Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

KEGIATAN PERINGATAN “TAHLILAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Aswaja 2”

Dosen Pengampu :

Muhammad Arisy Karomy, S.T., M.Pd.I

Disusun Oleh :

Elysia Hilda Maghfiroh (22422048)

PROGRAM SARJANA

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah hasil penelitian ini tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan dari
pembuatan makalah ini tidaklah lain untuk melengkapi tugas yang
diberikan oleh Dosen Pengampu kami.

Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus


kepada Dosen pengampu kami, Bapak Muhammad Arisy Karomy, S.T.,
M.Pd.I atas petunjuk dan bantuannya dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Besar


harapan kami untuk bisa memperoleh masukan, saran, dan kritik yang
sifatnya membangun dari siapapun yang membaca laporan ini demi
kesempurnaan penyusunan laporan berikutnya. Sekian dan terima kasih.

Sidoarjo, 07 Desember 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Landasan Teori...................................................................1
B. Dalil Tentang Tahlilan........................................................2

BAB II : DESKRIPSI KEGIATAN

A. Nama..................................................................................3
B. Tempat................................................................................3
C. Waktu.................................................................................7
D. Peserta..............................................................................10
E. Susunan Acara..................................................................15

BAB III : HIKMAH TAUSIYAH ATAU MAUIDHOH

A. Hikmah Tausiyah Pada Acara Tahlilan............................16

BAB IV : PENUTUP

A. Refleksi...........................................................................................16

B. Kesimpulan.....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Seiring dengan derasnya arus globalisasi dan modernisasi,


sekarang telah berkembang beberapa aliran anti tradisi yang berupaya
untuk membid’ahkan atau bahkan mengkafirkan pelaku tradisi
tersebut, serta menggantinya dengan tradisi sebagian bangsa Arab
modern. Terdapat beberapa amaliah-amaliah kita yang dianggap
bid’ah, seperti majelis maulid, sholawat, yasinan, ziarah kubur,
tabarruk, tahlilan, dan lain-lain. Amaliah-amaliah tersebut merupakan
amalaih yang sudah mendarah daging di Nusantara pada khususnya
dan dunia Islam pada umumnya. Amaliah-amaliah tersebut diwariskan
oleh ‘alim ulama dan kaum sholihin yang dikenal keluasan ilmunya
dan kemuliaan akhlaknya.

Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW


bukanlah untuk menolak atau memberantas segala bentuk tradisi yang
ada dan sudah mengakar menjadi kultur budaya masyarakat,
melainkan untuk melakukan pembenaran atau meluruskan tradisi dan
budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan tradisi yang
baik dan tidak bertentangan dengan risalah Rasulullah harus tetap
dilestarikan, maka Islam akan mengakulturasikannya dan kemudian
mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri.
Bila sudah satu dari keluarga (famili) kita meninggal, maka kita harus
tetap bertaqwa kepada-Nya dan bersikap sabar atas musibah tersebut
dan kita berusaha jangan sampai berputus asa, menggerutu dan bahkan
sampai marah-marah, karena semua itu kejadian yang pasti dan bila
sudah waktunya maka tak seorangpun bisa mengelaknya.

Maka atas dasar tersebut di atas, kita dalam menghadapi orang dan
keluarga atau teman yang meninggal janganlah bersikap kurang baik

1
melainkan kita harus mendo’akan baik secara perorangan ataupun
secara bersama-sama. Untuk mengetahui do’a dan bagaimana cara
orang mendo’akan orang yang sudah meninggal, maka penulis
mencoba mengangkat masalah ini dalam bentuk makalah yang
berjudul “Kegiatan Perinagatan Tahlilan”.

2
B. Dalil Tentang Tahlilan

Secara bahasa tahlilan berakar dari kata hallala ( ‫ )َهَّلَل‬yuhallilu (


‫ ) ُيَهِّلُل‬tahlilan ( ‫ ) َتْهِلْيًال‬artinya adalah membaca “Laila illallah.” Istilah
ini kemudian merujuk pada sebuah tradisi membaca kalimat dan doa-
doa tertentu yang diambil dari ayat al- Qur’an, dengan harapan
pahalanya dihadiahkan untuk orang yang meninggal dunia.

Biasanya tahlilan dilakukan selama 7 hari dari meninggalnya


seseorang, kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya.
Begitu juga tahlilan sering dilakukan secara rutin pada malam jum’at
dan malam-malam tertentu lainnya.Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang
dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh
dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. Berdasarkan
beberapa dalil, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dan lainnya;

‫َع ْن َس ِّيِد َن ا َم ْع َقْل ِبْن َيَس اْر َر ِض َي هللا َع ْن ُه َاَّن َر ُسوَل هللا َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلم َق اَل‬
‫ يس َق ْلُب ْالُقْر اْن َال َي قَر ُؤ َه ا َر ُجٌل ُيِر ْي ُد َهللا َو الَّد اَر ْاَالِخَر ة ِاَّال َغ َفَر ُهللا َلُه‬:
,‫ َاْلَح ِكْيم‬, ‫ َاْح َم ْد‬,‫ َالِّن َس اِئى‬, ‫ ِاْبُن َم اَج ْه‬, ‫ِاْق َر ُؤ َه ا َع َلى َم ْو َت اُك ْم )َر َو اُه َاُبْو َد اُو ْد‬
‫ َو اْبُن ِحَب اْن‬, ‫ َاْلَب ْي َه ِقْى‬, ‫ َالَّط ْب َر اِنْى‬, ‫ ِاْبُن َاِبْى َش ْي َب ْة‬, ‫َاْلَب َغ ِو ْى‬

Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w.


bersabda : surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh
seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni
dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang
meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu Dawud, dll).

Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i


yang mengatakan bahwa :

‫َو ِاْن َخ تُمْو ا ْالقْر أن ِع ْن َد ُه َك اَن َح َس ًن ا‬, ‫َو ُيْس َت َح ُّب َاْن ُيقَر اَء ِع نَد ُه شْيٌئ ِمَن ْالقْر أن‬

Bahwa, disunahkan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada


mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.

2
Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’-nya menerangkan bahwa
tidak hanya tahlil dan doa, tetapi juga disunahkan bagi orang yang
ziarah kubur untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an lalu setelahnya
diiringi berdoa untuk mayit.

Begitu juga Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa,


dalil yang dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala
kepada mayit adalah bahwa, Rasulallah saw pernah membelah
pelepah kurma untuk ditancapkan di atas kubur dua sahabatnya
sembari bersabda “Semoga ini dapat meringankan keduanya di alam
kubur sebelum pelepah ini menjadi kering”. Imam al-Qurtubi
kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja dapat meringankan
beban si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur’an
dari sanak saudara dan teman-temannya Tentu saja bacaan-bacaan al-
Qur’an dan lainlainnyaakan lebih bermanfaat bagi si mayit. Abul
Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan:

‫َو ِان قَر َأ الَّر ُجُل َو َاْه َدى ثَو اَب ِقَر أِتِه ِلْلَمِّيِت َج اَز ذاِلَك َو َح َص َل ِلْلَمِّيِت َاْج ُر ُه‬

Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan


pahalanya kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada
mayit tersebut.

3
BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

A. Nama

Pada acara tahlilan yang saya jadikan sebuah laporan ini,


merupakan acara yang diselenggarakan oleh saudara saya, yakni
Bapak Abidin. Pada acara tahlilan ini, merupakan acara tahlilan 7 hari
wafatnya anak dari Bapak Abidin yang Bernama Alm. Muhammad
Arifin Asy’ari.

B. Tempat

Untuk tempat berlangsungnya acara tahlilan 7 hari tersebut,


diselennggarakan di kediaman Bapak Abidin yang beralamat di Desa
Bangsri. Kec. Sukodono.

C. Waktu

Acara tahlilan tersebut, dilaksanakan pada waktu ba’da maghrib.


Terkadang juga acara dimulai pada ba’da isya’ tergantung pada
situasi dan kondisi tertentu.

D. Peserta

Untuk peserta atau warga yang ikut, rata – rata dari kalangan
remaja sampai orang dewasa. Akan tetapi, pada acara tahlilan ini, rata
– rata diikuti oleh kalangan laki – laki yang dominan jumlahnya lebih
banyak daripada perempuan. Adapun kalangan perempuan yang ikut,
dari pihak keluarga ataupun dari tetangga dekat.

E. Susunan Acara

Pada susunan acara tahlilan tersebut, acara dimulai dari sambutan –


sambutan oleh perwakilan pihak keluarga ataupun dari Ustadz yang
akan memimpin tahlilan tersebut. Kemudian untuk acara selanjutnya

15
yaitu pembacaan Surat Yasin dan diakhiri dengan pembacaan tahlil
dan do’a. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan penutup
yang dipimpin oleh perwakilan pihak keluarga ataupun Ustadz yang
memimpin tahlilan tersebut. Setelah acara selesai, terkadang pihak
keluarga memberikan sedikit makanan kepada warga yang telah
mengikuti acara tahlilan tersebut.

16
BAB III

HIKMAH TAUSIYAH ATAU MAUIDHOH

A. Hikmah Tausiyah Pada Acara Tahlilan

Tahlilan, atau tahlil sama saja artinya-- karena ini dari kata Arab
(hallala-yuhallilu-tahlilan) yang berarti membaca kalimat La ilaha illa
Allah. Tahlilan kemudian menjadi tradisi yang mengakar di kalangan
masyarakat Muslim Indonesia, khususnya bagi masyarakat
nahdhiyyin, NU. Tahlilan menjadi aktivitas rutin setiap malam Jum’at,
dan pada momen-momen khusus, misalnya kirim doa untuk keluarga
yang sudah wafat, dikemas secara berjama’ah dalam suatu majlis.
Adapun manfaat dan hikmah tahlilan bagi umat Islam, diantara
manfaat dan hikmah tahlilan itu adalah:

Pertama, melatih dan membiasakan kita untuk membaca kalimah


ţayyibah, seperti: lailaha Illallah, Subhanallah, astaghfirullah dll.
Bahkan jika sampai akhir hayat, (meninggal dunia) kita bisa
membaca kalimah tahlil, maka akan dijamin oleh Allah masuk surga.
Sebagaimana sabda Nabi: Man qala lailaha illa Allah fi akhiri
kalamihi dakhala al-jannah. Kita sangat khawatir, jika pada hari akhir
hayat kita tidak mampu mengucapkan kalimah ţayyibah, baik dalam
hati maupun lisan, maka celakalah kita.

Tidak mudah memang untuk dapat mengucapkan kalimah tayyibah


menjelang kematian seseorang, karena pada saat itu godaan syetan
luar biasa dengan menjelma menjadi sosok yang menjadi kesenangan
kita saat kita masih hidup sehat (na’uzu billah min zalik). Maka talqin
(menuntun atau membimbing bacaan kalimah tayyibah) ini amat
penting bagi umat Islam. Siapa pun akan takut dengan kondisi sakarat
al-maut ini. Dan inilah detik-detik yang paling menentukan, apakah
kita husnul khatimah atau tidak. Jangan sampai kita menjelang wafat
mengucapkan kalimah sayyi’ah. (Ya Rabbi amitni ala din al-Islam wa
akhtim li bi husn al-khatimah…).

Kedua, memelihara dan menjalin hubungan silaturrahim,


menyambung hubungan kekerabatan dan persaudaraan antarumat
Islam (ukhuwwah Islamiyyah). Silatuirrahim ini perlu, sebab
sebagaimana Nabi kita menegaskan: Barang siapa beriman kepada
Allah, hendaknya orang itu menjalin hubungan silaturrahim. Bahkan
dikatakan oleh Nabi: Barang siapa yang menjalin hubungan baik
(silaturrahim), maka Allah akan memanjangkan umurnya, dan
melapangkan rizkinya. (Man ahabba an yubsaţa lahu fi rizkihi wa an
yunsaa lahu fi atharihi fa al-yaşil rahimahu). Satu contoh kecil, orang
yang sakit berkepanjangan dan tidak sembuh-sembuh, kemudian
berkat silaturrahim ia menemukan obatnya, melalui saran dan
petunjuk dari saudara atau temannnya tadi. Dalam tradisi tahlil kita
berjama’ah mengundang tetangga kerabat dan teman sejawat. Inilah
berkat berjama’ah dan silaturrahim.

Ketiga, berbakti kepada orang tua, kerabat kita dan berbuat baik
kepada sesama saudara. Karena dalam tahlil kita mendoakan kepada
orang tua kita, keluarga kita dan saudara-saudara kita, baik yang sudah
meninggal maupun yang belum. Seperti doa-doa yang sering kita baca
selama ini. Sebagai anak kita wajib berbakti kepada orang tua, dan
berbakti itu tidak saja sewaktu masih hidup tetapi juga ketika sudah
meninggal. Tahlil atau tahlilan (jangan salah paham, keduanya bahasa
Arab berbentuk masdar) merupakan salah satu bukti bakti kita kepada
orang tua sepanjang masa. Itulah maka, ditegaskan oleh Rasulullah
Saw., bahwa semua manusia yang sudah mati akan terputus semua
amalnya kecuali tiga hal: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak salih yang mendoakannya (doa anaknya). Bagaimana dengan doa
saudara, handaitolan , kerabat, tetangga dan orang lain? Apakah
doanya kesampaian? Memang di luar anak salih ini ada ikhtilaf.
Tetapi lepas dari soal nyampai atau tidaknya doa itu, tahlil atau kirim
doa ini besar manfaatnya. Jika toh tidak nyampai, maka akan kembali

17
kepada diri orang itu sendiri (diterima doa itu tetapi tidak untuk si
mayit, misalnya). Kemudian, tahlil ini juga bagian dari pembiasaan
diri untuk mengucapkan kalimah tayyibah, doa, zikir, salawat dan
qira’at al-Qur’an.

Keempat, bersedekah. Di samping bertahlil kita juga menjamu


hidangan (sesuai kemampuan) kepada para jama’ah. Seperti kita tahu,
bahwa sedekah (şadaqah) itu dapat menolak balak atau bencana dan
dicintai orang lain. Dan harta yang kita sedekahkan kepada orang lain
dan ke jalan Allah itu tidak akan habis, namun justru menjadi investasi
di akhirat kelak.

Kelima, beribadah dan mencari ridha Allah SWT. Karena tahlil


atau tahlilan ini niat kita untuk beribadah, mencari ilmu dan mencari
rida Allah SWT. Bukan karena orang lain atau siapa-siapa, melainkan
hanya semata karena Allah SWT.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Refleksi

19
20

Anda mungkin juga menyukai