

Perintis-perintia amerika seperti Ross dan Lakoff memasuki daerah pragmatik pada akhir
tahun 1960-an mereka menjumpai sekelompok ahli filsafat bahasa dari inggris yang telah
cukup lama menganggap daerah tersebut. sebetulnya ahli filsafat lah yang paling bertahan
pengaruhnya pada pragmatik modern, mereka itu ialah Austin (1962), Searle (1969) dan
Grice (1975). para strukturalis Amerika yakni sekali bahwa linguistik merupakan suatu ilmu
eksakata dan karena itu berusaha keras agar masalah makna dari bidang tersebut.

Kelompok samantik, generatif ingin menentukan batasan para digma dalam samantik dan
pragmatik dalam arti yang luas.

Versi-versi tata bahasa generatif ini tetap mempertahankan simpagsis sebagai titik pusat,
salah satu akibat dari definisi tata bahasa generatif yang terbatas pada formalisme keteat
sperti yang dirumuskan oleh Chomsky ialah bahwa sejak kira-kira tahun 1970 tata bahasa
generatif semakin kehilangan kedudukan sebagai para digma linguistik yang paling
terkemuka.

Postulat-postulat tersebut ialah

P1 : Representasi samantik atau bentuk logikal suatu kalimat berbeda dengan interprestasi
pragmatiknya.

P2 : Samantik diatur okeh kaidah gramatikal, pragmatik umum dikendalikan oleh prinsip
retoris.

P3 : Kaidah-kaidah tata bahasa pada dasarnya bersifat konvensional, prinsip-prinsip


pragmatik umum pada dasarnya besifat non konversional yaitu dimotivasi oleh tujuan-tujuan
percakapan dan dst.

1.2 Samantik dan Pragmatik

Dalam kenyataan, masalah perbedaan antara 'bahasa' (langue)dengan 'penggunakan bahasa'


(parole) berpusat pada perselisihan antara samantik dengan pragmatik mengenai garis batas
bidang-bidang ini.

1.3 Pragmatik umum

Pragmatik umum artinya sebagai kajian mengenai kondisi-kondisi umum bagi penggunaan
bahasa secara komunikatif, dengan demikian pragmatik umum tidak mencakup kondisi-
kondisi lokal yang lebih spesifik.

1.4 Aspek-aspek situasi ujar

Sebuah fenomena fragmatis atau sebuah fenomena samantis untuk membedakan fenomena-
fenomena ini acuan pada salah satu aspek situasi ujar berikut ini dapat dipakai sebagai
kriteria, mengingat bahwa pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi
ujar.

1. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa).


2. Konteks sebuah tuturan

3. Tujuan sebuah tuturan

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau keinginan tidak ujar

5. Tuturan sebagai produk tidak ferbal

1.5 Retorik

Dimuka telah disebut ancangan pragmatik disini saya beri ciri 'retoris'. penggunaan istilah
retoris ini sangat tradisional dan mengacu pada kajian mengenai pemakaian bahasa secara
efektif didalam komunikasi.

Prinsip-prinsip retorik menempatkan berbagai kendala sosial pada tingkah laku komunikatif,
tetapi prinsip-prinsip ini tidaklah sebagai motifasi utama bagi penutur untuk bercakap.

Anda mungkin juga menyukai