Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENGANTAR AGAMA ISLAM II

PENYEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

DALAM PANDANGAN ISLAM

Anggota Kelompok 2 IKM C 2015 :

1. Citra Dewi P. 101511133018


2. Tya Nisvi Rahmadhani 101511133048
3. Ahmad Luqmanul Hakim 101511133063
4. Nurma Fuji Astutik 101511133072
5. Desy Yuanita Nugroho 101511133096
6. Dewi Mariatus S. 101511133114
7. Erike Anisa Nurshafa 101511133148
8. Jemmi Wahyu Santoso 101511133154
9. Hirda Ulis Fitriani 101511133172
10. Nadhif Alfia Charista K. 101511133202
11. Faishal Azhar W. 101511133211

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama islam adalah agama yang komprehensif, harmonis dan jelas dalam mengatur
segala aspek kehidupan makhluknya. Tidak terkecuali manusia sebagai khalifah di bumi.
Peran manusia sebagai khalifah di bumi tidak lepas dari lingkungan tempat tinggalnya.
Untuk itu manusia dianjurkan untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitarnya serta
kebersihan dirinya sendiri (personal hygiene) agar tetap sehat sehingga dapat terus
digunakan untuk kelangsungan hidupnya.
Lingkungan terutama lingkungan yang bersih memiliki tempat yang sangat penting
dalam ajaran Islam. Salah satu mahfudhot yang populer mengenai kebersihan ialah

yang berarti kebersihan ialah sebagian dari iman. Begitu pula dalam kitab-kitab

fiqih, para ulama selalu menempatkan thaharah yaitu mengenai kesucian dan kebersihan
diri pada bagian awal dalam kitab-kitab mereka.
Personal hygiene tidak terlepas kaitannya akan upaya dalam menjaga kesehatan.
Personal hygiene termasuk dalam kesehatan perseorangan adalah kebersihan badan,
pakaian, tempat tinggal bahkan makanan. Untuk kebersihan badan dapat dibedakan lagi
menjadi kebersihan anggota badan, kebersihan mulut dan gigi. Kebersihan anggota badan
meliputi kulit, kuku, ataupun rambut kepala. Kebersihan badan merupakan wujud dari
kesucian. Dalam prespektif Islam, setiap muslim selalu dituntut untuk menjaga kesucian
badanya baik dari hadast besar maupun hadast kecil. Terlebih lagi ketika akan beribadah
kepada Allah. Dalam Agama Islam, sebelum sholat kaum Muslimin dan Muslimah
diwajibkan untuk berwudhu yang bertujuan untuk mensucikan diri.
Lingkungan dan manusia terikat hubungan yang erat satu sama lainnya. Dalam ajaran
agama Islam juga diperintahkan untuk menjaga lingkungan sehingga terjadi kehidupan
yang harmonis dan selalu terjaga keseimbangannya. Allah SWT menciptakan manusia
sebagai khalifah di bumi untuk menjaga lingkungannya serta melestarikannya. Hal
tersebut menjadikan bahwa agama Islam mengedepankan tindakan pencegahan, yang
merupakan suatu inti dari kesehatan masyarakat itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan?
2. Bagaimanakah dalil yang menjelaskan perspektif islam mengenai kesehatan
lingkungan?
3. Apakah yang dimaksud dengan personal hygiene?
4. Bagaimanakah dalil yang menjelaskan perspektif islam mengenai personal hygiene?
5. Bagaimanakah contoh kasus yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan
personal hygine dalam kehidupan sehari-hari?
6. Apa sajakah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menyelesaikan
permasalahan pada contoh kasus?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari kesehatan lingkungan.
2. Mahasiswa mampu memahami dalil yang menjelaskan perspektif islam mengenai
kesehatan lingkungan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari personal hygiene.
4. Mahasiswa mampu memahami dalil yang menjelaskan perspektif islam mengenai
personal hygiene.
5. Mahasiswa mampu mengetahui contoh kasus yang yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan dan personal hygine dalam kehidupan sehari-hari.
6. Mahasiswa mampu mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat
menyelesaikan permasalahan pada contoh kasus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyehatan Lingkungan

Islam sangat menjunjung tinggi kebersihan, keindahan dan pemeliharaan lingkungan.


Secara khusus, Rasulullah SAW memberikan perhatian mengenai kebersihan.



Artinya : Kebersihan itu sebagian dari iman. (HR. Ahmad)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Artinya seorang
muslim telah memiliki iman yang sempurna jika dalam kehidupannya ia selalu menjaga diri,
tempat tinggal dan lingkungannya dalam keadaan bersih dan suci baik yang bersifat lahiriyah
(jasmani) maupun batiniyah (rohani).




Artinya : Agama Islam itu (agama) yang bersih, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan,
karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih. (HR. Baihaqy)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa agama islam adalah agama yang suci. Untuk itu umat islam
harus menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun rohani. Orang yang selalu bersih dan
suci mengindikasikan bahwa ia telah melaksanakan sebagian dari perintah agama dan akan
memperoleh fasilitas berupa surga di akherat kelak.
Menjaga kebersihan akan meningkatkan derajat kesehatan manusia. Kesehatan manusia
sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang bersih menjadikan diri kita selalu
sehat dan terhindar dari segala macam penyakit.
Sedangkan, Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
Keberadaan alam beserta isinya merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Makhluk hidup di dalamnya tergantung bagaimana manusia tetap menjaga dan melestarikan
lingkungan sehingga menjadi lingkungan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
makhluk lainnya.
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan tidak butuh
pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam, sekaligus tidak peduli dengan tragedi
kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi mereka, kesejahteraan material
sesaatmenjadikepedulianutamadanpadasaat yang sama mengabaikan berbagai tragedi kerusakan
lingkungan yang umumnya padahal justru mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan
bagi orang lain yang tidak tahu menahu (DyahwantiInarniNur, 2007).
Dengan demikian, penyebab terjadinya kerusakan di bumi serta ketidak seimbangan bumi
adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri. Sebagaimana yang telah di firmankan Allah SWT
dalam QS: Al-Rum(30): 41

Artinya :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebskan karena perbuatan manusia supaya Allah
merasakan kepada meraka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
Melestarikan lingkungan hidup merupakan salah satu peran manusia sebagai khalifah
(menggatikan posisi nabi) di bumi, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam
QS Al-Baqarah:30 (Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi).

Oleh karena itu, manusia sebagai khalifah di bumi wajib untuk menjaga dan memelihara
lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan menjaga keseimbangan bumi.

2.2 Dalil-Dalil Penyehatan Lingkungan menurut Pandangan Islam

Salah satu upaya untuk menyehatkan lingkungan adalah dengan memperhatikan


kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita. Dengan menjaga kebersihan lingkungan sama
artinya dengan menjaga agar lingkungan tetap sehat.
Beberapa poin pedoman dasar yang diajarkan Nabi Muhammad SAW antara lain:
1. Tidak mengotori sumber-sumber air.
2. Memebersihkan dan menyucikan halaman beserta pelataran rumah.
3. Menghilangkan dan melindungi atau mengusik jalan-jalan umum, pasar, dan tempat-tempat
umum.
4. Wajib bersuci secara khusus, dan bersunggung-sungguh dengan wudhu dan mandi.
5. Menyukai wewangian, khususnya pada acara-acara keagaman dan perkumpulan orang-orang
muslim.
6. Mengaharamkan minuman dan makanan yang mengandung kekejian seperti; khamar, darah,
daging babi, mayat, dan lain sebagainya.(Mahmud, 2007: 58)
Banyak ayat-ayat Alquran maupun Hadits Nabi yang berisi pesan terkait dengan anjuran
tersebut, diantaranya:
1. Anjuran Menanaman Pohon dan Penghijauan
Rasulullah SAW menjelaskan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam
pepohonan. Anjuran menanam pohon dan penghijauan diungkapkan secara tegas dalam
dalam hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi:






Artinya :Rasulullah SAW bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman,
kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya
dengan tanaman itu adalah sadaqah. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
Seorang muslim dianjurkan untuk menanam pohon tidak lain untuk kepentingan dan
kemakmuran dirinya sendiri dan makhluk lainnya. Selain itu Allah juga berfirman pada QS.
Al-Anam (6):99 :










Artinya:Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi orang-orang yang beriman.
Sedangkan bagi siapa saja yang berusaha merusak alam salah satunya denganmenebang
pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam
dalam hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi :





Artinya:Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke
dalam neraka.
Dijelaskan kemudian oleh Abu Daud, yaitu kepada manusia yang memotong
pepohonan secara sia-sia tempat para musafir dan hewan berteduh. Ancaman keras tersebut
merupakan ikhtiar untuk menjaga kelestarian pohon karena keberadaan pepohonan sangat
bermanfaat bagi lingkungan. Kecuali jika penebangan dilakukan dengan pertimbangan atau
menanam pepohonan baru agar dapat menggantikan fungsi pohon yang ditebang.
2. Anjuran Menghidupkan Lahan Mati
Lahan mati adalah tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak diisi bangunan, dan
tidak dimanfaatkan. Allah SWT, ini dijelaskan dalam QS. Yasin (36):33 :


Artinya : Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang
mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari
padanya mereka makan.
Sesungguhnya Allah itu telah menyediakan tanah agar manusia dapat memanfaatkannya
dengan menanam tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan mereka.Allah juga berfirman pada
QS. Al-Hajj(22):5-6 :


) 5(
)6(

Artinya:Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan air
diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan
sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Tanah dikatakan mati jika tanah ditinggalkan, tidak ditanami, dan tidak ada bangunan.
Kecuali jika terdapat pohon yang tumbuh di atasnya. Menghidupkan lahan mati diungkapkan
dalam hadits yang berbunyi :


Artinya:Barang siapa yang menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya.
Maksud dari hadits di atas status kepemilikan tanah adalah bagi mereka yang
menghidupkannya. Sebagai motivasi dan anjuran bagi mereka yang menghidupkannya.
Menghidupkan lahan mati adalah suatu keutamaan yang dianjurkan Islam, dan dijanjikan
bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar karena dianggap sebagai usaha
pengembangan pertanian dan menambah sumber daya alam.
3. Anjuran Menjaga Sumber Air
Air merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting untuk dijaga, karena air
sebagai sumber kehidupan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Anjuran ini terdapat pada
QS Al-Anbiya(21):30 yang berbunyi :




Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?
Manusia wajib menjaga dan melestarikan sumber-sumber air, karena makhluk hidup
terutama manusia sangat membutuhkan air. Janganlah melakukan tindakan yang dapat
mencemari dan merusak sumber air, termasuk menggunakan air secara berlebihan
Larangan menggunakan air secara berlebihan terdapat dalam QS. Al-Anam (6):141,
yang berbunyi :

Artinya :Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlaku israf.
Ayat di atas didukung oleh hadits, yakni :





Artinya :Nabi SAW pernah bepergian bersama Saad bin Abi Waqqas. Ketika Saad
berwudhu, Nabi berkata : Jangan menggunakan air berlebihan. Saad bertanya : Apakah
menggunakan air juga bisa berlebihan?. Nabi menjawab: Ya, sekalipun kamu
melakukannya di sungai yang mengalir.
4. Anjuran Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam
Allah menciptakan segala sesuatu termasuk alam ini dengan perhitungan tertentu.
Seperti dalam firman Nya dalam QS. Al-Mulk (67):3 yang berbunyi :







Artinya :Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatua yang tidak seimbang.
Manusia diperintahkan untuk menghindari kerusakan dan menjaga keseimbangan alam.
Keseimbangan yang diciptakan Allah SWT dalam suatu lingkungan hidup akan terus
berlangsung dan akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar biasa, seperti gempa. Namun
menurut Al-Quran bencana tersebut disebabkan oleh ulah perbuatan manusia. Firman Allah
SWT yang mengungkapkan hal ini terdapat dalam QS. Ar-Rum (30):41





Artinya :Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (kejalan yang benar).
Allah SWT jugaberfirman di dalam QS. Ali Imran (3):182 :



Artinya :(Adzab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya.
Saat ini campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung meningkat.
Tindakan yang mereka lakukan tersebut berdampak buruk pada keseimbangan alam. Seperti
melakukan penebangan pohon yang menyebabkan penggundulan hutan dan pendangkalan
laut. Hal tersebut menyebabkan gangguan terhadap habitat secara global, meningkatnya suhu
udara, serta menipisnya lapisan ozon.Kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman
adalah kenyataan bahwa kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak pada
suatu saatakan berakibat pada hancurnya bumi beserta isinya.
2.3 Personal Hygiene
2.3.1 Definisi Personal Hygiene
Andarmoyo (2012), personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti
personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan baik fisik dan psikisnya.
Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
Menurut Andarmoyo (2012), dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan
hal yang sangat penting yang harus diperhatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan. Perilaku
personal higiene adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang dilakukan oleh
seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri,
meningkatkan rasa percaya diri, menciptakan keindahan dan mencegah timbulnya
penyakit.
Jadi dapat disimpulkan bahwa personal higiene atau kebersihan perorangan
adalah usaha untuk memelihara kebersihan dan kesehatan dalam upaya mencapai
peingkatan kaualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun mental.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Personal Hygiene
Tujuan secara umum dari personal hygiene dalam pandangan Islam adalah untuk
memenuhi dan melengkapi berbagai prasyarat dalam pelaksanaanibadah maupun
untuk menjaga kesehatan, kebersihan dan penampilan perorangan. Adapun manfaat
secara garis besar dari personal hygiene ini adalah mendapatkan pahala maupun
kesehatan dan penampilan yang layak.
Beberapa tujuan diterapkannya personal higiene dalam kehidupan yaitu:
1. Memenuhi prasyarat dalam pelaksaan Ibadah
Seperti yang sudah diketahui secara luas bahwa pelaksanaan sholat yang
sah memerlukan berbagai kondisi yang berkaitan dengan kebersihan diri,
yaitu badan dan pakaian yang digunakan harus suci, bebas dari najis maupun
hadast. Berikut adalah beberapa hadist yang berkaitan dengan personal
hygiene:
"Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci." (HR. Muslim dan
selainnya).
Selain itu Allah juga memerintahkan untuk berwudhu dan mandi bagi
yang junub ketika hendak salat seperti yang tertera dalam QS. Al maidah
ayat:6




















]6: [

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air)
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh (menyetubuhi) perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah:6]

2. Mendapatkan pahala karena telah melaksanakan kewajiban maupun sunnah.


Dari Aisyah r.a, Rosululloh SAW bersabda :




Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang yang
bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang
bersih (H.R. Baihaqy)
Selain itu juga terdapat hadits mengenai kebaikan juga menjaga
kebersihan sebelum tidur:
Tidak ada seorang Muslim yang tidur dalam keadaan sucit/bersih
kemudian ia bangun (shalat malam) memohon kepada. Allah akan kebaikan
di dunia dan di akhirat. kecuali Allah memberikannya kepada orang tersebut
(HR Abu Dawud).
3. Untuk mendapatkan berbagai hal positif
Berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan kebersihan,
jugamemberikan dampak postif bagi kesehatan dan penampilan. Salah satu
contohnya adalah hadist berikut:
Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Andai aku tidak
khawatir akan memberatkan umatku, niscaya kuwajibkan mereka bersiwak
(gosok gigi)
Dalam hadist di atas diketahui bahwa bersiwak (menyikat gigi) merupakan
hal yang disunnahkan. Dalam faktanya menggosok gigi jelas menjaga
kesehatan gigi serta meningkatkan penampilan. Selain itu hal positif yang
dapat dirasakan dari melakukan secara rutin langkah atau jenis personal
hygiene yaitu dapat meningkatkan derajat kesehatan, dapat mencagah
penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri.
2.3.3 Macam macam Tindakan Personal Hygiene
Menurut Laily (2012). Pemeliharan personal hygiene berarti tindakan
memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila orang
tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi: kebersihan kulit, gigi,
mulut, rambut, mata, hidung, telinga, kaki, kuku dan genetalia, serta kebersihan dan
kerapian pakaiannya.
Dalam islam juga dijelaskan mengenai tindakan personal higiene yang dikenal
dengan sunnah fitrah. Sunnah fitrah merupakan sifat sifat dasar yang menjdai fitrah
manusia dan berfungsi sebagai pelengkap agar manusia tampil lebih indah dan
menarik. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam alquran yang menyebutkan
bahwa Allah menyukai keindahan.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, bahwa membiasakan diri untuk melakukan
sunnah fitrah akan mendatangkan faedah diniyyah dan duniawiyyah, di antaranya,
akan memperindah penampilan, membersihkan badan, menjaga kesucian,
menyelisihi simbol orang kafir, dan melaksanakan perintah syariat.
Terdapat dua pendapat mengenai macam tindakan sunnah fitrah, yaitu dari
aisyah ra istri nabi dan dari abu hurairah ra.
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,







Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis,
memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no.
258)
Hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,



Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak,
istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh
persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja (cebok) dengan
air. Zakaria berkata bahwa Mushob berkata, Aku lupa yang kesepuluh, aku
merasa yang kesepuluh adalah berkumur. (HR. Muslim no.261, Abu Daud no. 52,
At Tirmidzi no. 2906, An Nasai 8/152, Ibnu Majah no. 293)
Berdasarakan kedua hadist diatas dapat dijabarkan mengenai macam tindakan
sunnah fitrah diantaraya:
1. Memotong dan memendekkan kumis
Yaitu dengan memotongnya sependek mungkin. Dengan melakukan hal ini, akan
terlihat indah, rapi, dan bersih serta dilakukan sebagai pembeda dengan orang kafir
2. Memelihara jenggot
Sunnah fitrah untuk memelihara jenggot yaitu dengan membiarkan tumbuh dan
memanjang serta merawatnya.
3. Bersiwak
Bersiwak merupakan sunnah Rasulullah yang biasa dilakukan saat akan shalat
maupun berwudhu. Dalam hadist rasulullah bersabda siwak itu membersihkan
mulut dan mendatangkan keridhaan Allah. Siwak merupkana sejenis tangkai
pohon arak yang digunakan untuk menggosok gigi dan membersihkan dari sisa-sisa
makanan atau menghilangkan bau mulut.
4. Berkumur dan Istinsyaaq
Berkumur adalah memasukkan air kedalam mulut lalu menggerakkannya didalam
mulut dan mengeluarkannya. Sedangkan iistinsyaaq adalah menghirup sebagian air
dan memasukkannya kedalam hidung. Istinsyaaq dilakukan bersamaan saat akan
berkumur. Tujuan dari kedua hal ini yaitu untuk membersihkan kotoran yang
berada di mulut dan dihidung, sehingga kebersihan mulut dan hidung senantiasa
terjaga.
5. Memotong kuku
Yaitu dengan memotongnya dan tidak membiarkannya memanjang. Hal ini juga
dilakukan dengan membersihkan kotoran yang terdapat di bawah kuku. Dengan
melakukan hal ini akan terlihat indah dan bersih, dan untuk menjauhi kemiripan
(tasyabbuh) dengan binatang buas yang memiliki kuku yang panjang.
6. Membasuh persendian atau ruas ruas jari
Yaitu dengan membersihakan kotoran yang menempel di ruas jari, daun telinga
leher atau bagian tubuh lainnya, sehingga tubuh akan terbebas dari kotoran.
7. Mencabut bulu ketiak
Yang dimaksud disini adalah mencabut bulu yang tumbuh di bawah kedua lengan
atau dilipatan ketiak. Cara yang paling afdhal dan sempurna adalah dengan dicabut,
karena demikianlah yang dituntunkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa
Sallam. Tetapi, bagi seseorang yang tidak kuat menahan rasa sakit diperbolehkan
menggunakan gunting, kapur, atau obat perontok rambut lainnya, karena tujuan
utamanya adalah tercapainya kebersihan.. Dengan melakukan hal ini tubuh akan
menjadi bersih dan akan menghilangkan bau yang tidak enak yang disebabkan oleh
keberadaan kotoran-kotoran yang melekat pada ketiak.
8. Mencukur bulu kemaluan (Istihdad)
Yang dimaksud dengan bulu kemaluan di sini adalah bulu yang tumbuh di sekitar
kemaluan. Dinamakan istihdad (asal katanya dari hadiid yaitu besi-pen) karena hal
ini dilakukan dengan sesuatu yang tajam seperti pisau cukur. Dengan melakukan
hal ini, tubuh akan menjadi bersih dan indah. Dan boleh mencukurnya dengan alat
apa saja, baik berupa alat cukur atau sejenisnya. Bisa pula dilakukan dengan
memotong atau menggunting, mencukur habis, atau dengan mencabutnya.
Batasan al-anah (bulu kemaluan) yang disunnahkan untuk dicukur adalah rambut
yang tumbuh di atas dan sekitar dzakar pria serta rambut yang tumbuh disekitar
farji wanita.
9. Istinjak
Istinja dilakukan untuk membersihkan kotoran atau najis yang menempel pada
bagian qubul (kemaluan) dan dubur (pantat) dengan menggunakan air bersih atau
batu jika tidak ada air.
10. Khitan dan Khifadz
Khittan diperintahkan bagi laki laki yaitu dengan memotong kulit yang menutupi
kepala kemaluan laki-laki. Sedangkan khifadh dianjurkan bagi perempuan dengan
melukai daging klitoris pada kemaluan wanita. Manfaat dilaksanakannya khitan
bagi pria adalah untuk menjaga kebersihan alat kelamin sehingga tidak terdapat
kotoran yang menempel dileher kepala kemaluan yang tertutupi kulit. Sedangkan
bagi wanita adalah agar lebih menarik dengan wajah yang berseri.
2.3.4 Dalil-Dalil Personal Hygiene menurut Pandangan Islam
Dalam prespektif Islam, setiap muslim selalu dituntut untuk menjaga kesucian
badannya baik dari hadas besar maupun hadas kecil.




Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang yang
bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih.
(H.R. Baihaqy)
Terlebih lagi ketika akan beribadah kepada Allah. Dalam Al-Quran disebutkan
bahwa Allah memerintahkan seseorang untuk bersuci sebelum melakukan shalat,
yaitu sebagai berikut:

















]6: [



Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, dan jika kamu sakitatau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur (QS.Al-Maidah/5:6).
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa untuk bersuci dapat dilakukan dengan
wudlu (untuk menghilangkan hadas kecil), mandi (untuk menghilangkan hadas
besar), bertayamum (bila tidak dijumpai air). Selain bertujuan untuk bersuci,
berwudhu dapat diguanakan sebagai sarana menghilangkan kotoran dan debu yang
menempel dikulit. Sehingga kebersihan kulit senantiasa terjaga. Kebersihan kulit
kepala misalnya, bila mencuci rambut dilakukan dengan teratur, paling tidak satu
kali dalam sepekan, maka kecil kemungkinan akan terjadi gangguan. Gangguan
pada kulit kepala di antaranya adalah ketombe yang disebabkan oleh Pediculus
Humanus Capitis. Di samping selalu dibersihkan, rambut juga harus disisir dengan
rapi.
Hal ini dicontohkan Rasullulah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud yang artinya Siapa yang mempunyai rambut, hendaklah meliaknya
(menyisirnya).
Selain kebersihan kulit, perlu diperhatikan pula kebersihan kuku. Meskipun
kuku hanya merupakan bagian kecil anggota badan, akan tetapi kuku sangat besar
pengaruhnya bagi kesehatan. Kuku terutama kuku jari tangan merupakan tempat
yang baik bagi bibit-bibit penyakit. Hal ini dikarenakan kuku selalu kontak dengan
benda-benda di sekitar yang belum tentu bersih. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan memperhatikan kebersihan kuku. Kuku hendaknya selalu
dipotong pendek, dan tangan selalu dicuci bersihh sebelum makan dan sebelum
tidur. Perintah memotong kuku sebagaimana terdapat pada sabda Rasulullah
berikut:
Potonglah kukumu, sesungguhnya syetan duduk (bersembunyi) di bawah
kukumu yang panjang.
Pada hadist di atas, kita diperintahkan untuk memotong kuku, hal ini karena
kuku dapat menyimpan bibit penyakit seperti bakteri thypoid, disentri, dan telur
cacing. Bakteri yang tinggal di kuku panjang dan kotor tersebut dapat
menyebabkan penyakit pada diri sendiri maupun menularkan ke orang lain.
Di samping pentingnya kebersihan anggota badan, Islam juga melihat
pentingnya kebersihan mulut dan gigi. Gigi merupakan organ penting yang
membantu mencerna makanan. Bila kurang diperhatikan perawatanya, maka gigi
akan mudah mengalami kerusakan. Kerusakan pada gigi akan mempengaruhi
proses pencernaan makanan. Untuk mengantisipasi hal ini perlu diperhatikan
kebersihan gigi dengan merawatnya secara teratur. Hadist dalam membersihkan
gigi adalah sebagai berikut:
Sekiranya tidak memberatkan atas umatku, maka aku perintahkan atas mereka
bersiwak bersama dengan wudhu. (Imam Malik)
Cungkillah, bersihkan gigimu dari sisa-sisa makanan, karena perbuatan seperti
itu merupakan kebersihan dan kebersihan bersama dengan keimanan, dan keimanan
menyertai orangnya di dalam surga(HR. Imam thabram).
Sebagaimana disebutkan pada hadist tersebut, membersihkan gigi merupakan
hal yang dianggap penting oleh Rasulullah. Dalam pengetahuan kesehatan, sisa
makanan yang masih tertinggal atau tertimbun di sela-sela gigi akan menimbulkan
kerusakan pada gigi dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada orang-orang di sekitar kita.
Bentuk kebersihan perorangan yang lain adalah kebersihan pakaian. Pakaian
berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan luar. Kebersihan
pakaian akan mempengaruhi kesehatan kulit. Beberapa penyakit kulit ditularkan
melalui pakaian, karena kurangnya menjaga kebersihan diri terutama berhubungan
dengan pakaian. Hadist yang menganjurkan menjaga kebersihan pakaian antara
lain:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid (QS.
Al-Araf/7:31).
Dan pakaianmu bersihkanlah(QS. Al-Muddassir/74:4)
Dari ayat tersebut menganjurkan kita untuk menjaga kebersihan dan kerapihan
pakaian kita. Dalam pergaulan sehari-hari dengan sesama manusia, kita dapati ada
orang yang memerhatikan kesehatan serta kebersihan tubuh dan pakaiannya
sehingga jarang, atau bahkan tidak pernah, kita temui darinya bau yang tak sedap.
Tentunya orang yang seperti ini menyenangkan kita saat berdekatan
dengannya. Dengan demikian menjaga kebersihan diri atau personal hygiene tidak
hanya untuk kesehatan diri, menunjukkan keimanan kita namun juga berbengaruh
pada hubungan pergaulan dengan orang lain.
2.3.5 Personal Hygiene dalam Pandangan Islam
Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dan utama dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah dan bekerja serta aktivitas lain. Imam al-Shatibhi
dalam al-Ihkam fi Usul al-Ahkam mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam
dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena
itu, dalam melaksanakan tujuan kehadiran Islam, kesehatan memegang peranan
utama. Tanpa adanya kondisi kesehatan maka seseorang akan sulit melaksanakan
berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok. Islam memberikan petunjuk
secara jelas, komplit dan terpadu tentang pentingnya menjaga kesehatan, baik secara
jasmani maupun rohani.
a. Konsep menjaga kesehatan jasmani menurut Islam
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga kesehatan jasmani. Konsep
kesehatan jasmani menurut Islam adalah sebagai berikut:
1) Menjaga taharah, artinya menjaga kesucian dan kebersihan dari semua aspek
mulai dari sekujur badan, makanan, pakaian, tempat tinggal maupun
lingkungan. Imam Suyuthi, Abd al- Hamid al-Qudhat dan ulama yang lain
menyatakan bahwa menjaga kesucian dan kebersihan dalam Islam termasuk
bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari taabbud, merupakan
kewajiban, sebagai kunci ibadah.
2) Menjaga makanan, artinya agar memakan makanan yang baik dan halal, baik
secara dzat maupun cara mendapatkannya. Makanan merupakan salah satu
penentu seseorang menjadi sehat. Firman Allah Swt dalam surah al-Quran
surat Al- Madidah : 88 dan Al- Baqarah ayat 168
3) Olah-raga, yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw seperti berkuda,
berenang dan memanah. Olahraga bertujuan untuk menjadikan manusia sehat
dan kuat. Sehat dalam Islam dipandang sebagai nikmat kedua terbaik setelah
Iman. Selain itu, banyak ibadah dalam Islam membutuhkan tubuh yang kuat
seperti shalat, puasa, haji, dan juga jihad, dan Allah Swt menyukai mukmin
yang kuat.
b. Konsep menjaga kesehatan rohani menurut Islam
Islam juga memerintahkan kepada umatnya untuk menjaga kesehatan rohani.
Konsep kesehatan rohani dalam Islam adalah sebagai berikut:
1) Memperbanyak ibadah, artinya memperbanyak melakukan halhal yang
diperintahkan oleh Allah Swt. Seorang hamba akan merasa tenang, tentram
dan damai dengan melakukan ibadah. Ibadah tidak hanya sebatas shalat, akan
tetapi makna ibadah dalam interpretasi yang sangat luas adalah semua perkara/
pekerjaan yang diniatkan untuk mencari ridha Allah Swt berfirman dalam al-
Quran:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. adz-Dzaariyaat: 56).
2) Memperbanyak dzikir, artinya memperbanyak mengingat Allah Swt, baik
dalam keadaan senang maupun susah, pada waktu siang maupun malam,
dalam situasi sepi maupun ramai. Allah Swt berfirman dalam al-Quran:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram. (QS. al-Rad: 28).
3) Ber-husnuzzan (berbaik sangka), artinya keadaan jiwa dengan berprasangka
baik/ berpikiran positif. Baik itu berprasangka baik kepada Allah Swt maupun
sesama manusia. Allah Swt berfirman dalam al-Quran:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.44
4) Ikhlas, pada dasarnya ikhlas adalah memurnikan perbuatan dari pengaruh-
pengaruh makhluk.
5) Sabar, yaitu sabar dalam melaksanakan ketaatan dan dalam menjauhi
kemaksiatan. Ibrahim al-Khawwas} berkata: Sabar yaitu teguh berpegang
kepada al-Quran dan as-sunnah.
Sabar yaitu teguh menghadapi segala macam cobaan dengan sikap dan
perilaku yang baik. Abu Ali al-Daqqaq berkata:
Sabar yaitu sikap tidak mencela takdir. Allah Swt berfirman dalam al-Quran:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada
Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.
Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
yangbersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.45
6) Bersyukur, menurut kamus Al-Mujam al-Wasit, bersyukur adalah mengakui
adanya kenikmatan dan menampakannya serta memuji (atas) pemberian
nikmat tersebut (dengan hati, lidah dan perbuatan). Sedangkan makna syukur
secara syari adalah menggunakan nikmat Allah Swt untuk dibelanjakan
kepada hal-hal yang di ridhoi dan dicintai Allah. Allah Swt berfirman dalam
al-Quran:
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamudustakan? (QS. ar-
Rahmaan: 13).
7) Menjaga hati, artinya menjaga kesucian diri dari segala tuduhan, fitnah dan
perbuatan keji seperti hasud, riya, sombong, tul al-amal, bakhil, dan ujb. Hal
ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat
rencana dan angan-angan yang buruk.
2.3.6 Pentingnya Personal Hygiene
Para ulama islam sepakat bahwa ajaran agama islam bertujuan untuk
memelihara lima pokok, yaitu: agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan) dan
kesehatan. Dalam literatur keagamaan, ada dua istilah yang digunakan untuk
menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan islam. Pertama, kata
kesehatan, terambil dari kata sehat. Kedua, yaitu kata afiat. Sehat berarti
keadan tubuh yang dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan alfiat
berarti bagaimana kita menggunakan tubuh dengan semestinya dan dengan tidak
untuk kejahatan atau tindakan yang melanggar perintah Allah. Kedua kata ini
sering diucapkan dengan sehat-wal afiat, dan umat Islam mengucapkanya dengan
sehat wal afiat yang berarti sehat secara fisik maupun mental.
Upaya untuk menjadi sehat bisa dihubungkan dengan hygiene diri dengan
upaya membersihkan diri secara fisik dan mental. Mental hygiene didasarkan
pada al Quran dan hadits. Ciri orang yang memiliki kesehatan mental di
antaranya, jujur, tidak iri, saling menolong, rajin beribadah. Initnya, orang yang
memiliki mental yang sehat apabila mengikuti perintah Allah dan Rasulnya.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus

Sumber : http://jateng.tribunnews.com

Puluhan santri di Pondok Pesantren Al Ulya Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu


Selatan nampak serius mendengarkan penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kendal, Rabu
(19/04/2017). Satu diantaranya Ahmad Faiz, santri dari Pandeglang, Banten baru tahu
kalau di lingkungan santri tersembunyi di berbagai penyakit. "Alhamdulilah... saya
senang ada penyuluhan kesehatan jadi tahu cara hidup sehat, " ujar siswa yang duduk di
kelas VII ini, Rabu (19/04/2017)
Kepala Puskesmas Kaliwungu Selatan, Dr Hesti Sulistyaningsih mengungkapkan,
penyakit yang sering di derita oleh para santri adalah penyakit kulit diantaranya skabies
atau gudiken. Menurutnya, penyakit skabies bersifat menular sehingga para santri di
lingkungan pondok pesantren harus bisa menjaga diri dan kesehatan. "Penyakit ini bisa
disembuhkan dan dicegah melalui penanaman hidup bersih dari diri sendiri serta
lingkungannya" ujar Hesti. Dia berharap Pondok pesantren Al Ulya nantinya bisa
menjadi contoh ponpes tanpa penyakit skabies. Untuk itu, Hesti menghimbau agar
para santri menjaga kebersihan kamar, mencuci sprai minimal satu minggu sekali dan
menjaga kebersihan lingkungan. Kabid Kesehatan Dinas Kesehatan Kab Kendal dr Sri
Handoko menjelaskan, penyuluhan kesehatan di Pondok Pesantren akan rutin diadakan
agar kesehatan para santri tetap terjaga. "Santri adalah harapan masyarakat, dan calon
pemimpin bangsa, sehingga itu santri harus sehat dan kuat tidak boleh mudah sakit"
pesan Handoko. Pengasuh Ponpes Al Ulya Kedungsuren, Kyai Khoiruddin al Hafidz
mengucapkan terima kasih. Tidak hanya memberikan penyuluhan namun Dinas
Kesehatan Kendal juga memberikan bantuan berupa alat kebersihan dan obat-obatan.
"Semoga penyuluhan ini bisa menambah wawasan para santriuntuk hidup sehat dan
bersih sehingga bisa belajar dengan nyaman" tuturnya.
Analisis Studi Kasus

Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang mudah


berisiko tertular berbagai penyakit, khususnya penyakit kulit. Penularan terjadi bila
kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya sebagian
pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kurang bersih, tempat sanitasi buruk dan tidak
terawat, lingkungan lembab ditambah lagi perilaku santri yang tidak sehat seperti
menggantung pakaian di kamar, tidak memperbolehkan pakaian santri wanita dijemur
dibawah terik matahari dan saling bertukar benda milik pribadi misalnya sisir dan
handuk.

Hal ini sangat bertentangan dengan konsep Islam sebagai agama yang menjunjung
tinggi praktik kebersihan lingkungan. Dalam ajaran Islam juga diajarkan tentang najis,
aturan bersuci bahkan Rasulullah juga menegaskan bahwa Kebersihan adalah sebagian
dari iman.

Berdasarkan kasus yang diangkat oleh kelompok kami, santri di Pondok Pesantren
Al Ulya Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu Selatan sering menderita scabies atau
gudiken. Scabies adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh tingau bernama
Sarcoptes scabei. Tungau ini berukuran mikro dan hanya dapat dilihat dengan bantuan
preparat mikroskop. Penyakit yang sering disebut sebagai kutu badan ini menunjukkan
gejala seperti memerah seperti iritasi,gatal dan umumnya banyak muncul di sela-sela jari,
selangkangan, siku-siku, dan lipatan-lipatan paha. Di malam hari, rasa gatal bisa lebih
meningkat.

Bila di pesantren ada laporan munculnya kasus scabies, maka pihak pesantren harus
melakukan pembersihan pesantren secara serentak. Hal ini perlu dilakukan untuk
mencegah berulangnya infeksi. Untuk menghilangkan jamur yang ada di baju, atau
bahan-bahan lainnya, sebelum dicuci harus direndam dulu dengan air yang dicampur
karbol. Rendam selama satu jam agar jamurnya mati. Bila jamur sudah mati, maka
jamurnya tidak mampu lagi menginfeksi kulit kita lagi. Namun, perlu diperhatikan agar
penderita jangan memakai baju yang belum dibersihkan. Pengobatan scabies dilakukan
dengan memakai salep yang diolesi ke seluruh badan, dan didiamkan selama 10 jam.
Pengobatan ini diulang seminggu kemudian.

3.2 Upaya Penyehatan Lingkungan dalam Pandangan Islam

Upaya penyehatan lingkungan bisa disebut juga perilaku disengaja dalam


pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara
fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait.

Bahan buangan yang biasanya terdapat pada area pondok pesantren dapat
menyebabkan masalah kesehatan seperti dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan
buangan padat, air bahan buangan domestic (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau
cucian).

1. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada area pondok pesantren dengan
menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan),
2. Tekhnologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik),
3. Praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun),
4. pengolahan limbah pada pondok pesantren, sampah, dan penataan saluran dan
buangan air (drainase) di lingkungan tempat tinggal kita khususnya di area pondok
pesantren hendaknya dijaga kebersihannya.

Alquran sangat menekankan agar manusia, terutama yang beriman kepada Al-
Quran, memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar, dalam arti perilaku dan
pembudayaan pola hidup bersih. Seperti dalam Surat An-Anfal ayat 11, artinya :Dan
Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan
itu. (QS. Al-Anfal : 11)

Konsep kesucian yang digariskan Al-Quran tidak hanya menjadi pengetahuan dan
pemahaman yang bersifat kognitif, tetapi menjadi sikap, perilaku dan budaya bersih di
kalangan kaum muslim, baik di lingkungan pondok pesantren maupun pekarangan dan
lingkungan hidup kaum beriman. Terdapat hubungan erat antara masalah kesehatan
lingkungan dan penyediaan air di satu sisi, sementara itu di sisi lain kesehatan
lingkungan berhubungan langsung dengan masalah kesehatan dan penggunaan air seperti
studi kasus di atas.
Oleh karena itu, agama Islam tidak memberikan kebolehan kepada siapapun untuk
mencemari lingkungan hidupnya dan selainnya, baik dengan tindakan maupun
perbuatannya, tidak boleh acuh tak acuh terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan unsur terpenting kesehatan, dan tidak berhak menghilangkan peluang masyarakat
dalam memperoleh kehidupan yang sehat dengan ketidak pedulian terhadap lingkungan
sosial.

3.3 Upaya Personal Hygine dalam Pandangan Islam

Cara hidup sehat santri di pondok pesantren yaitu dengan berbagai cara seperti
mengkonsumsi gizi yang cukup, olahraga yang cukup, serta menjauhkan diri dari
berbagai pengaruh yang menjadikannya sakit terutama penyakit kulit.

Upaya yang dilakukan santri untuk mengubah budaya yang tidak sehat menjadi sehat.
Upaya untuk mengubah budaya hidup sehat yaitu dengan cara :

1. Memelihara dan meningkatkan pola hidup sehat contohnya berupa makan


makanan yang teratur.
2. Mencegah faktor resiko terjadinya penyakit contohnya berupa selalu mencuci
piring sebelum dan sesudah makan, tidak ada sisa makanan yang berserakan di
asrama, merapikan dan melipat pakaian yang sudah digunakan serta tidak
bergantungan di asrama, ember, sabun maupun sepatu dan sandal diletakkan yang
rapi di dalam asrama, menggunakan bantal pribadi dan tidak dipakai bersama-
sama,
3. Melindungi diri dari ancaman penyakit contohnya tidak tidur di lantai tanpa
selimut dan alas tidur, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci
tangan sesudah BAB memakai sabun dan menyiram sampai bersih.
4. Berperan aktif dalam gerakan kesehatan di pondok pesantren contohnya
melakukan kerja bakti dilingkungan pondok pesantren, tidak menjemur pakaian
basah di kamar mandi.

Upaya kesadaran para santri pondok pesantren terhadap kesehatan. Kesadaran


para santri terhadap kesehatan masih minim, 4 hal ini dikarenakan minimnya
pengetahuan tentang kesehatan santri sehingga banyak santri yang tidak mengerti atau
tidak faham tentang kesehatan, dan masih banyak santri yang kurang peduli dengan
kesehatan dan kebersihan walaupun sudah mendapat pendidikan.
Kesadaran tentang kesehatan kepada para santri harus terus ditumbuh
kembangkan, dan kesadaran semacam ini harus direalisasikan betul oleh santri dengan
membudayakan hidup sehat, yang selama ini budaya hidup sehat di pondok pesantren
masih sebatas pemahaman individu. Ada yang sudah mempunyai pemahaman budaya
hidup sehat, tetapi juga ada yang belum, yang ini perlu di budayakan dalam pesantren.
Bagaimana upaya menyadarkan para santri supaya peduli terhadap kesehatan. Upaya
untuk menyadarkan para santri supaya peduli terhadap kesehatan salah satunya
melalui sosialisai atau bimbingan kesehatan serta diberi pendidikan kesehatan, namun
dalam aplikasinya belum terealisasi hanya pendidikan yang diberikan kepada santri
sewaktu ngaji kitab.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Agama islam adalah agama yang komprehensif, harmonis dan jelas dalam mengatur
segala aspek kehidupan makhluknya. Tidak terkecuali manusia sebagai khalifah di bumi.
Peran manusia sebagai khalifah di bumi tidak lepas dari lingkungan tempat tinggalnya.
Untuk itu manusia dianjurkan untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitarnya serta
kebersihan dirinya sendiri (personal hygiene) agar tetap sehat sehingga dapat terus
digunakan untuk kelangsungan hidupnya.
Islam sangat menjunjung tinggi kebersihan, keindahan dan pemeliharaan lingkungan.
Secara khusus, Rasulullah SAW memberikanperhatian mengenai kebersihan.


Artinya : Kebersihan itu sebagian dari iman. (HR. Ahmad)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman.
Artinya seorang muslim telah memiliki iman yang sempurna jika dalam kehidupannya ia
selalu menjaga diri, tempat tinggal dan lingkungannya dalam keadaan bersih dan suci baik
yang bersifat lahiriyah (jasmani) maupun batiniyah (rohani).
Sedangkan, Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Keberadaan alam beserta isinya merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Makhluk hidup di dalamnya tergantung bagaimana manusia tetap menjaga
dan melestarikan lingkungan sehingga menjadi lingkungan yang sehat untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan makhluk lainnya.
Salah satu upaya untuk menyehatkan lingkungan adalah dengan memperhatikan
kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita. Dengan menjaga kebersihan lingkungan
sama artinya dengan menjaga agar lingkungan tetap sehat. Beberapa poin pedoman dasar
yang diajarkan Nabi Muhammad SAW antara lain tidak mengotori sumber-sumber air,
memebersihkan dan menyucikan halaman beserta pelataran rumah, menghilangkan dan
melindungi atau mengusik jalan-jalan umum, pasar, dan tempat-tempat umum, wajib
bersuci secara khusus, dan bersunggung-sungguh dengan wudhu dan mandi, menyukai
wewangian, khususnya pada acara-acara keagaman dan perkumpulan orang-orang
muslim, dan lain sebagainya.
Sedangkan personal hygiene sendiri atau kebersihan perorangan adalah usaha untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan dalam upaya mencapai peingkatan kaualitas hidup
yang lebih baik secara fisik maupun mental. Tujuan secara umum dari personal hygiene
dalam pandangan Islam adalah untuk memenuhi dan melengkapi berbagai prasyarat
dalam pelaksanaan Ibadah maupun untuk menjaga kesehatan, kebersihan dan penampilan
perorangan.
Dalam prespektif Islam, setiap muslim selalu dituntut untuk menjaga kesucian
badannya baik dari hadas besar maupun hadas kecil.
Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang yang bersih,
sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih. (H.R. Baihaqy)
Terlebih lagi ketika akan beribadah kepada Allah. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa
Allah memerintahkan seseorang untuk bersuci sebelum melakukan shalat, yaitu sebagai
berikut:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika
kamu sakitatau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur (QS.Al-Maidah/5:6).
Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dan utama dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah dan bekerja serta aktivitas lain. Imam al-Shatibhi dalam al-Ihkam fi Usul
al-Ahkam mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga
agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
tujuan kehadiran Islam, kesehatan memegang peranan utama. Tanpa adanya kondisi
kesehatan maka seseorang akan sulit melaksanakan berbagai upaya untuk memenuhi
kewajiban pokok. Islam memberikan petunjuk secara jelas, komplit dan terpadu tentang
pentingnya menjaga kesehatan, baik secara jasmani maupun rohani.

4.2 Saran
Berdasarkan rumusan kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi hadist
tentang penyehatan lingkungan dan personal hygiene merupakan isyarat tentang adanya
keteraturan yang harus dijaga sebagaimana tugas kita sebagai khalifah dalam suatu
sistem itu terganggu dapat menyebabkan kerusakan serta berimbas pada makhluk hidup
di bumi.
Sebagai khalifah maka manusia memliki peran untuk melakukan upaya pencegahan
yang dapat dilakukan terhadap penyehatan lingkungan dengan cara solusi teknis
(contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), tekhnologi sederhana (contohnya
kakus, tangki septik), praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan
sabun), pengolahan limbah, sampah, dan penataan saluran dan buangan air (drainase) di
lingkungan tempat tinggal.
Sedangkan upaya pencegahan dari sisi personal hygiene adalah dengan cara
memelihara dan meningkatkan pola hidup sehat, mencegah faktor resiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif dalam gerakan
kesehatan seperti kerja bakti di lingkungan.
Daftar Pustaka

Niode, A.2014.Kesehatan Lingkungan. (Online: http://eprints.ung.ac.id/3045/6/2013-1-


13201-811409023-bab2-01082013011242.pdf)Diaksespadatanggal 23 Agustus 2017
pukul 21.30 WIB

Trusty, Liza. 2014.Ajaran Islam dalamAspekKesehatanLingkungan. (Online:


https://www.academia.edu/8370272/AJARAN_ISLAM_DALAM_ASPEK_KESEHATAN_
LINGKUNGAN ) diaksespadatanggal 23 Agustus 2017 pukul 20.45 WIB

Isnaini, A. 2014. http://eprints.walisongo.ac.id/2835/5/094211006_Bab4.pdf.


Diaksespadatanggal 20 Agustus 2017

Rianti,Emy.2017. PERSONAL HIGIENE DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Desertasi.


(Online:
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/90PERSONAL%20HIGIENE%20DALA
M%20PERSPEKTIF%20ISLAM.pdf) Diaksespadatanggal 20 Agustus 2017

Ningsih. 2009.BUDAYA HIDUP SEHAT DI PONDOK PESANTREN (KASUS DI


PONDOK PESANTREN ASSALAFIYAH DESA LUWUNGRAGI KECAMATAN
BULAKAMBA KABUPATEN BREBES). http://lib.unnes.ac.id/2201/1/4307.pdf.
Diaksespadatanggal 24 Agustus 2017.

Tuasikal, Muhammad Abduh. 2008. Berhiaslah Dengan Sunah-Sunah Fitrah. Diperoleh dari
https://muslim.or.id/207-berhiaslah-dengan-sunah-sunah-fitrah-1.html (Online). Diakses pada 30
Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai