Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah swt karena dengan limpahan rahmat dan
maghfirahNya kepada kita berupa nikmat keselamatan dan kesehatan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa pula shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad Saw yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan menuju kepada jalan
yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah Swt dan juga kepada keluarga, sahabat, dan
umat yang mengikuti jejak beliau.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menjelaskan Ulama pewaris para Nabi.
Akhirnya, kami menghaturkan banyak terimakasih kepada para pembaca. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dalam ilmu pendidikan

Kami mohon maaf apabila pembuatan makalah ini terdapat kesalahan, baik dalam
struktur penulisan maupun atau daya serap kami dalam memahami dan menganalisa sumber
dan referensi yang menyebabkan kesalahpahaman dari sumber yang kami baca.

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1

Daftar Isi..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang.................................................................................................3

B .Rumusan Masalah.............................................................................................3

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4

1. Pengertian Ulama’.................................................................................................4
2. Macam-macam Ulama’........................................................................................5
3. Ciri-ciri Ulama’...................................................................................................7
4. Syarat- syarat Ulama’............................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................10

A. Kesimpulan........................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat pentingnya peran ulama’ terhadap umat Islam, maka umat Islam sangat
mengharapkan agar para ulama’nya tidak hanya sekedar berceramah, berkhotbah, dan
menyelenggarakan pengajian, namun diharapkan lebih mampu memberikan tuntunan dan
pergerakan-pergerakan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat, serta mampu
menemukan solusi dan alternatif bagi pemecahan problem-problem sosial dan ekonomi,
dan solusi tersebut sesuai dengan norma-norma agama yang telah ditentukan.
Adapun kelangkaan ulama’ yang diakibatkan tuntutan umat agar ulama’ lebih
komprehensif dan profesional menjadikan tugas-tugas ulama’ semakain berat. Hal ini
menyebabkan tidak jarang seorang ulama’ mendapat tugas-tugas rangkap yang melebihi
kemampuannya, yang akhirnya mengakibatkan kelumpuhan dan ketidakberesan tugas-tugas
tersebut, sehingga menghilangkan wibawanya, pada akhirnya menimbulkan kesenjangan
hubungan antara ulama dan umatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ulama’?
2. Apa saja macam- macam ulama’?
3. Bagaimana ciri- ciri ulama’?
4. Bagaimana syarat-syarat menjadi Ulama’?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ulama’
2. Untuk mengetahui macam- macam ulama’
3. Untuk mengetahui ciri- ciri ulama’
4. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi Ulama’

3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ulama’
Secara harfiyah kata Ulama’ mempunyai arti orang-orang yang tahu alau alim.
Sedangkan menurut istilah ulama’ adalah sebutan yang diperuntukkan bagi orang-orang
yang tahu dan memiliki pengetahuan ilmu agama serta ilmu pengetahuan kealaman, yang
dengan ilmu pengetahuannya tersebut mereka memiliki rasa takut dan tunduk kepada Allah
SWT. Kata ulama’ merupakan bentuk jamak dari kata “alim aalim”, yang keduanya
mempunyai arti yang tahu atau mempunyai pengetahuan. Menurut pengertian asal, yang
kita sebut Ulama dalam pengertian sehari-hari lebih tepat dinamakan fuqoha’. Dalam
pengertian sehari-hari, pengertian Ulama pun sebagaimana penyempitan istilah ibadah dan
fuqoha dipersempit, sehingga ulama hanya digunakan untuk orang-orang yang menekuni
bidang-bidang disiplin ilmu agama.
Kata Ulama’ disebutkan dalam al-qur’an sebanyak dua kali. Pertama,dalam
konteks ajakan al-Qur’an untuk memperhatikan turunnya hujan dari langit, beraneka
ragamnya buah-buah, gunung, binatang dan manusia yang kemudian diakhiri dengan
seperti firman Allah dalam surat al-Fathir ayat 28, yaitu : ‫َإَّنَم ا َيْخ َش ى َهللا ِم ْن ِعَباِدِه اْلُع َلَم اُء‬ yang
artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-nya hanyalah
Ulama’.(QS. Surat al-Fathir(35/28). Ayat ini menggambarkan bahwa yang dinamakan
Ulama’ adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang
bersifat Kauniyah (fenomena Alam). Kedua, dalam konteks pembicaraan al-Qur’an yang
kebenaran kandungannya telah diakui (diketahui) oleh Ulama’ Bani Israil, seperti halnya
firman Allah dalam surat As-syuara ayat 196-197 yaitu : ‫) َأَو َلْم َيُك ْن َلُهْم آَيًة‬196( ‫َو ِإَّنُه َلِفْي ُز َبَر اَّألَّو ُلْو َن‬
)197( ‫ َأْن َيْع َلَم ُه ُع َلَم اُء َبِنْي ِإْس َر اِع ْيُل‬Artinya :“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar
tersebut dalam kitab-kitab yang terdahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi
mereka bahwa para ulama’ Bani Israil mengetahuinya”.(QS. Asy-Syu’ara(26)/(196-197). 1
Di sini arti ulama’ adalah orang yang memiliki pengetahuan agama, dan dengan
ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu dipergunakan untuk menghantarkannya pada rasa
khasyyah (takut atau tunduk) kepada Allah SWT.

1. Muhammad Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an:fungsi dan peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat,
( Bandung : Mizan, 1904). hlm 383.

4
Ulama adalah seorang pemimpin agama yang dikenal masyarakat luas akan
kesungguhan dan kesabarannya dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana firman Allah,

)24( ‫َو َجَع ْلَنا ِم ْنُهْم َأِئَّم ًة َيْهُد ْو َن ِبَأْم ِر َنا َلَنا َصَبُروْا َو َك اُنوْا ِبَأَياِتَنا ُيْو ِقُنْو َن‬
Artinya :
“Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami.” (Q.s. As-Sajdah [32]: 24).2
2. Macam- macam Ulama’
Menurut K.H. Ali Ma’shum (almarhum) paling tidak ada 2 macam Ulama’ 3 antara lain :
a) Pertama, Ulama yang hanya bisa membaca al-Qur’an dan kitab salafiah sampai
dengan yang bisa memahami kitab Taqrib atau fath al- Muin untuk bidang fiqih,
jalalain untuk bidang ilmu tafsir, atau Riyad al-salihin/Bulug al-maram untuk
ilmu hadis. Untuk bisa memahami itu semua, seorang Ulama’ harus mengerti
Nahwu dan Shorof. Ulama’ yang setingkat dengan ini biasanya bisa dimiliki oleh
pedesaan, kecamatan dan lain-lain. Ulama macam ini pertama ini disebut “ kyai
Ngaji”.
b) Kedua, Ulama yang Mutafaqqih yaitu seorang Ulama’ yang menguasi berbagai
ilmu alat, mulai dari ilmu bahasa Arab sampai dengan metode-metode al-Istimbat
(mengambil hukum), seperti Usul Fiqih dan Qawa’id al-fiqh. Selain dengan hal
itu, seorang ulama harus memahami ilmu perbandingan madzhab, berikut kitab
standard masing-masing dan mampu membaca perbandingan masyarakat dan
zaman.4
Penulis sependapat dengan klasifikasi ulama menurut K.H Ali Ma’shum, namun masih
ada beberapa hal lain yang semestinya dimiliki oleh kedua macam ulama tersebut: Pertama,
seorang ulama semestinya sosok yang ‘amilun bi ‘ilmihi (pengamal ilmunya). Sebagaimana
sabda rasulullah s.a.w ) ‫“( ال يكون المرء عالما حتى يكون يعلمه عامال ( رواه ابن حبان‬Seseorang
tidak dikatakan berilmu apabila ia belum dapat menunjukkan ilmunya itu dengan amal
perbuatan”).

2 .Al-qur’anul karim, surat Asy-syu’ara ayat 196-197.


3 . K.H. Ali Ma’shum. “Kiai yang…, h.44.
4. Ibid.
5
Hadis ini untuk mendukung konsep bahwa seorang ulama harus dilihat sebagai sosok yang
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Sebagai pribadi yang alim ia
tidak hanya mempergunakan ilmunya untuk kepuasan pribadi belaka, tidak melakukan
perbuatan-perbuatan dosa, namun dengan ilmunya ia justru menambah kedekatannya dengan
Allah SWT.
Kedua, sadar bahwa Ulama’ adalah Warasah al- anbiya’ (pewaris para Nabi).
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.‫و أن العلماء هم ورثة األنبأء (رواه أبوا داود والترمذي وأبو‬
)‫درداء‬
(“Dan sesungguhnya ulama itu adalah mereka pewaris para nabi). H.R. Abu Dawud, al-
Tirmizi dan Darda.
Hadis Rasullah Saw ini, memberikan jastifikasi bahwa ulama sepeninggal Rasullah Saw
adalah menjadi pewarisnya. Menjadi pewaris Nabi bukan berarti mewarisi harta bendanya,
melainkan menjadi pewaris dalam tugas-tugas kerasulan. 5
Pendapat Imam al-Ghazali yang membagi ulama menjadi 2 kategori yaitu : ulama’
akhirat dan ulama’ dunia ( Ulama’ al- su’).6 Al-ulama’ al-akhirah memiliki sifat-sifat antara
lain :
1. Tidak mempergunakan ilmunya untuk mendapatkan kepuasan duniawi saja.
2. Konsekuen terhadap apa yang dikatakan.
3. Lebih mengutamakan ilmu akhirat.
4. Sederhana dan zuhud, tidak tertarik pada kemewahan hidup.
5. Menjauhkan diri dari sultan, karena kemewahan itu kuncinya dipegang sultan.
6. Tidak tergesa-gesa memberikan fatwa, bahkan memilih tawaqquf (diam) dan sangat
berhati-hati.
7. Memperhatikan ilmu batin dan muraqabah (mengawasi gerak gerik jiwa)
8. Mempertinggi keyakinan, sebab keyakinan itu merupakan modal utama dari agama.
9. Sedih dan takut kepada Allah dalam segala hal.
10. Sangat berhati-hati menghadapi hal-hal baru.7

5 Muhtarom, Reproduksi Ulama’ di era globalisasi Resistensi Tradisional Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, juli
2005), hlm 276-279.
6Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’Ulum al-din, juz 1,(Bairut : Dar al-Fikr,1995),hlm 58.
7 Al- Ghazali, Mukhtasar Ihya’ Ulumuddin,( Yogyakarta : Percetakan R.I. Yogyakarta,1996), dirangkum dari h. 14-96.
Terjemahan dari Muchtar Rasyidi, diteliti oleh Muchtar Yahya.

6
Sedangkan al-ulama’ al-su’ disamakan dengan al-ulama’ al-dunya (ulama dunia), yang
memiliki sifat-sifat antara lain :
1. Mempergunakan ilmunya untuk mendapatkan kepuasan dan mencari kedudukan
dunia saja.
2. Ahli ibadah, tapi dia fasik (senang melakukan perbuatan dosa dengan sengaja).
3. Pamer dihadapan orang-orang bodoh dan mencari perhatian orang-orang terhadap
dirinya.
4. Ilmu yang dimiliki tidak menambahkan kedekatannya kepada Allah, justru
bertambah jauh karena kefasikannya.
5. Hanya pandai berbicara, tetapi jiwa dan amalnya kosong.
6. Hati nuraninya tidak hidup, karena hanya mencari keduniawian.
7. Berbuat fajir, jahat karena selalu melanggar peraturan-peraturan agama.
8. Sering melakukan maksiat dengan sadar, padahal mereka tahu itu adalah hal yang
dilarang agama.8

3. Ciri- ciri Ulama’


Gelar ulama bukanlah gelar yang mudah untuk disandang dan dipajang dalam
bingkaian nama seseorang. Akan tetapi merupakan pemberian dari Allah subhanahu wa
ta’ala kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Ulama bukanlah sebuah gelar yang bisa dicari
dalam jenjang pendidikan tinggi dengan nilai ijazah yang mumtaz (terbaik), bukan pula
gelar yang dicari dan didapatkan dengan jumlah pengikut yang setia dan banyak. Ciri-ciri
Ulama antara lain :
1) Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan, “Mereka adalah orang yang tidak
mengaku-aku berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorang pun, dan tidak
serampangan menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyelisihi as-
Sunnah.”
2) Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Mereka adalah orang yang berburuk sangka
kepada diri mereka sendiri dan berbaik sangka kepada ulama salaf. Mereka mengakui
ulama-ulama pendahulu mereka dan mengakui bahwa mereka tidak akan sampai
mencapai derajat mereka atau mendekatinya.”

8.Ibid, dirangkum dari 7-14.


7
3) Mereka berpendapat bahwa kebenaran dan hidayah ada dalam mengikuti apa-apa
yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
)6(‫َو َيَر ى ٱَّلِذ يَن ُأوُتوْا ٱۡل ِع ۡل َم ٱَّلِذٓي ُأنِز َل ِإَلۡي َك ِم ن َّرِّبَك ُهَو ٱۡل َح َّق َو َيۡه ِدٓي ِإَلٰى ِص َٰر ِط ٱۡل َع ِزيِز ٱۡل َحِم يد‬
Artinya :

“Dan orang-orang yang diberikan ilmu memandang bahwa apa yang telah
diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabb-mu adalah kebenaran dan akan
membimbing kepada jalan Allah Yang Mahamulia lagi Maha Terpuji.” (QS.
Saba(34/ 6).
4) Mereka adalah orang yang paling memahami segala bentuk permisalan yang dibuat
Allah subhanahu wa ta’ala di dalam al-Qur’an, bahkan apa yang dimaukan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
)43( ‫َوِتۡل َك ٱَأۡلۡم َٰث ُل َنۡض ِرُبَها ِللَّناِۖس َو َم ا َيۡع ِقُلَهٓا ِإاَّل ٱۡل َٰع ِلُم وَن‬
Artinya :

“Demikianlah perumpamaan-permumpamaan yang dibuat oleh Allah bagi


manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.” (al-‘Ankabut:(29/ 43)
5). Mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian melakukan istinbath (mengambil
hukum) dan memahaminya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
‫َو ِإَذ ا َج اَء ُهْم َأْم ٌر ِم َن اَألْم ِن َأِو الَخ ْو ِف َأَذ اُعوْا ِبِه َو َلْو َر ُّد ْو ُه ِإَلى الَّرُسوِل َو ِاَلى ُأْو ِلى اَألْم ِر ِم ْنُهْم َلَع َلَم ُه اَّلِذ ْيَن َيْسَتْنِبُطْو َنُه‬
)83( ‫اَل َّتَبَع ُتُم الَّشْيَطاُن ِإاَّل َقِلْياَل‬،‫ِم ْنُهْم َو َلْو َال َفْض ُل ِهللا َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُتُه‬
Artinya :
“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka menyerahkan kepada rasul
dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang mampu mengambil
hukum (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil amri). Kalau
tidak dengan karunia dan rahmat dari Allah kepada kami, tentulah kalian
mengikuti setan kecuali sedikit saja.” (QS.an-Nisa: (4)/83).9

9http://www.google.com/amp/s/asysyariah.com/ciri-ulama/%3famp, diakses pada pukul


19.30 hari selasa ,19 November 2019.

8
4. Syarat- syarat Menjadi Ulama’
Beberapa syarat untuk seseorang menjadi Ulama antara lain ;
a. Memiliki kemampuan untuk menggali hukum-hukum dalam al-Qur’an, yang
termasuk didalamnya harus mengetahui Asbabun nuzul-nya, Nasikh dan
Mansukh, Muhkam dan Mutasyabih.
b. Mempunyai wawasan yang luas tentang Hadis Nabi Muhammad Saw, terutama
yang berkaitan tentang Asbabul Wurud-nya dan Rizal al-hadis.
c. Mampu memahami persoalan- persoalan keagamaan yang telah disepakati ulama.
d. Menguasai dalam bidang bahasa Arab dan Gramatikanya secara lebih mendalam,
seperti ilmu Nahwu, shorof, balaghah,dan lain-lain.
e. Menanamkan Niat dan akidah yang benar, artinya tujuannya bukan untuk
mengejar dan mencari pangkat dan kedudukan duniawi, namun niatnya murni
karena Allah Swt.
Kriteria atau syarat paling dasar untuk menjadi Ulama menurut Mufti di Mekah Madinah,
dan ini bisa di uji dibadan keutamaan/ MUI nya arab Saudi dan ada ijazahnya, yaitu:
a. Harus hafal isi ayat ayat suci Al Qur'an mulai Surat Al Fatihah sampai Surat An
Naas (juz 1 s/d juz 30).Termasuk ilmu qiraat, qiroahsab'ah, qiroahsyaroh, dsb.
b. Harus hafal makna, keterangan, dan asbabunnuzul Al Qur'an mulai dari Surat Al
Kahfi s/d Surat An Naas. Maksudnya ayat ayat Al Qur'an ini harus tahu makna
keterangan dan asal muasal ayat ini sehingga diturunkan dan apa sebabnya ayat
ini turun dan siapa yang menyebabkan ayat ini turun, dsb.
c. Harus hafal hadist hadist dari Nabi atau Sahabat minimal 1.000 hadist s/d 2.000
hadist. Ini harus hafal baik silsilah perowi hadist, matan hadist secara lengkap,
hafal secara syarahnya hadist, hafal sanad suatu hadist, mengetahui bobot
kesahihannya, asbabul wurudnya (situasi datangnya hadits). Dll.10

10http://darokadist.blogspot.com/2017/03/definisi-ulama-tidak-sekedar-orang-
yang.html?m=1 diakses pada pukul 00.21, hari Rabu,20 November 2019.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disini dapat disimpulkan bahwa arti ulama’ adalah orang yang memiliki
pengetahuan agama, dan dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu dipergunakan
untuk menghantarkannya pada rasa khasyyah (takut atau tunduk) kepada Allah SWT.
Menurut K.H. Ali Ma’shum Ulama itu dibagi menjadi 2 yaitu Pertama, Ulama
yang hanya bisa membaca al-Qur’an dan kitab salafiah sampai dengan yang bisa
memahami kitab Taqrib atau fath al- Muin untuk bidang fiqih, Kedua, Ulama yang
Mutafaqqih yaitu seorang Ulama’ yang menguasi berbagai ilmu alat.
Salah satu ciri dari seorang Ulama Ialah Mereka orang yang tidak mengaku-aku
berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorang pun, dan tidak serampangan
menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyelisihi as-Sunnah. Jadi, syarat-
syarat menjadi ulama ialah banyak, salah satu nya kita harus Menanamkan Niat dan
akidah yang benar, artinya tujuannya bukan untuk mengejar dan mencari pangkat dan
kedudukan duniawi, namun niatnya murni karena Allah Swt.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat
membutuhkan saran dan kritik terhadap penulisan makalah ini kepada seluruh pembaca
demi memperbaiki makalah yang kami buat. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA
Shihab Muhammad,Quraish Membumikan al-Qur’an:fungsi dan peran Wahyu dalam
kehidupan Masyarakat, ( Bandung : Mizan, 1904).
Muhtarom, Reproduksi Ulama’ di era globalisasi Resistensi Tradisional Islam,
( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, juli 2005).
Al- Ghazali, Mukhtasar Ihya’ Ulumuddin,( Yogyakarta : Percetakan R.I.
Yogyakarta,1996).
http://www.google.com/amp/s/asysyariah.com/ciri-ulama/%3famp, diakses pada pukul
19.30 hari selasa ,19 November 2019.
Al- Ghazali, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad , Ihya’Ulum al-din, juz 1,(Bairut :
Dar al-Fikr,1995).

11

Anda mungkin juga menyukai