DISUSUN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
Dr.Hj.Darmawati M.Hi.
TA2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.tanpa pertolongannya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita,yaitu nabi Muhammad SAW.yang
kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti. Penulis mengucapan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-nya,baik ituberupa sehat fisik maupun akal
pikiran ,sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai syarat
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ILMU FIQIH dengan judul ‘’BACAAN-BACAAN
DALAM SHALAT’’.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharap
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak khususnya kepada ibu Hj.Darmawati M.Hi selaku dosen ilmu
fiqih yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.Demikian semoga makalah ini
dapat bermanfaat.sekian dan terima kasih.
Gowa,Maret2020
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan……………………………………………………………………17
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Agama Islam kaya akan tuntunan hidup bagi umatnya. Selain sumber hukum utama yakni
Al-Qur’an dan As-sunnah, Islam juga mengandung aspek penting yakni fiqih. Fiqih Islam sangat
penting dan dibutuhkan oleh umat Islam, karena ia merupakan sebuah “manual bool” dalam
menjalankan praktik ajaran Islam itu sendiri, baik dari sisi ibadah, syariah, dan sebagainya.
Sudah kita ketahui Bersama bahwa Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia
terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan
di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat,
puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh berakal,
dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.Shalat merupakan
rukun Islam yang kedua yang terdiri dari Shalat wajib dan Shalat Sunnah.Shalat juga merupakan
tiang bangunan islam yang begitu penting,sehingga tak mungkin untuk di tinggalkan.Shalat tidak
hanya dilakukan dalam bentuk rangkaian gerakan semata,namun harus disertai dengan bacaan-
bacaan tertentu.
Oleh sebab itu,penting bagi umat islam untuk memahami bacaan-bacaan dalam
shalat,karena tidak semua orang yang melaksanakan shalat bisa khusyuk dalam
shalatnya.khusyuk berarti berniat mengerjakan shalat untuk menghadap Allah SWT,berikrar
menjadi hamba Allah,memohon dituntun kejalan yang benar dan penuh kenikmatan,memahami
bacaan shalat dan berdoa untuk kehidupan yang bahagia.Oleh karena itu, setiap orang yang
shalat harus mengucapkan bacaan shalat dengan jelas(tartil)serta memahami arti dan makna
bacaan shalat.Dengan demikian ucapan bacaan shalatnya akan merasuki seluruh jiwa dan
raganya.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini salah satunya yaitu untuk menyelesaikan tugas ilmu fiqih
dan tentunya untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala penulis dan pembaca
tentang bacaan-bacaan dalam shalat.
D.Manfaat penulisan
PEMBAHASAN
Memahami arti bacaan shalat tidak termasuk rukun dalam shalat, sehingga bila ada
seseorang yang shalat tanpa pernah faham apa yang diucapkannya, asalkan bacaannya benar,
tentu shalatnya sudah sah, dan kewajiban shalat atasnya telah gugur, sehingga dia tidak perlu lagi
shalat. Namun bila kita melihat dari sisi lain, yaitu pendekatan maknawi maka alangkah rugi dan
asing seorang yang shalat tapi tidak faham apa yang dibacanya. Sebab shalat itu sendiri sebuah
dialog antara seorang hamba dengan tuhannya. “sesungguhnya orang yang shalat sedang
bermunajat (komunikasi) dengan Allah, maka hendaknya salah seorang darimu memperhatikan
bagaimana dia bermunajat dengan Allah. Shalat adalah doa, dan doa adalah lafadz yag diucapkan
untuk meminta sesuatu. maka bisakah kita membayangkan tentang orang yang sedang shalat dan
berdoa memohon sesuatu, akan tetapi tidak pernah mengerti apa yang diucapkannya, tidak
mengerti apa yang dibicarakan, tentu aneh. shalat seseorang yang tidak mengerti apa yang
diucapkannya adalah shalat yang hambar. Sebab semua dialog yang diucapkannya itu justru sama
sekali tidak dipahaminya.
Maka dari itu memahami bacaan shalat menjadi sangat penting hukumnya. Hafalan
bacaan shalat saja tidak cukup, karena hafal belum tentu memahami Artinya “…wahai segala
mereka yang beriman ! janganlah kamu mengerjakan shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu tidak mengerti apa yang kamu ucapkan” ( An-Nisa : 43). Perkataan sehingga
kamu mengetahui apa yang kamu ucapkan mengandung faedah, bahwa mengetahui (memahami)
apa yang dibaca oleh seseorang ketika shalatnya, baik shalawat maupun dzikir adalah wajib atau
syarat sahnya shalat. “ apabila seseorang kamu mengantuk padahal ia sedang shalat, maka
hendaklah ia berpaling dari shalatnya dan hendaklah ia tidur sehingga ia mengetahui akan apa
yang diucapkan” ( abu, daud at turmudzi dari aisyah, tafsir al manaar 1:115) Prof. Dr. TM.
Hasbi Ash Shiddieqy, MA.Mengatakan “Memahami apa yang dibaca oleh seseorang didalam
shalatnya baik shalawat (doa) maupun zikir (mengingat keagungan-Nya) adalahWajib”. Al
Ghazali mengutip ayat pada Q.S Thaha : 14 “dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku, dan juga
hadist diatas untuk menunjukan dan mengurai betapa pentingnya „ menghadirkan hati” dan
khusyu‟ didalam shalat, maka disinilah pentingnya memahami dan menghayati bacaan shalat
kita. Selain dari pada itu yang terpenting lagi dari memahami makna bacaan shalat penuh
kesadaran meresap dalam hati sehingga rasa khusyu‟ benar-benar dapat kita rasakan.
B. Pengaruh Pemahaman Bacaan shalat terhadap kekhusyu’an
Seperti pada pembahasan diatas bahwa shalat khusyu ‟adalah inti shalat”, maka khusyu
didalam shalat adalah wajib. Mengenai pengaruh pemahaman arti bacaan shalat terhadap
kekhusyu‟an shalat adalah membantu tercapainya kekhusyu’an shalat.
A. Takbir
ِ ضعءمو
اَللّهُ َأ ْكَب ُر:اض َعهُ مُثَّ َي ُقلُ ْو ُل َ َضَأَفي
َ َ َ ْ ُ ض َع اْ َلو ِ َأِلح ٍد ِمنَىالن
َّ َّاس َحىَّت َيَت َو َ ٌصاّل ة
ِ
َ ِإنَّهُ اَل تَت ُّم
“sesungguhnya shalat seseorang tidak sempurnasebelum dia berwudhu’ dan melakukan wudhu’
sesuai ketentuannya, kemudian ia mngucapkan Allaahu Akbar” (HR. Thabrani) dengan sanad
shahih
Takbir dalam shalat ada dua jenis. Jenis pertama adalah takbiratul ihram yang merupakan
pembukaan dari shalat. Ulama sepakat bahwa takbiratul ihram merupakan sebuah kewajiban yang
tidak boleh ditinggalkan dalam shalat. Jenis takbir yang kedua adalah takbir intiqol. Takbir
Intiqol merupakan takbir perpindahan dari satu gerakan ke gerakan lain. Baik dari ruku’ ke
I’tidal, dari sujud ke berdiri dll. Intinya selain takbiratul ihram/takbir pertama merupakan takbir
intiqol. Hukum dari takbir intiqol sendiri adalah sunnah. Boleh dibaca boleh tidak dibaca.
1. Pertama
Redaksi pertama ini merupakan redaksi yang sudah sering kia dengar, dan merupakan
redaksi yang disepakati ulama atas keabsahan takbir menggunakan radaksi ini.
2. Kedua
Tidak jauh beda dengan redaksi yang pertama, namun ada tambahan alif lam pada lafadz
akbar. Menjadi “Allahul akbar”. Redaksi takbir yang kedua ini tidak disepakati sebagaimana
yang pertama. Madzhab maliki mengatakan takbir hanya diperbolehkan menggunakan lafadz
yang pertama. Sedangkan jumhur membolehkan takbir menggunakan lafadz yang kedua.
B. Do’a-Do’a Iftitah
1. Pertama
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw diam pada waktu antara takbir dan Al-
Fatihah, lalu saya bertanya kepada beliau: “Apakah yang Engkau baca diantara takbir dan Al-
Fatihah itu, ya Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab: “Saya membaca:
ِ ِ َّ يِن ِِ ِ
ْ اَلل ُه َّم َن ِّق,ت َبنْي َ اْمل ْشرق َواْملَْغرب َ اع ْد َ َاَللَّ ُه َّم بَا ع ْد َبْييِن ْ َو َبيْىَن َخطَاي
َ َاي َك َماب
اي بِاْمل ِاء اي
َ َط خَ ن
ْ
ِ اَللَّ َّم ا ْغ ِس ْليِن,س
م ِ ن
َ َّ
الد ن
َ ِ الثوبا اْ َألبيض
م ُ َ ْ ُ ْ َ ى َّ
ق ن
َي
ُ ا مكَ
َ َ اي َاي ط
َ خَ ىْنمِ
َ َ
الث ْل ِج َواْ َلبَر ِدز
َّ َو
“Ya Allah, jauhkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan timur dari barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seperti kain
putih yang dibersihkan dari kotoran. Ya Allah cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan
air, es, dan embun” (HR. Buhkhari dan Muslim)
2.Kedua
Dari Ali bin Abi Thalib ra dari Rasulullah saw bahwa sanya beliau ketika shalat membaca:
“Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh
kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku semata-mata untuk Allah, Tuhan alam semesta, tiada sesuatu pun yang menyekutui_Nya.
Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya
Allah engkaulah penguasa, tiada Tuhan selain Engkau semata-mata Engkaulah Tuhanku dan
akulah hamba_Mu. Aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Oleh karena
itu, ampunilah semua dosaku. Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik, karena
hanya engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlak yang terbaik dan jauhkanlah
diriku dari akhlak yang buruk. Aku jawab seruan_Mu dan aku mohon pertolongan_Mu Kebaikan
itu seluruhnya berada pada tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu. Aku
berlindung, bersandar kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi
Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu”
Bacaan tersebut diucapkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam shalat wajib atau
shalat sunnah ( HR. Muslim, Abu ‘Awanah, Abu Dawud, Nasa’i)
3.Ketiga
عن عائشة رضي اهلل عنها كان النيب صلى اهلل عليه وسلم إذا افتتح الصالة قال
Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah saw ketika memulai shalat beliau membaca:
ِ
ُّك َوآَل ِإلَهَ َغْيُر َك
َ ىل َجد َ ُك اللَّ ُه َّم َوحِب َ ْمد َك َوَتبَ َار َك امْس
َ ك َوَت َعا َ َُسْب َحا ن
"Mahasuci Engkau, ya Allah, Maha Terpuji Engkau dan Maha Mulia nama_Mu serta Maha
Tinggi kehormatan_Mu, tiada Tuhan selain Engkau semata-mata” (HR.Abu Dawud dan Hakim)
4.Keempat
اَحْلَ ْم ُد لِلّ ِه مَح ْ ًدا َكثًِرا طَيِّبًا ُمبَ َار ًكافِْي ِه
“Segala puji milik Allah dengan pujian yang sangat banyak, baik, dan penuh berkah”
(HR.Muslim dan Abu ‘Awanah)
5.Kelima
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman ra berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah ra dengan
apa Rasulullah saw memulai shalat malamnya. Aisyah ra berkata: Rasulullah saw membaca:
“Ya Allah, wahai Rabb Jibril, Mikail dan Israfil! Wahai Yang memulai penciptaan langit-langit
dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya! Wahai Dzat Yang mengetahui yang gaib dan yang
tampak! Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka berselisih
di dalamnya. Tunjukilah aku mana yang benar dari apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu.
Sesungguhnya Engkau memberikan hidayah kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang
lurus” (HR. Ibnu Majah)
C. Membaca Ta’Awwudz
Kemudian setelah membaca Surat al-Fatihah disunnahkan bagi Imam atau orang yang
shalat sendirian untuk membaca ayat atau surat. Dalilnya adalah hadits shahih riwayat Imam
Bukhari & Muslim:
“Dari sahabat Abu Qatadah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallan ketika
shalat dzuhur di rakaat pertama & kedua membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya. Adapun
pada rakaat ketiga dan keempat Nabi SAW hanya membaca surat al-Fatihah saja” (HR. Bukhari
& Muslim).
Dalam shalat Subuh Nabi membava Al-Fatihah dan surah lain dengan suara keras, begitu
juga pada 2 raka’at pertama shalat Magrib dan ‘Isya. Akan tetapi, dalam shalat Dhuhur dan
‘Ashar beliau membaca bacaan tersebut dengan suara lirih, begitu pula dalam shalat Magrib pada
raka’at ketiga dan shalat ‘Isya pada 2 raka’at terakhir
Ruku’ merupakan salah satu rukun dalam shalat. Dalam sebuah hadist Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bersabda:
1.Pertama
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Abu Daud dan yang lainya, disebutkan:
ول يِف ُر ُكو ِع ِه
ُ فَ َكا َن َي ُق,صلَّى اللّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِّ صلَّى َم َع النَّيِب
َ َُأنَّه
Bahwasanya Rasulullah SAW ketika ruku’ beliau membaca:
اهلل عليه وسلم إذا ركع قال، فكان رسول اهلل صلى وإذا: قال:وعن عقبة بن عامر رضي اهلل عنه قال
رواه أبو داود والدارقطين.سبحان ريب العظيم وحبمده ثالثا سجد قال سبحان ريب األعلى وحبمده ثالثا
وأمحد والطرباين واحلاكم.
Dari sahabat Uqbah Bin Amir Radhiyallahu anha berkata: Nabi SAW ketika shalat pada ruku
membaca: Subhana Robbiyal adzimi wabihamdih. 3 kali. Dan ketika sujud: Subhana Robbiyal
A’la wabihamdih 3 kali. (HR. Abu Dawud, Ad-Daruqutni, Ahmad & Thabrani dengan sanad
Hasan)
2.Kedua
3.Ketiga
4.Keempat
حني يرفع صلبه من الركوع," "مَسِ َع اللَّهُ لِ َم ْن مَحِ ْد,صلَى اللّه َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق ْو َل
َ َكا َن َر ُس ْو َل اللّه
Rasulullah SAW membaca: Sami’allahu liman hamidah
Allah maha mendengar atas orang yang memujinya. Ketia ia bangkit dari ruku’. (HR. Bukhari
Muslim)
Namun ketika seseorang sudah berdiri dengan lurus dalam I’tidalnya, maka ada beberapa redaksi
bacaan yang bisa dibaca. Di antaranya:
1.Pertama
ك احْلَ ْم ُد
َ ََربَّنَا ل
Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji. (HR. Bukhari Muslim)
2.Kedua
3.Ketiga
Do’a di atas diucapkan oleh seorang sahabat Nabi yang bermakmum di belakang beliau ketika
berdiri I’tidal dan setelah mengucapkan “sami’allahu liman hamidah” setelah shalat beliau
bertanya “siapa yang mengucapkan do’a tadi?” Seseorang menjawab: “Saya wahai Rasulullah”
Rasulullah Shallallu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda. “saya melihat lebih dari 30 malaikat berebut
menjadi yang pertama mencatat ucapan itu” (HR.Malik, Bukhari, dan Abu Dawud)
H. Sujud
Setelah seseorang berdiri untuk I’tidal, maka selanjutnya ia membaca takbir intiqol kemudian
sujud. Terdapat beberapa riwayat dari Nabi SAW terkait bacaan sujud:
1.Pertama
اَأْلعلَى
ْ َُسْب َحا َن َريِّب
“Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi” 3x(HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah…)
2.Kedua
3.Ketiga
4.Keempat
1.Pertama
ب ا ْغ ِف ْريِل
ِّ َر, ب ا ْغ ِف ْريِل
ِّ َر
“Tuhanku, ampunilah saya. Tuhanku, ampunilah saya”. (HR. Abu Daud)
2.Kedua
J. Tasyahhud
Tasyahhud dalam shalat ada dua jenis. Tasyahhud pertama dan kedua.
1.Pertama
Adapun yang dibaca ketika Duduk Tasyahud Awwal adalah sebagai berikut:
ات ِ
ُ ات اْملبَ َار َك
ُ َّ التَّحي:وعن ابن عباس رضي اهلل عنهما عن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم
لساَل ُم َعلَْينَا َو َعلى ِعبَ ِاد ِ ُك َأيُّها النَّيِب ورمْح ة
َّ َ ا،ُاهلل َو َبَر َكاتُه َ َ َ ُ َ َ لساَل ُم َعلَْي
ِ الصلَوات الطَّيِّبات
َّ َ ا،هلل ُ َ ُ َ َّ
ِاهلل َّ حِل،
َ الصا نْي
ِ َأشَّه ُد َأ ْن اَل ِإلَه ِإاَّل اهلل وَأ ْشه ُد َأ ْن حُم َّم ًدا رسو َل
) (رواه مسلم.اهلل ُْ َ َ َ َ َ َ
Dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dari Nabi SAW: At-Tahiyyaatul Mubaarokatu
Sholawaatut Toyyibaatu Lillah, Assalamu alaika ayyuhan Nabiyyu Warohmatullahi
Wabarokatuh, Assalamu Alaina wa ala Ibadillahis Shalihiin, Asyhadu allaa ilaha illallah, wa
asyhadu anna muhammadar Rasulullah (HR. Muslim).
2.Kedua
Segala penghormatan milik Allah, segala sholawat dan segala yang baik-baik. Salam untukmu
wahai Nabi, disertai rahmat Allah dan berkah-Nya. Salam untuk kami dan untuk hamba-hamba
Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allan dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya. (HR. Bukhori dan Muslim)
K.Sholawat
Ya Allah, berikanlah sholawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau berikan sholawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji Maha Mulia. Ya Allah, berikanlah berkah kepada
Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana berkah yang telah Engkau berikan
kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji Maha Mulia.
(HR. Bukhori)
1.Pertama
2.Kedua
M.Mengucapkan Salam
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengucapkan salam dengan berpaling ke arah kanan seraya
mengucapkan Assalamu’alaikum wa rahmatullah [sehingga terlihat pipi kanannya yang putih]
dan berpaling ke kiri seraya mengucapkan Assalamu’alaikum wa rahmatullah [sehingga
terlihat pipi kirinya yang putih] (HR.Muslim)
Terkadang pada bacaan salam yang pertama Nabi menambahkan kata “Wa baraakatuh”
(HR.Abu Daud).
Ayat-ayat atau surat-surat Al Qur’an yang biasa dibaca Nabi Saw. Dalam shalat-shalat
beliau dapat dijelaskan berdasarkan rekaman jejak kerasulan beliau sepanjang sejarahnya.
Namun demikian, tidak semua bacaan shalat beliau dapat direkam dalam konteks ini,
sebagaimana hadits-hadits beliau juga sesungguhnya tidak semuanya dapat terselamatkan hingga
sampai kepada umat Islam hingga saat ini. Pernyataan ini dapat dimaklumi adanya, mengingat
yang dijamin Tuhan akan keterpeliharaan dan kelestariannya hanyalah Al Qur’an (Qs. al-Hijr :
11). Jaminan tersebut tidak meliputi hadits-hadits Rasulullah Saw., termasuk pula data-data
tentang ayat-ayat atau surat-surat Al Qur’an yang biasa beliau baca dalam shalat-shalatnya.
Selain itu, secara umum, shalat-shalat yang dapat direkam tentang bacaan Nabi Saw
adalah shalat-shalat jahr, mengingat shalat-shalat sirr terkadang tidak dapat terdengar oleh para
shahabat, kecuali terdapat hadits secara khusus yang disampaikan oleh beliau, sehubungan denga
fadhilah-fadhilahnya, seperti shalat sunnah qabliyah subuh dan lain sebagainya. Di antara ayat-
ayat atau surat-surat AlQur’an yang selalu dan sering dibaca oleh Rasulullah Saw dalam shalat-
shalat beliau yang terekam dalam kitab riwayat antara lain adalah shalat subuh pada hari jum’at
dan shalat jum’at itu sendiri.
Pada shalat shubuh hari jum’at misalnya, Nabi Saw selalu atau paling tidak sering
membaca surat alîf-lâm-mîm tanzîl (assajdah) pada raka’at pertama dan surat al-insan (ad-dahr)
pada rakaat kedua; pada shalat jum’at beliau membaca surat al-jumu’ah dan surat al-munâfiqûn,
lain waktu beliau membaca surat al-a’lâ dan al-ghâsyiah.Pada shalat ‘îd (fithr dan adhhâ)
membaca surat al-a’lâ dan al-ghâsyiah,lain saat beliau membaca surat qâf dan al-qamar; pada
shalat witir beliau seringkali membaca surat al-a’lâ, al-kâfirûn dan al-ikhlâsh berikut
mu’awwizatain (al-falaq dan an-nâs); pada shalat qabliyah shubuh dan ba’diyah maghrib beliau
sering membaca surat al-kâfirûn dan al-ikhlâsh (Ibn Katsir : 1997 : 248-622).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan dan Saran
. Sampai saat ini khusyu’ dalam shalat masih menjadi problematika Umat Islam,
sebagaimana dikabarkan oleh sahabat Hudzaifah bin al Yaman bahwa khusyu “adalah hal
pertama yang akan hilang dari umat ini. Dia, berkata,” pertama kali yang akan hilang dari agama
kalian adalah khusyu‟ dan hal yang terakhir yang akan hilang adalah shalat, betapa banyak orang
shalat, tapi tiada kebaikan didalamnya. Dan itu memang terjadi disekitar kita.maka salah satu cara
agar bisa khusyuk dalam shalat adalah dengan memahami makna dari bacaan shalat itu sendiri.
Semoga selanjutnya pemakalah dan pembaca senantiasa menghadirkan hati dan khusyuk
di dalam beribadah. Dan semoga Allah mengabulkan shalat kita dan juga semua amal kita yang
lain.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat kami butuhkan. Terlebih lagi referensi yang kurang, serta sebagian besar lafal bacaan
shalat diketik manual sehingga mungkin banyak yang kurang tepat.
Ajib, Muhammad. 2019. Praktek Shalat Praktis Versi Madzhab Syafi’iy Dari Takbir Hingga
Salam. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2005. Sifat Shala Nabi. Yogyakarta : Media Hidayah
Al-Albani, Muhammaf Nashiruddin. 2018. Ringkasan Sifat Shalat Nabi . Solo : Pustaka Arafah
Haidar, Muhammad Aqil. 2019. Ragam Bacaan Shalat. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing
jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/402/353.