Anda di halaman 1dari 7

URGENSI BERSIWAK UNTUK KESEHATAN GIGI DAN MULUT

PERSPEKTIF HADIST (KAJIAN TEMATIK HADIST)

SINOPSIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Magister Hukum (M.H) Pada Program Studi Hukum Keluarga
Konsentrasi Tafsir Hadis

Oleh:
MUHAMAD FAISAL
NIM: 22290214732

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
1. LATAR BELAKANG
Chewing stick atau siwak sudah digunakan penduduk Babilonia semenjak
awal abad 3500 SM. Bangsa Arab lebih mengenal sebagai siwak, arak, miswak,
dalam bahasa Prancis lebih dikenal dengan sebutan arbre a curedents. Bahasa Jepang
siwak disebut Koyoji, sedangkan dalam bahasa lnggris disebut chewing stick dan
toothbrush tree. Penggunaan kayu kunyah sebagai usaha menjaga kebersihan rongga
mulut berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negara. Di Timur Tengah,
tanaman yang digunakan sebagai kayu kunyah berasal dari tanaman Arak (Salvadora
persica), di Afrika Barat banyak digunakan pohon limun (Citrus aurantafolia) dan
pohon jeruk (Citrus sinesis). Sedangkan orang Amerika yang berkulit hitam
menggunakan akar tanaman Senna (Cassiva vinea), Laburnum Afrika (Cassiva
sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neern (Azasirachta indica) digunakan
secara luas di benua India, Pakistan, dan Nepal.

Siwak atau miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting
tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia,
dan Afrika. Salvadora persica adalah sejenis pohon semak belukar dengan 19 batang
utama berbentuk tegak dan memiliki banyak cabang yang rindang, daun muda
berwarna hijau. Batang kayu berwarna coklat, bertekstur sedikit kasar. Daunnya
berbentuk bulat sampai lonjong, berwarna hijau tua. Bunga berwarna hijau
kekuningan, kecil. Buah nya berdiameter 5- 10 mm, berwarna pink, apabila sudah
matang maka warna akan berubah menjadi merah. Miswak biasanya diambil dari akar
dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter antara 0,1 sampai 5
cm. Siwak juga bisa berasal dari ranting pohon lain seperti zaitun atau sejenis pohon
sambur. Tetapi siwak terbaik biasanya menggunakan ranting pohon arak, terutama
yang berwarna hijau.

Perhatian Islam tentang kesehatan di antaranya adalah perintah dan anjuran


menjaga kebersihan. Untuk itu dapat dipahami pula apabila ulama fiqh dalam
khazanah intelektual akademik selalu diawali dengan "Bab thahârah" yaitu bahasan
mengenai kesucian atau kebersihan. Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan
secara tidak langsung dapat diambil dari firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah
ayat 222:

ْ َ‫يض ۖ َواَل تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّ ٰى ي‬ ۟


َ‫طهُرْ نَ ۖ فَِإ َذا تَطَهَّرْ ن‬ ِ ‫يض ۖ قُلْ هُ َو َأ ۭ ًذى فَٱ ْعت َِزلُوا ٱلنِّ َسٓا َء فِى ْٱل َم ِح‬ ِ ‫َويَ ْسـَٔلُونَكَ َع ِن ْٱل َم ِح‬
٢٢٢ َ‫طه ِِّرين‬ ُ ‫فَْأتُوه َُّن ِم ْن َحي‬
َ َ‫ْث َأ َم َر ُك ُم ٱهَّلل ُ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ٱلتَّ ٰ َّوبِينَ َويُ ِحبُّ ْٱل ُمت‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah


suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah[2]:222).

Maka berdasarkan ayat ini dapat difahami bahwa syari’at agama islam
mengajak kita agar menjaga kebersihan untuk memperoleh kesehatan, diantara
kebersihan yang harus diperhatikan itu adalah mulut. Rasulullah mengajarkan kepada
umatnya cara membersihkan mulut agar tetap sehat yaitu dengan cara bersiwak,
rasulullah mengatakan :

َ ‫ك َم َع ُك ِّل‬
ٍ‫صاَل ة‬ ِ َّ‫ق َعلَى ُأ َّمتِي َأوْ َعلَى الن‬
ِ ‫اس َأَل َمرْ تُهُ ْم بِال ِّس َوا‬ َّ ‫لَوْ اَل َأ ْن َأ ُش‬

“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka


untuk bersiwak setiap hendak melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari).

Bersiwak adalah kebiasaan membersihkan gigi dan mulut dengan


menggunakan batang kayu atau bahan alami lainnya. Kebiasaan ini telah dilakukan
oleh umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
َ ‫س َوا َك َم ْط َه َرةٌ لِ ْلفَ ِّم َم ْر‬
‫ضاةٌ لِل َّر ِّب‬ ِّ ‫ال‬

“Siwak membuat bersih mulut dan mendatangkan ridho Allah” (H.R Ahmad, shahih)

Selain itu, bersiwak juga memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bersiwak dapat membantu mencegah karies
gigi, mengurangi plak gigi, dan menghilangkan bau mulut. Oleh karena itu, urgensi
bersiwak untuk kesehatan perspektif hadist sangat penting untuk dipahami dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebagai umat Islam harus mengikuti
anjuran Rasulullah SAW untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan bersiwak
serta mengajarkan kebiasaan ini pada masyarakat.

2. Identifikasi Masalah :
Meskipun bersiwak memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa, namun
masih banyak orang yang tidak mengetahui manfaat dari kebiasaan ini. Selain itu,
masih banyak orang yang lebih memilih menggunakan sikat gigi dan pasta gigi
sebagai alat pembersih gigi dan mulut. Padahal, bersiwak memiliki manfaat yang
lebih banyak dan lebih alami dibandingkan dengan sikat gigi dan pasta gigi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang urgensi bersiwak untuk kesehatan
perspektif hadist.

1. Ditemukan banyak keunggulan bersiwak (yang telah dijelaskan dalam kitab


tafsir ilmi maupun dari penelitian medis yang telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah)
namun nyatanya siwak jarang/kurang diterima dan bahkan kalah bersaing dengan
sikat gigi dan pasta gigi.

2. Adanya perbedaan dalam memahami bersiwak, dimana ada sebagian


ulama yang memahami bersiwak secara harfiah (textual) dan ada juga sebagian lain
yang memahami sebagai sarana (kontextual).

3. Adanya pemahaman:
a. Yang menyempitkan arti bersiwak dari membersihkan gigi, menyempit
kepada alat yang berwujud kayu yang dulu dipakai nabi di zamannya sehingga
hasilnya tidak maksimal dalam kesehatan gigi.

b. Yang melebarkan arti bersiwak yaitu bersiwak sudah tergantikan dengan


membersihkan gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi biasa.

3. Rumusan Masalah :
1. Apa saja manfaat bersiwak untuk kesehatan gigi dan mulut?

2. Bagaimana urgensi bersiwak dalam perspektif hadist?

3. Bagaimana cara mengajarkan kebiasaan bersiwak pada masyarakat?

4. Tujuan Masalah
1. Mengetahui manfaat bersiwak untuk kesehatan gigi dan mulut
2. Mengetahui urgensi bersiwak dalam perspektif hadist
3. Mengajak masyarakat untuk membiasakan bersiwak
5. Penelitian :
Beberapa penelitian yang relevan dengan urgensi bersiwak untuk kesehatan
perspektif hadist antara lain:

1. Penelitian oleh Al-Harthy et al. (2015) yang menunjukkan bahwa bersiwak dapat
membantu mencegah karies gigi dan mengurangi plak gigi.

2. Penelitian oleh Al-Otaibi (2004) yang menunjukkan bahwa bersiwak dapat


membantu menghilangkan bau mulut.

3. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tentang urgensi
bersiwak dalam Islam.

6. Kerangka Teoritis :
1. Pengertian bersiwak dan sejarah penggunaannya dalam Islam.
2. Manfaat bersiwak untuk kesehatan gigi dan mulut.

3. Urgensi bersiwak dalam perspektif hadist.

4. Cara mengajarkan kebiasaan bersiwak pada masyarakat.

7. Metode Penelitian :
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara
dan observasi. Responden yang akan diwawancarai adalah para ahli kesehatan gigi
dan mulut serta masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bersiwak sebagai alat
pembersih gigi dan mulut. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis isi.

Selain itu penulis juga menggunakan metode research (menyelidiki) hadist-


hadist yang berhubungan dengan siwak dan hikmah yang terkandung didalamnya,
kemudian penulis juga mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal dll.

8. Metode Analisa :
Analisis data adalah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi tanda, dan mengkategorikan data sehingga dapat menemukan dan
merumuskan hipotesis kerja berdasarkan data tersebut. Analisis data berguna untuk
mereduksi kumpulan data menjadi perwujudan yang dapat dipahami melalui
pendeskripsian secara logis dan sistematis sehingga fokus studi dapat ditelaah, diuji,
dan dijawab secara cermat dan teliti. Metode ini berpijak pada sebuah hadis khusus.
Langkah-langkah nya:

1. Mengumpulkan hadis-hadis sekunder atau pendukung


2. Memilih hadis khusus yang akan dijadikan objek kajian
3. Melakukan pelacakan lebih lanjut terhadap hadis-hadis terkait dari sumber asalnya
4. Menganalisis makna kata-kata yang terdapat dalam hadis dari literatur yang
relevan seperti kamus
5. Mencari penjelasan para ahli dalam kitab-kitab syarah
6. Melakukan pemetaan secara sistematis korelatif terhadap hasil yg sudah
didapatkan

Anda mungkin juga menyukai