Anda di halaman 1dari 5

Cara Memilih Teman Yang Baik

ُ‫اَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


‫صحْ بِ ِه اَجْ َم ِع ْينَ اَ َّمابَ ْع ُد‬ َ ‫ َسيِّ ِدن‬, َ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم عَلى َسيِّ ِد ْال ُمرْ َسلِ ْين‬
َ ‫َاو َموْ اَل نَا ُم َح َّم ٍد َوعَلى الِ ِه َو‬ َّ ‫اَ ْل َح ْم ُدهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َوال‬
Hadirin yang berbahagia.
Pertamatama dari yang paling utama dari segala apa yang kita anggap utama di dunia yang
bersifat fana, mari terlebih dahulu kita bersama-sama memanjatkan puja dan puji kehadirat Allah
yang maha kuasa, yang telah menciptakan rasa cinta diantara kita, termasuk rasa cinta terhadap
semua mahkluknya.
Sholawat dan salam mari selalu kita sanjungkan keharibaan alam junjunan kita, Nabi dengan
mukjijat terbesarnya Al-Qur’an, siapa lagi kalau bukan Baginda rasulullah saw. dan semoga
tercurah limpahkan pula kepada keluarganya, para shahabatnya, dan para pengikutnya termasuk
kita yang hadir pada kesempatan yang berbahagi ini. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
Hadirin yang berbahagia.
Dalam kesempatan ini, Saya.................Kelas ...........perwakilan dari SD/MI...., Insya allah akan
menyampaikan uraian ceramah tentang “Cara Memilih Teman Yang Baik”.
Hadirin rahimakumullah.
Dalam memilih teman bergaul itu harus hati-hati. Sebab, bagaimanapun juga, sedikit atau
banyak, teman bergaul bisa berpengaruh trehadap perkembangan agama, jiwa dan tingkah laku
kita selanjutnya.
Kaum Muslimin yang berbahagia.
Rasulullah bersabda:
‫اَل َّر ُج ُل َخلِ ْيلِ ِه فَ ْليَ ْنضُرْ اَ َح ُد ُك ْم َم ْن يُخَ ا لِ ُل‬
“Seseorang itu ikut agama/faham teman dekatnya maka hendaklah tiap-tiap kamu waspada
dengan siapa ia berteman dekat” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Hadirin yang saya hormati.


Teman yang baik itu seperti pembawaminyak wangi. Kita tertarik untuk memiliki minyak wangi
tersebut, atau setidak-tidaknya kita bisa ikut menghirup baunya yang wangi.
Sedangkan teman yang jelek diibaratkan sebagai sang peniup api. Bila kita dekat-dekat bisa-bisa
pakaian kita terbakar, atau atau setidak-tiadnya kita akan kena asap hitamnya atau menghirup
baunya yang busuk.
Hadirin kaum muslimin wal muslimat
Oleh karena itu, marilah kita pilih teman bergaul kita, untuk kebahagiaan dan keberhasilan hidup
di dunia dan untuk bekal di akhirat kelak.
Hadirin rahimakumullah.
Akhirkat, Kalau ada piring yang pecah, jangan disimpan di dalam peti, kalau ada kata-kata yang
salah, jangan disimpan di dalam hati.
Sebelum ditutup ada pantun nih.
Jalan-jalan pakai sepeda // Pakai topi dikepala
Jagalah perkataan yang mulia // terutama pada orang tua
Demikian yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf
Burung Irian burung cendrawasih, cukup sekian dan terima kasih.
Undzur ma Qola wala tandzur man Qola, Billahi fii sabilil haq.

 ُ‫وال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َوبَ َر َكاتُه‬ 


َ   
CARA MEMILIH TEMAN YANG BAIK

Assalamu'alaikum wr wb.
Hadirin rohimakumulloh
Sebenarnya, sangat mudah mengetahui seperti apa cerminan diri Anda. Cukup dengan melihat
bersama siapa saja Anda sering bergaul, seperti itulah cerminan diri Anda. Kenyataan ini telah
dipaparkan oleh Rasulullah SAW bersabda :
‫ْال ُمْؤ ِمنُ ِمرْ آةُ (أخيه) ْال ُمْؤ ِم ِن‬
Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin [1]
Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia
seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin
shalat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu.

Allah Azza wa Jalla menciptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Di
antara sifat ruh (jiwa) adalah dia tidak mau berkumpul dan bergaul dengan selain jenisnya.
Rasulullah SAW telah menegaskan hakekat ini dengan bersabda:

ْ ‫اَألرْ َوا ُح جُ نُو ٌد ُم َجنَّ َدةٌ فَ َما تَ َعا َرفَ ِم ْنهَا اْئتَلَفَ َو َما تَنَا َك َر ِم ْنهَا‬
َ‫اختَلَف‬
Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). (Oleh karena itu), jika mereka
saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda
(berpisah) [2]

Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam
mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

‫ال َّر ُج ُل َعلَى ِدي ِن َخلِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ َأ َح ُد ُك ْم َم ْن يُخَالِ ُل‬


Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian
hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman [3]

Sudah dapat dipastikan, bahwa seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
temannya. Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat-sifat
seseorang.

Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Qâsim [4] berkata, “Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan
teman pergaulannya. Manusia saja bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak.
Rasulullah SAW bersabda :

‫ْالفَ ْخ ُر َو ْال ُخيَالَ ُء فِي ْالفَ َّدا ِدينَ َأ ْه ِل ْال َوبَ ِر َوال َّس ِكينَةُ فِي َأ ْه ِل ْال َغن َِم‬
Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan
pengembala onta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing [5]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa mengembalakan onta akan berpengaruh
akan timbulnya kesombongan dan keangkuhan dan mengembalakan kambing berpengaruh akan
timbulnya sifat ketenangan. Jika dengan hewan saja, makhluk yang tidak punya berakal dan kita
tidak tahu apa maksud dari suara yang dikeluarkannya, manusia saja bisa terpengaruh, maka
bagaimana pendapat Anda dengan orang yang bisa bicara dengan Anda, paham perkataan Anda,
bahkan terkadang membohongi dan mengajak Anda untuk memenuhi hawa nafsunya serta
memperdayai Anda dengan syahwat? Bukankan orang itu akan lebih berpengaruh? [6]
Setelah mengetahui betapa pentingnya memilih teman yang baik, di sini akan dipaparkan sifat
dan karakter orang yang pantas dijadikan sebagai teman dan sahabat karib. Di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Berakidah Lurus
Ini menjadi syarat mutlak dalam memilih teman. Dia harus beragama Islam dan berakidah Ahlus
sunnah wal-jamâ’ah. Bukankah kita semua tahu kisah kematian Abu Thalib, paman Rasulullah?
Ya, dalam keadaan terbaring dan menghadapi detik-detik kematian, ada tiga orang yang
menyertainya. Mereka adalah Rasulullah SAW , Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah, dua
orang terakhir ini adalah tokoh kaum kafir Quraisy. Rasulullah SAW mengajak pamannya
dengan berseru, “Paman! Katakanlah lâ ilâha illallâh! Satu kalimat yang akan ku jadikan bahan
pembelaan bagimu di hadapan Allah.” Dua tokoh kafir itu menimpali, “Abu Thalib! Apakah
kamu membenci agama Abdul-Muththalib?”
Tanpa henti, Rasulullah SAW “menawarkan” kalimat itu dan sebaliknya mereka berdua juga
terus melancarkan pengaruh. Sampai akhirnya Abu Thalib masih enggan mengucapkan lâ ilâha
illallâh dan tetap memilih agama Abdul-Muththalib.[7] Ia pun mati dalam kekufuran.
Cobalah lihat buruknya pengaruh orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib sudah
membenarkan ajaran Rasulullah SAW di dalam hatinya.

2. Bermanhaj Lurus
Ini juga menjadi sifat mutlak yang kedua. Oleh karena itu, Islam melarang berteman dengan
ahlul-bid’ah dan ahlul-hawa’. Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Janganlah kalian
duduk-duduk bersama dengan ahlulhawa! Sesungguhnya duduk-duduk dengan mereka
menimbulkan penyakit dalam hati (yaitu bid’ah ).”[8]

3. Taat Beribadah Dan Menjauhi Perbuatan Maksiat


Allah Azza wa Jalla berfirman:
 
ُ‫َواصْ بِرْ نَ ْف َسكَ َم َع الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ َربَّهُ ْم بِ ْال َغدَا ِة َو ْال َع ِش ِّي ي ُِري ُدونَ َوجْ هَه‬
 
Sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepda Allah, pada waktu pagi dan petang,
(yang mereka itu) menginginkan wajah-Nya (QS. al-Kahfi/18: 28)
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menyatakan, “Duduklah bersama
orang-orang yang mengingat Allâh, yang ber-tahlîl (mengucapkan lâ ilâha illallâh), memuji, ber-
tasbiih (mengucapkan subhaanallah), bertakbir (mengucapkan Allâhu akbar) dan memohon
pada-Nya di waktu pagi dan petang di antara hamba-hamba Allâh, baik mereka itu orang-orang
miskin atau orang-orang kaya, baik mereka itu orang-orang kuat maupun orang-orang yang
lemah.”

4. Berakhlak Terpuji Dan Bertutur Kata Baik


Rasulullah SAW bersabda:
‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya [9]
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah berkata, “Kami dulu selalu mengikuti Qais bin ‘Ashim. Melalui
dirinya, kami belajar kesabaran dan kemurahan hati sebagaimana kami belajar ilmu fikih.”[10]

5. Teman Yang Suka Menasehati Dalam Kebaikan


Teman yang baik tentu tidak senang jika kawannya sendiri terjatuh dalam perbuatan dosa. Jika
Anda memiliki teman, tetapi tidak pernah menegur dan tidak memperdulikan diri Anda ketika
melakukan kesalahan, maka perlu dipertanyakan landasan persahabatan yang mengikat mereka
berdua. Ia bukan seorang teman?
Salah satu ciri orang yang tidak rugi sebagaimana disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla pada
surat al-‘Ashr, mereka saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rasulullah SAW bersabda:

‫الَ يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ َأل ِخي ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬
Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri [11]

6. Zuhud Terhadap Dunia Dan Tidak Berambisi Mengejar Kedudukan


Teman yang baik tentu tidak akan menyibukkan saudaranya dengan hal-hal yang bersifat
keduniawian, seperti sibuk membicarakan model-model handphone, mobil mewah keluaran
terbaru dan barang-barang konsumtif yang menjadi incaran kaum hedonis.
Rasulullah SAW bersabda: “Bersikaplah zuhud terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu.
Dan bersikaplah tidak membutuhkan terhadap apa-apa yang dimiliki manusia, maka manusia
akan mencintaimu.”[12]

7. Banyak Ilmu Atau Dapat Berbagi Ilmu Dengannya


Tidak salah lagi, berteman dengan orang-orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan
memberi pengaruh positif yang besar pada diri kita.

8. Berpakaian Yang Islami


Teman yang baik selalu memperhatikan pakaiannya, baik dari segi syariat, kebersihan dan
kerapiannya. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan
yang tampak menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu
hanya dengan melihat pakaianmu. Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak
menjelekkanmu, dan tidak menjadi bahan celaan dalam pembicaraan orang atau bahan ejekan
orang-orang tukang cemooh.”[13]

9. Ia Selalu Menjaga Kewibawaan Dan Kehormatan Dirinya Dari Hal-Hal Yang Tidak Layak
Menurut Pandangan Masyarakat
Teman yang baik selalu memelihara dirinya dari perkara-perkara tersebut, kendatipun
merupakan hal-hal yang diperbolehkan dalam agama, bukan maksiat. Seandainya suatu daerah
menganggap bahwa main bola sodok adalah permainan tercela (sebuah aib bagi orang yang ikut
bermain), maka tidak sepantasnya bergaul dengan orang-orang yang suka bermain permainan itu.
Betapa indah ucapan Imam Syâfi’i rahimahullah :
‫ْت ْال َما َء إالَّ َحا ًّرا‬
ُ ‫ار َد يَ ْثلَ ُم ِم ْن ُمرُوْ َءتِ ْي َش ْيًئا َما َش ِرب‬
ِ َ‫لَوْ َأ َّن ْال َما َء ْالب‬
Seandainya air yang dingin merusak kewibawaanku (kehormatanku), maka saya tidak akan
minum air kecuali yang panas saja [14]

10. Sosok Yang Tidak Banyak Bergurau Dan Meninggalkan Hal-Hal Yang Tak Bermanfaat
Rasulullah SAW bersabda:
‫ِم ْن ُح ْس ِن ِإ ْسالَ ِم ْال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما الَ يَ ْعنِي ِه‬
Di antara ciri baiknya keislaman seseorang, dia meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat
baginya [15]

Memang kelihatannya agak sulit mendapatkan teman ideal sesuai dengan pemaparan di atas.
Akan tetapi, dengan idzin Allah Azza wa Jalla kemudian dengan usaha yang kuat serta doa
kepada Allah, kita akan mendapatkan orang-orang seperti itu.
Catatan Penting :
Perlu menjadi catatan, melalui keterangan di atas yang menganjurkan mencari teman yang
berlatar-belakang baik, bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang-orang di sekitar kita.
Bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang kafir, ahlul-bid’ah, orang-orang fasik dan orang-
orang berkarakter buruk lainnya. Akan tetapi, pergaulan dengan mereka mesti dilandasi
keinginan dan niat untuk mendakwahi dan memperbaiki mereka.
Dalam masalah ini, kita harus melihat dan mempertimbangkan sisi kemaslahatan (kebaikan) dan
madharat (bahaya) yang akan terjadi pada diri kita dan orang orang lain di sekitar kita pada saat
kita bergaul dengan mereka. Jika pergaulan kita dengan mereka mendatangkan manfaat yang
besar bagi mereka, maka kita boleh bergaul dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, jika tidak
mendatangkan manfaat tetapi justru mendatangkan bahaya, maka bergaul dengan mereka
menjadi perkara larangan.
Simaklah keterangan Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn rahimahullah berikut, “Jika di dalam
pergaulan dengan orang-orang fasik menjadikan sebab datangnya hidayah baginya, maka tidak
mengapa berteman dengannya. Engkau bisa undang dia ke rumahmu, kamu datang ke rumahnya
atau kamu jalan-jalan bersamanya, dengan syarat tidak mengotori kehormatan dirimu dalam
pandangan masyarakat. Betapa banyak orang-orang fasik mendapatkan hidayah dengan berteman
dengan orang-orang yang baik.”[16]
Di tengah masyarakat, jika Anda tidak memilih teman yang baik, maka tinggal pilih; Andakah
yang akan mempengaruhi orang-orang untuk menjadi lebih baik atau Andakah menjadi korban
pengaruh buruk lingkungan (kawan-kawan) Ingat! Tidak ada pilihan yang ketiga.
Wallâhul muwaffiq.

Anda mungkin juga menyukai