DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
2018
KATA PENGANTAR
menyelesaikan makalah ini. Serta semoga shalawat serta salam Allah tetap
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang yang tetap
banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat
Kesehatan Dalam Perspektif Islam” ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Daftar isi.............................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
e. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam islam?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui penerapan promosi kesehatan dalam perspektif islam
b. Mengetahui dalil yang mengatur peilaku hidup bersih dan sehat
c. Mengetahui dalil yang mengatur perilaku makan dan minum
d. Mengetahui hubungan antar manusia dan komunikasi kesehatan
e. Memgetahui pemberdayaan dalam islam
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
3) Ihtilam (mimpi keluar mani) bagi laki-laki dan haid bagi perempuan.
Mengenai kebersihan tangan, beberapa hadis menjelaskan sebagai
berikut :
6
Mengenai menjaga kebersihan mulut dan gigi, Nabi mengajarkan
dalam hadisnya antara lain dengan kebiasaan bersiwak. Termasuk sunnah
yang paling sering dan yang paling senang dilakukan oleh Rosulullah
adalah bersiwak. Siwak merupakan pekerjaan yang ringan namun
memiliki faedah yang banyak baik bersifat keduniaan yaitu berupa
kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut,
dan lain-lain, maupun faedah-faedah yang bersifat akhirat, yaitu ittiba’
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendapatkan keridhoan
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ب (رواه أحمد
ِّ لر َ ط َه َرة ٌ ِّل ْلفَ ِّم َم ْر
َّ ضاة ٌ ِّل ْ اك َم
َ )الس َِّو
Artinya: “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi
Rabb”. [Hadits shahih riwayat Ahmad, Irwaul Ghalil no 66).
[Syarhul Mumti’ 1/120 dan Taisir ‘Alam 1/62]
7
2. 5.Perilaku Makan dan Minum
makanan yang memiliki salah satu dari sifat halal dan thayyib. Ada empat ayat
Al Maidah/5;88,
Al Anfal/8;69,
8
An Nahl/16;114
Thayyib yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa berarti sesuatu yang telah
kata bergizi.
yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu dan semua yang bergizi,
9
QS Al Waqi’ah/56;68,
QS Al Maidah/5;4.
10
Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makan makan bukan karena
lapar hingga kekenyangan, diet ketika sakit, memerintahkan puasa agar usus
dan perut besarnya dapat bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau
melapaui batas.
(QS Al A’raf/7;31),
mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal
bagi mereka.”
Al Shaffat/37;66.
11
“Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah
hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali sempat
12
disembelih. Dan diharamkan pula mengundi nasib dengan anak panah karena
itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah aku sempurnakan
agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah aku
ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsia terpaksa karena lapar bukan
karena ingin berbuat dosa, maka sungguh Allah Maha Pengampun, lagi maha
Penyayang.”
karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar
bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan
hadist nabi yang bermakna “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan
penjelasan:
13
حيث أن بعض الناس لو،فيجوز أن نخصص بعض الناس بالعلم دون بعض
(إنك لن تحدث قوما ً بحديث ال: قال ابن مسعود،أخبرته بشيء من العلم أفتتن
،)(حدثوا الناس بما يعرفون: وقال علي،)تبلغه عقولهم إال كان لبعضهم فتنة
فيحدث كل أحد حسب مقدرته وفهمه وعقله
Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam
tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan
cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat
berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut
menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa,
gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of
mass communication).
2. 5.Pemberdayaan Masyarakat
Promosi kesehatan bukan hanya sekedar pendidikan atau penyuluhan
kesehatan saja, tetapi juga merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
Pemberdayaan merupakan aspek mualamalah yang sangat penting
karena terkait dengan pembinaan dam perubahan masyarakat. Di dalam
Al Qur’an dijelaskan betapa pentingnya sebuah perubahan, perubahan itu
dapat dilakukan dengan salah satu cara di antaranya pemberdayaan yang
dilakukan oleh agen pemberdayaan. Sebagaiman firman Allah dalam surat Ar
-Ra’d ayat 11:
14
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia”.(Q.S Ar-Ra’d: 11)
Allah Swt mengetahui segala perbuatan lahiriyah setiap manusia, dimana
tidak ada gerakan dan perbuatan apa pun yang terlepas dari
pengawasan-Nya, Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Swt menetapkan para
malaikat bagi setiap orang, yang bertugas mengawasi dan menjaganya dari
setiap bahaya dan musibah. Tetapi, oleh karena seluruh alam raya ini adalah
makhluk Allah, dan setiap peristiwa terjadi sesuai dengan kehendak-
Nya, maka al-Quran menyebut peristiwa alami sebagai urusan Allah.Oleh
karena itu, malaikat melindungi kita dari musibah yang berlaku di luar
kekuasaan kita.
Selanjutnya ayat ini mengatakan, “Apa yang Kami sebutkan itu
adalah berkaitan dengan peristiwa alami, yang berada di luar ikhtiar kalian.
Namun nasib kalian, umat manusia, baik individu maupun sosial, berada di
tangan kalian sendiri dan hendaknya kalian tidak berharap bahwa Allah
akan menyerahkan utusan penentuan nasib tersebut kepada para malaikat.
Seandainya akan terjadi perubahan dalam sistem masyarakat seperti
perubahan kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat baik dan
sistem keadilan menggantikan kezaliman, maka hendaknya manusia tidak
menunggu mukjizat dari Allah Swt”.
Lanjutan ayat ini juga membicarakan sunnah Ilahi dan mengatakan,
jika kalian tidak berusaha mengubah kondisi kalian dan masyarakat,
maka kalian akan menghadapi berbagai bahaya, ditambah lagi murka dan
siksaan Allah Swt akan menimpa kalian. Di saat itu, manusia tidak akan
mendapat pertolongan dan tidak dapat menghindari akibat kelalaiannya
tersebut
15
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
a) Allah Swt mengutus sejumlah malaikat untuk menjaga manusia
dari ancaman musibah alam, tentunya yang demikian itu tidak
berkaitan dengan ajal manusia yang telah dipastikan.
b) Nasib setiap masyarakat ditentukan oleh anggota masyarakat itu
sendiri. Masyarakat yang baik akan mendapat curahan berkah dari
Allah Swt, dan sebaliknya masyarakat yang menyimpang mendapat
murka dan azab Tuhan.
Selain ayat diatas juga terdapat ayat lain seperti Al qamar ayat 20
Ayat tersebut turun ketika terjadinya kebinasaan kaum Nabi Nuh dan
kaum ‘Aad. Maksud dari ayat tersebut adalah “Sungguh lemah keadaan
mereka, padahal sebelumnya mereka (kaum ‘Aad) mengatakan,
“Siapakah yang lebih kuat daripada kami?”Mereka tidak menyadari, bahwa
Allah yang menciptakan mereka tentu lebih kuat dari mereka.Tujuan
utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat dan
kelompok lemah lainnya.Mereka adalah kelmpok yang pada umumnya
kurang memiliki kemampuan.Oleh karena itu untuk melengkapi
pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai
kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialainya. Beberapa
kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak
berdaya, meliputi:
16
c) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga. Kelompok-kelompo tertentu yang
mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyrakat
kelas sosial ekonomi rendah, kelompok minoritas etnis, wanita,
populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang
yang mengalami ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka
yang berbeda dari ‘keumuman’ kerapkali dipandang sebgai
penyimpangan. Mereka seringkali kurang dihargai dan bahkan
dicap sebagai orang yang malas, lemah, yang disebabkan o leh
dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayan mereka seringkai
merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi
dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Dirwan Suryo Soularto. 2010. Petunjuk Kesehatan Dalam Alqur’an Dan As-
Rienneke Cipta.
19