Anda di halaman 1dari 12

HADIS TENTANG SEPULUH MACAM FITRAH

(Suatu Kajian Hadis Kesehatan)

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah “ Hadis Kesehatan Dan Lingkungan
Hidup” Semester 6 Tahun Akademik 2022

Oleh:

SUYATMI

30700119011

ASWAR BAHRUN

30700119046

Dosen Pengajar : Dr. H. Mukhlis Mukhtar, M.Ag

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subh}an> ahu wata‘a>la>, yang karena

berkat rahmat Allah lah kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan tepat sesuai

dengan waktu yang ditentukan. Kalaulah bukan karena rahmat Allah tentunya kami tidak

dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda

Rasulallah saw. kemudian kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikut-

pengikutnya hingga hari akhir. Semoga kita kelak diberi syafaatnya Rasulullah saw. a>mi>n

ya> rabba al-‘alami>n.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Ustadz\ Dr. H. Mukhlis

Mukhtar, M.Ag selaku dosen mata kuliah “Hadis Kesehatahatan Dan Lingkungan

Hidup” yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat menambah

pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik

dan saran kami tunggu dari para pembaca makalah ini agar kiranya dapat kami jadikan

pelajaran dan menjadikan makalah kami bisa lebih baik lagi.

Gowa, 27 Maret 2022

penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Teks dan Terjemahan Hadis ...................................................................................2
B. Takhri>j al-H{adi>s .............................................................................................. 2
C. I‘tiba>r al-H{adi>s\ ................................................................................................ 2
D. Syarah Hadis ...........................................................................................................3
E. Fiqhu al-H{adi>s\ ................................................................................................. 5
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................................7
B. Imlplikasi..................................................................................................................7
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang fitrah. Islam merupakan agama fithrah yang
sangat menganjurkan pemeluknya untuk selalu hidup bersih dan sehat. Dengan hidup
bersih dan sehatlah manusia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, karena mustahil
kalau mereka sakit akan bisa melakukan tugasnya dengan efektif dan efisien. Dalam
dunia kesehatan dikenal istilah “mencegah lebih baik daripada mengobati “al-wiqayātu
khairum min al-illāj” ( ‫) الو قاية خير من العالج‬. Kaidah ini sangatlah tepat untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam banyak literatur hadis disebutkan bahwa kebersihan merupakan hal yang
sangat diprioritas oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. Tentu hal itu dilakukan supaya umat manusia
secara umum selalu menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit-penyakit yang bisa
memudaratkan anggota badan. Sangat tepat jika dikatan dalam sebuah ungkapan bahwa
kebersihan itu merupakan salah satu aspek keimanan Selain menjaga kebersihan
pakaian dan lingkungan, Islam sangat menganjurkan supaya pemeluknya menjaga
kebersihan badan. Tentu yang terlintas dalam hati serta pikiran kita ketika mendengar
kata “kebersihan badan” adalah perintah untuk mandi, bersiwak, dll. Namun dalam
tulisan ini hal itu tidak akan dibahas karena memang ia merupakan fithrah manusia yang
dibawa sejak lahir. Hal-hal yang dibahas dalam tulisan ini adalah sunnah-sunnah fithrah
yang sudah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam hadisnya.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadis tentang sepuluh macam fitrah?
2. Bagaimana kandungan hadis tentang sepuluh macam fitrah?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui hadis tentang sepuluh macam fitrah
2. Untuk mengetahui kandungan hadis sepuluh macam fitrah

1
Muhammad anshori, “sunnah-sunnah fithrah” jurnal studi ilmu-ilmu al-Qur’an dan hadis,
vol.15, No.1, Januari 2014. h. 181-182

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks dan Terjemahan Hadis

،‫ حدثنا وكيع‬:‫ قالوا‬،‫ وزهير بن حرب‬،‫ وأبو بكر بن أبي شيبة‬،‫) حدثنا قتيبة بن سعيد‬152( - 65
‫ عن‬،‫ عن عبد الله بن الزبير‬،‫ عن طلق بن حبيب‬،‫ عن مصعب بن شيبة‬،‫عن زكريا بن أبي زائدة‬
‫ وإعفاء‬،‫ قص الشارب‬:‫ " عشر من الفطرة‬:‫ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬:‫ قالت‬،‫عائشة‬
،‫ وقص األظفار‬،‫ واستنشاق الماء‬،‫ والسواك‬،‫اللحية‬
2
" ‫ وانتقاص الماء‬،‫ وحلق العانة‬،‫ ونتف اإلبط‬،‫وغسل البراجم‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Abu bakar
bin Abu Syabilah serta Zuhair bin Harb mereka berkata, “telah menceritakan
kepada kami Waki’ dari Zakariya bin Abu Zaidah dari Mush’ab bin Syaibah
dari Thalq bin Habib dari Abdullah bin Az-zubair dari Aisyah dia berkata:
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: Ada sepuluh perkara dari fitrah; mencukur kumis,
memanjangkan jenggot, bersiwak, beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung),
memotong kuku, bersuci dengan air, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu
kemaluan dan beristinja' dengan air (HR. Muslim)

B. Takhrīj al- Ḥadīs


Metode takhrij yang digunakan dalam makalah ini ialah salah satu lafaz

matan hadis dengan menggunakan kitab al-Mu’jam al-mufaḥras li al-fāzil al-Ḥadīs


al-Nabawī karangan A.J. Wensick. Adapun hasil yang didapatkan ialah

... ‫ عشرة من الفطرة فص الشارب و‬,‫عشر‬


3
٠٠٠ ‫⸲⸲ ن زينة‬٩٢ ‫⸲⸲ د طهراة‬۵٦ ‫م طهراة‬
C. I’tibār al-Ḥadīs
Setelah melakukan takhrīj hadis dengan menggunakan satu metode, peneliti

menemukan kode atau petunjuk yang mengarah ke berbagai kitab sumber hadis.

Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{usain al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ri>, al-Musnad al-S{ah}i>h} al-
2

Mukhtas}ar Binaql al-‘Adl ‘An al-‘Adl ila> Rasu>lilla>h S{alla>llah ‘Alah wa Sallam, Juz 1 (Beirut: Da>r
Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th), h. 34
3
A.J. Wensick, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfād al-Hadis al-Nabawiy , juz IV (Lidin: Maktabah
Birīl, thn. 1936). h. 215

2
Langkah selanjutnya peneliti akan melakukan i’tibar hadis. Pada penelitian ini,

peneliti hanya membatasi pada hadis yang terdapat dalam kutub al-tis’ah. Adapun

rinciannya yaitu; 1 jalur pada sahih Muslim hadis nomor 564, 1 jalur pada sunan

Abu Daud nomor hadis 925, dan 1 jalur pada sunan an-Nasai nomor hadis 50406.

D. Syarah Ḥadīs

‫( قصالشارب‬mencukur kumis) mencukur kumis hukumnya juga sunnah; mulai

dari sisi sebelah kanan. Seseorang bebas memilih antara memotong sendiri
kumisnya atau dengan meminta bantuan orang lain. Sebab menyuruh orang

mencukur kumisnya, tidak akan sampai mengurangi kewibawaan. Berbeda dengan

meminta tolong mencabut bulu ketiak maupun mencukur rambut kemaluan.

‫( وإعفاءاللحية‬Dan membiarkan panjang jenggot). Makna redaksi hadis

tersebut adalah memeliharanya sampai panjang. Pengertian ini sama dengan makna

kalimat hadis dalam riwayat lain yang berbunyi,

‫وأو فواللحى‬
ْ (Dan panjangkanlah jenggot!). “ Di antara tradisi orang-orang
persi adalah memotong jenggot. Itulah sebabnya syari’at Islam melarang hal

tersebut. 7

‫( وتقليم األظفار‬memotong kuku). Hukum memotong kuku adalah sunnah,

bukan wajib. Kata taqlim merupakan bentuk taf’il dari kata qālm. Makna kata

tersebut adalah memotong. Ketika seseorang memotong kuku, ia disunnahkan

untuk memotong kuku kedua tangannya terlebih dahulu sebelum memotong kuku

kedua kaki. Hendaklah seorang mulai memotong kuku jari telunjuk tangan kanan,

Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{usain al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ri>, al-Musnad al-S{ah}i>h} al-
4

Mukhtas}ar Binaql al-‘Adl ‘An al-‘Adl ila> Rasu>lilla>h S{alla>llah ‘Alah wa Sallam, Juz 1 (Beirut: Da>r
Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th), h. 34
5
Abu> Da>wud Sulaima>n bin al-Asy‘as\ bin Ish}a>q bin Basyi>r bin Syadda>d bin ‘Amr al-Azdi al-
Sijista>ni>, Sunan Abi> Da>wud, Juz 1 (Beirut: Maktabah al-‘As}riyah, t.th), h. 38.
6
Abu> ‘Abd al-Rah}an Ah}mad bin Syu‘aib bin ‘Ali> al-Khura>sa>ni> al-Nasa>’i>, al-Mujtabi> min al-
Sunan – al-Sunan al-S{ugra> li al-Nasa>’i>, Juz 8 (Cet. II; H}alb: Maktabah al-Mat}bu>‘a>t al-Isla>iyyah, 1406
H/1986 M), h. 126.
7
Imam An-nawawi , “Shahih Muslim Bi Syarah An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim”, terj
Wawan Djunaedi Soffandi, (cet,1 jakarta: pustaka azzam 2010 M), h. 362

3
setelah itu secara berurut memotong kuku jari tengah tangan kanan, jari manis

tangan kanan, jari kelingking tangan kanan, baru kemudian memotong kuku ibu

jari tangan kanan. Setelah itu beralih ketangan kiri yang dimulai dari jari

kelingking,kemudian jari manis, dan Seterusnya. Setelah itu ia memotong kuku

kaki kanan yang dimulai dengan kuku jari kelingking dan diakhiri dengan

memotong kuku jari kelingking kaki kiri.

‫( ونتف االبط‬mencabut bulu ketiak). Mencabut bulu ketiak hukumnya sunnah,

menurut kesepakatan para ulama. Yang lebih utama adalah mencabut bulu tersebut
bagi orang yang memang kuat merasakan sakit. Namun boleh juga dengan cara

mencukur atau menggunakan obat perontok rambut.

Telah disebutkan keterangan dari dariYunus Bin Abdil A’la bahwa beliau

berkata “ Aku pernah mengunjungi imam Syafi’i. Di sisinya ketika itu ada tukang

pangkas yang mencukur rambut ketiaknya, lalu imam syafi’I berkata “aku tahu

bahwa cara yang sunnah adalah mencabut bulu ketiak. Akan tetapi aku tidak kuat

menahan rasa sakit etika dicabut”. Seseorang disunnahkan untuk mencabut bulu
ketiak sebelah kanan terlebih dahulu.

‫( واالستحداد‬Mencukur bulu kemaluan). Yang dimaksud dengan istihdāad

adalah mencukur bulu kemaluan. Disebut istihdāad karena mencukur biasanya

menggunakan besi, yaitu silet. Hukum mencukur bulu kemaluan adalah sunnah.

Yang dimaksud dengan mencukur disini adalah membersihkan tempat tumbuhnya

bulu tersebut. Cara yang yang paling utama adalah dengan mencukurnya. Cara

mencukur bulu kemaluan juga boleh dengan cara memotong, mencabut,

memberinya obat perontok.8

8
Imam An-nawawi , “Shahih Muslim Bi Syarah An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim”, terj
Wawan Djunaedi Soffandi, h. 161-162

4
E. Fiqh hadis

Pengertian Fitrah
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara

makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah (fisiologis)

dan rohaniah (psikologis). Dalam unsur ini Allah memberikan seperangkat

kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya yang disebut

potensialitas. Menurut pandangan Islam, kemampuan dasar tersebut dinamakan

fitrah. Dalam pengertian lain dijelaskan secara rinci:9

1. Fitrah adalah ciptaan Allah, yaitu bahwa manusia telah diberi potensi yang baik

oleh Allah.
2. Fitrah berarti ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang maujud disifati

dengannya pada awal masa penciptaannya, sifat pembawaan manusia (yang ada

sejak lahir).

3. Dalam pandangan Islam, kemampuan dasar/pembawaan disebut dengan fitrah

yaitu dalam pengertian etimologi berarti kejadian, karena kata fitrah berasal dari

kata fathoro yang berarti menjadikan.

4. Menurut Syahminan Zain (1986: 5), bahwa fitrah adalah potensi laten atau
kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia, yang dibawanya sejak

lahir.

Saat seorang muslim melaksanakan sunnah fitrah, maka siapapun yang

melakukannya akan mendapatkan banyak manfaat baik secara agama maupun

agamanya. Beberapa manfaat yang didapatkan diantaranya ialah memperindah

penampilan, membersihkan badan, menyelisihi orang kafir dan menjalankan

syariat.

9
Achmad Munib “KONSEP FITRAH DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN”
PROGRESS – Volume 5, No. 2, Desember 2017 h.226-227

5
Dengan melaksanakan sunnah-sunnah fithrah diatas, berarti kita telah

menjalani hidup dengan sehat sesuai dengan perintah Rasulullah saw. Tentu

semua orang menginginkan supaya hidupnya sehat, bersih, damai dan sejahtera.

Selain menjaga kebersihan lingkungan, Islam juga memprioritaskan kebersihan

anggota badan seperti yang dijelaskan dalam hadis macam-macam fitrah tersebut.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa hadis yang menjadi objek

kajian terdapat 3 jalur dengan 3 mukharrij. Hdis diatas kandungan hadis diatas

mengandung beberapa pembahasan tentang fitrah, yaitu;

1. fitrah mencukur kumis


2. memanjangkan jenggot

3. bersiwak

4. beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung)

5. memotong kuku

6. bersuci dengan air

7. mencabut bulu ketiak

8. mencukur bulu kemaluan


9. beristinja'.

Adapun jika hadis diatas dikaitkan dengan kesehatan, maka dapat diambil

pelajaran bahwa dengan melaksanakan sunnah-sunnah fithrah diatas, berarti kita

telah menjalani hidup dengan sehat sesuai dengan perintah Rasulullah saw. Tentu

semua orang menginginkan supaya hidupnya sehat, bersih, damai dan sejahtera.

Selain menjaga kebersihan lingkungan, Islam juga memprioritaskan kebersihan

anggota badan seperti yang dijelaskan dalam hadis macam-macam fitrah tersebut.

B. Implikasi
Demikianlah makalah yang penulis dapat sajikan sesuai dengan
kemampuan dari penulis. Dengan harapan mudah-mudahan dengan makalah ini

7
dapat memberi manfaat serta tambahan wawasan bagi pembaca maupun untuk diri

pribadi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan,

kekurangan, dan kekeliruan oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan, saran,

ide-ide, pemikiran yang bersifat membangun guna memperbaiki dan

menyempurnakan ide dan tulisan penulis.

8
DAFTAR PUSTAKA
A.J. Wensick. A.J , Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfād al-Hadis al-Nabawiy , juz IV (Lidin:
Maktabah Birīl, thn. 1936).

al-Nasa>’i>, Abu> ‘Abd al-Rah}an Ah}mad bin Syu‘aib bin ‘Ali> al-Khura>sa>ni>, al-
Mujtabi> min al-Sunan – al-Sunan al-S{ugra> li al-Nasa>’i>, Juz 8 (Cet. II; H}alb: Maktabah
al-Mat}bu>‘a>t al-Isla>iyyah, 1406 H/1986 M),

al-Sijista>ni>, Abu Da>wud Sulaima>n bin al-Asy‘as\ bin Ish}a>q bin Basyi>r bin
Syadda>d bin ‘Amr al-Azdi. Sunan Abi> Da>wud, Juz 1 (Beirut: Maktabah al-‘As}riyah,
t.th),
Munib Achmad “Konsep Fitrah Dan Implikasinya Dalam Pendidikan” Progress

Volume 5, No. 2, Desember 2017

An-nawawi Imam, “ Syarah Shahih Muslim,” Shahih Muslim Bi Syarah An-


Nawawi, terj Wawan Djunaedi Soffandi, (cet,1 jakarta: pustaka azzam 2010 M).

Anshori Muhammad, “sunnah-sunnah fithrah” jurnal studi ilmu-ilmu al-Qur’an


dan hadis, vol.15, No.1, Januari 2014.

al-Naisa>bu>ri>, Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{usain al-Qusyairi> al-Musnad al-S{ah}i>h}


al-Mukhtas}ar Binaql al-‘Adl ‘An al-‘Adl ila> Rasu>lilla>h S{alla>llah ‘Alah wa Sallam, Juz 2
(Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th)

Anda mungkin juga menyukai