Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENGGANTI UAS

KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 3

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

HAKIKI KHAIRUNNISA A2A016007

PONCO NOVITA H A2A016018

MUHAMMAD RIZKI A2A016020

ANISHA KURNIASARI A2A016028

KHANIFATUL AFIFAH A2A016041

RAHMATINA ROFIFAH A2A016045

FERI KHAMDANI A2A016057

SHAVIRA SUCI A2A016068

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memperkanankan kami

menyelesaikan makalah ini. Serta semoga shalawat serta salam Allah tetap

tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang yang tetap

teguh berada dalam sunnahnya.

Bagaimanapun makalah ini dirancang dan diseleseikan, tentu masih terdapat

banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat

menerima saran dan kritik guna perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Semoga dengan disusunnya makalah yang berjudul “Upaya Promosi

Kesehatan Dalam Perspektif Islam” ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh

pembaca.

Sekian dan terima kasih.

Semarang, 28 Juni 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................1

Daftar isi.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................3

1.1 Latar Belakang .............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3

1.3 Tujuan ..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................5

2.1 Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam .................................................5

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.................................................................5

2.3 Perilaku Makan dan Minum........................................................................8

2.4 Hubungan Antar Manusia dan Komunikasi Kesehatan..............................13

2.5 Pemberdayaan Masyarakat (Qoryah Thoyyibah)........................................15

BAB III PENUTUP ...........................................................................................18

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................18

3.2 Saran ............................................................................................................18

Daftar Pustaka ...................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inti dari upaya promosi kesehatan adalah perubahan perilaku, yaitu
prilaku sehat. Sehat sendiri didefinisikan sebagai suatu keseimbangan
berbaga lini dari hati, mental, psikis, sosial maupun fisik. Hal ini tidak jauh
berbeda dengan apa yang diajarkan Islam 14 abad silam, yaitu bagaimana
umatnya berakhlaq mulia. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad bin
Abdullah bahwasanya dia tidak di utus selain untuk memperbaiki akhlaq.
“Tidaklah aku diutus selain untuk menyempurnakan akhlaq, “ (Muhammad:
571 M). Sehingga ini adalah tanda bahwanya kita sebagai public helath yang
memperjuangkan tegaknya nilai kesehatan rupanya perlu bagi kita yang
muslim untuk mengetahui perspektif islam atas upaya yang kita laksanakan.
Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun
aspek aspek ukhrawi. Islam merupakan agama ilmu dan akal, karena islam
selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menggali ilmu
pengetahuan, agar manusia mengetahui mana yang baik dan benar dan mana
yang salah. Termasuk kesehatan, kesehatan adalah salah satu bidang ilmu
pengetahuan yang merupakan ilmu Allah. Hukumnya fardlu kifayah bagi
umat islam. Hal ini sudah menunjukkan bahwasanya ada koridor dan aturan-
aturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya al-Qur’an mengenai dasar-
dasar kesehatan bahkan kepada nabi-nabi sebelumnya termasuk nabi Adam.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan promosi kesehatan dalam perspektif Islam?
b. Apa saja dalil yang mengatur perilaku hidup bersih dan sehat?
c. Apa saja dalil yang mengatur perilaku makan dan minum?
d. Bagaimana hubungan antar manusia dan komunikasi kesehatan?

3
e. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam islam?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui penerapan promosi kesehatan dalam perspektif islam
b. Mengetahui dalil yang mengatur peilaku hidup bersih dan sehat
c. Mengetahui dalil yang mengatur perilaku makan dan minum
d. Mengetahui hubungan antar manusia dan komunikasi kesehatan
e. Memgetahui pemberdayaan dalam islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

2. 5.Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam


Salah satu metode promosi kesehatan dalam Islam adalah penyampaian
ajakan hidup sehat melalui dakwah yang dilakukan oleh para muballigh. Hal
ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


a. Personal hygiene and sanitation (kebersihan perorangan dan kesehatan
lingkungan), yang meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku dan
rambut.
Ulama Fiqh telah menyimpulkan sebab-sebab yang mewajibkan
mandi dalam Islam, yakni antara lain:
1) Apabila seorang hendak memeluk agama Islam
2) Hendak menunaikan shalat Jum’at
Dalam riwayat Bukhari, Umar berkata, "tidaklah kalian pernah Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

‫إِ َذا َرا َح أ َ َح ُد ُك ْم إِلَى ْال ُج ُم َع ِة فَ ْليَ ْغت َ ِس ْل‬


Artinya: "Apabila salah seorang kalian berangkat shalat Jum'at,
hendaklah ia mandi."

5
Dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

َ ْ‫س ْب َع ِّة أَي ٍَّام َي ْو ًما َي ْغ ِّس ُل فِّي ِّه َرأ‬


ُ ‫سه‬ َ ‫علَى ُك ِّل ُم ْس ِّل ٍم أ َ ْن َي ْغتَ ِّس َل فِّي ُك ِّل‬
َ ‫َح ٌّق‬
ُ‫سدَه‬
َ ‫َو َج‬
Artinya: "Wajib bagi setiap muslim untuk mandi pada satu hari dari
setiap tujuh hari, pada mandi itu dia mengguyur kepala dan
badannya." (HR. Bukhari)

3) Ihtilam (mimpi keluar mani) bagi laki-laki dan haid bagi perempuan.
Mengenai kebersihan tangan, beberapa hadis menjelaskan sebagai
berikut :

Artinya: “Potonglah kuku-kukumu, sesungguhnya setan itu duduk


(bersembunyi) pada kuku yang panjang”

Ada pula hadist diatas juga menganjurkan mencuci tangan sebelum


makan dan berwudlu, diantaranya:

Artinya : “Diriwayatkan dari Aisyah r.a : Sesungguhnya Rasulullah


saw (nabi Muhammad) ketika hendak tidur sementara beliau dalam
keadaan junub(mengeluarkanmengeluarkan ma-nni), maka beliau akan
berwudu dan ketika beliau hendak makan beliau akan mencuci kedua
tangannya” (HR Nasai)

6
Mengenai menjaga kebersihan mulut dan gigi, Nabi mengajarkan
dalam hadisnya antara lain dengan kebiasaan bersiwak. Termasuk sunnah
yang paling sering dan yang paling senang dilakukan oleh Rosulullah
adalah bersiwak. Siwak merupakan pekerjaan yang ringan namun
memiliki faedah yang banyak baik bersifat keduniaan yaitu berupa
kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut,
dan lain-lain, maupun faedah-faedah yang bersifat akhirat, yaitu ittiba’
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendapatkan keridhoan
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫ب (رواه أحمد‬
ِّ ‫لر‬ َ ‫ط َه َرة ٌ ِّل ْلفَ ِّم َم ْر‬
َّ ‫ضاة ٌ ِّل‬ ْ ‫اك َم‬
َ ‫)الس َِّو‬
Artinya: “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi
Rabb”. [Hadits shahih riwayat Ahmad, Irwaul Ghalil no 66).
[Syarhul Mumti’ 1/120 dan Taisir ‘Alam 1/62]

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu


bersemangat melakukannya dan sangat ingin agar umatnya pun
melakukan sebagaimana yang dia lakukan, hingga beliau bersabda:

ٍ‫ض ْوء‬ ِّ ‫لى أ ُ َّمتِّي أل َ َم ْرت ُ ُه ْم باِّلس َِّو‬


ُ ‫اك ِّع ْندَ ُك ِّل ُو‬ َ ‫ع‬ ُ َ ‫لَ ْوالَ أ َ ْن أ‬
َ ‫ش َّق‬

Artinya: “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan


kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”.
[Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Irwaul Ghalil no 70]
Dalam kebersihan rambut, Nabi mengajarkan beberapa hal berikut:

ُ‫ش ْع ٌر فَ ْليُ ْك ِّر ْمه‬


َ ُ‫َم ْن َكانَ لَه‬

Artinya: “Barangsiapa memiliki rambut,maka hendaklah


dimuliakannya”.

7
2. 5.Perilaku Makan dan Minum

Islam berbicara makanan yang hendak dimakan selalu menekankan kepada

makanan yang memiliki salah satu dari sifat halal dan thayyib. Ada empat ayat

yang menggabungkan kedua sifat tersebut yaitu dalam QS Al Baqarah/2;168,

Al Maidah/5;88,

Al Anfal/8;69,

8
An Nahl/16;114

Rangkaian kedua sifat (halal dan thayyib) menunjukkan bahwa yang

diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut.

Thayyib yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa berarti sesuatu yang telah

mencapai puncak di bidangnya dan karena itu “buah-buah” surga juga

dinamakan thayyibah. Dalam ilmu kesehatan kata thayyib disejajarkan dengan

kata bergizi.

Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti

tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu

yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu dan semua yang bergizi,

seperti tersebut dalam

QS An Nahl/16;66 dan 69,

9
QS Al Waqi’ah/56;68,

QS Al Maidah/5;4.

10
Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makan makan bukan karena
lapar hingga kekenyangan, diet ketika sakit, memerintahkan puasa agar usus
dan perut besarnya dapat bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau
melapaui batas.
(QS Al A’raf/7;31),

“Hai anak Adam, pakailah pakaian indah di setiap (memasuki masjid),


makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”

Bahkan ditemukan celaan kepada orang yang makan seperti binatang,


sebagaimana dalam QS Muhammad/47;12

“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan

mengerjakan kebajikan kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-

suangai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia), dan

mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal

bagi mereka.”

Al Shaffat/37;66.

11
“Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah

pohon itu) dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum).”

Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti

bangkai, darah dan daging babi (QS Al Maidah/5;3).

“Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, dan daging

hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik, yang dipukul,

yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali sempat

12
disembelih. Dan diharamkan pula mengundi nasib dengan anak panah karena

itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa

untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada

mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah aku sempurnakan

agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah aku

ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsia terpaksa karena lapar bukan

karena ingin berbuat dosa, maka sungguh Allah Maha Pengampun, lagi maha

Penyayang.”

Dalam menjaga kebersihan makanan Nabi bersabda sebagai berikut :

“Sandarkanlah sorbanmu, ingatlah asma Allah, tutuplah tempat makanmu dan

ingatlah asma Allah”

2. 5. Hubungan Antar Manusia dan Komunikasi Kesehatan (Dakwah Komunitas)

Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan,

karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar

bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan

hadist nabi yang bermakna “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”

Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan

hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan

menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimiin rahimahullah memberikan

penjelasan:

13
‫ حيث أن بعض الناس لو‬،‫فيجوز أن نخصص بعض الناس بالعلم دون بعض‬
‫ (إنك لن تحدث قوما ً بحديث ال‬:‫ قال ابن مسعود‬،‫أخبرته بشيء من العلم أفتتن‬
،)‫(حدثوا الناس بما يعرفون‬:‫ وقال علي‬،)‫تبلغه عقولهم إال كان لبعضهم فتنة‬
‫فيحدث كل أحد حسب مقدرته وفهمه وعقله‬

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas)

mereka” (H.R. Muslim).

Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam
tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan
cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat
berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut
menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa,
gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of
mass communication).

2. 5.Pemberdayaan Masyarakat
Promosi kesehatan bukan hanya sekedar pendidikan atau penyuluhan
kesehatan saja, tetapi juga merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
Pemberdayaan merupakan aspek mualamalah yang sangat penting
karena terkait dengan pembinaan dam perubahan masyarakat. Di dalam
Al Qur’an dijelaskan betapa pentingnya sebuah perubahan, perubahan itu
dapat dilakukan dengan salah satu cara di antaranya pemberdayaan yang
dilakukan oleh agen pemberdayaan. Sebagaiman firman Allah dalam surat Ar
-Ra’d ayat 11:

14
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia”.(Q.S Ar-Ra’d: 11)
Allah Swt mengetahui segala perbuatan lahiriyah setiap manusia, dimana
tidak ada gerakan dan perbuatan apa pun yang terlepas dari
pengawasan-Nya, Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Swt menetapkan para
malaikat bagi setiap orang, yang bertugas mengawasi dan menjaganya dari
setiap bahaya dan musibah. Tetapi, oleh karena seluruh alam raya ini adalah
makhluk Allah, dan setiap peristiwa terjadi sesuai dengan kehendak-
Nya, maka al-Quran menyebut peristiwa alami sebagai urusan Allah.Oleh
karena itu, malaikat melindungi kita dari musibah yang berlaku di luar
kekuasaan kita.
Selanjutnya ayat ini mengatakan, “Apa yang Kami sebutkan itu
adalah berkaitan dengan peristiwa alami, yang berada di luar ikhtiar kalian.
Namun nasib kalian, umat manusia, baik individu maupun sosial, berada di
tangan kalian sendiri dan hendaknya kalian tidak berharap bahwa Allah
akan menyerahkan utusan penentuan nasib tersebut kepada para malaikat.
Seandainya akan terjadi perubahan dalam sistem masyarakat seperti
perubahan kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat baik dan
sistem keadilan menggantikan kezaliman, maka hendaknya manusia tidak
menunggu mukjizat dari Allah Swt”.
Lanjutan ayat ini juga membicarakan sunnah Ilahi dan mengatakan,
jika kalian tidak berusaha mengubah kondisi kalian dan masyarakat,
maka kalian akan menghadapi berbagai bahaya, ditambah lagi murka dan
siksaan Allah Swt akan menimpa kalian. Di saat itu, manusia tidak akan
mendapat pertolongan dan tidak dapat menghindari akibat kelalaiannya
tersebut

15
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
a) Allah Swt mengutus sejumlah malaikat untuk menjaga manusia
dari ancaman musibah alam, tentunya yang demikian itu tidak
berkaitan dengan ajal manusia yang telah dipastikan.
b) Nasib setiap masyarakat ditentukan oleh anggota masyarakat itu
sendiri. Masyarakat yang baik akan mendapat curahan berkah dari
Allah Swt, dan sebaliknya masyarakat yang menyimpang mendapat
murka dan azab Tuhan.
Selain ayat diatas juga terdapat ayat lain seperti Al qamar ayat 20

Ayat tersebut turun ketika terjadinya kebinasaan kaum Nabi Nuh dan
kaum ‘Aad. Maksud dari ayat tersebut adalah “Sungguh lemah keadaan
mereka, padahal sebelumnya mereka (kaum ‘Aad) mengatakan,
“Siapakah yang lebih kuat daripada kami?”Mereka tidak menyadari, bahwa
Allah yang menciptakan mereka tentu lebih kuat dari mereka.Tujuan
utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat dan
kelompok lemah lainnya.Mereka adalah kelmpok yang pada umumnya
kurang memiliki kemampuan.Oleh karena itu untuk melengkapi
pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai
kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialainya. Beberapa
kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak
berdaya, meliputi:

a) Baik secara kelas, gender, maupun etnis.


b) Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,
penyandang cacat, masyarakat terasing.

16
c) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga. Kelompok-kelompo tertentu yang
mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyrakat
kelas sosial ekonomi rendah, kelompok minoritas etnis, wanita,
populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang
yang mengalami ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka
yang berbeda dari ‘keumuman’ kerapkali dipandang sebgai
penyimpangan. Mereka seringkali kurang dihargai dan bahkan
dicap sebagai orang yang malas, lemah, yang disebabkan o leh
dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayan mereka seringkai
merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi
dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Promkes dalam Islam merupakan salah satu media aplikatif sebagai


seorang muslim. Seperti yang kita ketahui iman itu tidak sekedar di dalam
hati dan dilisankan tetapi diaplikasikan. Dalam islam menyeru kepada
kebajikan adalah orang yang mulia, menyeru masyarakat kepada hal yang
sehat merupakan salah satu perintah Allah. Jadi sangatlah jelas bahwasnya
secara tidak langsung promeks merupakan media Muslim untuk menegakkan
agamanya.
.
3.2 Saran
a. Sebagai seorang muslim yang berada di bidang kesehatan sudah
sepatutnya tidak membeda-bedakan antara ilmu kesehatan dengan agama,
karena islam itu menyeluruh, memenuhi seluruh aspek kehidupan.
b. Mentelaah ilmu kesehatan dengan berdasar Quran Hadits merupakan
suatu kewajiban bagi kita umat muslim karena hakikat dari menuntut ilmu
adalah mencari kebenaran dimana muara dari kebenaran itu adalah
membenarkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dirwan Suryo Soularto. 2010. Petunjuk Kesehatan Dalam Alqur’an Dan As-

Sunnah. Disampaikan dalam “Kuliah Kedokteran Islam dalam Blok-5.

Regulasi dan Metabolisme semester II”, FK UMY, 6 April 2010.

E De Leeuw, and A Hussein. 1999. “Islamic Health Promotion and

Interculturalization.” Health Promotion International 14, no. 4: 347–53.

Taufik, M Tata. 2007. Pendidikan Kesehatan Bernuansa Agama. Serang:

Rienneke Cipta.

19

Anda mungkin juga menyukai