Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MEMAHAMI KANDUNGAN HADITS TENTANG ORANG CERDAS, LEMAH,


PATUNG DAN LUKISAN

Di Susun Guna Memenuhi Tugas


Makul : Hadits lll

Dosen Pengampu : Drs.KH Abdul Wahab,M.Ag

Di Susun oleh :

Aini Zulfa

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
STAIS SABILI DARUSSALAM

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang menegakkan langit, membentangkan bumi, dan
mengurusi seluruh makhluk. Dzat yang mengutus rasulullah saw. Sebagai pembawa petunjuk
dan menjelaskan syariat agama kepada setiap mukallaf secara jelas dan terang.

Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw. hamba dan utusan nya yang tercinta, sosok yang
paling utama diantara seluruh makhluk. Beliau dimuliakan dengan Al-Quran yang merupakan
mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing bagi umat manusia. Rahmat dan keselamatan
Allah semoga selalu dilimpahkan kepada seluruh nabi dan rasul, kepada keluarga, dan para
shalihan.

Terima kasih kami ucapkan kepada bapak pembimbing yang telah membimbing serta


mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang
berjudul “Hadist” dan juga terima kasih yang sebesar – besarnya kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.

Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini, tentu
masih banyak kekurangan. kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekhilafan, maka dengan hal itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak sehingga ke depan dapat menjadi koreksi untuk kemajuan dan lebih
baik demi penyempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul yang membawa risalah
untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Muhammad SAW tetaplah seorang manusia
sebagaimana manusia lainnya. Baginda memerlukan kebutuhan jasmani dan rohani;
keinginan dan selera; memiliki kebiasaan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Oleh
sebab itu, segala yang datang dari Rasul Muhammad SAW dalam konteks tersebut
merupakan konsekuensi dari sifat kemanusian (jibillatuh al-basyariyyah) tidak ada
kaitannya dengan risalah1. Dengan kata lain, sebagian perkataan, perbuatan, dan sifat
Nabi sama sekali tidak ada kaitan dalam penetapan hukum dan syariat. Apabila umat
islam secara jujur dan konsekuen meyakini semua kenyataan diatas, apalagi sepakat
berpegang pada hadist atau sunnah Nabi SAW yang menyatakan sebagian perkataan Nabi
tidak mempunyai sifat yang mengikat atau boleh tidak diikuti (non- Tasyri’iyyah),
barangkali topic ini tidak terlalu signifikan dibahas dan didiskusikan, Akan tetapi,
persoalan tersebut terkesan diabaikan oleh sebagian ulama, bahkan oleh sahabat Nabi
sendiri. Konsekuensinya, sampai saat ini masih ada ulama yang mempersoalkan masalah
tersebut sehingga diantara mereka ada yang cenderung memandang semua sunnah
sebagai syariat yang mengikat, al-sunnah Kulluha tasyri’iyyah2.

B. Rumusan Masalah

1. Memahami kandungan hadist tentang cerdas dan lemah


2. Memahami kandungan hadist tentang patung dan lukisan
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hadits – hadist tentang cerdas dan lemah


2. Untuk mengetahui hadist – hadist tentang patung dan lukisan
3. Agar kita bisa dapat mengetahui hadist tentang cerdas, lemah, patung dan lukisan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits tentang orang cerdas dan yang lemah

Kebanyakan orang mendefinisikan “orang cerdas” adalah orang yang memiliki tingkat
kecerdasan di atas rata-rata (orang yang memiliki IQ di atas 150), sanggup menghafal ratusan
kosa kata dalam waktu hanya beberapa menit, dan mampu menghitung perkalian angka  dengan
cepat. Bagi santri di pesantren yang mampu menghafal al-Qur’an dalam waktu kurang dari  satu
tahun,  menghafal 1000  nadlom Alfiyah dari depan  ke belakang dan sebaliknya (bolak-balik),
menghafal ribuan Hadits, menguasai kitab Uqudul Juman, sangat lancar membaca kitab Fathul
Muin, menguasai kitab-kitab besar seperti kitab Fathul Wahhab, I’anatut
Thalibin, Majmu’, Mahally, Ihya’ Ulumiddin, Jauhar Maknun,  al–Asybah wan Nadhair dan
lain-lain.

Anggapan yang demikian memang  tidaklah salah, tetapi jika kita telaah lebih mendalam
ternyata yang disebut “orang cerdas” bukanlah pengertian yang sesederhana seperti itu, hanya
sebatas kemampuan seseorang dalam menghafal dan mendefinisikan sesuatu. Akan tetapi yang
dimaksud orang cerdas yaitu yang mampu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti
memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari
ini.

Dalam Islam, orang yang dipandang cerdas oleh Rasulullah saw. adalah orang yang pikirannya
jauh ke masa depan di akhirat. Akhirat dipandang sebagai negeri yang dirindukan setelah
kehidupannya di negeri dunia yang fana ini. Di akhirat-lah kehidupan yang sebenarnya, tidak ada
kematian dan di sanalah terdapat negeri keabadian, negeri kenikmatan abadi di surga.  “Berpikir
sebelum bertindak”,  itulah yang menjadi prinsip dan motto bagi orang yang cerdas.

Jika sudah tahu, bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib seseorang di akhirat,
maka setiap ucapan, sikap dan perbuatan yang akan dilakukan haruslah dipertimbangkan dengan
perhitungan akal sehat dan sesuai hati nurani. Jangan sampai melakukan sesuatu yang justru akan
merendahkan posisi seseorang sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang
paling mulia.

Untuk memperjelas pengertian orang cerdas tersebut di atas, perlu dipahami Hadits Rasulullah
saw. berikut ini:

‫ ألكيس من دان نفس??ه و عم??ل لم?ا بع?د? الم??وت‬: ‫عن ابي يعلى شداد بن اوس رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه و س??لم ق??ال‬
‫ هذا حديث صحيح‬: ‫ وقال‬،(‫ ( رواه الترمذي‬.‫والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمني على هللا‬.

Dari Abu Ya’la yaitu Saddad ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda : “Orang yang
cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya
setelah mati. Sedangkan orang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan
berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (H.R. At-Tirmidzi dan beliau berkata, “Hadits
Hasan”.

Rasulullah saw. dalam hadits tersebut di atas menjelaskan, bahwa orang cerdas adalah orang
yang pandangannya jauh ke depan, tidak hanya berhenti sampai  kehidupan dunia ini saja, tetapi
menembus batas dinding alam dunia, hingga sampai kehidupan yang abadi di akherat kelak.
Tentu hal ini terjadi sebatas pada orang yang memiliki keimanan yang kuat, terutama keimanan
kepada adanya hari pembalasan (yaumul jaza’). Bagi orang yang tidak meyakini adanya hari
pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan bekal amal apa pun.

Jika yang dimaksud “cerdas”  oleh Rasulullah saw adalah jauhnya orientasi serta pandangan
hidup yang jauh hingga ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya ber-orientasi
sebatas menyangkut kesenangan duniawi semata, maka pandangan yang demikian dinamakan
tindakan “bodoh” atau “jahil” (Arab, kebodohan = jahiliyah). Bangsa Arab pada zaman pra
Islam disebut jahiliyah, bukan karena mereka tidak bisa baca tulis, tetapi lebih karena mereka
melakukan sesuatu dengan jalas pintas (short cut) yaitu menyembah sesembahan selain Allah.
Mereka menyembah berhala tanpa berpikir kritis tentang apa yang mereka sembah, dan apa
tujuan mereka menyembah sesuatu yang tidak memberikan manfaat apa-apa dan tidak mampu
memberikan madlarat sedikit pun. Al-hasil, sampai meninggal dunia pun Bangsa Arab
Jahiliyah tidak menemukan kebenaran, tetapi yang mereka temui adalah kebodohan yang
menyesatkan.
Selain hal di atas, orang cerdas juga tahu bahwa kematian merupakan rahasia Allah (screet  of
Allah), kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, ia akan selalu
berlomba-lomba melakukan kebaikan tanpa harus menunda-nunda, melakukan kebaikan
merupakan prioritas utama dalam hidupnya. Dia akan selalu bersegera melakukan kebaikan
(amal saleh), dan pantang untuk mengabaikannya.

Dalam Hadits riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda, Ada tujuh macam
peristiwa buruk yang akan menimpa diri seseorang jika hal tersebut tidak dilakukan sesegera
mungkin.
Pertama, kemiskinan yang membuat seseorang lupa kepada Allah karena sibuk mencari harta
dalam kehidupannya.
Kedua, kekayaan yang membuat diri seorang menjadi angkuh dan sombong, karena mereka
beranggapan kalau harta yang diperolehnya itu hasil keringatnya sendiri.
Ketiga, sakit yang membuat ketampanan dan kecantikan seseorang berkurang.
Keempat, masa tua yang membuat seseorang lemah tak berdaya.
Kelima, kematian yang cepat karena umur yang dimilikinya sia-sia.
Keenam, datangnya Dajjal yang disebut sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnah bagi
manusia.
Ketujuh, hari kiamat yang merupakan bencana paling dahsyat bagi orang yang mengalaminya.
Jadi yang dinamakan “orang cerdas” dalam pandangan Rasulullah saw. adalah orang
bersemangat mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup di akhirat.
Dunia adalah tempat bertanam pohon dan buah-buahan yang indah dan subur, yang siap dipetik
di alam akhirat. Jadi, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, hendaklah tidak lupa bercocok
tanam di dunia ini dengan benih-benih yang baik, yaitu amal salih. (Allahu a’lam).
 Ketika terucap kata cerdas, mungkin asumsi banyak orang adalah mereka yang memiliki IQ
tinggi, bijak mengambil keputusan, dan mendapatkan penghargaan internasional. Memang tak
ada yang salah dengan mereka yang memandang cerdas dengan kacamata seperti itu, namun
alangkah bijaknya jika kita mengartikan cerdas tidak hanya urusan dunia, namun juga urusan
akhirat. Tersurat dalam Q.S. An Nisa ayat 78:
ُ ْ‫َأ ْينَ َما تَ ُكونُوا يُ ْد ِر ْك ُك ُم ْال َمو‬
ٍ ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِي بُر‬
‫ُوج ُم َشيَّ َد ٍة‬

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh.”
Lantas apa hubungannya orang yang cerdas dengan ayat kematian tersebut? Rupanya cerdas
menurut Rasulullah adalah mereka tidak hanya mengingat dunia, melainkan juga harus tentang
kematian, yang begitu disebabkan mereka mengerti bahwa banyak yang harus dipersiapkan
untuk kematian. Berkiblat pada hadis Nabi yang dikisahkan dari Ibnu Umar, Rasulullah
bersabda:
َ ‫ت ِذ ْكرًا َو َأحْ َسنُهُم لَهُ ا ْستِ ْعدَادًا ُأولَِئ‬
‫ك اَأل ْكيَاس‬ ِ ‫ض ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا َوَأ ْكيَ ُسهُ ْم َأ ْكثَ ُرهُم لِل َمو‬
َ ‫َأ ْف‬
“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang
cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam
mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-
orang yang berakal.”
Orang cerdas memikirkan dan mempersiapkan kematian seakan-akan ia meninggal pada esok
hari. Karena itu mereka bersungguh-sungguh melakukan kebaikan dan ketakwaan. Ketika
kematian disebutkan, mereka terdiam seakan-akan mereka sedang menghadapinya, mereka
mengeluhkan betapa kurangnya persiapan untuk berjumpa dengan kematian.
Dengan begitu, orang cerdas yang macam ini akan terus berada di jalan-Nya. Sekali saja ia
melanggar aturan Allah, ia akan teringat kembali akan bayang-bayang kematian yang siap
menjemputnya. Sebab itulah ia tidak terlalu sering berada dalam puncak kebahagiaan, sebab
yang sering diingatnya adalah kematian. Hal tersebut senada dengan hadis Nabi yang berbunyi:

َ‫ت يَ ْعنِى ْال َموْ ت‬


ِ ‫َأ ْكثِرُوا ِذ ْك َر هَا ِذ ِم اللَّ َّذا‬
”Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian “
Kemudian orang itu beranjak hingga ke sudut masjid untuk kencing. Setelah melalui peristiwa
itu, orang badui itu berkata, "Beliau berdiri menghampiriku. Sungguh, beliau tidak mencela dan
tidak menghardik. Beliau malah berkata, "Sesungguhnya masjid ini tidak untuk kencing di
dalamnya, tetapi dibangun untuk berzikir kepada Allah dan shalat." Selanjutnya beliau
memerintahkan agar disiramkan air pada bekas teresebut (HR Ibnu Majah dan Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan kepada kita bagaimana sikap dan tutur kata Rasulullah SAW yang
penuh dengan kelembutan saat beliau menghadapi orang yang kurang tepat dalam berdoa dan
kencing di sudut masjid. Beliau tidak mencela dan tidak pula menghardiknya, akan tetapi
menasihatinya dengan lembut dan menyelesaikan apa yang menjadi inti permasalahannya, yakni
menyiram kencing orang tersebut dengan air. Kelemahlembutan Rasulullah SAW ini membuat
orang badui tersebut sadar dan kian hormat dan mencintai kepadanya.

Lembah lembut sendiri mengandung pengertian kelembutan yang berupa perkataan dan
perbuatan, Tegasnya, lawan dari sikap kasar. (al-Qamus al-Muhith). Dalam keseharian, kita
harus mengedepankan sikap dan tutur kata yang lembut dan menjauhkan diri dari sikap kasar
karena kelembutan akan mendatangkan kedekatan dan kebaikan. Sebaliknya, sikap kasar akan
menjauhkan persaudaraan dan mendatangkan keburukan.
"Sesungguhnya kelembutan tidak terjadi pada sesuatu kecuali akan mengindahkannya, dan
tidaklah tercabut dari sesuatu kecuali akan memburukkannya." Kelembutan tutur kata dan
perbuatan merupakan landasan dalam membangun keharmonisan antarsesama, kunci dalam
menasihati dan penyelesai permasalahan serta penyebab datangnya kebaikan. Rasulullah SAW
bersabda, "Barang siapa yang tidak memiliki kelemahlembutan maka tidak dihampiri kebaikan."

Lebih daripada itu, ketika kita memiliki sikap dan tutur kata yang lembut tidak hanya akan
menjadikan hidup kita penuh dengan kedamaian dan keharmonisan dengan sesama, juga di
akhirat kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga. Rasulullah SAW bersabda, "Maukah kalian
aku kabari tentang orang yang diharamkan terhadap neraka atau orang yang neraka diharamkan
terhadapnya? Yaitu setiap orang yang bersikap dekat serta berlaku mudah dan gampang
(bersikap lemah lembut)." (HR Tirmidzi).

Oleh karena itu, kita harus berupaya menyandang sifat ini karena termasuk sifat yang dicintai
oleh Allah SWT lagi penuh dengan keutamaan. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah
Mahalembut, dia menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada orang yang lemah lembut apa
yang tidak diberikan kepada yang kasar dan apa yang tidak diberikan kepada yang selainnya."
(HR Muslim).
B. Hadist tentang patung dan lukisan
Patung merupakan tiruan bentuk orang, hewan, atau sebagaianya dibuat dengan dipahat dari
batu, kayu. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), patung merupakan suatu bentuk artistik di
mana menggunakan bahan keras dan lunak yang dikerjakan menjadi karya seni tiga dimensi.
Desain dapat diwujudkan dalam bentukan obyek berdiri bebas, dalam relief dipermukaan, atau di
lingkungan. Sebelum abad ke-20, patung dianggap sebagai seni representasional. Di mana telah
meniru bentuk-bentuk dalam kehidupan, seperti manusia atau benda mati, seperti permainan,
peralatan, dan buku. Sejak pergantian abad ke-20, seni pahat juga mencakup bentuk-bentuk non-
representasional. Tetapi baru pada abad ke-20 karya seni tiga dimensi yang non-fungsional, tidak
representatif mulai diproduksi. Di mana menggunakan bahan lunak (tanah liat, gymsum, dan
lilin) atau bahan keras (kayu,batu, dab logam). Patung berbentuk tiga dimensi adalah karya seni
patung yang memiliki ukuran panjang, lebar, tinggi atau memiliki volume yang dapat dilihat dari
segala arah. Karya seni patung termasuk dalam karya seni rupa murni. Karena seni patung lebih
mengutamakan fungsi keindahan atau nilai estetisnya.

Fungsi seni patung Dalam seni patung ada beberapa fungsi, antara lain: Patung Religi
Patung religi merupakab patung yang mempunyai unsur dan makna religus. Biasanya dipakai
untuk sarana beribadah. Patung monumen Patung monumen dibuat untuk memperingati
peristiwa bersejarah. Tidak hanya itu tapi juga untuk mengenang jasa seseorang atau kelompok
yang sudah berjasa. Patung arsitektur Patung arsitektur dibuat untuk menunjang arsitektur atau
kontruksi bangunan. Dengan adanya itu bisa bernilai tinggi karena punya estetika atau
keindahan, apalagi sudah dirancang. Patung kerajian dibuat sebagai hasil karya kerajinan. Selain
untuk dinikmati keindahan, bahkan bisa dibeli dengan harga tinggi. Patung seni Patung seni
dibuat hanya untuk dinikmati keindahan saja atau buat koleksi.

Jenis patung Dalam buku Seni Budaya (2006), perkembangan seni patung di Indonesia
berakar pada zaman prasejarah. Di mana ditandai dengan dibuatnya patung-patung berukuran
monumental yang bercorak megalitik dan lembah bada. Berdasarkan ukuran dimensi dan
penggambarannya.
Mengenai hukuman di hari Kiamat bagi para pembuat patung dan lukisan yaitu diperintahkan
untuk membuatkan nyawa kepada benda-benda tersebut, bersumber pada sebuah hadis Muttafaq
‘alaih (disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim) dari sahabat Ibnu Umar dengan lafal sebagai
berikut,
‫ُون يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة يُقَ??ا ُل لَهُ ْم‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما َأ َّن َرسُو َل هللا‬
?َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإ َّن الَّ ِذينَ يَصْ نَعُونَ هَ ِذ ِه الصُّ َو َر يُ َع َّذب‬ ِ ‫ع َْن ْبنَ ُع َم َر َر‬
]‫ [متفق عليه‬.‫َأحْ يُوا َما َخلَ ْقتُ ْم‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya
orang-orang yang membuat gambar-gambar ini akan disiksa di hari kiamat. Kepada mereka
dikatakan:Hidupkanlah apa-apa yang kamu buat itu.” [HR. Muslim, II: 323; al-Bukhari, VII:
85, hadis no. 5957-8]
Jika dilihat secara parsial, yaitu dengan hanya melihat hadis tersebut, maka kesimpulan yang
didapatkan akan mengarah kepada pengharaman pembuatan patung dan lukisan. Namun dalam
hal ini, Majelis Tarjih menggunakan metode Istiqra’ Ma’nawi. Sebuah metode pengambilan
hukum dengan cara mengumpulkan seluruh dalil-dalil yang sejenis dan mengkomparasikannya,
sehingga akan menghasilkan sebuah hukum yang komprehensif tidak parsial.
Dalil-dalil lain yang sejenis dengan tema hadis di atas namun memiliki sudut pandang yang 
berbeda antara lain adalah sebagai berikut:
Firman Allah swt dalam surat Saba’ (34): 13;
]13 :34 ،‫ [سبأ‬.‫ت‬
ٍ ‫اسيَا‬
ِ ‫ُور َر‬ ِ ‫يب َوتَ َماثِي َل َو ِجفَا ٍن َك ْال َج َوا‬
ٍ ‫ب َوقُد‬ ِ ‫يَ ْع َملُونَ لَهُ َما يَ َشا ُء ِم ْن َم َح‬
َ ‫ار‬
Artinya: “Mereka (para jin itu) membuatkan untuknya (Sulaiman) apa yang ia kehendaki berupa
gedung-gedung tinggi, tamatsil (patung-patung) dan piring-piring besar seperti kolam dan
periuk yang tetap berada di tungkunya.” [QS. Saba’ (34): 13], (Tanya Jawab Agama V:225).
Jika diperhatikan secara seksama, maka zahir-nya dalil-dalil di atas bertentangan satu sama lain.
Yaitu, hadis pertama membicarakan tentang hukuman bagi pembuat gambar, namun ayat al-
Qur’an dan hadis yang kedua menunjukkan kebolehan membuat dan mempunyai gambar dan
boneka/patung. Oleh karena itu, dalam masalah ini Majelis Tarjih melakukan pengkompromian
terhadap beberapa dalil yang nampak bertentangan tersebut. Hasilnya adalah sebagaimana yang
terdapat dalam Himpunan Putusan Tarjih hlm. 281 yang menyatakan: gambar (dalam kasus ini
termasuk juga patung) itu hukumnya berkisar kepada ‘illat (sebabnya), ialah ada 3 macam:
1. Untuk disembah, hukumnya haram berdasarkan nash.
2. Untuk sarana pengajaran hukumnya mubah.
3. Untuk perhiasan ada dua macam: pertama, tidak dikhawatirkan mendatangkan fitnah,
hukumnya mubah; kedua, mendatangkan fitnah ada dua macam: yang pertama, jika
fitnah itu kepada maksiat hukumnya makruh, dan jika fitnah itu kepada musyrik
hukumnya haram. (Tanya Jawab Agama V: 224).
 Pengertian seni lukis menurut p
- Galeria Fasya Art Studio
Seni lukis merupakan cabang atau bagian dari seni rupa di mana wujud dari lukis itu merupakan
karya dua dimensi dwi matra, walau memiliki dasar pengertian yang sama dengan seni rupa, seni
lukis memiliki arti yang lebih karena seni lukis merupakan sebuah pengembangan yang lebih
utuh dari sekadar menggambar.
- Soedarso SP
Seni lukis adalah karya manusia yang mengomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya.
Pengalaman batin tersebut disajikan dalam gambar secara indah sehingga merangsang timbulnya
pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya.
- Soni Ade dan Imam R
Seni lukis merupakan kekuatan peradaban manusia, kekuatan budaya, karena dalam
melakukannya manusia dilatih untuk jeli, cermat, dan teliti dalam mengamati berbagai fenomena
alam dan kehidupannya.
- Menurut Suyanto
Menurut Suyanto, seorang seniman lukis mengatakan seni lukis merupakan karya seni rupa yang
dituangkan dalam bentuk lukisan hasil dari ekspresi jiwa seorang seniman.
Jenis dan Teknik yang Digunakan dalam Seni Lukis
Jenis-jenis seni lukis
Berikut jenis-jenis aliran seni lukis yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda:

 Klasisme
 Romantisme
 Realisme
 Naturalisme
 Ekspresionisme
 Surealisme
 Abstrak
 Gotik
 Futurisme
 Konstruktivisme
Teknik-teknik yang digunakan dalam seni lukis
- Teknik aquarel
Teknik aquarel adalah jenis teknik lukis yang memanfaatkan cat air sebagai bahan lukis dengan
cara mengoleskan warna secara tipis.
- Teknik plakat
Teknik plakat menggunakan bahan cat air, cat akrilik, dan cat minyak dengan mengoleskan
warna secara tebal dengan komposisi cat yang lebih kental. Terdapat perbedaan dengan teknik
aquarel terkait cara mengoles dan komposisi catnya.
- Teknik pointillis
Teknik pointillis merupakan teknik yang membutuhkan suatu kesabaran yang lebih. Hal ini
dikarenakan teknik lukis ini menggunakan titik-titik agar menghasilkan tampilan lukisan yang
indah dan menawan.
- Teknik spray
Teknik spray merupakan teknik lukis gaya baru dengan menyemprotkan cat ke papan atau media
lukis. Teknik lukis ini sering digunakan untuk melukis grafitti di dinding-dinding.
- Teknik basah
Melukis dengan teknik basah dilakukan dengan cara mengencerkan cat minyak menggunakan
bahan-bahan tertentu seperti linseed oil. Bila cat minyak telah diencerkan dengan kekentalan
tertentu, barulah cat tersebut dioleskan pada media lukis.
Kuas yang dipakai untuk melukis dengan teknik ini adalah kuas dengan bulu panjang.
- Teknik kering
Melukis dengan teknik kering dilakukan tanpa menggunakan cat minyak. Teknik ini seringkali
digunakan dengan hanya menggunakan alat pensil, crayon atau spidol. Namun, dalam melukis
yang lebih khusus, digunakan kuas yang kering dan tidak berminyak.
- Teknik campuran
Melukis dengan teknik campuran mengombinasikan dua teknik atau lebih untuk menghasilkan
suatu karya yang lebih elegan. Sebagai contoh, kamu dapat mengombinasikan teknik kering dan
teknik basah dengan cara memanfaatkan teknik kering terlebih dahulu, kemudian melapisinya
dengan teknik basah.
Tujuan Seni Lukis
- Tujuan religius
Seorang pelukis mampu menjadikan lukisan atau hasil karyanya bernilai keagungan kepada
Tuhan YME, leluhur, nenek moyang, atau dewa.
- Tujuan magis
Ada sebuah lukisan yang di dalamnya bertujuan magis dan berisi mantra-mantra tertentu, lukisan
ini cukup primitif dan memberikan kesan misterius bagi siapa saja yang melihatnya.
- Tujuan simbolis
Seorang seniman yang memiliki tujuan simbolis, melakukan kegiatan melukis untuk
melambangkan suatu cita-cita kehidupan pribadi atau kelompok, misalnya cita-cita berupa
kebahagian, kedamaian, kekuatan, dan kehendak positif yang bermanfaat bagi manusia.
- Tujuan estetis
Seniman yang menampilkan tujuan estetis biasanya akan menampilkan pemandangan keindahan
suatu daerah.
- Tujuan komersil
Lukisan ini biasanya mengutamakan nilai ekonomi, contohnya lukisan jalanan yang
menggambar wajah seseorang.
- Tujuan ekspresi
Seniman meluapkan segala isi hatinya dalam sebuah karya di kanvas atau kertas yang mewakili
rasa bahagia atau sedih.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Orang cerdas adalah orang yang masih mau menggunakan hati nuraninya, di saat
kezaliman mendominasi kehidupan manusia.
Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki nalar dan sikap kritis terhadap segala bentuk
ketimpangan dan kezaliman social.
 Lemah lembut mengandung arti kelembutan dalam setiap perkataan dan perbuatan. Allah
SWT Yang Maha Lembut menyukai orang-orang yang bersikap lemah lembut dalam perkataan
dan perbuatan.
Patung tidak hanya dipandang sebagai sesembahan. Lebih dari itu, patung bisa menjadi
sebuah maha karya yang tak ternilai baik karena nilai sejarah atau seni yang terkandung dalam
patung tersebut. Seperti patung tokoh pahlawan yang dibuat untuk memperingati jasa heroiknya
terhadap negeri dan lain sebagainya.
Menyimpan lukisan atau gambar-gambar sebagai penghias rumah sudah merupakan hal yang
lumrah dilakukan masyarakat. Gambar dan lukisan yang disimpan cenderung variatif, mulai dari
gambar tokoh, hewan, pemandangan alam, dan aneka gambar serta lukisan lain sesuai selera
pemilik atau desain interior rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Maktabah Syamilah Ahmad E.Q,Nurwadjah,Tafsir-Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan:


Hati Yang Selamat Hingga Kisah Luqman, (Bandung:Penerbit MARJA,) 2010
Ahmad,Zainuddin bin Abdullathif al-Zabidy,Mukhtasor Shahih Bukhari,(Lahore: Dar al-Kitab
wa al-Sunnah) , 2009 Bakr Jabir al-Jazairi,Abu,Aisar at-Tafasir Li Kalami al-Aly al-Kabir Terj.
Tasir al-Quran Al-aisar,(Jakarta:Darussunnah,) 2007 Bin Sholih al-Utsaimin,Muhammad,Syarah
Hadits ‘Arbain Imam an-Nawawi, (Jakarta: Ummul Qura,) 2013 Farid,Ahmad,Pendidikan
Berbasis Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,(Surabaya: Pustaka eLBA) .2011

Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/contoh-penulisan-daftar-pustaka.html
Silahkan mengcopy paste dan menyebarkan artikel ini selama masih menjaga amanah ilmiah
dengan menyertakan sumbernya

Anda mungkin juga menyukai