Anda di halaman 1dari 17

(Hadits Tentang Masa Waktu Belajar)

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Hadits)


Dosen Pengampu: Ustadz Zia-Ul Haramein Lc. M.si

Disusun oleh:

Amirrudin : 191410111

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin ‘ala kuli haal , segala puji bagi Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya yang mana berkat
anugerah dari-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah Metode
Penelitian Hadis dengan tema “Hadits Dha’if (Hadits Tentang Masa
Waktu Belajar)”, peneliti tertarik untuk membahas hadist ini dengan
harapan bisa menjadi wawasan untuk penulis dan pembaca.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan agung Nabi
Muhammad SAW yang menjadi asbab datangnya pedoman kepada kita jalan
yang sebenar-benarnya berupa ajaran agama Islam yang begitu sempurna
dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Makalah ini kami rancang sebagai bagian dari penyelesaian tugas
individu dalam mata kuliah Metode Penelitian Hadis, di bawah bimbingan
Ustadz Zia Ul Haramein Lc. M.si. Kami mengucapkan terima kasih kepada
beliau atas arahan dan pemahaman yang telah diberikan dalam proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
dalam segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
tulus hati, kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pembaca yang
ingin memberikan saran atau kritik guna perbaikan makalah ini.

2ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I..........................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................
Latar Belakang…………………..……………………………………….………...4

Rumusan Masalah …………………..…………………………………………….5

Tujuan ………………………………………………………………………….......5

BAB II........................................................................................................................
Tanshih Hadis............................................................................................................
A. Redaksi Hadits...............................................................................................
B. Pohon Sanad...................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................
A. Profil perawi...................................................................................................
B. Hukum mengamalkan Hadits Dhaif..........................................................
BAB IV.....................................................................................................................
Fiqhul Hadits..............................................................................................................
A. Fiqhul Hadits...................................................................................................
BAB V..........................................................................................................................
PENUTUP...................................................................................................................
Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

iii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ajaran Islam, pentingnya pendidikan dan pembelajaran telah
ditekankan dengan kuat. Rasulullah Muhammad SAW sendiri mengajarkan
umatnya untuk mencari ilmu sejak dini. Salah satu perumpamaan yang beliau
sampaikan adalah tentang proses belajar di masa kecil, yang dibandingkan
dengan mengukir di atas batu. Salah satu visi Nabi Muhammad SAW adalah
mencerdaskan umatnya agar tidak menjadi bodoh seperti jaman jahiliyah
sehingga begitu pentingnya menuntut ilmu sampai-sampai Nabi bersabda di
dalam kitab bahjatul masail atau di kitab-kitab yang memuat hadits berkata :
Menuntut ilmu itu wajib setiap muslim laki-laki dan perempuan 1, artinya
kandungan hadist ini tidak ada batasan umur bagi penuntut ilmu.
Kehidupan manusia merupakan serangkaian peluang yang Tuhan berikan,
seperti hembusan udara yang terus-menerus menyentuh tubuh kita. Meskipun
kita mungkin merasakan adanya peluang, namun seringkali kita tidak
menyadari kehadirannya. Kesempatan senantiasa ada, mengalir seperti aliran
udara yang tak pernah berhenti. Sayangnya, kita sering kali tidak menghargai
dan memanfaatkan peluang tersebut. Baik kita masih muda atau sudah tua,
peluang selalu ada tanpa perbedaan. Yang membedakan adalah sejauh mana
kita memiliki kekuatan untuk menghadapi dan mengambil kesempatan yang
datang2.
Salah satu ujian besar yang dihadapi umat Islam pada abad pertama hijriah
adalah penyebaran hadits-hadits dha'if dan maudhu' di kalangan mereka. Tidak
terkecuali para ulama, kecuali sejumlah pakar dan kritikus hadits yang diberi
petunjuk oleh Allah, seperti Imam Ahmad, Bukhari, Ibnu Muin, Abi Hatim ar-
Razi, dan lainnya. Penyebaran hadits-hadits semacam itu di seluruh wilayah
1
Bahjatul Masail
2

4
Islam berdampak negatif yang signifikan, termasuk kerusakan dalam akidah,
syariat, dan aspek lainnya3.
Bukti nyata dari dampak buruk hadits dha'if dan maudhu' pada umat Islam
adalah munculnya sikap meremehkan terhadap hadits Rasulullah saw. Para
ulama, mubalig, dan pengajar yang kurang hati-hati dalam meriwayatkan hadits
juga turut mempercepat penyebaran dampak negatif tersebut. Tidak dapat
diabaikan bahwa jumlah hadits palsu ternyata sangat besar, menyebabkan
kerugian yang mendalam dalam pemahaman dan praktik umat Islam
Dengan memahami dan menyelidiki hadits dhaif yang berkaitan dengan
masa waktu belajar ini, (Perumpamaan orang yang belajar ilmu pada masa
muda seperti mengukir di atas batu, dan perumpamaan orang yang
belajar ilmu pada masa tua seperti menulis di atas air). Penulis dapat
membantu mengklarifikasi sumber-sumber hadits tersebut, juga sanad-sanad
dan perawi hadits, pemahaman yang berbeda, dan signifikansi pentingnya
dalam Islam. Ini juga dapat memberikan panduan bagi umat muslim bahkan
seluruh manusia dalam menenuntut ilmu sesuai dengan anjuran hadist-hadist
Nabi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah adalah sebagai berikut:

1. Apa saja sumber yang memuat hadis tersebut?


2. Bagaimana kualitas hadis tersebut?
3. Bagaimana pendapat ulama tentang hadis tersebut?
4. Bagaimana aplikasi hadits tersebut dalam kehidupan sehari-hari (fiqhul
hadits).

C. Tujuan
1. Mengetahui sumber hadits tersebut;
2. Mengetahui kualitas hadits tersebut;
3. Mengetahui pendapat ulama tentang hadits tersebut;
4. Mengetahui fiqhul hadits tersebut.

3
Al-bani Nashiruddin Muhammad ‘’ Silisilatul –Ahaadiits adh –Dhaifah wal-Maudhu’ah
wa Atsaruhas-Sayyi’fiil-Umma’’

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Redaksi Hadits

، ‫ َح َّد َثَنا ضرار ْبن صرد َأُبو ُنَعْيم‬، ‫َقاَل الطرباين َح َّد َثَنا َحُمَّم د ْبن َعْبد اهلل احلزرمي‬

‫ َعْن َأيِب‬، ‫ َح َّد َثَنا مروان ْبن ُمْس ِلم‬، ‫َح َّد َثَنا َعْبد اجمليد ْبن َعْبد العزيز ْبن َأيِب رواد‬

‫َّلِه َّل َّل ِه َّل‬


‫ َقاَل َرُس وُل ال َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬: ‫ َقاَل‬، ‫الدرداء‬

" ‫ َو َم َثُل اَّلِذ ي َيَتَعَّلُم اْلِعْلَم يِف‬، ‫َم َثُل اَّلِذي َيَتَعَّلُم اْلِعْلَم يِف ِص َغِرِه َك الَّنْق ِش يِف اَحْلَج ِر‬
‫َلى اْل اِء‬ ‫" ِكِرَب ِه َّلِذ‬
‫َك ا ي َيْك ُتُب َع َم‬

Dari jalan Abu Darda, Al-Tabrani mengatakan: Telah menceritakan


kepada kami Muhammad bin Abdullah Al-Hazrami, telah menceritakan
kepada kami Dzarrar bin Sard Abu Nuaim, telah menceritakan kepada
kami Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Ruwad, telah menceritakan
kepada kami Marwan bin Muslim, dari Abu Darda, dia berkata:
Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda: "Perumpamaan orang yang belajar
ilmu pada masa muda seperti mengukir di atas batu, dan perumpamaan
orang yang belajar ilmu pada masa tua seperti menulis di atas air4."

B. Pohon Sanad
4
Al-Thbarani “

6
Abu Darda

Marwan bin Muslim

Abdul Majid bin Abdul


Aziz bin Abi Ruwad

Dzarrar bin Sard Abu


Nuaim

Muhammad bin Abdullah


Al-Hazrami

Al-Tabrani

BAB III

7
A. Profil Perawi

1. Abu Darda

Nama lengkapnya adalah Abu Darda, Usamah bin Zaid bin Qais. Ia
berasal dari kabilah Quraisy dan termasuk dalam golongan sahabat yang
awal-awal masuk Islam5. Di kitab lain abu darda mempunyai kuniah dan
nama lengkapnya Awaimer bin Malik bin Qais bin Umayyah bin Amer,
Ketenaran Awimer bin Malik Al-Ansari, nama panggilannya Abu Al-
Darda, silsilah beliau dari Al-Ansari, Al-Khazraji, kedudukan beliau
seorang sahabat, dia tinggal di damaskus, madinah, belaui terkenal sebagai
hakim damaskus6.
Abu Darda masuk Islam pada awal dakwah Nabi Muhammad
SAW , Ia termasuk dalam golongan yang menerima dakwah Islam dengan
cepat dan dengan hati yang ikhlas. Sebelum masuk Islam, ia memiliki
saudara kandung bernama Jabir bin Abdullah yang juga masuk Islam.
Kesetiaan pada Nabi Muhammad Abu Darda adalah salah satu sahabat yang
sangat setia kepada Nabi Muhammad SAW Ia selalu berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Rasulullah dan memperoleh pelajaran langsung
dari beliau. Abu Darda dikenal sebagai seorang yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan Islam. Ia menjadi salah satu ulama besar di antara para
sahabat.
Kebaikan dan ketakwaannya juga terkenal di kalangan sahabat. Ia
hidup sangat sederhana dan tidak tertarik pada kekayaan duniawi.
Keteguhan dalam Iman: Abu Darda termasuk sahabat yang tetap teguh
dalam imannya meskipun menghadapi berbagai cobaan dan ujian. Ia
memiliki keimanan yang kuat dan tidak goyah meskipun dihadapkan pada
kesulitan. Keterlibatan dalam Pertempuran: Abu Darda juga terlibat dalam
beberapa pertempuran selama zaman Nabi Muhammad SAW seperti
pertempuran uhud dan pertempuran khandaq. Abu Darda wafat pada zaman
khilafah Utsman bin Affan di tahun 32 H. Ia meninggalkan warisan ilmu
dan kebajikan yang terus dihargai oleh umat Islam.

a. Murid-murid Abu darda


Tentunya Abu darda berkiprah dalam mengajarkan ilmu-ilmunya
terhadap murid-muridnya sehingga banyak murid-murid dari beliau yang
sudah belajar darinya diantaranya : Abu Al-Ajlan, Abu Habibah, Abu
Abdullah, Abu Umar dan Abu Mujahia bin Rabi7.
5
Al-Asqalani, '' Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah
6
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’
7
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’

8
b. Guru-guru Abu darda
Dalam kedisplinan ilmu tentu sesorang mempunyai runtutan ilmu-
ilmu yang dia dapatkan seperti halnya abu darda mempunya banyak guru di
antara nya : Kab bin 'Asim, Thauban bin Bajdad, Jundub bin 'Abdullah bin
Jannada bin Sufyan bin 'Ab, Zaid bin Thabit bin al-Dhahak bin Zaid bin
Luwazan, Sadi bin 'Ajlan bin Wahb bin 'Amr bin 'Aamir, 'Aisha binti
Abdullah bin 'Uthman bin 'Aamir, Mu'adh bin Jabal bin 'Amr bin Aws bin
'Aadhi bin 'Amr, Mu'awiyah bin Sakhr bin Harb bin Umayya bin 'Abd
Shams.
c. Ta’dil dan Jarh
Pendapat para ulama yang memberikan apresiasi baik atau pun
yang kurang baik terhadap abu darda salah satunya ulama Abu Hatim al-
Razi mengatakan bahwa beliau itu seorang sahabat nabi, kemudian Ibn
Hajar al-Asqalani berkata juga beliau itu sahabat mulia, penyembah yang
mendalam, menyaksikan Perang Uhud, ada jiga Al-Muzi berkata beliau
sahabat Rasulullah, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada-Nya,
dan Jalal al-Din al-Suyut memberi hujjah bahwa beliau abu darda menerima
islam pada hari badar dan menyaksikan perang uhud, menunjukkan
kesetiaan pada saat itu8.

2. Marwan Bin Salim


Marwan bin Muslim adalah seorang perawi hadis yang terkenal dari
kalangan perawi hadis yang disegani. Ia dikenal karena mengumpulkan dan
menyebarkan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw , beliau dijuluki Marwan bin
Salim al-Ghafari, nama kauniayahnya Abu Abdullah atau Abu Salama,
kemudian Silsilah beliau berasala dari Al-Ghafari, Al-Qarqasani, Al-Jazari, Al-
Shami, tempat tinggalnya Al-Jazirah, Qarqisiya, Al-Sham, Statusnya Mawla
(merupakan budak yang diangkat sebagai keluarga) dari Bani Umayyah9.

Marwan hidup pada abad ke-1 Hijriyah, yakni pada masa setelah
periode khulafaurrasyidin10. Nah kemudian kedudukannya sebagai Perawi
Hadis, Marwan bin Muslim termasuk di antara para perawi hadis yang diakui
oleh para ahli hadis. Ia banyak meriwayatkan hadis dari beberapa sumber, dan
beberapa perawi juga meriwayatkan hadis dari Marwan. Peran dalam
Meningkatkan Pengetahuan hadist, Marwan juga aktif dalam mengumpulkan,
memeriksa, dan menyebarkan hadis-hadis yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW, Ia memiliki peran penting dalam mentransmisikan warisan

8
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’
9
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’
10
Ensiklopedia Islam atau Biografi Ulama

9
keilmuan dan kebijaksanaan yang berasal dari Rasulullah kepada generasi
setelahnya.

a. Murid-muridnya

Salah satu murid beliau yang belajar dan menekuni dari


periwayatan beliau di antaranya : Walid bin Shuja' bin al-Walid bin Qais,
Walid bin Muslim, dan Baqiyah bin al-Walid bin Sa'id bin Ka'b bin Harith.

b. Guru-gurunya
Marwan bin muslim pernah berguru dikalangan ulama yang tercatat
dalam kitab-kitab rawi di antaranya : Hurm bin 'Amr bin Jarir bin Abdullah,
Ahwas bin Hakim bin 'Umair bin al-Aswad, Ibrahim bin Shamar bin
Yaqzan bin 'Amir bin 'Abd.
c. Ta’dil dan Jarh
Meskipun Marwan dihormati sebagai perawi hadis, beberapa
riwayat yang dikemukakannya mungkin telah mendapat kritik atau
pertanyaan dari para ahli hadis, karena dalam ilmu hadis, kredibilitas
perawi dan keandalan sanad hadis menjadi pertimbangan utama. Berikut
pendapat para ulama terhadap Marwan bin muslim : Abu Ahmad al-Hakim
mengatakan bahwa hadisnya tidak dapat diandalkan, Abu Ahmad bin 'Adi
al-Jurjani juga berkomentar bahwasanya sebagian besar hadisnya berasal
dari sumber yang tidak dapat dihubungkan oleh perawi terpercaya, Abu al-
Qasim al-Baghawi: Menolak hadis, tidak dijadikan hujjah, ulama tidak
mencatat hadisnya kecuali untuk mengetahui, Abu Bakr al-Bazzar: Ringan
dalam hadis, Abu Bakr al-Bayhaqi: Lemah dalam hadis Abu Ja'far al
'Uqayli: Hadis-hadisnya tercela dan tidak dapat diandalkan, hanya
diandalkan melalui jalur tertentu yang mendekatinya
Kemudian Abu Hatim al-Razi mengatakan Sangat menolak hadis,
lemah dalam hadis, tidak memiliki hadis yang dapat dijadikan dasar,
hadisnya tidak dicatat , Muhammad bin Ismail al-Bukhari: Menolak hadis,
Muslim bin al-Hajjaj al-Nisaburi: Menolak hadis, Yahya bin Ma'in: Tidak
dianggap sebagai perawi terpercaya, dan Ya'qub bin Sufyan al-Fasawi:
Menolak hadis, tidak dijadikan hujjah.

3. Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Maimun


Nama lengkapnya Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Maimun,
kemudian nama julukan yang biasa dipanggil Abdul Majid bin Abdul Aziz
al-Atki, gelar yang di dapatkan Abu Abdul Hamid , beliau keturunan dari
silsilah Al-Maki, Al-Marwazi, Al-Atki, dan Al-Azdi, Abdul Majid hidup di

10
Makkah jadi bertempat tinggal di makkah, statusnya Mawla dari al-
Muhallab bin Abi Sufrah al-Azdi dan Wafatnya pada tahun 206 H11.

a. Murid-murid abdul majid

Beliau mempunyai murid Ahmad bin Muhammad bin walid bin


‘aqibah bin arjaaq, ahmad ini meriwayatkan hadist juga dan haditsnya dapat
diandalkan, hadisnya baik, Kemudian ada assad bin Musa bin ibrohim bin
walid bin abd, Ishaq bin Ibrahim bin kamjira , Ishaq bin Ibrahim bin ‘fibaad
jaraah bin mukholid , hasan bin shibah bin Muhammad.
b. Guru-guru dari abdul majid

Diantara guru-guru dari abdul majid yaitu ahim bin Tahman bin
Shuba, Mutanna bin Al-Sabah, Jaafar bin Burqan, Hanzalah bin Al-Aswad
bin Abdul Rahman bin Safwan, Sufyan bin Saeed bin Masruq bin Hamzah
bin Habib, Thalhah bin Amr bin Usman, Abdul Aziz bin Maimun bin Badr
Sadouq, Abdullah bin Yasar, Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Greg,
Utsman bin Al-Aswad bin Musa bin Badhan, Utsman bin Ata bin Abi
Muslim, Kathir bin Zaid Sadouq, Laith bin Saad bin Abdul Rahman, Malik
bin Anas bin Malik bin Abi Amer bin Amr, Marwan bin Salem, Muammar
bin Rasyid.

c. Ta’dil dan Jarh

Selanjutnya pandagan para ulama terkait dengan sosok abdul majid


di antaranya : Abu Al-Qasim bin Bashkwal mengatakan bahwa sentuhan
makki lemah, Abu Hatim Al-Razi juga mengatakan dia tidak kuat, dia
menulis haditsnya, Abu Hatim bin Hibban Al-Basti menganjurkan untuk
ditinggalkan, tidak kuat, Abu Dawwad Al-Sijistani mengatakan dapat
dipercaya dan menganjurkan penundaan, Abu Abdullah Al-Hakim Al-
Naysaburi berkomentar bahwa dia termasuk orang-orang yang diam tentang
dia, Abu Ya`la al-Khalili mengatakan orang saleh, seorang ulama hadits,
Ibnu al-Muhaddith, namun dia tidak melakukan hal serupa, tetapi dia
membuat kesalahan12.

4. Dirar bin Sard


Panggilan yang terkenal beliau sering di panggil Dirar bin Sard al-
Taymi, nama panggilannya abu naim, terus beliau keturunan silsilah dari
11
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’
12
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’

11
Timi, Kufi. Adapun untuk perawian haditsnyaTerbengkalai, dia tinggal di
Kufah, kemudian dia meninggal di Kufah, Pekerjaan beliau tukang giling13.
a. Murid-murid Dirar bin sard
Beliau mempunyai murid yang sudah menuntut ilmu kepadanya di
antaranya : Ahmed bin Al-Furat bin Khaled, Ahmed bin Yahya bin Zakaria,
Ahmed bin Youssef bin Khalid bin Salem bin Zawiya, Abbas bin Muhammad
bin Hatem bin Waqid, Umar bin Shibah bin Ubaida bin Zaid bin Raita.
b. Guru-guru beliau

Beberapa dari guru-guru dirar yang sudah belajar darinya di


antaranya Abu Bakar bin Ayyash bin Salem, Muthalib bin Ziyad bin Abi
Zuhair, Hatem bin Ismail bin Muhammad bin Ajlan, dan selanjutnya Hatem
bin Wardan bin Mahran.

c. Ta’dil wa Jarh
Pendapat ulama terkait dengan keilmuan dan hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh dirar meneurut para ulama mengatakan salah satunya
Abu Ahmed Al-Hakim mengatakan bahwa dia tidak kuat di antara mereka
sanadnya, Abu Ahmed bin Adi Al-Jurjani juga ikut mengatakan di antara
mereka yang dikaitkan dengan Syiah di Kufah, Abu Al-Arab Al-Qayrawani
mengatakan Lemah, kemudian Abu Bishr al-Dulab mengatakan Hadits
tersebut ditinggalkan, Abu Hatim Al-Razi mengatakan dia Jujur, penulis Al-
Qur'an dan kewajiban agama, namun dia menulis hadisnya, tapi tidak
menggunakannya sebagai dalil.

5. Muhammad bin Abdullah Al-Hazrami

6. Thabrani

Imam ath-Thabrani, seorang ahli hadits terkemuka, juga memiliki keahlian


dalam tafsir. Dengan usia yang panjang, pengetahuannya tersebar di seluruh dunia.
Penting bagi umat Islam untuk mengenali ulama di dalam lingkungan mereka,
termasuk sosok seperti beliau. Meskipun beliau telah meninggal ratusan tahun yang

13
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’

12
lalu, namanya terus dikenang dan memberi inspirasi sepanjang waktu. Ath-Thabrani
dilahirkan pada tahun 260 H/873 M (ibnu khallikan wafayat al-A’yan, 2/407).
Disebutkan bahwa ia dilahirkan di kota acre (di wilayah Israel sekarang) 14. Artinya,
ia dilahirkan di wilayah syam, beliau umurnya panjang hampir 100 tahun dan
hadits-haditsnya tersebar ke penjuru dunia.

Ath-Thabrani, seorang imam yang dapat dipercaya dalam hadits, merupakan


hafizh dan perawi yang dihormati. Nama lengkapnya adalah Abul Qasim Sulaiman
bin Ahmad bin Ayyub bin Muthir al-Lakhmi asy-Syami ath-Thabrani, dengan
afiliasi pada daerah Thabariyah. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai ahli tafsir
dan tokoh utama dalam ilmu rijalul hadits pada zamannya (Adz-Dzahabi: as-Siyar,
16/119).

Salah satu tradisi yang diikuti oleh para ahli hadits adalah melakukan perjalanan
untuk mencari hadits, dan hal yang sama berlaku untuk ath-Thabrani. Pada tahun
273 H, ketika usianya baru 13 tahun, beliau memulai perjalanan pencarian haditsnya
(Adil Nuwaihidh Mu’jam al-Mufassirin, 1/214). Perjalanan ini dimulai dari tanah
asalnya, yaitu Syam, dan meliputi kota-kota seperti baghdad, kufah, bashrah, dan
isfahan (Ibnu abdul hadi Thabaqat ulama al-Hadits, 3/107). Selanjutnya, beliau
melanjutkan perjalanan ke hijaz, yaman, mesir, berbagai negeri di Jazirah Arab, dan
tempat-tempat lainnya. Masyaallah, perjalanan pembelajaran ini berlangsung
selama 33 tahun, menunjukkan ketekunan luar biasa dari para ulama kita dalam
menuntut ilmu15.

a. Murid-murid dari Thabrani

Tentu sangat lah banyak murid-murid dari beliau di antaranya asad bin
musa bin Ibrahim bin walid bin ‘abd, fadhol bin umar bin Muhammad bin
makhri bin ‘abdul Rahman, dan ahmad bin hasan bin khairuni bin ibrahim.

b. Guru-guru Thabrani
Salah satu guru beliau di antaranya ahmad bin ayub bin rosid, ahmad bin
Ibrahim bin Muhammad bin Abdullah dan Ahamd bin sulaiman bin malik
bin syaibah
c. Ta’dil dan Jarh
Sungguh kealiman dari beliau, banyak sekali para ulama yang memberikan
apresiasi yang sangt baik di antaranya abu bakri al yaafi’i mengatakan
beliau eorang penjaga ilmu, penopang zamannya, dipercayai sebagai orang
yang jujur, luas dalam hafalan, dan pandai dalam masalah, tokoh yang

14
Muljam Al Kabir
15
Khazanahiman.com

13
paham tentang penyebab, tokoh, dan bidang ilmu, ahmad bin Mansur
syarozii juga berkata beliau dipercayai kecuali kesalahan dalam menyebut
nama Abdul Rahman Al-Burqi dan ibnu abi ya’la al hanbali juga ikut
memberikan apresiasi bahwa beliau Salah satu imam dan penjaga dalam
ilmu hadis.

14
BAB IV

FIQHUL HADITS

Memahami hadist yang sudah kita bahas di atas menurut penulis bahwa
Sangat benar usia dini merupakan awal kehidupan, waktu yang sangat tepat untuk
memulai pendidikan. Beberapa ulama besar yang memiliki pengetahuan yang luas
telah menunjukkan ketertarikan dan prestasi tinggi dalam memahami dan menghafal
Al-Quran sejak usia sangat muda. Beberapa di antaranya bahkan telah berhasil
menghafal seluruh Quran pada usia 8 atau 10 tahun. Contoh inspiratif datang dari
Al-Imam Asy-Syafi'i, yang tidak hanya menghafal Al-Quran pada usia muda, tetapi
juga pada usia 13 tahun, beliau sudah menguasai kitab hadits paling terkenal di
zamannya, yaitu Al-Muwaththa', yang disusun oleh Al-Imam Malik
rahimahumallah. Prestasi semacam itu menunjukkan dedikasi dan kecakapan yang
luar biasa dalam mengejar ilmu sejak dini.

Namun kenyataanya sejarah mencatat bahwa nabi dan sahabat mulai belajar
di umur-umur sudah tua, Kapan Rasulullah mulai mempelajari Al-Qur'an? Saat
beliau masih muda? Tentu tidak, terus ayat yang pertama kali diturunkan kepada
beliau saja ketika usia beliau mencapai 40 tahun. Di usia itu beliau menerima
pelajaran Al-Qur'an untuk pertama kali dari Allah melalui perantara malaikat Jibril.
Jika Rasulullah saja saat itu berusia 40 tahun, maka banyak sahabat yang usianya
lebih tua dari beliau. Toh begitu banyak di antara sahabat itu yang kemudian hafal
dan memahami Al-Qur'an dengan baik.

Adapun kita sebagai orang awam untuk mengamalkan hadits ini tentu
membutuhkan pertanyaan apakah boleh atau tidak. Ibnu hajar asqalani menegaskan
di dalam buku bulugum maram bahwa para ulama sepakat melarang meriwayatkan
hadis dhaif yang maudhu' tanpa menyebutkan ke-maudhi-annya. Adapun kalau
hadis dhaif itu bukan hadis maudhu’ diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya
men- jadikannya sebagai hujah (dasar hukum).

Pendapat pertama melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam


hadis dhaif, baik untuk menetapkan hukum maupun untuk memberi sugesti amalan
utama. Pendapat ini dikuatkan oleh Abu Bakar ibn Al-'Arabi. Pendapat kedua
membolehkan-meskipun dengan melepas sa- nadnya dan tanpa menerangkan sebab-
sebab kelemahannya-apabila hadis itu dimaksudkan untuk memberi sugesti dan
menerangkan keutamaan amal (cerita-cerita, bukan untuk menetapkan hukum-
hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan untuk menetapkan akidah) 16.
16
Al-Asqalani Ibn Hajar’’ Bulughul Maram’’

15
PENUTUP

Kesimpulan

Dari jalan Abu Darda, Al-Tabrani mengatakan: Telah menceritakan


kepada kami Muhammad bin Abdullah Al-Hazrami, telah menceritakan
kepada kami Dzarrar bin Sard Abu Nuaim, telah menceritakan kepada kami
Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Ruwad, telah menceritakan kepada
kami Marwan bin Muslim, dari Abu Darda, dia berkata: Rasulullah ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬bersabda: "Perumpamaan orang yang belajar ilmu pada masa muda
seperti mengukir di atas batu, dan perumpamaan orang yang belajar ilmu
pada masa tua seperti menulis di atas air.

Salah satu visi Nabi Muhammad SAW adalah mencerdaskan umatnya agar
tidak menjadi bodoh seperti jaman jahiliyah. Salah satu ujian besar yang dihadapi
umat Islam pada abad pertama hijriah adalah penyebaran hadits-hadits dha'if dan
maudhu' di kalangan mereka, bukti nyata dari dampak buruk hadits dha'if dan
maudhu' pada umat Islam adalah munculnya sikap meremehkan terhadap hadits
Rasulullah saw. Para ulama, mubalig, dan pengajar yang kurang hati-hati dalam
meriwayatkan hadits juga turut mempercepat penyebaran dampak negatif tersebut.

Ibnu hajar asqalani menegaskan di dalam buku bulughul maram bahwa para
ulama sepakat melarang meriwayatkan hadis dhaif yang maudhu' tanpa
menyebutkan ke-maudhiannya. Adapun kalau hadis dhaif itu bukan hadis maudhu',
diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya menjadikannya sebagai hujah (dasar
hukum). Pendapat pertama melarang secara mutlak
meriwayatkan segala macam hadis dhaif, baik untuk menetapkan hukum maupun
untuk memberi sugesti amalan utama. Pendapat ini dikuatkan oleh Abu Bakar ibn
Al-'Arabi. Pendapat kedua membolehkan-meskipun dengan melepas sanadnya dan
tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya apabila hadis itu dimaksudkan
untuk memberi sugesti dan menerangkan keutamaan amal (cerita-cerita, bukan
untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan untuk
menetapkan akidah.

16
Daftar Pustaka

Al-Asqalani Ibn Hajar’’ Bulugum Maram’’


Al-Asqalani, '' Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah
Al-Bani Nashiruddin Muhammad ‘’ Silisilatul –Ahaadiits adh –Dhaifah wal-Maudhu’ah wa
Atsaruhas-Sayyi’fiil-Umma’’
Assayuthi jalaluddiin, ‘’Allaaii Masnuu’ah Fil Ahadist Maudhu’ah li syauthi’’

Ensiklopedia Islam atau Biografi Ulama

Muljam Al Kabir
Khazanahiman.com

17

Anda mungkin juga menyukai