Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PSIKOLOGI MENGENAI SHALAT

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah

Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Dr. Briliyantina Inrati, M.Pd

Disusun Oleh

Citra Lestari (21.1.2177)

Noviyanti (21.1.2240)

Septiana Dwi Fauzi (21.1.2263)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK AL KARIMIYAH

Jl. H. Ma’sum No. 23 Sawangan Baru Kota Depok

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu. Tak
lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Tinjauan Psikologi Mengenai Sholat’ ini
disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah Psikologi Agama.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan pada penyusunan serta penulisannya. Kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca supaya makalah ini dapat lebih sempurna, serta menambah
wawasan bagi penelitian selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Depok, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iii

A. Latar Belakang .......................................................................................... iii


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... iv
C. Tujuan penulisan ....................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Pengertian Sholat ...................................................................................... 3


B. Hakikat Sholat ........................................................................................... 4
C. Manfaat Sholat .......................................................................................... 6
D. Aspek – Aspek Psikologi .......................................................................... 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sholat, dzikir, doa, tilawah Al-Qur‟an merupakan amalan
seorang muslim dalam membangun fisikal dan psikologikal serta dapat
dijadikan sebagai sarana psikoterapiguncangan jiwa, kecemasan, dan
gangguan mental. Ibadah sholat dzikir, doa, dantilawah Al-Qur‟an adalah
supaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Seorang individu dalam masa pengobatan dan pemulihan
diharuskan berdzikir, berdoa, dan bertilawah secara kontinu dan tidak boleh
terputus, sehingga diyakini bahwa pasien sudah benar-benar sembuh dari
penyakit mental yang dihadapinya. Berdzikir secara terus menerus
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkankecintaan kepada Allah Swt
karena yang paling berhak untuk dicintai dan dimuliakanhanyalah Allah
Swt. Dzikir bagi hati laksana air bagi ladang pertanian, bahkan sepertiair
bagi ikan yang takkan hidup tanpa air.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian sholat?
2. Bagaimana Hakikat Sholat?
3. Apa manfaat sholat menurut psikologi?
4. Apa saja aspek-aspek psikologis dalam sholat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian sholat.
2. Untuk Mengetahui Hakikat Sholat.
3. Untuk Mengetahui manfaat sholat menurut psikologi.
4. Untuk Mengetahui aspek-aspek dalam psikologis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat

Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminologi/ istilah, para ahli
fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa
ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang
dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat- syarat yang telah
ditentukan (Sidi Gazalba,88). Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah, secara yangmendatangkan takut kepada-Nya serta
menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dankesempurnaan kekuasaan-
Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi,
59). Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
denganTuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiridengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30). Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakanibadah kepada
Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat
merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah
danmemohon ridho-Nya.

َ ‫ت فَقَدْ خ‬
‫َاب‬ َ َ‫ت فَقَدْ أَ ْفلَ َح َوأَ ْن َج َح َوإِ ْن ف‬
ْ َ ‫سد‬ ْ ‫صلُ َح‬
َ ‫صالَتُهُ فَإِ ْن‬ َ ‫سبُ بِ ِه ْالعَ ْبدُ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة مِ ْن‬
َ ‫ع َم ِل ِه‬ َ ‫إِ َّن أ َ َّو َل َما يُ َحا‬
‫َو َخس َِر‬

Sesungguhnya amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba di hari kiamat
adalah shalatnya. Jika baik shalatnya, maka beruntunglah dan berhasilah dia. Dan
apabila rusak shalatnya, maka celaka dan merugilah dia (HR. Tirmidzi no. 413).

3
B. Hakikat Sholat

Shalat merupakan kesanggupan hati bagi orang-orang yang mencintainya dan


merupakan kenikmatan roh bagi orang-orang yang mengesakan Allah SWT. Shalat
adalah puncak keadaan ash-shodiqin dan timbangan keadaan orang-orang yang
meniti jalan kepada Allah SWT. Shalat merupakan rahmat Allah SWT yang
diberikan kepada hamba-Nya. Allah Swt menuntun mereka untuk mengerjakan
shalat itu dan memperkenalkannya sebagai rahmat bagi mereka dan kehormatan
bagi mereka, supaya dengan shalat itu mereka memperoleh keberuntungan dan
kemuliaan dari-Nya karena kedekatan dengan-Nya. 8
Syeh Mansur mengatakan shalat pada hakekatnya merupakan sarana terbaik
untuk mendidik jiwa dan memperbaiki semangat dan sekaligus pensucian akhlak.
Baik pelakunya sendiri, shalat itu merupakan tali penguat yang dapat
mengendalikan, ia adalah pelipur lara dan mengamankan dari rasa takut dan cemas,
juga memperkuat dan kelemahan dan senjata bagi orang yang merasa terasing.9
Shalat memiliki efek ketenangan, (depresan), seperti bius pada obat-obatan,
jika shalat bisa khusyu’ maka seseorang akan lupa (tidak sadar) akan sesuatu yang
terjadi di sekitarnya. Hal ini telah dibuktikan oleh shahabat Nabi yang bernama Ali
bin Abi Thalib yang terkena panah dalam peperangan. Ali minta jika panah tersebut
di cabut ketika ia sedang shalat, dan ternyata Ali tidak tersa sakit.10
Dimensi lain yang dapat dikemukakan dalam shalat adalah terciptanya
kepribadian yang teguh pada diri seseorang. Shalat yang dilakukan secara rutin
setiap waktu (berdasarkan waktu yang ditentukan syari’at). Dengan sendirinya akan
membentuk kepribadian dalam waktu dan kerja. Menurut Razak, dalam waktu
sehari semalam yakni 24 jam, seorang muslim diajarkan untuk menta’ati shalat dan
melaksanakan shalat sesuai dengan waktu yang telah di tentukan hal yang demikian
akan dapat membentuk kedisiplinan seorang muslim dalam menta’ati aturan kerja
dan waktunya.
Sebenarnya yang mengetahui rahasia shalat atau apa rahasia di balik shalat
tentunya hanya Allah Swt dan Rasul-Nya. Namun sebagai manusia yang dibekali

4
akal maka perlu mencari sesuatu sesuai dibalik rahasia shalat sesuai dengan ilmu
yang dikaji dalam tulisan ini yaitu psikologi.
Shalat merupakan ibadah yang istimewa di dalam ajaran Islam, baik di lihat
dari perintah yang diterima oleh Nabi Muhammad secara langsung maupun
dimensi-dimensi yang lainnya. Shalat ini merupakan satu-satunya wahyu yang
diterima oleh Muhammad tanpa perantara Jibril atau yang lainnya.
Menurut pandangan para ahli, baik dari psikolog maupun ahli kesehatan,
ibadah shalat mengandung unsur terapeutik bagi kesehatan manusia. menurut
Djamaluddin Ancok sebagaimana yang di kutip oleh Harianto ada beberapa
terapeutik yang terdapat dalam ibadah shalat, antara lain aspek olah raga, aspek
meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek kebersamaan di samping itu juga
mengandung unsur relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan aspek katarsis.12
Menurut H.A Saboe, gerakan –gerakan yang terkandung dalam shalat
mengandung banyak unsur kesehatan bagi jasmani manusia, maka dengan
sendirinya akan memberi efek pula pada kesehatan manusia baik dari sisi rohaniah
maupun jasmaniah.13 Lebih lanjut Musbikin mengatakan bahwa shalat bukan
hanya sebuah kewajiban yang harus dikerjakan dan dipatuhi oleh setiap muslim,
tetapi juga perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka merasakan
manfaat positif dari shalat. Sisi lain dari shalat itu adalah aspek terapeutik dalam
setiap gerakan dalam shalat.
Usman Najati berkata, berdirinya seseorang manusia di saat shalat
dihadapan Allah Swt dalam keadaan khusyu’ dan tadharru’ dapat memperkuat
dirinya dalam memunculkan kekuatan rahani (Thaqah Ruqiyyah), sehingga
timbullah rasa kebeningan ruhani, ketenangan hati dan keamanan jiwa. Pada saat
shalat seorang manusia dapat mengenyahkan problem dan kerenyahan hidup, serta
menyirnakan pikiran terhadapnya. Berdirinya seseorang dalam keadaan khusyu’
dan konsentrasi sempurna di hadapan Tuhannya, dapat membangkitkan rasa santai,
kedamaian jiwa dan ketenangan akal. Keadaan santai, damai dan tenang yang
ditimbulkan shalat tersebut pengaruhnya merupakan terapi penting dalam
mengendorkan otot yang tegang sebagai akibat hiruk-pikuk kehidupan yang di
alaminya. Selain itu, rasa tentram tersebut dapat menekan depresi jiwa yang bernilai

5
tak terhingga bagi orang-orang tertentu. Oleh karena itu shalat adalah rehat yang
paling efektif bagi jiwa yang sedang galau (depresi) dan hati yang sedang resah.
Hakekat shalat dalam pandangan ghazali adalah bahwa seseorang yang
shalat itu ia dalam keadaan bermunajat kepada Tuhan-nya, Khusyu’ dengan
menghadirkan hati kepada Allah.
Oleh karena itu menurut Ghazali seorang muslim yang hendak melakukan
shalat selakyaknya bersikap rendah hati memelihara kekhusyu’an, menampakkan
kehinaan, menghadirkan kalbu, menghilangkan rasa was-was dan menghindari
perbuatan baik lahir maupun batin, menenangkan anggota badan. Menundukkan
kepala dan melatakkan tangan kanan di atas tangan kiri, menghayati bacaan dan
mengucapkan takbir dengan penuh keta’dziman. Melakukan ruku’ dengan penuh
ketundukkan, sujud dengan penuh kekhusyu’an, bertasbih dengan penuh
keagungan, mengucapkan syahadat dengan penuh persaksian, memberi salam
dengan penuh kasih sayang, mengakhiri shalat dengan penuh rasa takut dan
berusaha mencari keridhaan Allah SWT.
Apabila ini dilakukan dengan baik dalam shalat niscaya akan berpengaruh
terhadap jiwanya dan dapat memberikan perasaan yang tenang, tentram dan damai
serta bebas dari beban.

C. Manfaat Sholat Menurut Psikologi

Shalat mampu membantu seorang muslim untuk melawan stres dan rasa
takut. Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an: ”Jika kamu takut (ada bahaya),
shalatlah sambil berjalan kaki atau berkendara. Kemudian apabila telah aman, maka
ingatlah Allah (shalat), sebagaimana Dia mengajarkan kepadamu apa yang tidak
kamu ketahui” (Al-Baqoroh : 239). Dan banyak studi psikologis yang mendukung
hal ini, seperti penelitian McCullough yang menemukan bahwa saat seorang
muslim mengalami stress maka dengan shalat ia akan mampu melihat situasi yang
membuatnya stress dari arah positif sehingga mampu menenangkannya secara fisik
maupun psikologis.

1. Pengalaman Damai dan Inspirasi

6
Shalat membuat muslim merasa dekat dengan Tuhannya dan
melindungi mereka dari rasa kesepian dan terisolasi. Hubungan yang dekat
ini tertulis dalam Al-Qur’an; “Dan Tuhanmu berfirman: berdoalah kepada-
Ku niscaya akan Aku ijabahi” (Al-Mu’min:60). Kedekatan dengan Tuhan
selama shalat ini disinyalir mampu menyembuhkan diri seseorang, karena ia
yakin bahwa Tuhannya akan selalu bersamanya dan menolongnya.
2. Penyelesaian dan Solusi Terhadap Masalah
Shalat membuat seseorang memiliki keyakinan dalam menghadapi
suatu masalah (efficacy). Berikut adalah ayat Al-Qur’an yang merefleksikan
hubungan antara shalat dan kebahagiaan, “Dan orang-orang yang sabar
karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau
terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)” (Ar-Ra'd Ayat: 22).
Gagasan bahwa shalat dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif
(subjective well-being) telah didukung oleh berbagai penelitian dalam
psikologi. Seperti yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara shalat dan
kepuasan hidup serta kedamaian, dan penelitian terhadap lansia muslim yang
menunjukkan bahwa shalat mampu meningkatkan kepuasan hidup dan
kesejahteraan mereka.
3. Kerendahan Hati dan Sensitivitas Interpersonal
Energi spiritual mampu menumbuhkan kerandahan hati dan empati.
Berikut adalah ayat yang mencerminkan bahwa muslim harus memiliki sifat
rendah hati: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”
(AlA'raf: 31). Sejalan dengan pernyataan diatas, Hamdan menyatakan
bahwa dengan shalat, seorang muslim akan mampu mengahayati kekuasaan
tuhan sehingga mampu randah diri dan meminimalisir egoisitas.
4. Memaafkan

7
Shalat membuat seseorang mampu memaafkan dirinya sendiri dan
orang lain karena membuat mereka merasakan bahwa Tuhan memaafkan
semua kesalahan hamba-Nya. Proses memafkan khususnya memaafkan diri
sendiri sangatlah penting untuk kesembuhan personal karena mampu
membuat seseorang menyelesaikan perasaan bersalah yang berperan dalam
pembentukan depresi. Berikut adalah ayat Al-Qur’an yang menyoroti
masalah pemaafan: “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada
bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan- perbuatan yang baik
itu menghapuskan perbuatan- perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat” (Huud : 114).

D. Aspek Psikologis dalam Sholat


Aspek-aspek psikologis tersebut adalah

1. Aspek olahraga. Artinya, gerakan-gerakan shalat, mulai dari takbiratul


ihram sampai salam, memberikan efek positif bagi kesehatan jasmani dan
ruhani;
2. Aspek relaksasi otot. Menurut Walker, aspek ini dapat mengurangi
kecemasan, mengurangi insomnia, mengurangi sifat hiperaktif pada anak,
dan mengurangi toleransi rasa sakit;
3. Aspek relaksasi kesadaran indera. Artinya, pada saat melaksanakan shalat,
ruh kita “terbang” menghadap Zat Yang Mahatinggi tanpa perantara. Setiap
bacaan dan gerakan senantiasa dihayati dan dimengerti. Ingatan pun fokus
pada Allah semata;
4. Aspek meditasi. Shalat memiliki efek seperti meditasi, bahkan shalat adalah
meditasi tertinggi dengan efek luar biasa apabila dilakukan dengan benar
dan khusyuk;
5. Aspek autosugesti. Artinya, shalat dapat membimbing diri melalui proses
pengulangan doa-doa atau bacaan shalat yang menyatakan suatu keyakinan
atau perbuatan positif;

8
6. Aspek penyaluran emosi (katarsis). Shalat menjadi sarana penghubung atau
sarana komunikasi antara seorang hamba dan Tuhannya. Saat itulah ia dapat
mengadu dan mengungkapkan isi hatinya kepada Allah secara langsung
sehingga beban emosi dapat tersalurkan secara tepat;
7. Aspek pembentukan kepribadian. Artinya, melalui shalat, seorang hamba
akan memiliki kedisiplinan, cinta kebersihan, cinta persaudaraan, bertutur
kata yang baik, dan bersungguh-sungguh dalam hidup;
8. Aspek terapi air (hydro therapy). Sebelum shalat, seseorang harus
berwudhu. Wudhu ini memiliki efek penyegaran (refreshing), mampu
membersihkan badan dan jiwa, serta memulihkan tenaga.

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Sholat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim.
Telah diketahui bersama bahwa sholat memiliki manfaat yang sangat
banyak. Selain menyehatkan ternyata sholat inipun bermanfaat bagi keadaan
jiwa seseorang. Ada efek psikologis yang besar terdapat dalam ibadah shalat,
ketika seorang mukmin menunaikan ibadah shalat dengan khusyu’, maka hal
tersebut akan membantunya melakukan meditasi dan konsentrasi, yang
merupakan cara yang paling penting untuk mengatasi ketegangan dan
kelelahan urat syaraf.
Sholat dalam perspektif islam memiliki keterkaitan dengan kondisi
psikologis. Melalui sholat kondisi psikologis individu akan terkondisifikasi
dengan terhindar dari kecemasan, kesedihan mengurangi tingkat depresi,
kesedihan pada diri, serta gangguan Obsesif-Kompulsif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamdan, A. 2010. “A comprehensive contemplative approach from the


Islamic Tradition”. In T. Plante (Ed.), Contemplative practices in action:
Spirituality, Meditation, and Health, hal. 122–142.
https://www.islampos.com/shalat-dan-pengaruhnya-terhadap-psikologis-54331/

https://www.gokasima.com/2018/01/shalat-dalam-perspektif-psikologi-
agama.html

11

Anda mungkin juga menyukai