Anda di halaman 1dari 11

Ahlul Ahwa’ wal Bida’

Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Syi’ah dan Kajian Hadis
Dosen pengampun:
MAKHRUS, M.A., S.Th.I.

Disusun oleh Kelompok 1:

Dyna Tauhidah 204104020011


Muhammad Riswan Hidayat 204104020004

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K. H. ACHMAD SIDDIQ
JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ahlul Ahwa’ wal
Bida’” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Syi’ah dan Kajian Hadis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannyan sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jember, 05 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Pengertian Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’.................................. 2
B. Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ menurut Ulama’ ....................... 3
C. Ciri-ciri orang Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ ........................... 4

BAB III PENUTUP.........................................................................................


A. Kesimpulan........................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran dalam dunia Islam itu sangat banyak. Awal kemunculan dan kekacauan
yang sangat terlihat ada pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib, akan tetapi
kemunculan yang perama ada pada pemerintahan Utsman bin Affan. Juga bibit-
bibit perpecahan datang di akhir masa jabatan Utsman bin Affan. Sebab lahirnya
perbedaan aliran bermula dari perpecahan politik Islam, terlalu fantik akan sebuah
hal, dan juga seiring berjalannya waktu. Hingga akhirnya terbawa kepada Akidah
kepada Allah. Syi’ah adalah salah satu bagian dari banyaknya aliran dalam dunia
Islam. Syi’ah adalah aliran yang beranggapan Ali bin Abi Thalib sebagai
pengganti Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak mengakui Kholifah selain Ali
dan ahlul bait.
Dalam mata kuliah kali ini membahas permasalahan Ahlul Ahwa’ dan Ahlul
Bid’ah/Bida’ yang ada pada bagian Syia’h, rumusan masalah sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’?
2. Bagaimana Deskripsi Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’?
3. Bagaimana ciri-ciri orang Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’
2. Memahami Deskripsi Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’
3. Mengetahui ciri-ciri orang Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’


Ahlul al-Ahwa’ berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu Ahlul
dan Ahwa’. Ahlul artinya orang-orang atau penduduk, sedangkan Ahwa’ di dalam
kamus karangan KH. Tufiqul Hakim adalah (piro-piro nefsu, piro piro
kesenangan) atau dalam bahasa Indonesia adalah beberapa nafsu dan beberapa
kesenangan. 1 Ahlul Bid’ah juga berasal dari bahasa arab, sama seperti pengertin
yang di atas namun perbedaannya hanya ada pada kalimat Bid’ah/Bida’.
ٌ ‫ع – بَد‬
Bid’ah/Bida’ berasal dari fiil madhi ‫ع‬ Eُ ‫ بَ َد َع – يَب َد‬yang artinya mencipta sesuatu
yang belum pernah ada.2
Dua pengertian kalimat di atas dapat dijelaskan bahwa pengertian Ahlul
Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ secara istilah adalah ungkapan yang sungguh-
sungguh ditujukan kepada mereka yang mengedepankan nafsu dan menciptakan
suatu perbaharuan dalam menentukan sebuah keputusan. Ahlul Ahwa’ dan Ahlul
Bid’ah/Bida’adalah istilah yang sering digunakan untuk setiap orang yang
menentang sunnah dan kelompok dalam satu atau lebih fundamental agama, dari
sekte seperti Khowarij, Syi'ah, Qadariyya, Murji'ah, orang-orang Mu'tazilah,
Jahmiyyah, orang-orang yang ahli berbicara, tarekat sufi, dan orang-orang yang
menyimpang dari sunnah dan kelompoknya. 3
Mereka (Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’) beranggapan segala hal yang
berbeda dari mereka adalah aliran yang sesat dan hal yang menyerupai harus
diteliti atau langsung ditolak. Terkadang mereka menjawab sebagaimana kita
memberi laqab (julukan) kepada Khawarij, Qadariyya, Murji'ah, Mu'tazilah,
orang-orang yang berbicara, dan sejenisnya, juga mereka termasuk di antara
orang-orang yang beragama, tetapi mereka telah berpisah dari sunnah dan
masyarakat.
Beberapa julukan diatas ditujukan kepada mereka yang mengamalkan aliran
tersebut, baik sebagai seorang penentu kesimpulan ataupun sebagai pembela
aliran itu, dan hal yang demikian ini telah menyebar, seperti julukan  kepada

1
KH. Taufiqul Hakim, Kamus At-Taufiq (Jepara:El Falah Offset, 2005), 684 bagian kiri.
2
KH. Taufiqul Hakim, 32.
3
Nashir bin Abdul Karim An-Nashir, ‫ " طريقاالسالم‬islamway.net" , Mangli, 08 Maret 2023,
http://id.islamway.net/

2
‘Ahlus Sunnah’. Aliran ‘Ahlus Sunnah diciptakan oleh pengambil keputusan
lalu bagi pembela-pembelanya supaya mengikuti dan menjaga segala hal yang
harus dilestarikan pada aliran ini. 4

B. Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ Menurut Ulama’


Pada suatu hari Shekh Nasser bin Abdul Karim Al Aql didalam situsnya
menjelaskan permasalahan ini, menurut pandangannya Nasser bin Abdul Karim
Al Aql Ahlul Ahwa’ adalah mereka sekelompok golongan yang sering menentang
para Ahlu Sunnah, penyandang ahli Tarekat para Sufi, orang-orang ahli kalam,
syiah dan lain sebagainya.
Kemudian timbul lah pertanyaan, bagaimanakah hukum duduk bersama Ahlul
Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ dan orang-orang yang menfitnah para ulama’ ?
Maka di jawablah pertanyaan itu oleh Imam Nawawi dan Al Hafidz Ibnu As
Sakir, bahwasanya dia pertama-tama harus menghargai dan menghormati para
ulama’ yang di isyaratkan oleh Syariat, dan juga AL Qur’an juga menjelaskan
tentang hal ini yang terdapat pada surah Az Zumar ayat 9 yang berbunyi :

ِ َّ ِ ِ ‫ِئ‬ ِ ِ
َّ
َ ‫ت ءَانَاءَ ٱلْي ِل َساج ًدا َوقَا ًما حَيْ َذ ُر ْٱلءَاخَر َة َو َيْر ُجوا۟ َرمْح َةَ َربِّهۦ ۗ قُ ْل َه ْل يَ ْستَ ِوى ٱلذ‬
‫ين‬ ٌ ‫ََّأم ْن ُه َو ٰقَن‬
ِ َ‫َي ْعلَمو َن وٱلَّ ِذين اَل َي ْعلَمو َن ۗ ِإمَّنَا َيتَ َذ َّكر ُأولُوا ٱَأْللْب‬
‫ٰب‬ ُ ُ َ َ ُ

Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

Kemudian Al Hafidz Ibnu As Sakir meneruskan, sikap kita yang seharusnya


terhadap mereka tidak menghadiri majlis-majlis mereka dan menghindari
berurusan dengan ceramah mereka.

Ibnu Abdul Barr seorang ahlu sunnah terkenal ahli hadist, ahli fiqih, dan sejarah
dari kalangan mazhab Maliki yang berasal dari Spanyol juga mengutarkan
pendapatnya, bahwasanya para ulama sudah sepakat apa yang sudah di utarkan
oleh Imam Nawawi dan Al Hafidz Ibnu As Sakir dalam masalah Ahlul Ahwa’ dan
4
Imam As-Syaithibi, Al-‘itisyam, terj. Shalahuddin Bakri, dkk (Jakarta” Pustaka Azzam, 2006), 179.

3
Ahlul Bid’ah/Bida’ dan orang-orang yang menfitnah para ulama’. Semuanya ahli
hadist sepakat dengan hadist Nabi SAW yang mengatakan :

‫ اَل حَيِ ُّل مل ْسلِ ٍم َأ ْن‬:‫قال‬


َ ‫صلَّى اهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ‫رسول اهلل‬
َ َّ ،ُ‫وب َر ِضي اهلل َت َعاىَل َعْنه‬
‫أن‬ َ َ ُّ‫عن أيب َأي‬ ْ
ُ
َّ ِ‫ َو َخْيُرمُهَا الَّ ِذي َيْب َدُأ ب‬،‫ض َه َذا‬
‫الساَل ِم‬ ُ ‫ض َه َذا َويُ ْع ِر‬
ِ ِ ٍ ِ
ُ ‫ َيْلتَقيَان َفُي ْع ِر‬،‫َأخاهُ َف ْو َق ثَاَل ث لَيَال‬
َ ‫َي ْه ُجَر‬
ِ ‫(مَّت َفق‬
)‫عليه‬ ٌ ُ

Dari Abū Ayyub r.a, bahwasanya Rasūlullāh SAW berkata, “Tidak halal
bagi seorang muslim untuk menjauhi saudaranya lebih dari 3 malam (yaitu 3 hari).
Mereka berdua bertemu namun yang satu berpaling dan yang lainnya juga
berpaling. Dan yang terbaik diantara mereka berdua yaitu yang memulai dengan

memberi salam.” (Muttafaqun ‘alaih)

Akan teapi terdapat pengecualian dalam hadist itu, yaitu apabila dalam
pertemanan itu terdapat bisa merusak ataupun menghina terhadap agama, dan juga

bisa mempunyai hasutan-hasutan terhadap kemaksiatan duniawi atau ukhrawi.5

Maksud dari mereka AhlulAhwa’ dan AhlulBid’ah/Bida’ atau orang-orang


mengedepankan nafsu mereka adalah mengedepankan akal pikiran mereka apa
yang mereka sudah pelajari dan kemudian menyimpulkan dari dalil-dalil Al Qur’an
dan Hadits dalam masalah syari’at yang akhirnya itu adalah ketetapan dari mereka.
Berdeda cerita lagi dengan orang awam atau yang kurangnya ilmu, pemahaman
mereka hanya sekedar terbatas karena kurangnya ilmu yang mereka dapatkan dan
mendengarkan apa yang telah diajarkan oleh para pendahulu-pendahulu mereka,
karena mereka beranggapan seperti pantangan atau perintah yang harus dikerjakan
itu adalah sebuah kewajiban yang harus dikerjakan dan tidak mengedepankan
hawa nafsu untuk menyimpulkan dari pemahaman sendiri.

C. Ciri-ciri orang Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’


Menurut salah satu ulama’ yakni Syaikh Ibrahim ar-Ruhailiy Hafizhahullah
ciri ciri orang Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ ada 8, antara lain sebagai
berikut:
5
Nasir Bin Abdul Karim, Kitab Syarah Aqidah As Salaf Lishobunii, (Durus Shutiyyah), juz 2 hal 7

4
1. Pecah-belah
2. Menuruti hawa nafsu
3. Berpegang pada ayat-ayat yang samar
4. Menyemukakan Hadis dengan Al-Qur’an
5. Tidak menyukai ahli Hadis
6. Memberi julukan Ahlus Sunnah dengan tujuan untuk merendahkan
7. Tidak mengikuti atau berpegang dengan madzhab salaf
8. Menghakimi kafir yang berselisih dengan mereka dengan tanpa bukti
dan hujjah yang nyata

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ adalah ungkapan yang
sungguh-sungguh ditujukan kepada mereka yang mengedepankan nafsu
dan menciptakan suatu perbaharuan dalam menentukan sebuah keputusan.
2. Maksud pandangan mereka (Ulama’) terhadap AhlulAhwa’ dan
AhlulBid’ah/Bida’ atau orang-orang mengedepankan nafsu mereka adalah
mengedepankan akal pikiran mereka apa yang mereka sudah pelajari dan
kemudian menyimpulkan dari dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits dalam
masalah syari’at yang akhirnya itu adalah ketetapan dari mereka. Berdeda
cerita lagi dengan orang awam atau yang kurangnya ilmu, pemahaman
mereka hanya sekedar terbatas karena kurangnya ilmu yang mereka
dapatkan dan mendengarkan apa yang telah diajarkan oleh para
pendahulu-pendahulu mereka, karena mereka beranggapan seperti
pantangan atau perintah yang harus dikerjakan itu adalah sebuah
kewajiban yang harus dikerjakan dan tidak mengedepankan hawa nafsu
untuk menyimpulkan dari pemahaman sendiri.
3. Menurut salah satu ulama’ yakni Syaikh Ibrahim ar-Ruhailiy
Hafizhahullah ciri ciri orang Ahlul Ahwa’ dan Ahlul Bid’ah/Bida’ ada 8,
antara lain sebagai berikut:
a. Pecah-belah
b. Menuruti hawa nafsu
c. Berpegang pada ayat-ayat yang samar
d. Menyemukakan Hadis dengan Al-Qur’an
e. Tidak menyukai ahli Hadis
f. Memberi julukan Ahlus Sunnah dengan tujuan untuk merendahkan
g. Tidak mengikuti atau berpegang dengan madzhab salaf

6
h. Menghakimi kafir yang berselisih dengan mereka dengan tanpa bukti
dan hujjah yang nyata

7
DAFTAR PUSTAKA

An-Nashir, Nashir bin Abdul Karim “islamway.net “ Mangli, 08 Maret 2023,


http://id.islamway.net/

“Syarah Aqidah As Salaf Lishobunii”, (Durus Shutiyyah),

As-Syaithibi, Imam. Al-‘itisyam, terj. Shalahuddin Bakri, dkk Jakarta: Pustaka


Azzam, 2006.

Hakim, Taufiqul, Kamus At-Taufiq. Jepara: El Falah Offset, 2005.

https://abuzuhriy.wordpress.com/2009/08/10/ciri-ciri-ahlul-ahwa-pengekor-hawa-
nafsu-dan-ahlul-bidah-pemimpinpenyeru-kepada-kebidahan/

Anda mungkin juga menyukai