Anda di halaman 1dari 67

E-book Catatan Faidah Ilmu di Bulan

Ramadhan (Revisi) Abu Ubaidah Yusuf


Sidawi
Visit to download the full and correct content document:
https://ebookmass.com/product/e-book-catatan-faidah-ilmu-di-bulan-ramadhan-revisi-
abu-ubaidah-yusuf-sidawi/
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi
Judul
Catatan Faedah Ilmu di Bulan Ramadhan

Penulis
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi

Desain & Layout


Abu Alifah

Ukuran Buku
10.5 cm x 14.5 cm (110 halaman)

Edisi 1
Syawal 1442 H

Diterbitkan Oleh

ii
Daftar Isi

Muqaddimah..................................................................................1
1. Indahnya Kebersamaan Dalam Puasa Dan Hari
Raya............................................................................................ 5
2. Hukum Ucapan “Selamat Berpuasa dan Hari
Raya”..........................................................................................9
3. Puasa Level Tinggi..............................................................13
4. Renungan Ayat Puasa...................................................... 16
5. Meneladani Nabi Dalam Berpuasa.............................21
6. Ramadhan, Bulan Semangat Bukan Malas dan
Lemes....................................................................................... 23
7. Semangat Baca Al-Quran Di Bulan Ramadhan....26

iii
8. Kedahsyatan Doa Di Bulan Puasa............................. 30
9. Berbagi Di Bulan Suci......................................................34
10. Puasa dan Sabar.................................................................38
11. Bolehkah Mengimami Shalat Tarawih Dengan
Membaca Mushaf Al-Qur’an?...................................... 41
12. Medsos, Pencuri Di Bulan Ramadhan.....................44
13. Imsak, Bukan Batas Akhir Sahur................................47
14. Tidurnya Orang Puasa.................................................... 50
15. Mendidik Keluarga di Bulan Ramadhan................54
16. Melafadzkan Niat Puasa Di Malam Hari............... 57
17. Saat Tiba Waktu Berbuka Puasa...............................60
18. PUASANYA WANITA HAMIL dan MENYUSUI.......63
19. Ada Apa Dengan Jumat 15 Ramadhan?.................. 66
20. Keberkahan Sahur.............................................................70
21. Perayaan Nuzul Quran 17 Ramadhan?.................... 73
22. Tidak Batal Puasanya....................................................... 77

iv
23. Awas Hadits Lemah dan Palsu Di Bulan
Ramadhan.............................................................................. 81
24. Gas Pool Di 10 Akhir Ramadhan................................ 84
25. I’TIKAF SAAT COVID..........................................................87
26. Kedahsyatan Malam Lailatul Qadr...........................90
27. Adakah Zakat Fithri Bagi Janin?.................................93
28. ZAKAT FITHRI DENGAN UANG, BOLEHKAH?.......95
29. MUDIK, TAHNI’AH IED dan SALING
BERKUNJUNG.......................................................................97
30. Dua Masalah Shalat Hari Raya................................ 100

v
vi
‫‪Muqaddimah‬‬

‫الر ِحيْ ِم‬


‫حن َّ‬‫َّ مْ َ‬
‫هلل الر ِ‬‫ِمْسِب ا ِ‬
‫َّ َ ُ َّ َ ُ لَىَ َ ُ ْ‬ ‫َ ِّ ْ َ َ نْ َ‬ ‫حْ ْ ُ‬
‫هلل رب العال ِمي‪َ .‬والصالة َوالسالم ع رسو ِل ا ِ‬
‫هلل‬ ‫الَمد ِ‬
‫ََ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ْ‬
‫ح َسان إ ىَل يَ ْومِ ِّ‬ ‫لَىَ‬
‫ادلي ْ ِن‪.‬‬ ‫ٍ ِ‬ ‫آل وأصحابِ ِه ومن ت ِبعهم بِ ِإ‬ ‫َوع هِ ِ‬
‫َ ْ‬
‫أ َّما َبع ُد ‪:‬‬

‫‪Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya‬‬


‫­‪(2699) sebuah hadits dari Abu Hurairah a bah‬‬
‫‪wasanya Nabi n bersabda:‬‬

‫‪1‬‬
َ‫ْ ً َ َّ َ ُ ه‬ ْ ً َ َ
‫اهلل ُل بِ ِه‬ ‫َو َم ْن َسلك َط ِريْقا يَلتَ ِم ُس ِفيْ ِه ِعلما سهل‬
َّ ْ‫ً ىَ ج‬
‫َط ِريْقا إِل الَن ِة‬
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut
ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya ja-
lan menuju surga”.
Al-Hafizh Ibnu Rajab v berkata: “Menempuh
jalan menuntut ilmu memiliki dua makna:
Pertama: Secara hakekat, yaitu melangkahkan
kaki untuk menghadiri majlis ilmu
Kedua: Lebih luas, yaitu menempuh berbagai
cara yang mengantarkan menuju ilmu seperti
menulis, menghafal, mempelajari, mengulangi,
memahami dan lain sebagainya.1
Diantara cara menimba ilmu yang sangat ber­
manfaat sekali adalah menghimpun fawaid (fae­
dah) yang kita dengar, lihat, baca dan sebagai­
nya. Nah, buku ini merupakan suatu contoh
bagi saudara-saudara kami yang haus ilmu. Kami

1 Risalah Waratsah Anbiya’ Syarh Hadits Abi Darda’ hal. 12.

2
­ erdoa kepada Allah agar memberikan manfaat
b
dan pahala atasnya serta contoh bagi para penun­
tut ilmu, karena barangsiapa memberikan contoh
yang baik dalam Islam maka dia akan mendapat­
kan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti­
nya hingga hari kiamat2.
Tulisan ini adalah kumpulan artikel singkat
ilmiah di bulan Ramadhan, kami menghimpun
yang berserakan agar tetap terjaga untuk men­
jaga dan mengikat ilmu. Alangkah benar nasehat
Sya’bi: “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka
tulislah sekalipun di tembok”.3 Imam Syafi’i juga
pernah bertutur:

‫ال‬ َ ْ‫ َقيِّ ْد ُصيُ ْو َد َك ب ح‬... ‫الْعلْ ُم َصيْ ٌد َوالْكتَابَ ُة َقيْ ُد ُه‬


ِ ‫الب‬ ِ ِ ِ ِ
ْ َ ْ
‫ال َواثِقه‬
َ ْ‫َ َ حْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ً َ َ رْ ُ َ َ َ نْ َ خ‬
‫ي الَالئِ ِق‬ ‫ وتتكها ب‬... ‫ف ِمن الماق ِة أن ت ِصيد غزالة‬
ْ َ
‫َطا ِلقه‬

2 Al-Muntaqa Min Faraid Fawaid hal. 3 oleh Syaikh Muhammad


bin Shalih al-Utsaimin.
3 Diriawayatkan Ibnu Abi Khaitsamah dalam Kitabul Ilmi.

3
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu ki-
jang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.4
Semoga bermanfaat dan menjadi ladang paha­
la bagi penulis, pembaca dan setiap yang berkon­
tribusi penyebarannya.

Gresik, 15 Sya’ban 1442 H


Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

4 Diwan Syafi’i hal. 103

4
1

Indahnya Kebersamaan
Dalam Puasa Dan Hari
Raya

Setiap tahun, menjelang bulan puasa dan hari


raya, kaum muslimin di berbagai Negara selalu
dibuat ribut oleh sebuah dilema, apakah me­
reka akan berpuasa dan berhari raya mengikuti
Negara masing-masing ataukah mengikuti ru’yah
salah satu negara yang lebih dahulu melihat hi­
lal?!
Kami tidak ingin memaksakan pendapat kami
untuk diikuti oleh selain kami. Namun ada satu

5
hal yang harus kita fikirkan bersama, yaitu bahwa
masalah ini adalah masalah khilafiyyah ijtihadiyah
maka hendaknya kaum muslimin menyerahkan
dan mengikuti pemerintah mereka dalam me­
milih di antara pendapat di atas agar tidak ter­
jadi perbedaan dan perpecahan di kalangan kaum
muslimin, sebab sebagaimana diketahui bersama
persatuan adalah sesuatu yang sangat ditekankan
dalam syariat Islam.
Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah n:

‫اس‬ َّ ‫اس َوالْ ِف ْط ُر يَ ْو َم ُي ْفط ُر‬


ُ ‫انل‬ ُ ‫انل‬ َّ
َّ ‫الص ْو ُم يَ ْو َم يَ ُص ْو ُم‬
ِ
“Puasa itu hari manusia berpuasa dan hari raya
itu hari manusia berhari raya”.
Syaikh al-Albani v berkata: “Inilah yang
sesuai dengan syari’at yang mulia ini, yang ber­
tujuan untuk menyatukan barisan kaum mus­
limin dan menjauhkan mereka dari perpecahan.
Syari’at tidak menganggap pendapat pribadi -se­
kalipun dalam pandangannya benar- dalam iba­
dah jama’iyyah seperti puasa, hari raya dan shalat

6
5
jama’ah”.

Para ulama juga menyebutkan kaidah:


َ َ ْ‫َ ْ َ ُ خ‬ ْ‫ُ ْ ُ ح‬
‫الالف‬ ِ َ ‫حكم ال‬
ِ ‫اك ِم يرفع‬
“Keputusan hakim menyelesaikan perselisihan”.
Oleh karenanya, para fuqaha’ bersepakat bah­
wa hukum/keputusan pemerintah dalam masa­
lah ini menyelesaikan perselisihan dan perbedaan
pendapat.6
Hal ini akan membawa kemaslahatan persa­
tuan kaum muslimin. Alangkah bagusnya ucapan
Imam asy-Syaukani v tatkala mengatakan: “Per­
satuan hati dan persatuan barisan kaum musli­
min serta membendung segala celah perpecahan
merupakan tujuan syari’at yang sangat agung
dan pokok di antara pokok-pokok besar agama
Islam. Hal ini diketahui oleh setiap orang yang
mempelajari petunjuk Nabi n yang mulia dan

5 Silsilah Ahadits ash-Shohihah 1/444.


6 Lihat Al-Istidzkar Ibnu Abdil Barr 10/29 dan Rosail Ibnu Abidin
1/253.

7
dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah”.7
Sungguh sangat disayangkan sekali, bila iba­
dah yang mulia ini dijadikan alat untuk fana­
tik golongan, fanatic Negara atau membela
pendapat, sehingga masing-masing berusaha
agar pendapatnya didengar oleh masyarakat de­
ngan embel-embel agama, tanpa menjaga kaidah
maslahat dan mengamalkan dalil terkuat!!!
Kita memohon kepada Allah w agar memberi­
kan kita ilmu pengetahuan dalam agama dan
mengikuti Nabi n secara sempurna serta ke­
sungguhan dalam persatuan kaum muslimin di
atas petunjuk yang lurus.

7 Al-Fathur Robbani 6/2847-2848.

8
2

Hukum Ucapan “Selamat


Berpuasa dan Hari Raya”

Sering kita dapati pro kontra tentang masalah


ini. Namun pendapat yang kuat adalah boleh. Ra­
sulullah n pernah memberi kabar gembira ke­
pada para sahabatnya dengan tibanya bulan Ra­
madhan. Dari Abu Hurairah a bahwasanya Nabi
n bersabda:
ُ ‫ت َض‬ ْ ٌ َ َُ ٌْ َ َ َ ََ ُْ َ ْ ُ َ َ َْ
َ َ‫اف ر‬
‫اهلل‬ ‫قد جاءكم شهر رمضان شهر مبارك‬
َُ ْ ُ َ َّ َ ْ‫َ ْ َ ُ ج‬ ُْ ُ َ َ ْ ُ َْ َ
‫امه يفتَ ُح ِفي ِه أبواب الن ِة ويغلق ِفي ِه‬ ‫عليكم ِصي‬

9
ٌ ْ‫ني فيه يَلْلَ ٌة َخ ر‬ ُ َ‫الشي‬ َّ ُّ َ ُ ْ‫َ ْ َ ُ ج‬
‫ي ِم ْن‬ ِ ِ ‫اط‬ ِ ‫يم َوتغل ِفي ِه‬ ‫ح‬
ِ ِ َ ‫ال‬ ‫أبواب‬
ْ َ َ َ َ ْ‫َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ر‬
‫يها فقد ُح ِر َم‬ ‫أل ِف شه ٍر من ح ِرم خ‬
“Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ra-
madhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewa-
jibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan
ini dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu
neraka dan dibelenggu setan-setan. Di dalam bu-
lan ini ada sebuah malam yang lebih baik dari
seribu bulan. Barangsiapa yang tercegah dari
kebaikannya, maka sungguh dia tercegah untuk
mendapatkannya”.8
Al-Hafizh Ibnu Rajab v berkata: “Sebagian
ulama mengatakan; hadits ini adalah dalil bo­
lehnya mengucapkan selamat antara sebagian
manusia kepada yang lain berhubungan dengan
datangnya bulan Ramadhan. Bagaimana mungkin
seorang mukmin tidak bergembira dengan dibu­
kanya pintu surga?!, bagaimana tidak bergembira

8 HR. Ahmad 12/59, Nasai 4/129. Syaikh al-Albani berkata:


“Hadits Shahih Lighairih”. Lihat Shahih at-Targhib 1/490,
Tamamul Minnah hal.395 keduanya oleh al-Albani).

10
orang yang berbuat dosa dengan ditutupnya pin­
tu neraka?! Bagaimana mungkin orang yang be­
rakal tidak bergembira dengan suatu waktu yang
saat itu setan dibelenggu, waktu mana yang bisa
menyerupai waktu semacam ini?”.9
Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di v berkata:
“Ucapan selamat dalam berbagai kesempatan
dibangun di atas kaidah yang berharga, yaitu
asal dalam masalah adat, baik ucapan maupun
perbuatan hukumnya adalah boleh, tidak bisa di­
haramkan atau dibenci kecuali apabila mengan­
dung hal yang dilarang oleh syari’at atau me­
ngandung kerusakan. Kaidah agung ini dibangun
di atas Al-Qur’an dan Sunnah. Sesungguhnya ma­
nusia tidaklah bermaksud ibadah dengan ucapan
ini, namun hal itu merupakan adat sesama me­
reka dalam sebagian kesempatan. Hal ini tidak
terlarang, bahkan menyimpan kemaslahatan se­
bab apabila kaum mukmin saling mendoakan an­
tara sesama maka sejatinya hal itu akan menye­
babkan mereka saling mencintai. Dan adat-adat
yang boleh apabila diringi dengan manfaat dan

9 Lathoiful Maarif hal.279.

11
maslahat, maka bisa menjadikannya sebagai ama­
lan yang dicintai oleh Allah sesuai dengan buah
yang dihasilkannya”.10
NB: Lihat secara luas masalah ini dalam risalah
Hukmu at-Tahniah Bi Dukhuli Syahri Ramadhan, Yu­
suf bin Abdul Aziz at-Thorifi, karena beliau telah
mengumpulkan dalil-dalil dan ketarangan para
ulama yang membolehkan hal ini.

10 Al-Fatawa As-Sa’diyyah hlm. 487.

12
3

Puasa Level TInggi

Puasa bagi kebanyakan orang tak lebih dari


sekedar menahan diri dari makan dan minum
semata. Inilah puasa orang level awam. Namun
bagi orang yang level tinggi, puasa yang sesu­
ngguhnya lebih dari itu, yaitu menahan seluruh
anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.
ُْ َُ َ َ َ َ َُْ ُ َ َ َََُْ ْ َ ْ َ
‫هلل َصل‬ ِ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ قال رسو‬: ‫عن أ يِب هريرة ر يِض اهلل عنه قال‬
َ َ ُ َ ِّ
ْ ُّ‫األ ْكل َو ر‬ َْ َّ َ ُ
،‫الش ِب‬ ِ ‫ لي َس الصيام ِمن‬: ‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم‬
َ َّ ْ َّ َ ُ َ ِّ َ َّ
.‫ث‬ِ ‫ِإنما الصيام ِمن اللغ ِو َوالرف‬

13
Dari Abu Hurairah a berkata: Rasulullah n
ber­sabda: “Bukanlah puasa itu dari makan dan
minum, tetapi puasa sesungguhnya adalah mena-
han diri dari ucapan kotor dan sia-sia”.11
َ َْ َ ْ ُ َ َْ ْ َ َ َ
، ‫ت فليَ ُص ْم َس ْم ُعك‬ ِ ‫قال جابِ ُر ب ُن عب ِد ا‬
‫ ِإذا صم‬: ‫هلل‬
ََ ْ َ َ َْ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُ َ‫َ َ ر‬
‫ َودع أذى‬، ِ‫ارم‬ ِ ‫ ولِسانك ع ِن الك ِذ ِب والمح‬، ‫وبصك‬
َ ٌ
، ‫كينَة يَ ْو َم ِصيَا ِمك‬ َ ٌ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ‫ي‬ َ ْ‫خ‬
ِ ‫ َولَكن عليك َوقار َوس‬، ِ‫الا ِدم‬
َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ‫َ اَ ج‬
ً ‫ك َس َو‬
‫اء‬ ‫ول تعل يوم فِط ِرك وصو ِم‬
Sahabat Jabir bin Abdillah a berkata: “Jika eng-
kau berpuasa, maka berpuasalah pendengaran-
mu dan pandanganmu serta lisanmu dari dusta
dan dosa. Janganlah menyakiti pembantu. Hen-
daknya dirimu tenang dan berwibawa saat puasa.
Dan jangan jadikan hari puasamu dan hari tidak
puasamu sama saja”. 12
Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah v berkata:­

11 HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan dishahihkan Al Hakim


dan al Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib: 1082.
12 Al Mushonnaf karya Ibnu Abi Syaibah: 8973.

14
“Orang berpuasa yang sebenarnya adalah seorang
yang menahan anggota badannya dari segala
dosa, lidahnya dari dusta, perutnya dari makanan
dan minuman, farjinya dari jima. Kalau dia berbi­
cara, dia tidak mengeluarkan kata yang menodai
puasanya. Kalau dia berbuat, dia tidak melakukan
hal yang dapat merusak puasanya, sehingga uca­
pannya yang keluar adalah bermanfaat dan baik.
Demikian pula amal perbuatannya, dia ibarat
wewangian yang dicium baunya oleh kawan
duduknya. Seperti itu juga orang yang berpua­
sa, kawan duduknya mengambil manfaat dan
merasa aman dari kedustaan, kemaksiatan dan
kedzalimannya. Inilah hakekat puasa sebenarnya,
bukan hanya sekedar menahan diri dari makanan
dan minuman”.13

13 Al-Waabil as-Shayyib wa Rafiul Kalim Thayyib hal. 57.

15
4

Renungan Ayat Puasa

Salah satu ayat yang sangat masyhur tentang


puasa adalah:

‫ﮋﭣﭤﭥﭦﭧﭨ‬
‫ﭩﭪﭫﭬﭭﭮﭯ‬
‫ﭰﭱﮊ‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
(QS. Al-Baqarah: 183)

16
Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok
tentang ibadah puasa dan hikmahnya. Oleh kare­
nanya, marilah kita sejenak merenungi bersama
kandungan ayat mulia ini:
Pertama: Ayat mulia ini didahului dengan
panggilan “wahai orang-orang yang beriman” yang
menunjukkan bahwa ayat ini sangat penting
untuk diperhatikan. Sahabat yang mulia Abdul­
lah bin Mas’ud a pernah mengatakan: “Apabila
engkau mendapati ayat yang didahului dengan (
) “Wahai orang-orang beriman”, maka
pasanglah telingamu baik-baik, karena isinya
adalah kebaikan yang harus engkau lakukan atau
kejelekan yang harus engkau hindari”.
Ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang didahului se­
ruan tersebut cukup banyak, kurang lebih sem­
bilan puluh ayat. Syaikh Abu Bakar al-Jazairi
mengumpulkannya dalam sebuah kitab berjudul
“Nida’atur Rahman li Ahli Iman” (Seruan ar-Rah­
man kepada hamba-hamba-Nya yang beriman”.
Dalam muqoddimahnya, beliau menerangkan
bahwa seruan-seruan ini berisi hal-hal penting
yang semestinya diketahui seorang muslim agar

17
meraih kebahagiaan di dunia dan akherat. Seru­
an-seruan ini mencakup permasalahan seputar
aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalat, hukum dan
lain sebagainya.
Setiap ayat yang diawali dengan “Hai orang-
orang yang beriman” menunjukkan bahwa tuntu­
tan dalam ayat tersebut termasuk konsekuansi
keimanan seorang. Seakan mengatakan: Sean­
dainya iman kalian benar-benar sejati, maka ka­
lian akan melakukan hal-hal yang dituntut dalam
ayat tersebut”.14

Kedua: Ayat ini menunjukkan wajibnya ibadah


puasa Ramadhan, sebagamana ditegaskan oleh
Al-Qur’an, hadits dan ijma’ ulama.
Para ulama telah bersepakat wajibnya puasa
Ramadhan. Barangsiapa yang mengingkari ke­
wajibannya atau meragukannya maka dia kafir,
berarti dia telah mendustakan Allah dan Rasul-
Nya. Adapun orang yang tidak berpuasa tetapi
mengakui kewajibannya maka dia berdosa besar

14 Lihat Ar-Risalah at-Tabukiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal. 43

18
namun tidak kafir.15

Ketiga: Adapun firman-Nya: “sebagaimana di­


wajibkan atas orang-orang sebelum kamu”. Penye­
butan ini memiliki dua hikmah:
1. Sebagai hiburan bagi umat Islam, sebab
seorang apabila menanggung beban secara
bersama, maka akan terasa ringan baginya,
sebagaimana kata Khansa’ tatkala berduka
cita atas kematian saudaranya yang bernama
Shakhr:
ُ ْ‫خ َوانه ْم لَ َقتَل‬ْ َ‫لَى‬ ْ َ َ ْ‫َ َ ْ َ َ رْ َ ُ بْ َ ن‬
‫ت‬ ِ ِ ‫ ع ِإ‬... ‫فلوال كثة الا ِكي حو يِل‬
َْ
‫نفس‬
َُْ ْ َّ ِّ‫ُ َ ي‬ ََ َ َْ َ ْ ُ َْ َ َ
‫انلف َس عنه‬ ‫ أسل‬... ‫ك ْن‬
ِ ‫وما يبكون ِمثل أ يِخ ول‬
َ َّ
‫اتلأس‬ ِ‫ب‬
Seandainya bukan karena banyaknya orang di
sekitarku

15 Lihat Al-Mughni Ibnu Qudamah 4/324, Marotibul Ijma’ Ibnu


Hazm hlm. 70, Al-Ijma’ Ibnul Mundzir hlm. 52 dan at-Tamhid
Ibnu Abdil Barr 2/148.

19
Yang juga Menangisi saudaranya, tentu saya
akan bunuh diri
Sekalipun mereka tidak menangis seperti tangi­
sanku pada saudaraku
Tetapi saya menghibur diri dalam duka cita ini16.
2. Kesempurnaan umat Islam terhadap keuta­
maan-keutamaan yang diperoleh oleh umat
sebelum mereka.17

Keempat: Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan


inti disyariatkannya puasa adalah meraih derajat
taqwa.

16 Diwan Khansa’ hal. 84-85


Faedah: Ucapan Khansa’ ini sebelum dia memeluk agama Is-
lam. Adapun setelah Islam, maka dalam perang Qadisiyyah
dia memberi semangat kepada empat putranya untuk jihad.
Ketika sampai berita padanya bahwa mereka meninngal du-
nia, dia berkata: “Segala puji bagi Allah yang memuliakan saya
de­ngan terbunuhnya mereka dan saya berdoa kepada Rabbku
agar mengumpulanku dengan mereka di surgaNya”. (Al-Isti’ab
Ibnu Abdil Barr 1/591). Allahu Akbar!! Perhatikanlah saudaraku,
antara ucapannya sebelum Islam dan sesudahnya!!
17 Tafsir Qur’anil Karim 2/317 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin.

20
5

Meneladani Nabi Dalam


Berpuasa

Sudah semestinya bagi kita untuk berusaha


mencontoh Nabi kita Muhammad n dalam ber­
puasa, sebagaimana kita juga mencontoh beliau
dalam shalat kita, haji kita, dan seluruh ibadah
kita. Allah w berfirman:

‫ﮋﯯﯰﯱﯲﯳﯴﯵﯶﯷﯸ‬
‫ﯹﯺﯻﯼﯽﯾﯿﰀﮊ‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

21
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (ke-
datangan) hari kiamat dan Dia banyak menye-
but Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir v mengatakan: “Ayat
yang mulia ini merupakan landasan dasar dalam
mengikuti Nabi dalam ucapannya, perbuatannya,
dan segala keadaannya”.18
Hal itu karena memang mencontoh petunjuk
Nabi dalam setiap ketaatan adalah kunci diteri­
manya amal shalih seorang hamba bersama de­
ngan kunci lainnya yaitu ikhlas karena Allah w.
Dua syarat tersebut (ikhlas dan mencontoh Nabi
n) seperti dua sayap burung yang tidak sempur­
na tanpa kedua-duanya.
Hanya saja mengetahui petunjuk Nabi n di
bu­lan puasa Ramadhan bukanlah hanya dengan
angan-angan belaka tetapi dengan ilmu yang ber­
manfaat yang membuahkan amal shalih.19

18 Tafsir Al-Qur’anil Azhim 6/391.


19 Ma’a Nabi Fii Ramadhan hlm. 7-8 oleh Syaikh Muhammad bin
Musa Alu Nashr.

22
6

Ramadhan, Bulan
Semangat Bukan Malas
dan Lemes

Banyak orang di bulan puasa ini terlihat ma­


las, banyak tidur, jalan-jalan gak jelas, lihat sine­
tron dan lain sebagainya dari hal-hal yang sia-sia,
padahal bulan Ramadhan di mata Nabi n dan
para salaf dahulu adalah bulan perjuangan, jihad,
pe­ngorbanan, semangat ibadah dan berlomba
dalam kebaikan.
Sejarah mencatat banyak peristiwa besar
dalam perjalan hidup Nabi Muhammad n dan

23
para salaf dahulu:
• Perang Badar dan Fathu Mekkah terjadi di bu­
lan Ramadhan, dua peristiwa yang merupa­
kan momentum kebangkitan dan kemena­
ngan Islam dan umat Islam.
• Di Bulan Ramadhan, Nabi n dan para saha­
bat menghancurkan patung-patung besar
seperti Lata dan Manat.
• Di bulan Ramadhan, Nabi n menikah dengan
Hafshoh Putri Umar bin Khothob
• Di bulan Ramadhan, Nabi n menghancurkan
Masjid Dhiror yang dibangun kaum munafiq.
• Di Bulan Ramadhan, Nabi n menerima dele­
gasi-delegasi yang menyatakan masuk Islam.
• Di bulan Ramadhan, Nabi n berperang sem­
bilang kali peperangan.
• Di Bulan Ramadhan, terjadi perang Ain Jalut
yang mengalahkan kaum Salibis dengan
kekalahan yang telak.
Walhasil, bulan Ramadhan di mata Nabi dan

24
ulama salaf adalah bulan perjuangan, semangat,
pengorbanan untuk menegakkan panji Islam, bu­
kan hanya sekedar bersenang-senang makan dan
minum. Yuk, semangat di bulan Ramadhan dan
Jangan Malas ! 20

20 Disarikan dari risalah “Ma’a Nabi Fii Ramadhan”, Syaikh Mu-


hammad Musa Nashr, hlm. 37-38.

25
7

Semangat Baca Al-


Quran Di Bulan
Ramadhan

Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-


Qur’an, sebagaimana firman Allah w:

‫ﮋﮘﮙﮚﮛﮜﮝﮞ‬
‫ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣﮤ ﮊ‬
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya ditu-
runkan (permulaan) Al-Quran sebagai petun-
juk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

26
­ engenai petunjuk itu dan pembeda (antara
m
yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka sudah semestinya kita memuliakan bu­
lan mulia ini dengan banyak membaca Al-Quran,
mentadabburi dan memahami isinya. Rasulullah
n sebagai teladan kita, beliau selalu mengecek
bacaan al-Qur’annya pada malaikat jibril pada
bulan ini.21 Demikian juga para ulama salaf kita
dahulu, mereka berlomba-lomba membaca Al-
Quran di bulan mulia, bahkan sampai ada yang
sehari khatam sekali dan dua kali!
Cukuplah keutamaan membaca dan mempela­
jari al-Qur’an sebuah hadits yang berbunyi:
ُْ َُ َ َ َُُْ ُْ ْ َ ْ َْ ْ َ
‫ َم ْن‬:‫هلل‬
ِ ‫ قال رسول ا‬: ‫هلل ب ِن مسعو ٍد يقول‬ ِ ‫عن عب ِد ا‬
‫ش‬
ْ‫َ َ َ ٌ َ حْ َ َ َ ُ َ ر‬
‫ع‬ ‫ب‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ه‬ ‫ب‬
ََُ
‫ه‬‫ل‬ ‫ف‬ ‫هلل‬ ‫ا‬ ‫اب‬ َ‫قَ َرأَ َح ْرفًا م ْن كت‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌَ َ ٌ ْ َ ٌ َ ْ َ َ ٌ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ
‫كن أ ِلف حرف والم‬ ِ ‫أمثالِها ال أقول آلم حرف ول‬
ٌ ٌ
‫َح ْرف َو ِميْ ٌم َح ْرف‬
Dari Abdullah bin Mas’ud a bahwasanya

21 HR. Bukhari 1/30, Muslim 3308

27
­ asulullah n bersabda: “Barangsiapa yang mem-
R
baca satu huruf al-Qur’an, maka baginya satu
kebaikan, setiap satu kebaikan dilipat gandakan
hingga sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan
Aliif Laam Miim satu huruf, akan tetapi Aliif satu
huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”22
Syaikh Abdul Karim Al-Khudhair (salah satu
anggota ulama besar dan dewan fatwa di Saudi
Arabia) berkata:

“Ketika dirimu dihinggapi rasa malas tuk baca Al


Qur’an, maka ingatlah hal berikut:
1. Satu lembar mushaf, pahalanya 5.000 kebai­
kan.
2. Satu juz, pahalanya 100.000 kebaikan.
3. Sekali khatam semua, pahalanya 3 juta kebai­
kan”.
Sahabat Utsman bin ‘Affan a berkata:

22 HR. Tirmidzi 2910, Syaikh al-Albani menshahihkannya


dalam as-Shahihah: 660.

28
َّ َ‫َ ْ َ ُ ْ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ْ َلا‬
‫هلل َع َّز َو َجل‬
ِ ‫لو طه َرت قلوبكم ما ش ِبعت ِمن ك مِ ا‬
“Seandainya hati kalian bersih, niscaya kalian
tidak akan pernah merasa kenyang dari firman
Allah w”.23
Nasehat ini direaliasasikan oleh pelontarnya
dengan praktek nyata. Beliau pernah menga­
takan: “Saya tidak ingin jika ada satu haripun ter­
lewatkan tanpa membaca Al-Qur’an”. 24
Subhanallah, beliau mengatakan demikian pa­
dahal beliau adalah seorang khalifah yang sibuk,
lantas bagaimana dengan kita?! Bukankah kita
sering sibuk dan cinta dengan medsos daripada
Al-Qur’an?! Bukankah kita sering khotam koran
bukan Al-Qur’an?!
Ya Allah Beningkanlah hati kami dari noda-
noda dosa dan jadikanlah diri kami bersemangat
membaca Al-Quran, bukan hanya sibuk dengan
medsos dan hp.

23 Az-Zuhd karya Imam Ahmad bin Hanbal hlm. 106.


24 Fadhoil Utsman bin Affan hlm. 115 oleh Abdullah bin Ah-
mad.

29
8

Kedahsyatan Doa Di
Bulan Puasa

Doa adalah kunci semua kebaikan di dunia dan


akherat, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Is­
lam Ibnu Taimiyyah v.25 Muthorrif bin Abdillah
Asy Syikhir berkata:

“Saya merenungi tentang sumber kebaikan,


ternyata kebaikan itu banyak, ada shalat dan pua­
sa, ternyata semuanya di tangan Allah, dan eng­
kau tidak mungkin meraih apa yang di sisi ­Allah

25 Al Washiyyatul Shughro hlm. 42.

30
kecuali dengan meminta kepada-Nya. Dari situ­
lah aku faham bahwa sumber kebaikan adalah
doa”. 26
Dan termasuk keberkahan bulan Ramadhan,
Allah memuliakan kita semua dengan jaminan
terkabulkannya doa. Keadaan berpuasa merupa­
kan saat-saat waktu terkabulkannya doa.
Hal ini diisyaratkan oleh Allah w dalam Al-
Quran ketika menjelaskan hukum-hukum puasa:

‫ﮋ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮﯯ ﯰ‬
‫ﯱ ﯲ ﯳ ﯴﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹ‬
‫ﯺﯻﯼﮊ‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepa­
damu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasa­nya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepa-
da-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi

26 Az-Zuhud: 1330 karya Ahmad.

31
(­segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beri-
man kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran. (QS. Al Baqarah: 186)
Imam Ibnu Katsir v berkomentar mengenai
ayat ini:
ًَ َ َ‫َ َ بْ َ َ َ لَى‬ َ َ‫َ ْ ْ َ ى‬
‫ ُمتَخ ِللة‬،ِ‫ادل اَعء‬
ُّ ‫ع‬ ‫ف ِذك ِرهِ ت َعال ه ِذهِ اآلية الا ِعثة‬ ِ‫و ي‬
ْ ْ َ‫ى‬ ُ َْ َ
َ‫َ نْ َ ْ ا‬
‫ادل اَع ِء ِعن َد‬
ُّ ‫جت َهاد ف‬
ِ‫اإل ِ ِ ي‬
َ ِّ
ِ ‫ إِرشاد إِل‬، ِ‫بي أحكمِ الصيام‬
ِّ ُ‫ْ ل‬ ْ َّ ْ َ ْ
.‫ بَل َو ِعن َد ك فِ ْط ٍر‬،‫ال ال ِعد ِة‬
ِ ‫ِإكم‬
“Penyebutan ayat ini yang berisi anjuran berdoa
di tengah-tengah hukum tentang puasa, mem-
berikan petunjuk agar bersemangat berdoa usai
puasa, bahkan setiap berbuka”.

Lebih tegas lagi, Rasulullah n bersabda:


َّ ‫الوا َو َد ْع َو ُة‬ ُ ْ َ ُّ ُ َ ََ َ ُ َ َ
‫الصائِ ِم َو‬ ِ ِ‫ دع َوة َ لد‬: ‫ات ال ت َرد‬ٍ ‫ثالث دعو‬
ْ ُ ْ َ
‫دع َوة ال ُم َسا ِف ِر‬
“Tiga doa yang tidak tertolak; doa orang tua,
doa orang yang puasa dan doa orang musafir

32
­(bepergian)”. 27
Maka pergunakanlah kesempatan berharga ini
untuk banyak doa dengan penuh menghadirkan
hati dan kemantapan. Janganlah sia-siakan waktu
istimewa ini dengan hal-hal yang tiada guna, le­
bih-lebih saat akan berbuka puasa.
Dan secara khusus saya menghimbau kepada
semuanya mari kita banyak berdoa kepada ­Allah
di hari-hari ini agar Allah mengangkat wabah
dari negeri kita. Optimislah dan jangan pesimis.
Orang yang yang merugi di bulan ini adalah
adalah orang yang tidak yakin kalau doanya tidak
dikabulkan Allah dan dosanya tidak akan diam­
puni Allah, karena sejatinya dia telah berburuk
sangka kepada Allah w.

27 HR. Al-Baihaqi 3/345 dll. Dicantumkan oleh oleh al-Albani


dalam Ash-Shahihah no.1797.

33
9

Berbagi Di Bulan Suci

Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang


dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bu­
lan yang sangat mulia dan pahalanya berlipat
ganda.
Marilah kita contoh pribadi Nabi kita Muham­
mad n dalam hal ini. Beliau adalah orang yang
paling dermawan dan lebih dermawan lagi apa­
bila di bulan Ramadhan, sehingga digambarkan
bahwa beliau lebih dermawan daripada angin
yang kencang. Ibnu Abbas a berkata:
ُ ُ ُ ْ َ َ َ‫ا‬ ْ َ
َّ ‫ج َو َد‬ ُ ُ َ َ َ‫ا‬
‫ َوكن أج َود َما يَكون ف‬،‫اس‬
ِ ‫انل‬ ‫هلل أ‬
ِ ‫كن رسول ا‬

34
َ
‫َر َم َضان‬
“Adalah Rasulullah manusia yang paling der-
mawan. Beliau sangat dermawan jika bulan Ra-
madhan.” 28
Demikianlah suri teladan kita, sudahkah kita
mencontohnya? Oleh karena itu, hendaknya kita
bersemangat dalam bersedekah dan berbuat baik
kepada umat manusia dan orang-orang lemah
dengan berbagai macam kebaikan, lebih-lebih
memberi makan kepada orang yang berbuka pua­
sa, karena pahala dan ganjarannya sangat besar.
Rasulullah n bersabda:
ُ ْ َ َ ُ َّ َ ُ ْ‫َ ْ َ َّ َ َ ً اَ َ هَ ُ ْ ُ َ ْ َ ر‬
‫ي أنه ال ينق ُص‬ ‫من فطر صائِما كن ل ِمثل أج ِرهِ غ‬
ْ َ ْ َ ْ
‫الصائِ ِم شيئًا‬
َّ ‫جر‬
ِ ‫ِمن أ‬
“Barang siapa yang memberi makan kepada
orang yang berpuasa, maka baginya pahala semi-
sal orang yang berpuasa, tanpa dikurangi dari

28 HR. Bukhari No. 6, Muslim No. 2308.

35
­pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” 29
Dan memberi makan untuk orang puasa me­
miliki beberapa bentuk:
1. Mengundangnya untuk makan di rumah
2. Membuatkan makanan dan mengirimkan un­
tuknya
3. Membelikan makanan untuknya.30
Saudaraku, ingatlah saudara-saudara kita yang
terdampak bencana covid-19. Saat ini mereka se­
dang kesusahan dan kesulitan. Maka ulurkanlah
tanganmu untuk membantu mereka semampu
mungkin. Rasulullah n bersabda:
ُّ ‫َم ْن َن َّف َس َع ْن ُم ْؤمن ُك ْر َب ًة م ْن ُك َرب‬
ُ ‫ادل ْنيَا َن َّف َس‬
‫اهلل‬ ِ ِ ٍِ
َ‫َعنْ ُه ُك ْر َب ًة م ْن ُك َرب يَ ْومِ الْقيَامة‬
ِ ِ ِ ِ
“Barang siapa yang membantu menghilangkan

29 HR. Tirmidzi No. 807, Ahmad 28/261, Ibnu Majah No. 1746.
Ibnu Hibban No. 895; dishahihkan oleh al-Albani dalam
Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 807.
30 Al Muntaqa lil Hadits fi Ramadhan hlm. 52 Ibrahim al-Huqail.

36
kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah
akan menghilangkan kesusahan darinya besok di
hari kiamat.” (HR. Muslim: 2699)
Terlebih lagi orang kaya, pengusaha, pemerin­
tah, dan bangsawan, hendaknya mereka menge­
luarkan hartanya untuk membantu para korban.
Dahulu, tatkala terjadi gempa pada masa Kholi­
fah Umar bin Abdul Aziz, beliau menulis surat ke­
pada para gubernurnya untuk bershodaqoh dan
memerintah rakyat untuk bershodaqoh.31
Mari kita saling membantu, saling peduli dan
saling bahu membahu gotong royong mena­
nggung cobaan ini sehingga terwujudkan ukhuw­
wah Islamiyyah di antara kita.

31 Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (5/337),


Ibnu Abi Dunya dalam al-’Uqubat (no. 23) dengan sanad
jayyid (bagus).

37
10

Puasa dan Sabar

Diantara pelajaran penting dari madrasah Pua­


sa Ramadhan adalah puasa mengajarkan kepada
kita hakekat Sabar. Imam Ibnu Rajab v berkata:
“Sabar itu ada tiga macam; sabar dalam menger­
jakan ketaatan kepada Allah, sabar dalam meni­
nggalkan larangan Allah dan sabar dalam mene­
rima takdir Allah yang menyakitkan. Semua jenis
sabar ini terkumpul dalam ibadah puasa. Karena
dalam puasa terdapat sabar dalam mengerjakan
ketaatan kepada Allah, sabar dalam meni­nggalkan
apa yang Allah haramkan dari kelezatan syahwat,
dan sabar untuk menerima apa yang dia dapat

38
Another random document with
no related content on Scribd:
The Project Gutenberg eBook of The Cambridge natural
history, Vol. 06 (of 10)
This ebook is for the use of anyone anywhere in the United States and most
other parts of the world at no cost and with almost no restrictions whatsoever.
You may copy it, give it away or re-use it under the terms of the Project
Gutenberg License included with this ebook or online at www.gutenberg.org. If
you are not located in the United States, you will have to check the laws of the
country where you are located before using this eBook.

Title: The Cambridge natural history, Vol. 06 (of 10)

Author: David Sharp

Editor: S. F. Harmer
Sir A. E. Shipley

Release date: December 5, 2023 [eBook #72331]

Language: English

Original publication: London: Macmillan and Co, 1899

Credits: Keith Edkins, Peter Becker and the Online Distributed Proofreading
Team at https://www.pgdp.net (This file was produced from images
generously made available by The Internet Archive)

*** START OF THE PROJECT GUTENBERG EBOOK THE CAMBRIDGE


NATURAL HISTORY, VOL. 06 (OF 10) ***
THE

CAMBRIDGE NATURAL HISTORY

EDITED BY

S. F. HARMER, Sc.D., F.R.S., Fellow of King's College, Cambridge;


Superintendent of the University Museum of Zoology

AND

A. E. SHIPLEY, M.A., Fellow of Christ's College, Cambridge; University Lecturer


on the Morphology of Invertebrates

VOLUME VI

INSECTS
PART II. Hymenoptera continued (Tubulifera and Aculeata), Coleoptera, Strepsiptera,
Lepidoptera, Diptera, Aphaniptera, Thysanoptera, Hemiptera, Anoplura.
By David Sharp, M.A. (Cantab.), M.B. (Edinb.), F.R.S.

London
MACMILLAN AND CO., Limited
NEW YORK: THE MACMILLAN COMPANY
1899

All rights reserved

"Men are poor things; I don't know why the world thinks so
much of them."—Mrs. Bee, by L. & M. Wintle.
CONTENTS

PAGE
Scheme of the Classification adopted in this Book vii
CHAPTER I
Hymenoptera Petiolata continued—Series 2. Tubulifera or
Chrysididae.—Series 3. Aculeata—General—Classification—
Division I. Anthophila or Bees 1
CHAPTER II
Hymenoptera Aculeata continued—Division II. Diploptera or
Wasps—Eumenidae, Solitary True Wasps—Vespidae, Social
Wasps—Masaridae 71
CHAPTER III
Hymenoptera Aculeata continued—Division III. Fossores or
Fossorial Solitary Wasps—Family Scoliidae or Subterranean
Fossores—Family Pompilidae or Runners—Family Sphegidae
or Perfect-Stingers 90
CHAPTER IV
Hymenoptera Aculeata continued—Division IV. Formicidae or Ants 131
CHAPTER V
Coleoptera or Beetles—Strepsiptera 184
CHAPTER VI
Lepidoptera, or Butterflies and Moths 304
CHAPTER VII
Diptera, or Flies—Aphaniptera, or Fleas—Thysanoptera, or
Thrips 438
CHAPTER VIII
Hemiptera, or Bugs—Anoplura 532
Notes and Corrigenda to Volume VI. and to Insecta of Volume V. 602
Index 603
SCHEME OF THE CLASSIFICATION ADOPTED IN THIS BOOK
Sub-order,
Sub-Family or
Order. Division, Family. Group.
Tribe.
or Series.
HYMENOPTERA Petiolata. (continued from Vol. V).
(continued from Tubulifera
Chrysididae (p. 1).
Vol. V) (p. 1)
Aculeata Archiapides (p. 21).
(p. 4) Obtusilingues (p. 22).
Anthophila
Andrenides (p. 23).
(p. 10)
Denudatae (p. 29).
Apidae
Scopulipedes (p. 32).
(p. 10)
Dasygastres (p. 35).
Sociales (p. 53).
Diploptera
Eumenidae (p. 72).
Vespidae (p. 78).
Masaridae (p. 88).
Mutillides (p. 94).
Fossores
Thynnides (p. 96).
(p. 90)
Scoliides (p. 97).
Scoliidae
Sapygides (p. 99).
(p. 94)
Rhopalosomides (p. 100).
Pompilidae (p. 101).
Sphegides (p. 107).
Ampulicides (p. 114).
Larrides (p. 116).
Trypoxylonides (p. 118).
Sphegidae Astatides (p. 119).
(p. 107) Bembecides (p. 119).
Nyssonides (p. 123).
Philanthides (p. 124).
Mimesides (p. 127).
Crabronides (p. 128).
Heterogyna Camponotides (p. 144).
(p. 131) Dolichoderides (p. 157).
Formicidae Myrmicini
(p. 131) (p. 159).
Attini (p. 165).
Myrmicides
Pseudomyrmini
(p. 158)
(p. 168).
Cryptocerini
(p. 169).
Ponerides (p. 170).
Ecitonini
Dorylides
(p. 175).
(p. 174)
Dorylini (p. 177).
Amblyoponides (p. 180).

Sub-order,
Sub-Family or
Order. Division, Family.
Tribe.
or Series.
COLEOPTERA Passalidae (p. 192).
(p. 184) Lucanidae (p. 193).
Coprides (p. 195).
Lamellicornia Melolonthides
(p. 190) Scarabaeidae (p. 198).
(p. 194) Rutelides (p. 198).
Dynastides (p. 199).
Cetoniides (p. 199).
Cicindelidae (p. 201).
Carabides (p. 206).
Harpalides (p. 206).
Pseudomorphides
Carabidae (p. 204)
Adephaga or (p. 206).
Caraboidea Mormolycides
(p. 200) (p. 206).
Amphizoidae (p. 207).
Pelobiidae (p. 207).
Haliplidae (p. 209).
Dytiscidae (p. 210).
Polymorpha Paussidae (p. 213).
(p. 213) Gyrinidae (p. 215).
Hydrophilidae (p. 216).
Platypsyllidae (p. 219).
Leptinidae (p. 220).
Silphidae (p. 221).
Scydmaenidae (p. 223).
Gnostidae (p. 223).
Pselaphidae (p. 223).
Staphylinidae (p. 224).
Sphaeriidae (p. 227).
Trichopterygidae (p. 227).
Hydroscaphidae (p. 228).
Corylophidae (p. 228).
Scaphidiidae (p. 229).
Synteliidae (p. 229).
Histeridae (p. 230).
Phalacridae (p. 231).
Nitidulidae (p. 231).
Trogositidae (p. 232).
Colydiidae (p. 233).
Rhysodidae (p. 234).
Cucujidae (p. 234).
Cryptophagidae (p. 235).
Helotidae (p. 235).
Thorictidae (p. 236).
Erotylidae (p. 236).
Mycetophagidae (p. 237).
Coccinellidae (p. 237).
Endomychidae (p. 239).
Mycetaeidae (p. 239).
Latridiidae (p. 240).
Adimeridae (p. 240).
Dermestidae (p. 241).
Byrrhidae (p. 242).
Cyathoceridae (p. 243).
Georyssidae (p. 243).
Heteroceridae (p. 243).
Parnidae (p. 243).
Derodontidae (p. 244).
Cioidae (p. 245).
Sphindidae (p. 245).
Bostrichidae (p. 246).
Ptinides (p. 246).
Ptinidae (p. 246)
Anobiides (p. 246).
Lycides (p. 248).
Drilides (p. 248).
Malacodermidae Lampyrides
(p. 248) (p. 248).
Telephorides
(p. 248).
Melyridae (p. 252).
Cleridae (p. 253).
Lymexylonidae (p. 254).
Dascillidae (p. 255).
Rhipiceridae (p. 256).
Elateridae Throscides (p. 260).
(p. 256) Eucnemides
(p. 260).
Elaterides (p. 260).
Cebrionides
(p. 260).
Perothopides
(p. 260).
Cerophytides
(p. 260).
Buprestidae (p. 261).
Tenebrionidae (p. 263).
Cistelidae (p. 264).
Lagriidae (p. 264).
Othniidae (p. 265).
Aegialitidae (p. 265).
Monommidae (p. 265).
Nilionidae (p. 265).
Heteromera
Melandryidae (p. 265).
(p. 262)
Pythidae (p. 265).
Pyrochroidae (p. 266).
Anthicidae (p. 266).
Oedemeridae (p. 266).
Mordellidae (p. 267).
Cantharidae (p. 269).
Trictenotomidae (p. 275).
Bruchidae (p. 276)
Eupoda (p. 280).
Camptosomes
Chrysomelidae (p. 281).
(p. 278) Cyclica (p. 282).
Phytophaga
Cryptostomes
(p. 276)
(p. 282).
Prionides (p. 287).
Cerambycidae Cerambycides
(p. 285) (p. 287).
Lamiides (p. 287).
Anthribidae (p. 290).
Rhynchophora Curculionidae (p. 290).
(p. 288) Scolytidae (p. 294).
Brenthidae (p. 295).
Aglycyderidae (p. 297).
Protorhinidae (p. 298).
Strepsiptera
Stylopidae (p. 298).
(p. 298)

Order. Sub-order, Family. Sub-Family or


Division, Tribe.
or Series.
LEPIDOPTERA Danaides (p. 344).
(p. 304) Ithomiides (p. 346).
Satyrides (p. 347).
Morphides (p. 348).
Brassolides
Nymphalidae
(p. 349).
(p. 343)
Acraeides (p. 350).
Heliconiides
Rhopalocera
(p. 351).
(p. 341)
Nymphalides
(p. 352).
Erycinides (p. 355).
Erycinidae (p. 354)
Libytheides (p. 355).
Lycaenidae (p. 356).
Pieridae (p. 357).
Papilionidae (p. 359).
Hesperiidae (p. 363)
Heterocera Castniidae (p. 371).
(p. 366) Neocastniidae (p. 372).
Saturniidae (p. 372).
Brahmaeidae (p. 374).
Ceratocampidae (p. 375).
Bombycidae (p. 375).
Eupterotidae (p. 376).
Perophoridae (p. 377).
Sphingidae (p. 380).
Cocytiidae (p. 382).
Notodontidae (p. 383).
Cymatophoridae (p. 386).
Sesiidae (p. 386).
Tinaegeriidae (p. 387).
Syntomidae (p. 388).
Zygaenidae (p. 390).
Himantopteridae (p. 392).
Heterogynidae (p. 392).
Psychidae (p. 392).
Cossidae (p. 395).
Arbelidae (p. 396).
Chrysopolomidae (p. 396).
Hepialidae (p. 396).
Callidulidae (p. 400).
Drepanidae (p. 400).
Limacodidae (p. 401).
Megalopyogidae (p. 404).
Thyrididae (p. 404).
Lasiocampidae (p. 405).
Endromidae (p. 406).
Pterothysanidae (p. 406).
Lymantriidae (p. 406).
Hypsidae (p. 408).
Arctiidae (p. 408).
Agaristidae (p. 410).
Geometridae (p. 411).
Noctuidae (p. 414).
Epicopeiidae (p. 418).
Uraniidae (p. 419).
Epiplemidae (p. 420).
Pyralidae (p. 420).
Pterophoridae (p. 426).
Alucitidae (p. 426).
Tortricidae (p. 427).
Tineidae (p. 428).
Eriocephalidae (p. 433).
Micropterygidae (p. 435).

Sub-order,
Sub-Family or
Order. Division, Family.
Tribe.
or Series.
DIPTERA Cecidomyiidae (p. 458).
(p. 438) Mycetophilidae (p. 462).
Blepharoceridae (p. 464).
Culicidae (p. 466).
Chironomidae (p. 468).
Orphnephilidae (p. 470).
Orthorrhapha Psychodidae (p. 470).
Nemocera Dixidae (p. 471).
(p. 455) Ptychopterinae
Tipulidae (p. 472).
(p. 471) Limnobiinae (p. 473).
Tipulinae (p. 475).
Bibionidae (p. 475).
Simuliidae (p. 477).
Rhyphidae (p. 478).
Orthorrhapha Stratiomyidae (p. 478).
Brachycera Leptidae (p. 479).
(pp. 455, 478) Tabanidae (p. 481).
Acanthomeridae (p. 483).
Therevidae (p. 484).
Scenopinidae (p. 484).
Nemestrinidae (p. 484).
Bombyliidae (p. 485).
Acroceridae (p. 489).
Lonchopteridae (p. 490).
Mydaidae (p. 491).
Asilidae (p. 491).
Apioceridae (p. 492).
Empidae (p. 492).
Dolichopidae (p. 493).
Phoridae (p. 494).
Cyclorrhapha Platypezidae (p. 496).
Asciza Pipunculidae (p. 496).
(pp. 455, 494) Conopidae (p. 497).
Syrphidae (p. 498).
Muscidae Acalyptratae (p. 503).
Anthomyiidae (p. 506).
Cyclorrhapha Tachinidae (p. 507).
Schizophora Dexiidae (p. 510).
(pp. 456, 503) Sarcophagidae (p. 510).
Muscidae (p. 511).
Oestridae (p. 514).
Hippoboscidae (p. 518).
Pupipara Braulidae (p. 520).
(pp. 456, 517) Streblidae (p. 521).
Nycteribiidae (p. 521).

APHANIPTERA(pp. 456, 522) Pulicidae (p. 522).

THYSANOPTERA Terebrantia (p. 531).


(p. 526) Tubulifera (p. 531).

Order. Sub-order. Series. Family


HEMIPTERA Heteroptera Gymnocerata Pentatomidae
(p. 532) (pp. 543, 544) (p. 544) (p. 545).
Coreidae (p. 546).
Berytidae (p. 548).
Lygaeidae (p. 548).
Pyrrhocoridae
(p. 549).
Tingidae (p. 549).
Aradidae (p. 550).
Hebridae (p. 551).
Hydrometridae
(p. 551).
Henicocephalidae
(p. 554).
Phymatidae (p. 554).
Reduviidae (p. 555).
Aëpophilidae (p. 559).
Ceratocombidae
(p. 559).
Cimicidae (p. 559).
Anthocoridae
(p. 560).
Polyctenidae (p. 560).
Capsidae (p. 561).
Saldidae (p. 562).
Galgulidae (p. 562).
Nepidae (p. 563).
Naucoridae (p. 565).
Cryptocerata Belostomidae
(p. 562) (p. 565).
Notonectidae
(p. 567).
Corixidae (p. 567).
Cicadidae (p. 568).
Fulgoridae (p. 574).
Trimera (p. 544) Membracidae (p. 576).
Cercopidae (p. 577).
Homoptera Jassidae (p. 578).
(pp. 543, 568) Psyllidae (p. 578).
Dimera (p. 544) Aphidae (p. 581).
Aleurodidae (p. 591).
Monomera
Coccidae (p. 592).
(p. 544)
Anoplura (p. 599) Pediculidae (p. 599).
CHAPTER I

HYMENOPTERA PETIOLATA CONTINUED

SERIES 2. TUBULIFERA OR CHRYSIDIDAE—SERIES 3. ACULEATA—


GENERAL—CLASSIFICATION—DIVISION I. ANTHOPHILA OR BEES

The First Series—Parasitica—of the Sub-Order Hymenoptera


Petiolata was discussed in the previous volume. We now pass to the
Second Series.

Series 2. Hymenoptera Tubulifera.

Trochanters undivided; the hind-body consisting of from three to


five visible segments; the female with an ovipositor, usually
retracted, transversely segmented, enveloping a fine, pointed
style. The larvae usually live in the cells of other Hymenoptera.

The Tubulifera form but a small group in comparison with Parasitica


and Aculeata, the other two Series of the Sub-Order. Though of
parasitic habits, they do not appear to be closely allied to any of the
families of Hymenoptera Parasitica, though M. du Buysson suggests
that they have some affinity with Proctotrypidae; their morphology
and classification have been, however, but little discussed, and have
not been the subject of any profound investigation. At present it is
only necessary to recognise one family, viz. Chrysididae or Ruby-
wasps.[1] These Insects are usually of glowing, metallic colours, with
a very hard, coarsely-sculptured integument. Their antennae are
abruptly elbowed, the joints not being numerous, usually about
thirteen, and frequently so connected that it is not easy to count
them. The abdomen is, in the great majority, of very peculiar
construction, and allows the Insect to curl it completely under the
anterior parts, so as to roll up into a little ball; the dorsal plates are
very strongly arched, and seen from beneath form a free edge, while
the ventral plates are of less hard consistence, and are connected
with the dorsal plates at some distance from the free edge, so that
the abdomen appears concave beneath. In the anomalous genus
Cleptes the abdomen is, however, similar in form to that of the
Aculeate Hymenoptera, and has four or five visible segments,
instead of the three or four that are all that can be seen in the normal
Chrysididae. The larvae of the Ruby-flies have the same number of
segments as other Hymenoptera Petiolata. The difference in this
respect of the perfect Chrysididae from other Petiolata is due to a
greater number of the terminal segments being indrawn so as to
form the tube, or telescope-like structure from which the series
obtains its name. This tube is shown partially extruded in Fig. 1;
when fully thrust out it is seen to be segmented, and three or four
segments may be distinguished. The ovipositor proper is concealed
within this tube; it appears to be of the nature of an imperfect sting;
there being a very sharply pointed style, and a pair of enveloping
sheaths; the style really consists of a trough-like plate and two fine
rods or spiculae. There are no poison glands, except in Cleptes,
which form appears to come very near to the Aculeate series. Some
of the Chrysididae on occasions use the ovipositor as a sting, though
it is only capable of inflicting a very minute and almost innocuous
wound.

Fig. 1.—Chrysis ignita, ♀. England.

Although none of the Ruby-flies attain a large size, they are usually
very conspicuous on account of their gaudy or brilliant colours. They
are amongst the most restless and rapid of Insects; they love the hot
sunshine, and are difficult of capture. Though not anywhere
numerous in species, they are found in most parts of the world. In
Britain we have about twenty species. They usually frequent old
wood or masonry, in which the nests of Aculeate Hymenoptera exist,
or fly rapidly to and fro about the banks of earth where bees nest. Dr.
Chapman has observed the habits of some of our British species.[2]
He noticed Chrysis ignita flying about the cell of Odynerus parietum,
a solitary wasp that provisions its nest with caterpillars; in this cell
the Chrysis deposited an egg, and in less than an hour the wasp had
sealed the cell. Two days afterwards this was opened and was found
to contain a larva of Chrysis a quarter of an inch long, as well as the
Lepidopterous larvae stored up by the wasp, but there was no trace
of egg or young of the wasp. Six days after the egg was laid the
Chrysis had eaten all the food and was full-grown, having moulted
three or four times. Afterwards it formed a cocoon in which to
complete its metamorphosis. It is, however, more usual for the
species of Chrysis to live on the larva of the wasp and not on the
food; indeed, it has recently been positively stated that Chrysis never
eats the food in the wasp's cell, but there is no ground whatever for
rejecting the evidence of so careful an observer as Dr. Chapman.
According to M. du Buysson the larva of Chrysis will not eat the
lepidopterous larvae, but will die in their midst if the Odynerus larva
does not develop; but this observation probably relates only to such
species as habitually live on Odynerus itself. The mother-wasp of
Chrysis bidentata searches for a cell of Odynerus spinipes that has
not been properly closed, and that contains a full-grown larva of that
wasp enclosed in its cocoon. Having succeeded in its search the
Chrysis deposits several eggs—from six to ten; for some reason that
is not apparent all but one of these eggs fail to produce young; in two
or three days this one hatches, the others shrivelling up. The young
Chrysis larva seizes with its mouth a fold of the skin of the helpless
larva of the Odynerus, and sucks it without inflicting any visible
wound. In about eleven days the Chrysis has changed its skin four
times, has consumed all the larva and is full-fed; it spins its own
cocoon inside that of its victim, and remains therein till the following
spring, when it changes to a pupa, and in less than three weeks
thereafter emerges a perfect Chrysis of the most brilliant colour, and
if it be a female indefatigable in activity. It is remarkable that the larva
of Chrysis is so much like that of Odynerus that the two can only be
distinguished externally by the colour, the Odynerus being yellow
and the Chrysis white; but this is only one of the many cases in
which host and parasite are extremely similar to the eye. Chrysis
shanghaiensis has been reared from the cocoons of a Lepidopterous
Insect—Monema flavescens, family Limacodidae—and it has been
presumed that it eats the larva therein contained. All other Chrysids,
so far as known, live at the expense of Hymenoptera (usually, as we
have seen, actually consuming their bodies), and it is not impossible
that C. shanghaiensis really lives on a Hymenopterous parasite in
the cocoon of the Lepidopteron.

Parnopes carnea frequents the nests of Bembex rostrata, a solitary


wasp that has the unusual habit of bringing from time to time a
supply of food to its young larva; for this purpose it has to open the
nest in which its young is enclosed, and the Parnopes takes
advantage of this habit by entering the cell and depositing there an
egg which produces a larva that devours that of the Bembex. The
species of the anomalous genus Cleptes live, it is believed, at the
expense of Tenthredinidae, and in all probability oviposit in their
cocoons which are placed in the earth.

Series 3. Hymenoptera Aculeata.

The females (whether workers or true females) provided with a


sting: trochanters usually undivided (monotrochous). Usually the
antennae of the males with thirteen, of the females with twelve,
joints (exceptions in ants numerous).

These characters only define this series in a very unsatisfactory


manner, as no means of distinguishing the "sting" from the
homologous structures found in Tubulifera, and in the Proctotrypid
division of Hymenoptera Parasitica, have been pointed out. As the
structure of the trochanters is subject to numerous exceptions, the
classification at present existing is an arbitrary one. It would probably
be more satisfactory to separate the Proctotrypidae (or a
considerable part thereof) from the Parasitica, and unite them with
the Tubulifera and Aculeata in a great series, characterised by the
fact that the ovipositor is withdrawn into the body in a direct manner
so as to be entirely internal, whereas in the Parasitica it is not
withdrawn in this manner, but remains truly an external organ,
though in numerous cases concealed by a process of torsion of the
terminal segments. If this were done it might be found possible to
divide the great group thus formed into two divisions characterised
by the fact that the ovipositor in one retains its function, the egg
passing through it (Proctotrypidae and Tubulifera), while in the other
the organ in question serves as a weapon of offence and defence,
and does not act as a true ovipositor, the egg escaping at its base. It
would, however, be premature to adopt so revolutionary a course
until the comparative anatomy of the organs concerned shall have
received a much greater share of attention; a detailed scrutiny of
Prototrypidae being particularly desired.

Fig. 2.—Diagram of upper surface of Priocnemis affinis ♀, Pompilidae.


o, ocelli; B1, pronotum; B2, mesonotum; B3, scutellum of
mesonotum; B4, post-scutellum or middle part of metanotum; B5,
propodeum or median segment (see vol. v. p. 491); B6, combing
hairs, pecten, of front foot: C1, first segment of abdomen, here not
forming a pedicel or stalk: D1, coxa; D2, trochanter; D3, femur; D6,
calcaria or spurs of hind leg: 1 to 15, nervures of wings, viz. 1,
costal; 2, post-costal; 3, median; 4, posterior; 5, stigma; 6,
marginal; 7, upper basal; 8, lower basal; 9, 9, cubital; 10, the three
sub-marginal; 11, first recurrent; 12, second recurrent; 13, anterior
of hind wing; 14, median; 15, posterior: I to XI, the cells, viz. I,
upper basal; II, lower basal; III, marginal; IV, V, VI, first, second
and third sub-marginal; VII, first discoidal; VIII, third discoidal; IX,
second discoidal; X, first apical; XI, second apical.

We have dealt with the external anatomy of Hymenoptera in Vol. V.;


so that here it is only necessary to give a diagram to explain the
terms used in the descriptions of the families and sub-families of
Aculeata, and to discuss briefly their characteristic structures.

Fig. 3—Sting of bee. A, One of the needles separated; a, the barbed


point; b, piston; c, arm. B, Transverse section of the sting: dd, the
two needles; e, bead for guiding the needles; f, director; g,
channel of poison. (After Carlet.)

The Sting of the bee has been described in detail by Kraepelin,


Sollmann, Carlet[3] and others. It is an extremely perfect mechanical
arrangement. The sting itself—independent of the sheaths and
adjuncts—consists of three elongate pieces, one of them a gouge-
like director, the other two pointed and barbed needles; the director
is provided with a bead for each of the needles to run on, these latter
having a corresponding groove; the entrance to the groove is
narrower than its subsequent diameter, so that the needles play up
and down on the director with facility, but cannot be dragged away
from it; each needle is provided with an arm at the base to which are
attached the muscles for its movement. This simple manner of
describing the mechanical arrangement is, however, incomplete,
inasmuch as it includes no account of the means by which the

Anda mungkin juga menyukai